GAJI MULTINASIONAL
Artikel dari Seorang Wanita Indonesia
Januari 31, 2008
To all my friends
Sebetulnya yang bikin susah orang Indonesia itu ya orang Indonesia sendiri.
Juga berdasarkan pengalaman Dan pengamatan pribadi, sekarang ini mudah sekali
menemukan orang HR Dan top management yang orang Indonesia yang menurut
pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat
ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top
management Dan orang HR tidak mempunyai background management Dan leadership
qualities.Bagaimana mau memajukan Dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri
lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri. Mereka memikirkan
nasib mereka duluan. Kalau mereka aman, baru mereka memikirkan karyawan. Lagian
Kita juga sebagai orang Indonesia jangan dibiasakan dengan pemikiran bahwa
expat bule di Indonesia itu lebih bagus dari Kita. Berdasarkan pengalaman saya
kerja di luar Indonesia, saya menemukan kenyataan bahwa sebetulnya expat bule
di Indonesia sekarang ini banyak yang kualitasnya sama dengan pekerja biasa di
sini. Jadi, kalau memang Ada bule di kantor rekan-rekan, anggap aja mereka itu
kolega bukan boss atau superior. Jangan menganggap mereka itu lebih tahu dari
Kita. Dan yang paling penting rekan-rekan harus bisa memanfaatkan peluang agar
mereka share ilmu Dan pengalamannya dengan Kita.
Bicara soal gaji, memang ironis.
Bayangkan aja di Indonesia mungkin rata-rata gaji fresh graduate sekarang sekitar 2 juta/bulan (sorry if I’m wrong). Dengan 21 Hari kerja Dan 8 jam kerja per Hari, gaji mereka berarti sekitar 11,900/jam. Kalau dikurs ke US$dengan rate (10,500) berarti > 1.13 dolar/jam. Woi…disini secangkir kopi Starbuck biasa aja udah 1.48 dolar. Buat beli kopi aja nggak akan cukup.
Jadi memang benar slave wages. Malah mendekati freelance.
Business ethic di Indonesia? Saat ini, dream on! Sulit sekali menemukan perusahaan asing di Indonesia yang memang menerapkan company’s principals and goals. Kenapa? Karena kembali lagi ke top managementnya yang orang Indonesia. Jadi, sadarlah rekan-rekan, sebetulnya yang bikin susah Kita itu orang Indonesia Sendiri. Dan ini dilanggengkan dengan kultur Indonesia yang memang suka segan untuk complaint, terima apa adanya yang penting aman. Simak ini:
Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang Ada di Indonesia, yg antara lain dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?
1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi pangkal perhitungan UMR. Jadi Kita ketawain saja kalau Ada perusahaan multinasional (bank, konsultansi, tambang batubara, minyak, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu…. Dan menangis. (Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami hanya menggaji Rp 3jt, padahal di Australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji… Dlsb.)
2. Upah karyawan lokal bisa dibilang “slave wages”. Itulah yang langsung saya dengar dari manajer HR bule. “We pay slave wages in Indonesia”. Berapakah gaji seorang Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere, maka IA akan bangga memberikan “slave wages”. Kalau manajernya juga bermental begitu… Wah.. Ya sudah…
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa mereduce cost hingga seminim mungkin. Anda bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff Indonesia bisa jadi sama dengan gaji 10 konsultan bule…. Ini benar Ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)
4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi hingga groceries Dan Internet related companies. Tapi, saya yakin penerapannya pilih2.
Contoh: dalam salah satu code of conduct dari perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan: “employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits without discriminations on sex, races, nationalities and religions”.
Well, bagus sekali. Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal. Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi ‘pasal’ rawan, karena ketika saya tanyakan berapa range gaji seorang manajer Indonesia? “Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih mendapat gaji Rp.13juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan”. Wah, itu sih malah business “misconduct” bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja didalam negeri. Di Malaysia Dan AS saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah: Orang2 HR Indonesianya sendirilah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita…So, marilah Kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, Kita tanyakan saja apakah ia bener2 bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya? hehe memang dasar ….
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.
Pertama, saya bukan orang HR.
Kedua, saya sudah menduga akhirnya "menyalahkan" bangsa sendiri. Tipikal sekali.
Yang menulis artikel nggak memperhitungkan di Indonesia perusahaan yang dia bilang "miskin" masih banyak. Berapa sih prosentase orang-orang Indonesia yg "beruntung" bekerja di perusahaan multinasional dibandingkan yg bekerja di perusahaan "miskin"? Dengan tidak digaji setara orang bule pun "gap" antara gaji karyawan perusahaan multinasional sudah amat besar. Jika mau distandarkan gaji menurut standar perusahaan multinasional, wah... Banyak perusahaan startup dan UKM yang bangkrut. Ujung-ujungnya makin banyak yg menganggur.
Jangan melulu melihat ke atas, sekali-kali lihat ke bawah. Syukuri yg diterima. Kalau belum puas, ya ikuti jejak rekan-rekan yg menjadi expat di Middle East atau negara lain yang standar gajinya lebih baik. Gitu aja kok repot.
Salam,
GAJI MULTINASIONAL
Artikel dari Seorang Wanita Indonesia
Januari 31, 2008
To all my friends
Sebetulnya yang bikin susah orang Indonesia itu ya orang Indonesia sendiri.
Juga berdasarkan pengalaman Dan pengamatan pribadi, sekarang ini mudah sekali
menemukan orang HR Dan top management yang orang Indonesia yang menurut
pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat
ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top
management Dan orang HR tidak mempunyai background management Dan leadership
qualities.Bagaimana mau memajukan Dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri
lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri. Mereka memikirkan
nasib mereka duluan. Kalau mereka aman, baru mereka memikirkan karyawan. Lagian
Kita juga sebagai orang Indonesia jangan dibiasakan dengan pemikiran bahwa
expat bule di Indonesia itu lebih bagus dari Kita. Berdasarkan pengalaman saya
kerja di luar Indonesia, saya menemukan kenyataan bahwa sebetulnya expat bule
di Indonesia sekarang ini banyak yang kualitasnya sama dengan pekerja biasa di
sini. Jadi, kalau memang Ada bule di kantor rekan-rekan, anggap aja mereka itu
kolega bukan boss atau superior. Jangan menganggap mereka itu lebih tahu dari
Kita. Dan yang paling penting rekan-rekan harus bisa memanfaatkan peluang agar
mereka share ilmu Dan pengalamannya dengan Kita.
Bicara soal gaji, memang ironis.
Bayangkan aja di Indonesia mungkin rata-rata gaji fresh graduate sekarang sekitar 2 juta/bulan (sorry if I’m wrong). Dengan 21 Hari kerja Dan 8 jam kerja per Hari, gaji mereka berarti sekitar 11,900/jam. Kalau dikurs ke US$dengan rate (10,500) berarti > 1.13 dolar/jam. Woi…disini secangkir kopi Starbuck biasa aja udah 1.48 dolar. Buat beli kopi aja nggak akan cukup.
Jadi memang benar slave wages. Malah mendekati freelance.
Business ethic di Indonesia? Saat ini, dream on! Sulit sekali menemukan perusahaan asing di Indonesia yang memang menerapkan company’s principals and goals. Kenapa? Karena kembali lagi ke top managementnya yang orang Indonesia. Jadi, sadarlah rekan-rekan, sebetulnya yang bikin susah Kita itu orang Indonesia Sendiri. Dan ini dilanggengkan dengan kultur Indonesia yang memang suka segan untuk complaint, terima apa adanya yang penting aman. Simak ini:
Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang Ada di Indonesia, yg antara lain dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?
1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi pangkal perhitungan UMR. Jadi Kita ketawain saja kalau Ada perusahaan multinasional (bank, konsultansi, tambang batubara, minyak, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu…. Dan menangis. (Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami hanya menggaji Rp 3jt, padahal di Australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji… Dlsb.)
2. Upah karyawan lokal bisa dibilang “slave wages”. Itulah yang langsung saya dengar dari manajer HR bule. “We pay slave wages in Indonesia”. Berapakah gaji seorang Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere, maka IA akan bangga memberikan “slave wages”. Kalau manajernya juga bermental begitu… Wah.. Ya sudah…
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa mereduce cost hingga seminim mungkin. Anda bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff Indonesia bisa jadi sama dengan gaji 10 konsultan bule…. Ini benar Ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)
4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi hingga groceries Dan Internet related companies. Tapi, saya yakin penerapannya pilih2.
Contoh: dalam salah satu code of conduct dari perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan: “employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits without discriminations on sex, races, nationalities and religions”.
Well, bagus sekali. Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal. Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi ‘pasal’ rawan, karena ketika saya tanyakan berapa range gaji seorang manajer Indonesia? “Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih mendapat gaji Rp.13juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan”. Wah, itu sih malah business “misconduct” bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja didalam negeri. Di Malaysia Dan AS saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah: Orang2 HR Indonesianya sendirilah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita…So, marilah Kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, Kita tanyakan saja apakah ia bener2 bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya? hehe memang dasar ….
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.
Duh jadi sebel sendiri jadi orang Indonesia, seringnya kesejahteraan
kebentur di warna kulit & paspor. Thanks
Best Regards,
R. Ragatha
Pada tanggal 11/03/12, Mico Siahaan <Mico.S...@gmail.com> menulis:
> Pertama, saya bukan orang HR.
> Kedua, saya sudah menduga akhirnya "menyalahkan" bangsa sendiri. Tipikal
> sekali.
>
> Yang menulis artikel nggak memperhitungkan di Indonesia perusahaan yang dia
> bilang "miskin" masih banyak. Berapa sih prosentase orang-orang Indonesia yg
> "beruntung" bekerja di perusahaan multinasional dibandingkan yg bekerja di
> perusahaan "miskin"? Dengan tidak digaji setara orang bule pun "gap" antara
> gaji karyawan perusahaan multinasional sudah amat besar. Jika mau
> distandarkan gaji menurut standar perusahaan multinasional, wah... Banyak
> perusahaan startup dan UKM yang bangkrut. Ujung-ujungnya makin banyak yg
> menganggur.
>
> Jangan melulu melihat ke atas, sekali-kali lihat ke bawah. Syukuri yg
> diterima. Kalau belum puas, ya ikuti jejak rekan-rekan yg menjadi expat di
> Middle East atau negara lain yang standar gajinya lebih baik. Gitu aja kok
> repot.
>
> Salam,
>
> mico.s...@gmail.com
>
> -----Original Message-----
> From: Budi Mahmud <budi....@gmail.com>
> Sender: Migas_I...@yahoogroups.com
> Date: Sat, 10 Mar 2012 20:21:15
> To: <Migas_I...@yahoogroups.com>
> Reply-To: Migas_I...@yahoogroups.com
> Subject: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
>
> GAJI MULTINASIONAL
>
>
>
> Artikel dari Seorang Wanita Indonesia
>
> *Januari 31, 2008*
------------------------------------
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
Facebook page : http://www.facebook.com/pages/Migas-Indonesia-Online/251996544879092
No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Daily Digest : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Administrator : Migas_Indo...@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
Migas_Indon...@yahoogroups.com
Migas_Indonesi...@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
Migas_Indones...@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
GAJI MULTINASIONAL
Artikel dari Seorang Wanita Indonesia
Januari 31, 2008
To all my friends
Sebetulnya yang bikin susah orang Indonesia itu ya orang Indonesia sendiri. Juga berdasarkan pengalaman Dan pengamatan pribadi, sekarang ini mudah sekali menemukan orang HR Dan top management yang orang Indonesia yang menurut pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top management Dan orang HR tidak mempunyai background management Dan leadership qualities.Bagaimana mau memajukan Dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri. Mereka memikirkan nasib mereka duluan. Kalau mereka aman, baru mereka memikirkan karyawan. Lagian Kita juga sebagai orang Indonesia jangan dibiasakan dengan pemikiran bahwa expat bule di Indonesia itu lebih bagus dari Kita. Berdasarkan pengalaman saya kerja di luar Indonesia, saya menemukan kenyataan bahwa sebetulnya expat bule di Indonesia sekarang ini banyak yang kualitasnya sama dengan pekerja biasa di sini. Jadi, kalau memang Ada bule di kantor rekan-rekan, anggap aja mereka itu kolega bukan boss atau superior. Jangan menganggap mereka itu lebih tahu dari Kita. Dan yang paling penting rekan-rekan harus bisa memanfaatkan peluang agar mereka share ilmu Dan pengalamannya dengan Kita.Bicara soal gaji, memang ironis.
Bayangkan aja di Indonesia mungkin rata-rata gaji fresh graduate sekarang sekitar 2 juta/bulan (sorry if I’m wrong). Dengan 21 Hari kerja Dan 8 jam kerja per Hari, gaji mereka berarti sekitar 11,900/jam. Kalau dikurs ke US$dengan rate (10,500) berarti > 1.13 dolar/jam. Woi…disini secangkir kopi Starbuck biasa aja udah 1.48 dolar. Buat beli kopi aja nggak akan cukup.
Jadi memang benar slave wages. Malah mendekati freelance.
Business ethic di Indonesia? Saat ini, dream on! Sulit sekali menemukan perusahaan asing di Indonesia yang memang menerapkan company’s principals and goals. Kenapa? Karena kembali lagi ke top managementnya yang orang Indonesia. Jadi, sadarlah rekan-rekan, sebetulnya yang bikin susah Kita itu orang Indonesia Sendiri. Dan ini dilanggengkan dengan kultur Indonesia yang memang suka segan untuk complaint, terima apa adanya yang penting aman. Simak ini:
Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang Ada di Indonesia, yg antara lain dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?
1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi pangkal perhitungan UMR. Jadi Kita ketawain saja kalau Ada perusahaan multinasional (bank, konsultansi, tambang batubara, minyak, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu…. Dan menangis. (Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami hanya menggaji Rp 3jt, padahal di Australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji… Dlsb.)
2. Upah karyawan lokal bisa dibilang “slave wages”. Itulah yang langsung saya dengar dari manajer HR bule. “We pay slave wages in Indonesia”. Berapakah gaji seorang Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere, maka IA akan bangga memberikan “slave wages”. Kalau manajernya juga bermental begitu… Wah.. Ya sudah…
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa mereduce cost hingga seminim mungkin. Anda bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff Indonesia bisa jadi sama dengan gaji 10 konsultan bule…. Ini benar Ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)
4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi hingga groceries Dan Internet related companies. Tapi, saya yakin penerapannya pilih2.
Contoh: dalam salah satu code of conduct dari perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan: “employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits without discriminations on sex, races, nationalities and religions”.
Well, bagus sekali. Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal. Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi ‘pasal’ rawan, karena ketika saya tanyakan berapa range gaji seorang manajer Indonesia? “Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih mendapat gaji Rp.13juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan”. Wah, itu sih malah business “misconduct” bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja didalam negeri. Di Malaysia Dan AS saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah: Orang2 HR Indonesianya sendirilah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita…So, marilah Kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, Kita tanyakan saja apakah ia bener2 bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya? hehe memang dasar ….
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.
Wahh..pak mico kok ketus sekali bicaranya, klo itu memang fakta dilapangan, apa kita tetap tutup mata?artikel dibawah adalah fakta dilapangan yg notabene mgkn di alami oleh sebagian besar anak bangsa ini..mudah2n dgn artikel dibawah membuka mata oknum2 yg trlibat agar mereka berpikir klo yg dilakukan itu salah besar.
Ini jg yg membuat bangsa ini semakin terbelakang,mengapa bgitu?krn tenaga ahli professional pd trbang keluar demi harapan sesuap nasi segenggam berlian. Tidak terhitung lgi para penerus bangsa yg seharusnya mengeluarkan ide2 brilian justru terdampar dinegeri org yg dikarenakan hal2 tsb dibawah.
Ma'af klo saya sedikit menyinggung hal2 ini,saya sudah gerah melihat keterpurukan ini smua..
Kepada pak mico,ma'afkan saya pak,tp itu fakta dilapangan..bkan menyalahkan bangsa ini,tp kta semua yg berada di negeri inipun akan berdosa melihat rekan2 kta trus dizolimi hak2nya.
Fix
Tersungging saya dengan artikel tersebut terutama pada bagian yang ini :
"Bagaimana mau memajukan Dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri
lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri."
Saya-pun sempat terheran-heran dengan perilaku senior saya, yang
kebetulan diberi mandat untuk menerima calon karyawan. Di satu sisi,
ia menuntut kompensasi gaji yang besar, dengan pekerjaannya yang cuma
baru segitu saja.
Namun di sisi yang lain, sebegitu teganya ia menghargai freshgraduate
sekitar Rp.1,3juta/bulan untuk jabatan yang lumayan prestisius, Staff
Asisten Cost Control untuk proyek dengan nilai sekitar Rp.3,3 Trilyun.
FYI, sang fresh-graduate di gaji Rp.5juta/bulan-pun, perusahaan masih
bisa untung sekitar Rp.10juta/bulan, karena nilai rate-nya dari
Sang-Juragan yang punya proyek sekitar Rp.20juta/bulan.
Bergelora dada ini ketika mengetahui sang yunior gajinya sekitar segitu..
Btw, anyway, busway,,
kalau anaknya diperlakukan seperti itu, bisakah dia menerima kenyataan...?
Mungkin hanya hukum karma-lah, yang kelak bisa menjawab pertanyaan ini
dikemudian hari.
Best Regards,
M. Ihsan S.
salam, JS
Pak Yuyus,
"sekarang ini mudah sekali menemukan orang HR Dan top management yang orang Indonesia yang menurut pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top management Dan orang HR tidak mempunyai background management Dan leadership qualities"
Pak Mico,saya pikir artikelnya lagi ngomongin perusahaan Multinasional.artikel yang bagus menurut saya.Salam.To: "Migas_I...@yahoogroups.com" <migas_i...@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, 11 March 2012, 7:27
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Pertama, saya bukan orang HR.
Kedua, saya sudah menduga akhirnya "menyalahkan" bangsa sendiri. Tipikal sekali.
Yang menulis artikel nggak memperhitungkan di Indonesia perusahaan yang dia bilang "miskin" masih banyak. Berapa sih prosentase orang-orang Indonesia yg "beruntung" bekerja di perusahaan multinasional dibandingkan yg bekerja di perusahaan "miskin"? Dengan tidak digaji setara orang bule pun "gap" antara gaji karyawan perusahaan multinasional sudah amat besar. Jika mau distandarkan gaji menurut standar perusahaan multinasional, wah... Banyak perusahaan startup dan UKM yang bangkrut. Ujung-ujungnya makin banyak yg menganggur.
Jangan melulu melihat ke atas, sekali-kali lihat ke bawah. Syukuri yg diterima. Kalau belum puas, ya ikuti jejak rekan-rekan yg menjadi expat di Middle East atau negara lain yang standar gajinya lebih baik. Gitu aja kok repot.
Salam,
Dear milister,
IMHO ... mengenai Human Resource ini memang sedikit dilema ... karena menurut pengamatan saya kebanyakan perusahaan2 yang bergerak di Oil&Gas ini adalah PMA ... yang notabene mempunyai HQ di daerah asal ... jadi secara otomatis kantor yang ada di Indonesia ini hanyalah perpanjangan usaha ...
Akibat dari kata perpanjangan usaha maka apabila usaha tersebut sudah tidak menguntungkan maka akan pergilah Perusahaan itu ke tempat/daerah/negara yang akan memberikan mereka keuntungan ... Apakah yang bisa dibawa oleh mereka ... yang paling mudah adalah Human Resource yang sudah terbukti membantu mereka untuk memberikan keuntungan ... Jadi kalo Human Resource tersebut memang kompeten maka mereka akan memberikan imbalan yang kompeten juga ...
Untuk penyetaraan gaji/remunerisasi antara expat dan nasional ... bukannya tidak bisa karena akan berkaitan dengan political will yang sangat tinggi ... akan tetapi karena mayoritas mereka itu PMA maka wajar gak mereka membayar besar karena toh mereka pikir lari2nya akan ke negara saya juga ... karena mereka dipajaki dan sama logikanya dengan expat2 Indonesia di belahan dunia lainnya uang mereka akan lebih mempunyai domino efek di negara asalnya ... toh semakin besar saya bayar gaji expat itu akan membesarkan operating cost yang notabene larinya kesaya dulu sebelum akhirnya ke bagi hasil Negara ... jadi memang sudah seperti itu ...
Kalo menurut saya akhirnya simpel saja ... kalo memang tenaga2 kita ahli dan layak dibayar mahal maka industri sekarang pun akan membayar tenaga ahli terbut dengan mahal ... hal itu kan yang terjadi di dunia saat ini dengan apa yang disebut dengan "Talent War" ...
Just my two cents ... mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan ...
Regards
Jeres R.C.
--- Pada Sen, 12/3/12, Joi Surya Dharma <joi.d...@gmail.com> menulis:
> Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
> Facebook page : http://www.facebook.com/pages/Migas-Indonesia-Online/251996544879092
> No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Daily Digest : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Administrator : Migas_Indo...@yahoogroups.com
> Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
> Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
> silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
>
> HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
> PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
> ----------------------------------------------------------Yahoo!
> Groups Links
>
>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> ----------------------------------------------------------
> Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
> Facebook page : http://www.facebook.com/pages/Migas-Indonesia-Online/251996544879092
> No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Daily Digest : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Administrator : Migas_Indo...@yahoogroups.com
> Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
> Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
> silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
>
> HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
> PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
> ----------------------------------------------------------Yahoo!
> Groups Links
>
>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> ----------------------------------------------------------
> Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
> Facebook page : http://www.facebook.com/pages/Migas-Indonesia-Online/251996544879092
> No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Daily Digest : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
> Administrator : Migas_Indo...@yahoogroups.com
> Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
> Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
> silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
>
> HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
> PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
> ----------------------------------------------------------Yahoo!
> Groups Links
>
>
> Migas_Indonesi...@yahoogroups.com
>
>
From: Ardianto H <ardia...@gmail.com>
To: Migas_I...@yahoogroups.com
Sent: Sunday, March 11, 2012 11:22 AM
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Pak Andrie,
"sekarang ini mudah sekali menemukan orang HR Dan top management yang orang Indonesia yang menurut pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top management Dan orang HR tidak mempunyai background management Dan leadership qualities"
Pak Mico,saya pikir artikelnya lagi ngomongin perusahaan Multinasional.artikel yang bagus menurut saya.Salam.To: "Migas_I...@yahoogroups.com" <migas_i...@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, 11 March 2012, 7:27
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Pertama, saya bukan orang HR.
Kedua, saya sudah menduga akhirnya "menyalahkan" bangsa sendiri. Tipikal sekali.
Yang menulis artikel nggak memperhitungkan di Indonesia perusahaan yang dia bilang "miskin" masih banyak. Berapa sih prosentase orang-orang Indonesia yg "beruntung" bekerja di perusahaan multinasional dibandingkan yg bekerja di perusahaan "miskin"? Dengan tidak digaji setara orang bule pun "gap" antara gaji karyawan perusahaan multinasional sudah amat besar. Jika mau distandarkan gaji menurut standar perusahaan multinasional, wah... Banyak perusahaan startup dan UKM yang bangkrut. Ujung-ujungnya makin banyak yg menganggur.
Jangan melulu melihat ke atas, sekali-kali lihat ke bawah. Syukuri yg diterima. Kalau belum puas, ya ikuti jejak rekan-rekan yg menjadi expat di Middle East atau negara lain yang standar gajinya lebih baik. Gitu aja kok repot.
Salam,
Dear All,
Menurut saya bagusnya disudahin saja diskusi ini.
Karena pada dasarnya semua yang dibicarakan ada benarnya dan hampir tidak ada yang salah. Jadi hanya akan seperti ini terus menerus hasil diskusinya.
Saya pernah merasakan digaji sangat kecil kerja di negara kita ini tidak sampai 1jta rupiah bahkan masih dibawah 700,000 rupiah. Sampai dengan sekarang digaji yang menurut saya jauh lebih besar. Jadi intinya kita sendiri yang mampu mengukur dan membuat kesempatan untuk masa depan kita. Kalaupun digaji kecil diawal kerja ya sudahlah kita ambil dan jadikan batu pijakan saja, saat ada tawaran lebih baik jangan ragu untuk mengambilnya.
Lebih bagus lagi kalau pada akhirnya kita bisa membuat Usaha Pribadi dan menggaji orang.
Best regards,
Fonda
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
-----Original Message-----
From: berlian syako <berlia...@yahoo.com>
Sender: Migas_I...@yahoogroups.com
Date: Sun, 11 Mar 2012 18:15:01
To: Migas_I...@yahoogroups.com<Migas_I...@yahoogroups.com>
Reply-To: Migas_I...@yahoogroups.com
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Di vietnam lebih kasihan.
Manajer saya di vietnam masih naik motor.
Kalau saya bandingkan di jakarta banyak engineer bisa beli mobil, bahkan level dibawah engineer juga banyak yg bisa beli mobil.
Sama halnya dengan Indonesia, Vietnam juga menggaji karyawan lokal sangat kecil tetapi menggaji expat sangat tinggi, makanya kita2 expat dari Indonesia, Malaysia, Filipina, India, dll berdatangan ke Vietnam, karena ditawarin rate yg sangat menarik, rate dibuat lebih menarik dibanding negeri asal supaya expat mau datang.
Di Indonesia karyawan lokal digaji kecil karena masih banyak yg mau di gaji kecil, sementara yg tidak mau digaji kecil sudah mulai berpikir untuk mencari kerja di negara lain, nanti lama2 kalau semua orang berpikir sama semuanya berusaha bergerak ke negara lain dan akhirnya jumlah orang yg mau digaji kecil akan berkurang dengan sendirinya dan akhirnya terpaksa rate dinaikkan sesuai hukum supply dan demand. Tenaga kerja akan mengalir dari satu negara ke negara lainnya mengikuti hukum supply dan demand dan tercipta suatu rate yg mengikuti harga pasar.
salam,
berlian
vietnam
Pak Berlian,
Emang betul sih logika-nya seperti itu, tapi coba bayangkan...setiap tahun ITB, UI, UGM, USU, ITS dan Universitas2x lainnya selalu
menelurkan sarjana2 teknik ribuan orang, sementara perusahaan EPC atau KPS atau BUMN/BUMD atau pabrik2x belum tentu bisa
tumbuh sebanyak jumlah sarjana2 baru tersebut. Atau buatlah ada yg sudah pensiun, tapi kenyataan dilapangan tetap bahwa jumlah
lulusan baru/calon karyawan baru tetap lebih luar biasa jumlahnya dibanding mereka yang akan pensiun. Lhaaa ini dia kesempatan
para pencari PEKERJA untuk tidak akan pernah merasa pusing untuk mencari PENGGANTI, memang apes kadang2 nasib para pekerja/
pencari KERJA.
Salam hangat,
FHP
________________________________
From: berlian syako <berlia...@yahoo.com>
To: "Migas_I...@yahoogroups.com" <Migas_I...@yahoogroups.com>
Sent: Monday, March 12, 2012 8:15 AM
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Di vietnam lebih kasihan.
Manajer saya di vietnam masih naik motor.
Kalau saya bandingkan di jakarta banyak engineer bisa beli mobil, bahkan level dibawah engineer juga banyak yg bisa beli mobil.
Sama halnya dengan Indonesia, Vietnam juga menggaji karyawan lokal sangat kecil tetapi menggaji expat sangat tinggi, makanya kita2 expat dari Indonesia, Malaysia, Filipina, India, dll berdatangan ke Vietnam, karena ditawarin rate yg sangat menarik, rate dibuat lebih menarik dibanding negeri asal supaya expat mau datang.
Di Indonesia karyawan lokal digaji kecil karena masih banyak yg mau di gaji kecil, sementara yg tidak mau digaji kecil sudah mulai berpikir untuk mencari kerja di negara lain, nanti lama2 kalau semua orang berpikir sama semuanya berusaha bergerak ke negara lain dan akhirnya jumlah orang yg mau digaji kecil akan berkurang dengan sendirinya dan akhirnya terpaksa rate dinaikkan sesuai hukum supply dan demand. Tenaga kerja akan mengalir dari satu negara ke negara lainnya mengikuti hukum supply dan demand dan tercipta suatu rate yg mengikuti harga pasar.
salam,
berlian
vietnam
Urun rembug, yg saya tahu di perusahaan (PMA) yg sudah mapan range salary sudah jelas, bahkan ada perush yg mem-publish range salary secara terbuka di intranet mereka..tinggal kita lihat posisi kita dimana dan base nya berapa, brp jauh kita dari top base nya..jd HR gak bisa seenaknya ngasih gaji. ..tapi ya kita mesti pastikan posisi kita sesuai dengan yg akan kita terima.
Salam,
Karni
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
-----Original Message-----
From: Jeres Rorym <jeres...@yahoo.com>
Sender: Migas_I...@yahoogroups.com
Date: Mon, 12 Mar 2012 08:47:49
To: <Migas_I...@yahoogroups.com>
Reply-To: Migas_I...@yahoogroups.com
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Dear milister,
IMHO ... mengenai Human Resource ini memang sedikit dilema ... karena menurut pengamatan saya kebanyakan perusahaan2 yang bergerak di Oil&Gas ini adalah PMA ... yang notabene mempunyai HQ di daerah asal ... jadi secara otomatis kantor yang ada di Indonesia ini hanyalah perpanjangan usaha ...
Akibat dari kata perpanjangan usaha maka apabila usaha tersebut sudah tidak menguntungkan maka akan pergilah Perusahaan itu ke tempat/daerah/negara yang akan memberikan mereka keuntungan ... Apakah yang bisa dibawa oleh mereka ... yang paling mudah adalah Human Resource yang sudah terbukti membantu mereka untuk memberikan keuntungan ... Jadi kalo Human Resource tersebut memang kompeten maka mereka akan memberikan imbalan yang kompeten juga ...
Untuk penyetaraan gaji/remunerisasi antara expat dan nasional ... bukannya tidak bisa karena akan berkaitan dengan political will yang sangat tinggi ... akan tetapi karena mayoritas mereka itu PMA maka wajar gak mereka membayar besar karena toh mereka pikir lari2nya akan ke negara saya juga ... karena mereka dipajaki dan sama logikanya dengan expat2 Indonesia di belahan dunia lainnya uang mereka akan lebih mempunyai domino efek di negara asalnya ... toh semakin besar saya bayar gaji expat itu akan membesarkan operating cost yang notabene larinya kesaya dulu sebelum akhirnya ke bagi hasil Negara ... jadi memang sudah seperti itu ...
Kalo menurut saya akhirnya simpel saja ... kalo memang tenaga2 kita ahli dan layak dibayar mahal maka industri sekarang pun akan membayar tenaga ahli terbut dengan mahal ... hal itu kan yang terjadi di dunia saat ini dengan apa yang disebut dengan "Talent War" ...
Just my two cents ... mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan ...
Regards
Jeres R.C.
Saya bukan HR, bahkan sering kali "berantem" dengan HR, namun demikian saya sangat menghormati dan menghargai profesi mereka. Umumnya HR adalah tenaga local, tujuannya jelas yaitu pemahaman terhadap peraturan lokal sekaligus melindungi kepentingan karyawan lokal.
Saya hanya ingin sedikit berbagi pengalaman sebagai expat, dan juga pengalaman berhubungan dengan HR dalam mendapatkan resources baik local maupu expat.
Seringkali saya membutuhkan tenaga ahli dengan kriteria tertentu untuk membantu melaksanakan tugas. Adalah tugas HR untuk memenuhi kebutuhan resource tsb. Pengalaman saya HR akan selalu melihat tenaga lokal sebagai pilihan pertama. Bahkan cenderung memaksakan tenaga local. Disisi lain, sebagai user saya tentunya menghendaki resources dengan kemampuan tertentu, terlepas apakah local atau expat, objective nya adalah target yang harus dideliver. Nah, kalau tenaga lokal tidak tersedia setelah beberapa round dicari, maka terpaksa harus pakai tenaga "expat".
Perusahaan oil & gas multinasional umumnya telah memiliki aturan yang jelas untuk masalah remunerasi. Shell misalnya memiliki term yang disebut IBAS dimana factor biaya hidup negara asal (home country), negara tempat bekerja (host) menjadi dasar perhitungan ditambah dengan allowance yang sesuait denga lokasi/kesulitan di host country. Tujuannya jelas, agar si expat bisa hidup nyaman di host country, bisa menabung untuk balik di home country dan mau datang ke host country. Perusahaan lain rasanya kurang lebih serupa.
Tenaga expat inipun biasanya di cari dulu dari operation unit lain perusahaan tsb. Kalau tidak berhasil baru dicari lewat open market.
Disinipun HR akan berusaha mencari resouces yang relatif murah atau lebih murah. Bahkan seringkali di buat term intermediate yang ditawarkan untuk tenaga expat regional, yang dikenal sebagai RTC (regional term contract).
Di tempat saya yang sekarang bahkan aturan pemerintah local lebih ketat lagi. Open position yang tadinya terbuka utk expat pun dirubah jadi local atau regional. Nah disini terjadi tarik-ulur antara user dan HR.
Meskipun pengalaman saya ini bukan di Indonesia, tapi saya yakin HR di Indonesia kurang lebih serupa. Mereka memilki job description, task & target serta KPI yang kurang lebih sama.
Mereka sering kali berada di posisi yang nggak enak - oleh karyawan local dituduh tidak melindungi bangsanya - sedangkan dari sudut user sering dianggap tidak memahami kebutuhan project.
--- In Migas_I...@yahoogroups.com, karni_haq@... wrote:
>
> Urun rembug, yg saya tahu di perusahaan (PMA) yg sudah mapan range salary sudah jelas, bahkan ada perush yg mem-publish range salary secara terbuka di intranet mereka..tinggal kita lihat posisi kita dimana dan base nya berapa, brp jauh kita dari top base nya..jd HR gak bisa seenaknya ngasih gaji. ..tapi ya kita mesti pastikan posisi kita sesuai dengan yg akan kita terima.
>
> Salam,
> Karni
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
>
>
Dear Pak Berlian,
Setuju sekali, bagi kebanyakan orang ketika memiliki pengalaman kerja
0-3 tahun lebih cenderung berfikir munafik dan sering berkata "Saya
sih kerja cari pengalaman aja, duit nomor sekian". Apalagi budaya
nepotisme & koncoisme yang merebak di perusahaan, sudah menjadi
rahasia umum kalau mau kerja di PSC (tidak semua ya) harus punya
koneksi yang kuat (Saya ngalamin sendiri saat berkompetisi untuk
meraih suatu posisi di PSC). Budaya koncoisme ini yang sering malah
menghambat pekerja, rela dibayar murah dengan alasan nggak enak sama
yang udah masukin dia ke perusahaan. Dan pada akhirnya terjadi
downgrade untuk masalah tunjangan karena banyaknya karyawan model gini
di perusahaan. Tapi masih banyak juga sih perusahaan di luar sana yang
menggaji karyawannya dengan sistem yang jelas dan saling
menguntungkan.
Halah sudahlah, kalau dilanjutin malah jatuhnya mengeluh terus. Nggak
tega liat teman-teman yang desainnya dipakai di beberapa oilfield
terbesar di negeri ini, tapi giliran makan di citos pada patungan
sampe pelayannya geleng-geleng kepala :)
Best Regards,
R. Ragatha
Pada tanggal 13/03/12, berlian syako <berlia...@yahoo.com> menulis:
>>________________________________
Pak Mico,
Hijrah ke Mid East bukan solusi…mestinya kita memberikan solusi bukan menghakimi pendapat orang lain, sepatutnyalah kita mendiskusikan ini untuk mencari jalan tengah. Saya bukan expet dibidang ini, saya hanya sedih setelah membaca artikel yang luar biasa ini.
salam
From: Migas_I...@yahoogroups.com [mailto:Migas_I...@yahoogroups.com] On Behalf Of Mico Siahaan
Sent: Sunday, March 11, 2012 7:27 AM
To: Migas_I...@yahoogroups.com
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Pertama, saya bukan orang HR.
Kedua, saya sudah menduga akhirnya "menyalahkan" bangsa sendiri. Tipikal sekali.
Yang menulis artikel nggak memperhitungkan di Indonesia perusahaan yang dia bilang "miskin" masih banyak. Berapa sih prosentase orang-orang Indonesia yg "beruntung" bekerja di perusahaan multinasional dibandingkan yg bekerja di perusahaan "miskin"? Dengan tidak digaji setara orang bule pun "gap" antara gaji karyawan perusahaan multinasional sudah amat besar. Jika mau distandarkan gaji menurut standar perusahaan multinasional, wah... Banyak perusahaan startup dan UKM yang bangkrut. Ujung-ujungnya makin banyak yg menganggur.
Jangan melulu melihat ke atas, sekali-kali lihat ke bawah. Syukuri yg diterima. Kalau belum puas, ya ikuti jejak rekan-rekan yg menjadi expat di Middle East atau negara lain yang standar gajinya lebih baik. Gitu aja kok repot.
Salam,
From: Budi Mahmud <budi....@gmail.com>
Sender: Migas_I...@yahoogroups.com
Date: Sat, 10 Mar 2012 20:21:15 +0700
ReplyTo: Migas_I...@yahoogroups.com
Subject: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
GAJI MULTINASIONAL
Artikel dari Seorang Wanita Indonesia
Januari 31, 2008
To all my friends
Sebetulnya yang bikin susah orang Indonesia itu ya orang Indonesia sendiri. Juga berdasarkan pengalaman Dan pengamatan pribadi, sekarang ini mudah sekali menemukan orang HR Dan top management yang orang Indonesia yang menurut pendapat saya tidak qualified untuk posisi mereka. Problemnya, diIndonesia saat ini masih berlaku seniority bukan quality. Dan yang paling susah kalau top management Dan orang HR tidak mempunyai background management Dan leadership qualities.Bagaimana mau memajukan Dan menguntungkan karyawan, mereka sendiri lebih concern dengan kelanggengan posisi mereka sendiri. Mereka memikirkan nasib mereka duluan. Kalau mereka aman, baru mereka memikirkan karyawan. Lagian Kita juga sebagai orang Indonesia jangan dibiasakan dengan pemikiran bahwa expat bule di Indonesia itu lebih bagus dari Kita. Berdasarkan pengalaman saya kerja di luar Indonesia, saya menemukan kenyataan bahwa sebetulnya expat bule di Indonesia sekarang ini banyak yang kualitasnya sama dengan pekerja biasa di sini. Jadi, kalau memang Ada bule di kantor rekan-rekan, anggap aja mereka itu kolega bukan boss atau superior. Jangan menganggap mereka itu lebih tahu dari Kita. Dan yang paling penting rekan-rekan harus bisa memanfaatkan peluang agar mereka share ilmu Dan pengalamannya dengan Kita.
Bicara soal gaji, memang ironis.
Bayangkan aja di Indonesia mungkin rata-rata gaji fresh graduate sekarang sekitar 2 juta/bulan (sorry if I’m wrong). Dengan 21 Hari kerja Dan 8 jam kerja per Hari, gaji mereka berarti sekitar 11,900/jam. Kalau dikurs ke US$dengan rate (10,500) berarti > 1.13 dolar/jam. Woi…disini secangkir kopi Starbuck biasa aja udah 1.48 dolar. Buat beli kopi aja nggak akan cukup.
Jadi memang benar slave wages. Malah mendekati freelance.
Business ethic di Indonesia? Saat ini, dream on! Sulit sekali menemukan perusahaan asing di Indonesia yang memang menerapkan company’s principals and goals. Kenapa? Karena kembali lagi ke top managementnya yang orang Indonesia. Jadi, sadarlah rekan-rekan, sebetulnya yang bikin susah Kita itu orang Indonesia Sendiri. Dan ini dilanggengkan dengan kultur Indonesia yang memang suka segan untuk complaint, terima apa adanya yang penting aman. Simak ini:
Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang Ada di Indonesia, yg antara lain dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?
1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi pangkal perhitungan UMR. Jadi Kita ketawain saja kalau Ada perusahaan multinasional (bank, konsultansi, tambang batubara, minyak, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu…. Dan menangis. (Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami hanya menggaji Rp 3jt, padahal di Australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji… Dlsb.)
2. Upah karyawan lokal bisa dibilang “slave wages”. Itulah yang langsung saya dengar dari manajer HR bule. “We pay slave wages in Indonesia”. Berapakah gaji seorang Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere, maka IA akan bangga memberikan “slave wages”. Kalau manajernya juga bermental begitu… Wah.. Ya sudah…
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa mereduce cost hingga seminim mungkin. Anda bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff Indonesia bisa jadi sama dengan gaji 10 konsultan bule…. Ini benar Ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)
4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi hingga groceries Dan Internet related companies. Tapi, saya yakin penerapannya pilih2.
Contoh: dalam salah satu code of conduct dari perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan: “employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits without discriminations on sex, races, nationalities and religions”.
Well, bagus sekali. Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal. Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi ‘pasal’ rawan, karena ketika saya tanyakan berapa range gaji seorang manajer Indonesia? “Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih mendapat gaji Rp.13juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan”. Wah, itu sih malah business “misconduct” bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja didalam negeri. Di Malaysia Dan AS saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah: Orang2 HR Indonesianya sendirilah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita…So, marilah Kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, Kita tanyakan saja apakah ia bener2 bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya? hehe memang dasar ….
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.
Pak Ardianto,
Sepertinya kita harus melihat standar Kuwait dan Qatar. Di Qatar tidak
sebanyak yang diterima di Kuwait, saya sependapat dengan Ranggi memang
kenyataan di sana seperti itu.
Bukannya kita tidak mau nego harga.tapi keterdesakanlah yang harus
memaksakan diri untuk menerimanya.
From: Migas_I...@yahoogroups.com
[mailto:Migas_I...@yahoogroups.com] On Behalf Of Ardianto H
Sent: Sunday, March 11, 2012 11:23 AM
To: Migas_I...@yahoogroups.com
Subject: Re: [Oil&Gas] GAJI MULTINASIONAL
Nggak bener
Yang namanya gaji yang tergantung masing masing. Kalau di'offer' rendah ya
jangan mau. Kalau mau ya salahnya sendiri. Yang bikin kisruh itu adalah yang
mau tetapi setelah itu membanding bandingkan dengan yang bargain dan sukses
dengan gaji tinggi.
Masalah bule di Indonesia yang bergaji tinggi ya wajar saja. Wong ada
perusahaan di Indonesia yang mau bayarin. Dan dia sendiri datang ke
Indonesia kan karena dapat offer tinggi.
Sayapun juga begitu, susah payah cari kerja diluar karena ingin seperti bule
di Indonesia. Kalau dioffer rendah ya ngapain jauh jauh keluar negeri untuk
kerja bakti ?
Catatan :
Memang di Indonesia saja pegawai nasional gajinya 'ditekan' rendah, setahu saya diatur pemerintah agar kesenjangan tidak terlalu jauh antara sektor swasta dan negeri. Di Kuwait, pegawai negeri/pemerintah unggul dalam hal benefit (ada benefit khusus yang berlaku untuk nasional saja) tetapi secara umum relatif sama dengan expatriate.
ARDIANTO H
http://ardisfamily.blogpost.com/
KUWAIT
----------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
Facebook page :
http://www.facebook.com/pages/Migas-Indonesia-Online/251996544879092
No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Daily Digest : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Administrator : Migas_Indo...@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
----------------------------------------------------------Yahoo! Groups
Links
Just urun rembuk
Besar kecilnya suatu nilai termasuk gaji adalah tentu saja dilihat dan berdasarkan profesianalisme seseorang, tanyakan pada diri kita sendiri pantaskah kita menerima gaji besar? Kalau ya berarti ada nilai yang mahal dalam diri kita yang bisa kita jual pada perusahaan yang membutuhkannya
Hindari menyalahkan atau bahkan mencela tugas orang lain, karena itu adalah suatu pekerjaan yang paling gampang dan sangat mudah...... pertajam ilmu maka perusahaan pasti berani membeli yang anda tawarkan.... tolak tawaran rendah... gitu aja kok repot
Salam
lubis
From: Migas_I...@yahoogroups.com [mailto:Migas_I...@yahoogroups.com] On Behalf Of Wisnu Purwanto
Sent: 12 Maret 2012 22:36
To: Migas_I...@yahoogroups.com
Subject: [Oil&Gas] Re: GAJI MULTINASIONAL
Saya bukan HR, bahkan sering kali "berantem" dengan HR, namun demikian saya sangat menghormati dan menghargai profesi mereka. Umumnya HR adalah tenaga local, tujuannya jelas yaitu pemahaman terhadap peraturan lokal sekaligus melindungi kepentingan karyawan lokal.
Saya hanya ingin sedikit berbagi pengalaman sebagai expat, dan juga pengalaman berhubungan dengan HR dalam mendapatkan resources baik local maupu expat.
Seringkali saya membutuhkan tenaga ahli dengan kriteria tertentu untuk membantu melaksanakan tugas. Adalah tugas HR untuk memenuhi kebutuhan resource tsb. Pengalaman saya HR akan selalu melihat tenaga lokal sebagai pilihan pertama. Bahkan cenderung memaksakan tenaga local. Disisi lain, sebagai user saya tentunya menghendaki resources dengan kemampuan tertentu, terlepas apakah local atau expat, objective nya adalah target yang harus dideliver. Nah, kalau tenaga lokal tidak tersedia setelah beberapa round dicari, maka terpaksa harus pakai tenaga "expat".
Perusahaan oil & gas multinasional umumnya telah memiliki aturan yang jelas untuk masalah remunerasi. Shell misalnya memiliki term yang disebut IBAS dimana factor biaya hidup negara asal (home country), negara tempat bekerja (host) menjadi dasar perhitungan ditambah dengan allowance yang sesuait denga lokasi/kesulitan di host country. Tujuannya jelas, agar si expat bisa hidup nyaman di host country, bisa menabung untuk balik di home country dan mau datang ke host country. Perusahaan lain rasanya kurang lebih serupa.
Tenaga expat inipun biasanya di cari dulu dari operation unit lain perusahaan tsb. Kalau tidak berhasil baru dicari lewat open market.
Disinipun HR akan berusaha mencari resouces yang relatif murah atau lebih murah. Bahkan seringkali di buat term intermediate yang ditawarkan untuk tenaga expat regional, yang dikenal sebagai RTC (regional term contract).
Di tempat saya yang sekarang bahkan aturan pemerintah local lebih ketat lagi. Open position yang tadinya terbuka utk expat pun dirubah jadi local atau regional. Nah disini terjadi tarik-ulur antara user dan HR.
Meskipun pengalaman saya ini bukan di Indonesia, tapi saya yakin HR di Indonesia kurang lebih serupa. Mereka memilki job description, task & target serta KPI yang kurang lebih sama.
Mereka sering kali berada di posisi yang nggak enak - oleh karyawan local dituduh tidak melindungi bangsanya - sedangkan dari sudut user sering dianggap tidak memahami kebutuhan project.
--- In Migas_I...@yahoogroups.com, karni_haq@... wrote:
>
> Urun rembug, yg saya tahu di perusahaan (PMA) yg sudah mapan range salary sudah jelas, bahkan ada perush yg mem-publish range salary secara terbuka di intranet mereka..tinggal kita lihat posisi kita dimana dan base nya berapa, brp jauh kita dari top base nya..jd HR gak bisa seenaknya ngasih gaji. ..tapi ya kita mesti pastikan posisi kita sesuai dengan yg akan kita terima.
>
> Salam,
> Karni
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
>
>
Dony
2012/3/13 Ranggi Ragatha <r.ra...@gmail.com>
> Dear Pak Berlian,
>
> Setuju sekali, bagi kebanyakan orang ketika memiliki pengalaman kerja
> 0-3 tahun lebih cenderung berfikir munafik dan sering berkata "Saya
> sih kerja cari pengalaman aja, duit nomor sekian". Apalagi budaya
> nepotisme & koncoisme yang merebak di perusahaan, sudah menjadi
> rahasia umum kalau mau kerja di PSC (tidak semua ya) harus punya
> koneksi yang kuat (Saya ngalamin sendiri saat berkompetisi untuk
> meraih suatu posisi di PSC). Budaya koncoisme ini yang sering malah
> menghambat pekerja, rela dibayar murah dengan alasan nggak enak sama
> yang udah masukin dia ke perusahaan. Dan pada akhirnya terjadi
> downgrade untuk masalah tunjangan karena banyaknya karyawan model gini
> di perusahaan. Tapi masih banyak juga sih perusahaan di luar sana yang
> menggaji karyawannya dengan sistem yang jelas dan saling
> menguntungkan.
>
> Halah sudahlah, kalau dilanjutin malah jatuhnya mengeluh terus. Nggak
> tega liat teman-teman yang desainnya dipakai di beberapa oilfield
> terbesar di negeri ini, tapi giliran makan di citos pada patungan
> sampe pelayannya geleng-geleng kepala :)
>
> Best Regards,
> R. Ragatha
------------------------------------
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
Facebook page : http://www.facebook.com/pages/Migas-Indonesia-Online/251996544879092
No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Daily Digest : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Administrator : Migas_Indo...@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
Untuk pergantian alamat email dan pengiriman attachment
silahkan hubungi webmaster(at)migas-indonesia.com
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
Mas Ardi,
Hahaha mantap, pekerja asal negara western mendapat kenaikan gaji
tahunan paling kecil dibandingkan dengan pekerja asal asia. Wah harus
ngeliat ke city centre lagi nih siapa yang mendominasi
restoran-restoran disana.
Thanks atas file surveynya, sangat berguna dalam menambah informasi.
Masalahnya kenyataan di lapangan masih banyak engineer Indonesia
dengan pengalaman 0-5 tahun (paspor Indonesia & single status loh)
digaji dibawah standar jaminan sosial warga asli Qatar.
Disitu nggak dijelaskan secara details asal suku bangsa serta negara
para pekerja yang katanya digaji jor-joran. Kenyataan dilapangan,
seringnya terjadi diskriminasi untuk job class serta jabatan yang
sama, pekerja asal negara eropa & amerika dibayar sekitar 2-4 kali
lipat dari pekerja asal Indonesia! ini berdasarkan cerita yang beredar
dari mulut ke mulut di lapangan loh, hanya saja tidak dibuktikan oleh
survey & tidak diverikasi oleh lembaga resmi.
Saya sendiri alhamdulillah dengan permanent status, Saya digaji dengan
sangat baik oleh perusahaan yang mempekerjakan Saya. tapi kadang sakit
hati aja liat temen-temen pipe fiter (nggak usah muluk-muluk sampe
engineer) asal cilacap, surabaya, makassar, dan daerah lain di
Indonesia digaji dengan standar gaji jauh dibawah awang-awang.
Best Regards,
Ranggi Ragatha
Pada tanggal 13/03/12, Ardianto H <ardia...@gmail.com> menulis:
> Mas Fajri, sampeyan salah besar.
> Survey yang dilakukan oleh Gulftalent dan SPE membuktikan bahwa Qatar yang
> paling joss memberi gaji (lihat attachment yang saya lampirkan diatas).
>
> Jadi kalau anda merasa masih terlalu kecil rasanya juga wajar, dimanapun
> juga yang namanya manusia selalu tidak puas apa yang sudah didapat dan
> cenderung lirik sana dan lirik sini, termasuk saya.
>
> Kita semua adalah manusia normal yang selalu ingin dapat yang terbaik.
>
> *ARDIANTO H*
> http://ardisfamily.blogspot.com/
>
>
>
> 2012/3/12 Fajri Julisyah <saza1...@gmail.com>
>
>> **