[Oil&Gas] Trs: Re: statement sultan jogja terkait PLTN

0 views
Skip to first unread message

soedardjo batan

unread,
Mar 24, 2011, 12:56:44 AM3/24/11
to WARTABATAN
 

Maaf karena internet terputus, maka kalimata terakhir terputus dan suda ditambah sambungannya.

-
--- Pada Rab, 23/3/11, Dian Abraham <diana...@yahoo.com> menulis:
Teman-teman,

Debat ini menurut saya sebaiknya dihentikan sebelum masyarakat semakin bingung. Minimal kawan dari Walhi Yogya menahan diri. Lebih bagus lagi bila kawan2 mengaku salah paham dan menjernihkannya supaya publik juga tahu bahwa Sultan juga punya kesalahpahaman yang sama.

Kedua pihak sama2 tidak tahu bahwa reaktor riset di Yogya berbeda amat sangat besar dengan PLTN dan termakan oleh kampanye BATAN (waktu gempa Yogya dulu). Hanya karena keduanya sama2 bernama ”reaktor nuklir” maka kedua pihak berasumsi bahwa risiko dan dampaknya sama, atau minimal mirip.

Saya pribadi tidak terlalu khawatir soal keselamatan reaktor riset Yogya itu terkait dengan gempa dibandingkan kekhawatiran bila ada PLTN di Indonesia (tanpa faktor gempa sekalipun). Saya lebih takut adanya kesalahan penanganan bahan radioaktif dan limbah radioaktif dari reaktor riset itu. (Mungkin ada yang bisa menggambarkan soal ini, apakah kekhawatiran ini wajar terhadap suatu reaktor riset).

Saya khawatir jika debat ini dibiarkan terus, publik akan terlanjur menganggap Indonesia hebat dalam menangani PLTN (seperti yang diinginkan BATAN dkk) hanya karena reaktor riset itu tidak ada masalah saat gempa (walaupun ini juga hanya benar secara relatif karena faktanya ada keretakan pada reaktor itu). BATAN dkk pasti senang kita berdebat soal ini karena pada akhirnya yang terbukti benar adalah pendapat mereka bahwa RR itu aman dari gempa. Akhirnya publik jadi semakin yakin bahwa itu berarti BATAN juga sama hebatnya jika diberi kesempatan mengelola PLTN.

Sebenarnya saya berharap mereka yang ahli secara teknis dalam bidang ini bisa menjelaskan kepada publik. Tapi karena tidak ada, saya memberanikan diri untuk menjelaskan kepada kawan2 apa yang saya pahami.


Reaksi nuklir ada dua macam yaitu fisi (pembelahan inti atom) dan fusi (penggabungan inti atom). Karena yang dipakai di hampir seluruh reaktor nuklir adalah reaksi fisi, maka yang dibicarakan biasanya adalah teknologi fisi ini.


Reaksi nuklir fisi yang berlangsung di dalam reaktor  menghasilkan tiga hal:
  1. terbelahnya inti atom (yang menjadi berbahaya karena bersifat radioaktif),
  2. neutron, dan
  3. panas.

Reaktor nuklir untuk keperluan riset (selanjutnya kita sebut saja RR) tidak membutuhkan panas itu melainkan kedua hal yang pertama, yakni untuk keperluan penelitian, kedokteran, dll. Sebaliknya, reaktor nuklir untuk keperluan komersial (alias PLTN) justru membutuhkan panasnya. Neutron juga dibutuhkan PLTN karena digunakan untuk ”menembak” inti atom uranium lainnya. Tetapi sebelum bisa dipakai ”menembak”, neutron itu harus diperlambat lajunya dengan bahan tertentu yang dapat memperlambatnya, misalnya air (di Fukushima) atau grafit (di Chernobyl). Sedangkan inti atom2 yang bersifat radioaktif itu mau tidak mau menjadi limbah tingkat tinggi.


Jadi perbedaan utamanya adalah bahwa pada RR panasnya dibuang begitu saja, di PLTN justru dibutuhkan yakni untuk mendidihkan air supaya menghasilkan uap yang kemudian dipakai menggerakkan turbin dan seterusnya hingga membangkitkan listrik. Tapi persoalannya, mengelola panas yang sangat besar ini ternyata tidak gampang. Jadi di setiap PLTN (bukan cuma di Fukushima), ketika PLTN harus mati otomatis karena keadaan bahaya (misalnya kebakaran) atau bencana (gempa, dll), saat itu juga harus ada proses pendinginan reaktor. Kalau dibiarkan, panas itu tidak akan mendingin dengan sendirinya, bahkan akan melelehkan apa saja, termasuk bahan bakar nuklir di inti reaktor itu. Ini beda dengan panas karena ada nyala api. Kalau seperti ini, setelah api dimatikan, panasnya pasti akan turun dengan sendirinya.


Karena pada RR panas itu dibuang/dilepaskan begitu saja (dan reaktornya dapat dimati-hidupkan sesuka hati si penggunanya) maka infrastruktur di RR tidak rumit dan berisiko (kecuali risiko terpajan bahan radioaktif tentunya). Tidak ada misalnya jaringan pipa yang siap dialiri air pendingin untuk mendinginkan reaktor. Begitu pula, tidak ada air dalam jumlah besar yang perlu disiapkan untuk itu. Itu sebabnya RR tidak perlu berada di tepi sungai atau tepi laut. RR bisa di tempat yang ”kering” seperti pusat kota di Yogya atau di Serpong.


Jadi tidak ada risiko salah desain reaktor seperti besarnya pipa air pendingin ternyata lebih kecil dari kebutuhan air pendinginnya yang sifatnya fatal karena jika terjadi kecelakaan dan reaktor mati, air yang mengalir tidak cukup banyak untuk mendinginkan reaktor (salah desain ini terjadi di AS, tapi saya lupa persisnya PLTN mana). Juga tidak ada risiko katup yang macet atau pipa yang retak (karena gempa), dll.

%0


Jadi ketiadaan panas yang harus dikelola membuat persoalan di RR tidak sebanding dengan PLTN. Kalau lebih rumit mungkin iya (seperti klaim BATAN, walaupun rasanya ini juga berlebihan mengingat PLTN misalnya harus merawat pipa2 yang mengalirkan air, panas, dll dari bahaya korosi, penuaan, retak akibat gempa, dll, jadi seharusnya perawatannya justru lebih rumit). Tapi berbahaya? Tidak. Atau tepatnya, tidak seberbahaya PLTN.


Setahu saya, baru satu RR di dunia ini yang mengalami kecelakaan, yaitu di Norwegia, sekitar 2-3 tahun lalu. Saya lupa detilnya (dan saya harus cari2 lagi data itu di file).


Jadi, kalaupun bangunan RR itu hancur karena gempa, tapi saya tetap yakin inti reaktornya yang di dalamnya ada bahan bakar nuklirnya tetap kuat (ingat bahwa kotak hitam di pesawat sebegitu kuatnya sehingga kalau terjadi ledakan di pesawat atau terbanting dari ketinggian ribuan meter kotak itu tetap tidak hancur). Jadi kalau cuma membuat inti reaktor yang tahan terhadap gempa ya tidak akan susah. Beda dengan PLTN yang ketika ada bagian reaktor yang hancur, atau gagal berfungsi, maka bisa berpengaruh besar pada proses pendinginan reaktor yang bisa fatal akibatnya.


Singkatnya, potensi kecelakaan PLTN bukanlah pada ketidakpercayaan pada kekuatan inti reaktor (misalnya takut bocor karena gempa), tapi - salah satunya - pada salah/gagalnya pengelolaan panas yang ribuan Celcius itu yang dapat berdampak pada inti reaktor tsb. Dan ini tidak ada di RR pada umumnya (termasuk Yogya).


salam,
aam

__._,_.___
Recent Activity:
--------------------------------------------------------------
Portal Industri : http://www.migas-indonesia.com
No E-mail (Web) : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Daily Digest    : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Individual Mail : Migas_Indon...@yahoogroups.com
Administrator   : Migas_Indo...@yahoogroups.com
Mirror : http://groups.google.com/group/Migas-Indonesia-Google
HAPUS BAGIAN EMAIL YANG TIDAK DIPERLUKAN SEWAKTU REPLY
PENGIRIMAN ATTACHMENT KE MILIS HARUS MELEWATI ADMINISTRATOR
--------------------------------------------------------------
.

__,_._,___
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages