Kapolres Baru Jombang Ambil Tindakan Tegas, Stop Praktik Dukun Cilik Ponari
        	  Kamis, 26 Februari 2009
    	
    	
    	
    	
    		  Keluarga Ingin Hidup Tenang 
JOMBANG - Praktik dukun cilik Ponari ahirnya ditutup
untuk selamanya. Adalah Kapolres baru Jombang AKBP Tomsi Tohir yang
berani mengambil tindakan tegas itu.
Langkah berani tersebut
diambil pada hari pertama Tomsi bertugas kemarin. Begitu masuk kantor,
dia langsung mengundang Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah) Jombang
untuk membahas masalah yang selama ini menimbulkan kontroversi itu.
Rapat
antara lain diikuti Bupati Suyanto, Kajari M. Sunarto, dan Komandan
Kodim 0814 Letkol CZI Sajad Mawardi. Ponari juga dihadirkan di ruang
rapat. Masih mengenakan seragam sekolah, dia diantar ibunya, Mukaromah.
Hasil
rapat sangat tegas, yakni praktik dukun cilik dari Dusun Kedungsari,
Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, itu harus ditutup untuk
selamanya. "Kami sudah sepakat agar praktik pengobatan Ponari
diakhiri," kata Kapolres.
Mulai hari ini tidak ada lagi
pembagian kupon di rumah Ponari. Pasien yang telanjur memegang kupon,
kata Tomsi, tetap diperbolehkan melanjutkan pengobatan. Tapi, setelah
semua terlayani, praktik Ponari langsung tutup permanen.
Menurut
Kapolres, alasan penutupan praktik Ponari, salah satunya adalah
permintaan pihak keluarga dukun cilik tersebut. Selama ini mereka
merasa tidak terlindungi. Sebab, begitu banyak pasien yang datang
setiap hari, sementara tenaga pengamanan dari kepolisian tidak seimbang.
Kepada
polisi, keluarga Ponari menyatakan ingin hidup normal seperti
sebelumnya. Tidak ada lagi ribuan orang yang tiap hari mengepung rumah
mereka untuk minta diobati.
Bagaimana kalau tetap buka? ''Jika
sudah menjadi permintaan keluarga, pengobatan itu pasti dihentikan
(selamanya, Red)," tegas Tomsi.
Polisi, lanjut Tomsi, akan
mengimbau ribuan orang yang berkumpul di sekitar rumah Ponari agar
meninggalkan lokasi. Tapi, bila mereka nekat bertahan, polisi juga
tidak akan mengusirnya. Hanya, mereka tidak akan mendapatkan
pengobatan. ''Kami berharap seluruh masyarakat bisa mengerti dan
memahami keinginan keluarga Ponari," katanya.
Terhadap keputusan
Muspida, pihak panitia mengaku siap melaksanakan. Hal itu disampaikan
Muhamad Anang, salah seorang panitia yang juga masih keluarga Ponari.
Anang menyatakan, bila Muspida Jombang sudah sepakat menghentikan
pengobatan Ponari untuk seterusnya, pihaknya siap menjalankannya. 
Apalagi
permintaan itu dari pihak keluarga Ponari sendiri. ''Jika memang
keputusan Muspida seperti itu, tentu kami menghormati dan siap
melakukannya," tegas Anang setelah keluar dari Mapolres Jombang kemarin.
Di
tengah pertemuan muspida, di Mapolres Jombang kemarin juga berlangsung
pisah kenal Kapolres lama AKBP Muhammad Khosim dan AKBP Tomsi Tohir.
Namun, Khosim membantah bahwa pergantian dirinya itu terkait penanganan
masalah Ponari yang tidak tegas.
Menurut dia, fenomena Ponari
adalah masalah sosial yang harus ditangani bersama-sama. Tidak hanya
polisi yang selalu diposisikan sebagai pemegang bola. Pihak lain,
seperti pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat juga ikut
bertanggung jawab. Tugas polisi hanyalah melakukan pengamanan. ''Mutasi
ini tidak ada hubungannya dengan Ponari. Lebih baik kita cari jalan
keluarnya bersama-sama," ujarnya.
Seperti diberitakan, dukun
cilik Ponari tiba-tiba menarik perhatian ribuan pasien untuk berobat.
Dia melayani pengobatan sejak 17 Januari 2008. Selama ini, pro dan
kontra bermunculan. Orang-orang yang bisa berpikir rasional
menginginkan aparat bertindak tegas menutup praktik pengobatan dengan
media batu tersebut. Apalagi, praktik itu secara langsung maupun tidak
langsung telah menelan lima korban meninggal. Selain itu, tidak sedikit
mereka yang berobat justru penyakitnya makin parah. 
(doy/yr/jpnn/nw)
sumber : http://jawapos.co.id/