srikand...@rocketmail.com
unread,Mar 27, 2012, 11:01:07 PM3/27/12Sign in to reply to author
Sign in to forward
You do not have permission to delete messages in this group
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to lovers of history
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang
dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia. Penulisan sejarah pada jaman ini berpusat pada masalah-
masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat
istanasentris yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja.
Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis di
prasasti dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui
peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu di mana seorang raja
memerintah.
Dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur
sastra, sebagai karya imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan
hidup yang dikisahkan sebagai uraian peristiwa pada masa lampau,
seperti tercermin dalam babad atau hikayat. Contoh-contoh
historiografi tradisional di antaranya ialah : sejarah Melayu, hikayat
raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran,
Babad Majapahit, Babad Kartasura dan masih banyak lagi.
Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisonal adalah
sebagai berikut.
1) Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau
keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana
sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
2) Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan
hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat
kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan
rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan
rakyat.
3) Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal
yang gaib.
4) Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
5) Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan
meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja; agar
supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi.
Oleh karena itu banyak mitos, bahwa raja sangat sakti, raja sebagai
penjelmaan/titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar, sehingga
ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang
diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam
konsep kepercayaan Hindu bahwa raja adalah "mandataris dewa", sehingga
segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
6) Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional
banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau
cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
7) Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma
(bertuah, sakti).