srikand...@rocketmail.com
unread,May 2, 2012, 12:46:14 AM5/2/12Sign in to reply to author
Sign in to forward
You do not have permission to delete messages in this group
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to lovers of history
Interpretasi
Data atau sumber sejarah yang dikritik akan menghasilkan fakta
yang akan digunakan dalam penulisan sejarah. Namun demikian, sejarah
itu sendiri bukanlah kumpulan dari fakta, parade tokoh, kronologis
peristiwa, atau deskripsi belaka yang apabila dibaca akan terasa
kering karena kurang mempunyai makna.
Fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau ditafsirkan
agar sesuatu peristiwa dapat direkonstruksikan dengan baik, yakni
dengan jalan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan, dan
menempatkan fakta dalam urutan kausal. Dengan demikian, tidak hanya
pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab, te
tapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa jadinya.
Dalam interpretasi, seorang sejarawan tidak perlu terkungkung
oleh batas-batas kerja bidang sejarah semata, sebab sebenarnya kerja
sejarah melingkupi segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu,
untuk memahami kompleksitas sesuatu peristiwa, maka mau tidak mau se
jarah memerlukan pendekatan multidimensi. Dengan demikian, berbagai
ilmu bantu perlu dipergunakan dengan tujuan mempertajam “pisau
analisis” sehingga diharapkan dapat diperoleh generalisasi ke
tingkat yang lebih sempuma.
Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa dalam tahapan
interpretasi inilah subjektifitas sejarawan bermula dan turut
mewarnai tulisannya dan hal itu tak dapat dihindarkan. Walau demikian,
seorang sejarawan harus berusaha sedapat mungkin menekan
subjektifitasnya dan tahu posisi dirinya sehingga nantinya tidak
membias ke dalam isi tulisannya.
Historiografi
Historiografi adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam
bentuk tulisan. Dapat dikatakan historiografi sebagai puncak dari
rangkaian kerja seorang sejarawan, dan dari tahapan inilah dapat
diketahui “baik buruknya” hasil kerja secara keseluruhan. Oleh karena
itu dalam penulisan diperlukan kemampuan menyusun fakta-fakta yang
bersifat fragmentaris ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan ko
munikatif.
Dalam historiografi modern (sejarah kritis), seorang
sejarawan yang piawai tidak lagi terpaku kepada bentuk penulisan yang
naratif atau deskriptif, tetapi dengan multidimensionalnya lebih
mengarah kepada bentuk yang analitis karena dirasakan lebih scientific
dan mempunyai kemampuan memberi keterangan yang lebih unggul diban
dingkan dengan apa yang ditampilkan oleh sejarawan konvensional
dengan sejarah naratifnya.