Pada tanggal 03/04/12, pristi suhendro <suhendr...@gmail.com> menulis:
b. Para Sejarawan Penting Zaman Modern
1. Aliran Rasionalisme;
a) Salah seorang sejarawan terkemuka dari aliran rasionalisme adalah
Voltaire (1694-1778) yang semula bernama Francois Arouet. Setelah
menyelesaikan studi hukum ia memperluas sendiri studinya , pada bidang
sastra, khususnya menjadi penulis pertunjukan tonel, epen (cerita
kepahlawanan), cerita-cerita novel, risalah sastra essays, dan
karya-karya historis. Namun demikian akhirnya ia mencurahkan hampir
seluruh hidupnya untuk penelitian dan penulisan sejarah. Salah satu
karyanya yang terpenting adalah “Esssay Sur les moeurs et L’esprit des
nations’ (adat istiadat dan jiwa bangsa-bangsa). Karya tersebut
membuka pandangan baru orang-orang Eropa terhadap kebudayaan di luar
Eropa dan cakrawala yang lebih luas lagi mengenai bangsa-bangsa lain.
Sebagai penganut rasionalisme Voltaire bertumpu kepada manusia
sebagai pelaku sejarah dalam mencari fakta-fakta dan menyusunnya
menjadi kisah sejarah.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa karya Voltaire itu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
-Kosmopolitan, yaitu pandangannya yang luas dan tidak terikat pada
suatu tempat, bangsa atau suku bangsa tertentu.
-Universal, yang berarti membicarakan atau membahas manusia secara
umum. Gambaran manusia menurut kaum rasionalis (yang sekaligus
humanis) adalah bahwa hanya ada satu manusia tanpa perlu membedakan
ras maupun kebudayaannya. Kaum rasionalis juga menghendaki agar
seluruh umat manusia menjalin suatu persaudaraan yang besar.
-Karya Voltaire tidak disusun secara kronologis, akan tetapi bersifat
tematis, yaitu berisi gambaran gaya hidup atau peradaban manusia yang
merupakan trend baru dalam historiografi Eropa pada waktu itu.
-Bahan-bahan yang dipergunakan untuk menyusun karyanya diperoleh dari
karangan atau tulisan-tulisan etnografis, kisah-kisah perjalanan yang
dibuat oleh para petualang penjelajah dunia seperti Tome Pires, Pinto,
Marcopollo, Baros dan sebagainya. Dengan demikian buku tersebut lebih
banyak berisi gambaran atau diskripsi mengenai masyarakat atau
suku-suku bangsa yang pernah dikunjungi para petualang seperti Teluk
Parsi, Malaka, Cina, Malabar, India dan sebagainya.
Karya-karya sejarah yang lain dari Voltaire adalah:
- Histoire de charles XII (1731)
- Le Siecle de Louis XIV (1751)
- Histoire de la Guerre de 1741 (1755)
- Histoire generale depuis Charlemagne jusqu’`a nos jours (1756)
- Dan yang lebih terkenal adalah “Essai sur les moeurs et l’esprit des
nations et sur les principaux faits de l’histoire depuis Charlemagne
jusqu’`a Louis XIII
- Histoire de l’empire de Russie sous Pierre le Grand (1760-1763)
- Philosophie de l’histoire (1765)
- Precis du Siecle de Louis XV (1768).
b)Montesquieu (1689-1758), dilahirkan dengan nama charles-Louis de
Secondat di istana La brede di Bordeaux. Di kota ini ia belajar hokum
dan sampai tahun 1726 ia memang bekerja sebagai ahli hukum. Ketika
pada tahun 1716 ia menjadi anggota Academie di kota kelahirannya, ia
mencurahkan karyanya ‘discours de reception’ pada politik orang-orang
Romawi mengenai religi. Karya pertamanya yang termasyur adalah Lettres
Persanes (1721), tidak berkaitan dengan sejarah. Baru dalam karyanya
yang besar dan terkenal yaitu Esprit des lois (1748), diformulasikan
mengenai ide ‘esprit général’, merupakan sejarah filsafat yang sangat
menarik. Disamping itu karya tersebut juga banyak berisi raia mengenai
ilmu politik dan sosiologi. Teorinya yang terkenal mengenai sistem
ketatanegaraan adalah Trias Politica, yaitu sistem pembagian/
pemisahan kekuasaan dalam suatu negara demokrasi menajdi 3 yaitu:
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sebagai seorang ahli tata negara
ajaran-ajarannya banyak dipraktekkan dalam pemerintahan di
negara-negara Barat.
c) Thomas Hobbes, yang juga bisa dikategorikan sebagai ahli tata
negara mengajukan suatu pemikiran bagaimana suatu masyarakat itu harus
di atur, dan siapa yang harus memegang kekuasaan. Ajarannya yang
terkenal adalah “Homo homini lopus”. Dalam hal kekuasaan teori Hobbes
cenderung bersifat absolutisme, yaitu bahwa kekuasaan itu harus
dipegang oleh seorang raja yang kuat.
d) J.J. Rousseau, yang juga bisa dikategorikan sebagai tokoh yang
beraliran romantisme. Ia mengemukakan bahwa selain rasio, kekuatan
manusia juga terdapat dalam sentimen dan kemauannya. Dalam hal ini ia
berbicara mengenai kemauan umum, yang merupakan teori demokrasi.
Menurutnya kekuasaan itu sebenarnya pada mulanya terdapat pada setiap
individu dalam masyarakat. Akan tetapi oleh karena adanya kemauan
bersama akhirnya ditunjuk seorang mandataris untuk memimpin.
2. Aliran Positivisme
Didukung oleh rasionalisme di Eropa pada waktu itu berkembanglah
kemudian apa yang disebut dengan positivisme yang dipelopori oleh
Agust Comte, yang juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Sosial. Positivisme
adalah suatu aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu
harus dapat membuat hukum-hukumnya. Dengan demikian hanya ilmu yang
dilengkapi dengan hukum-hukumnyalah yang berhak diakui sebagai ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu ilmu-ilmu seperti ilmu sosial, seni
termasuk sejarah juga harus mampu menyusun hukum-hukumnya.
Dalam filsafat sejarahnya Comte membuat suatu periodisasi sejarah
menjadi 3 jaman yaitu:
1). Jaman Teologi, yaitu suatu jaman dimana masyarakat hanya percaya
bahwa segala sesuatu di dunia ini digerakkan oleh kekuasaan super
natural.
2). Jaman Methafisis, yaitu jaman dimana manusia masih percaya adanya
kekuatan di luar fisika yang tidak tampak sebagai penggerak dinamika
kehidupan ini.
3). Jaman rasionalisme, yaitu jaman dimana manusia hanya percaya bahwa
dinamika di dunia ini, termasuk benda-benda mati, kekuatannya terletak
pada hukum alam itu sendiri.
Salah seorang pengikut Agust Comte yang terkenal adalah Henry
Thomas Buckle, dengan karyanya yang berjudul “History of Civilization
in England”. Buku itu berisi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi dengan mencari faktor-faktor pendorongnya. Dalam buku
itu ia mempertanyakan mengapa Ilmu Pengetahuan berkembang dengan pesat
di Eropa, khususnya di Ingris daripada di belahan bumi lainnya.
Jawaban yang diajukan ialah bahwa iklim, kondisi tanah menjadi faktor
pendorong utama dari kemajuan Eropa. Jawaban semacam itu tidak lain
karena dipengaruhi oleh rasionalisme dan positivisme filsafat sejarah
Comte.
Sejarawan lain yang cukup terkenal adalah N.D.F. de Coulanges
dengan bukunya yang berjudul “The Ancient City”. Dalam buku itu ia
menyatakan bahwa penulisan sejarah Yunani dan Romawi sangat
dipengaruhi oleh agama (Kristen Abad pertengahan). Selanjutnya dalam
bukunya yang berjudul “History of the Political Institutions of
Ancient France” (1870) ia menyatakan bahwa sejarah hanya bisa
direkonstruksi dari dokumen-dokumen. Gagasan Coulanges yang sedemikian
itu ternyata diikuti dan bahkan dikembangkan oleh Lang Louis dan
Charles Seignobos yang terkenal dalam karyanya yang berjjudul “An
Introduction to the Study of History” yang sesungguhnya merupakan buku
teori dan metodologi sejarah. Menurut kedua sejarawan tersebut bahwa
kenyataan masa lampau hanya bisa dilukiskan kembali berdasarkan
dokumen-dokumen sejarah yang ada. Istilah yang sangat populer mengenai
hal itu adalah “no ducument no history”.
3. Romantisisme
Sebagai reaksi terhadap aliran positivisme dan juga karena
didorong oleh gerakan nasionalisme, maka muncullah apa yang disebut
dengan aliran romatisisme. Dalam sejarah penulisan sejarah atau
historiografi, istilah ‘romantik’ lebih berkaitan dengan sudut pandang
politik romantik, yaitu visi yang konservatif mengenai negara dan
masyarakat. Dalam hal ini muncul pendapat-pendapat dan
perasaan-perasaan anti revolusi, terutama yang ditujukan kepada
revolusi Perancis. Sebagai alasannya adalah bahwa revolusi Perancis
yang sangat spektakuler itu ternyata telah menyimpang dari cita-cita
semula. Kebebasan dan persamaan hak (demokrasi) yang dicita-citakan
dalam revolusi itu ternyata mengingkari rasionalisme, karena gerakan
massa dalam revolusi Perancis telah banyak melakukan pembantaian
besar-besaran, khususnya terhadap para bangsawan Perancis. Disamping
itu sebagai salah seorang tokoh revolusi Napoleon telah tampil menjadi
penguasa ditaktor dan imperialis yang menjajah dan menguasai
bangsa-bangsa Eropa lainnya. Sifat irrasional dan dampak negatif
revolusi Perancis itu akhirnya membangkitkan sentimen negatif dan
memunculkan semangat nasionalisme dari bangsa-bangsa Eropa yang
terjajah . Dalam hal itu setiap bangsa Eropa menjadi lebih tertarik
kepada kebudayaan mereka sendiri. Oleh karena itu mereka terdorong
untuk menggali sejarah dan kebudayaannya sendiri, termasuk di dalamnya
adat istiadat, hukum, seni, sastra , cerita rakyat, mitos cerita
kepahlawanan dan lain sebagainya. Semuanya itu sebagai manifestasi
dari ketertarikan masa lampau mereka sendiri (romatisme) dan nasional.
Penulisan sejarah romantis adalah produk dan produsen dari
historisme. Sedangkan romantik adalah berkaitan dengan kesadaran
historis dan dan spirit untuk mempelajari dan menulis masa lampaunya
miliknya sendiri (daerahnya, negerinya, sukunya atau bangsanya
sendiri).Revolusi-revolusi politik memang telah membangunkan kesadaran
historis dan historisme selama abad 19. Namun demikian sesungguhnya
belum ditemukan definisi pasti mengenai historiografi romantis. Hhanya
bisa dijelaskan bahwa sebagai bentuk rekasi terhadap positivisme dan
rasionalisme aliran romantisisme menyatakan bahwa tidak benar rasio
itu merupakan prinsip yang menentukan segalanya. Terdapat faktor yang
dilupakan oleh kaum rasionalis yaitu sentimen, emosi atau perasaan.
Oleh karena itulah pendukung romantisisme juga merasa simpati terhadap
budaya abad pertengahan, dengan alasan bahwa segala sesuatu yang
dimiliki bangsa Eropa pada waktu itu (kebudayaan Eropa) juga berakar
(berasal) dari Abad Pertengahan. Dengan demikian mereka melakukan
penilaian baru terhadap kebudayaan Abad Pertengahan yang semula diberi
cap sebagai abad gelap dan kebodohan oleh kaum rasionalis. Artinya
pada masa itu muncul kebutuhan akan nostalgia terhadap masa lampau
yang diromantisir dengan kesan-kesan serba indah dan baik.
Di Jerman gerakan Romantisisme ini telah memunculkan perhatian
luar biasa terhadap sejarah negara, daerah atau wilayahnya sendiri.
Para intelektual secara beramai-ramai melakukan penelitian atau
penggalian kembali terhadap hukum, cerita rakyat, kesenian, sejarah
dan sebagaianya yang merupakan warisan leluhur mereka, yang kesemuanya
itu dilacak proses perkembangannya menurut perspektif sejarah. Gejala
inilah yang memberi cap baru pada bagian kedua abad 19 yang terkenal
dengan istilah “historisisme”, yaitu aliran pemikiran yang sangat
dikuasai oleh perspektif sejarah dalam meneliti berbagai aspek
kehidupan bangsa baik dalam bidang hukum, filsafat, kesenian, ekonomi,
politik dan sebagainya.
Di Inggris dalam karyanya yang berjudul “The Codex Diplomation
Aevi Saxonisi” atau “The Saxon in England” (1849), John Mitchell
Kemble menceritakan asal mula kebudayaan Anglo Saxon, khususnya budaya
politiknya. Menurutnya budaya politik Anglo Saxon berasal dari adat
kebiasaan petani Anglo Saxon yang mengadakan persekutuan berdasarkan
ide kebebasan. Itulah yang kemudian berkembang atau menumbuhkan adanya
masyarakat bebas di Inggris, yang berarti bukan karena terpengaruh
oleh revolusi Perancis.
Selanjutnya Frederichh D. Maitland dan Pallocks menulsis “history of
English Law to 1272, yang isinya mengenai sejarah hukum di Inggris
yang dikatakan berasal dari perkembangan alami di Inggris.
4.Leopold van Ranke Sebagai Perintis Metode Sejarah Kritis
Sejak munculnya kaum humanis pada jaman renaissance yang
merupakan tonggak sejarah atau awal jaman modern Eropa Barat, studi
sejarah ilmiah menjadi semakin maju. Hal itu terutama disebabkan oleh
semakin banyaknya usaha-usaha penelitian sejarah pada abad 17 dan 18.
Namun demikian hal itu belum sepadan dengan usaha untuk penulisan
sejarah dan karya sintesa sejarah yang mampu dihasilkan. Demikian juga
dalam pendidikan universitas belum ada pendidikan kejuruan bagi para
mahasiswa sejarah (sejarawan). Walaupun telah terdapat
professor-profesor sejarah, andil universitas dalam pengembangan ilmu
sejarah kurang menonjol. Baru pada abad 19 dan 20 terjadi perubahan
yang mendasar, dimana peranan dari universitas sangat besar. Dan
sebagai pionir dalam hal itu adalah Leopold van Ranke dari Jerman.
Aliran romantisisme yang cenderung mengarah kepada pengagungan
terhadap kebudayaan sendiri, dalam bidang hitoriografi mengakibatkan
subyektivitas yang cukup menonjol dalam penulisan sejarah. Oleh karena
itu muncul reaksi dari seorang tokoh perintis metode sejarah kritis
yaitu Leopold von Ranke (1795-1886). Sesudah menyelesaikan studi
teologi dan filologi klasik di Leipzig (Jerman) ia menjadi guru
bahasa-bahasa klasik di Frankfort a. d. Oder. Pada tahun-tahun itu ia
menunjukan perhatiannya yang besar pada penulis-penulis sejarah
klasik, namun demikian sebagai rhasil perenungan dan pemikirannya ia
mengajukan kritik-kritik yang tajam atau komentar-komentar yang
negatif terhadap para sejarawan lama pada jamannya yang beraliran
romantis. Dalam hal ini mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa yang
sunguh-sungguh terjadi adalah lebih menarik daripada ceritera yang
diromantisir. Oleh karena itu ia memutuskan untuk menolak semua semua
gambaran yang bersifat khayalan dalam karya-karya sejarah dan hanya
berpegang teguh pada fakta-fakta.
Pada tahun 1824 terbit buku Ranke yang pertama (buku yang kedua
tidak pernah terbit), yang berjudul Geschichten der romanischen un
germanischen Volkër (sejarah Jerman dan rakyat Jerman), yang meliputi
periode 1494-1514. Dalam buku itu ia melukiskan dan membandingkan
sejarah Jerman dengan kelebihan-kelebihannya seperti yang dimiliki
bangsa Romawi yang kuat. Pada masa itu ia masih bisa dikategorikan
sebagai pengikut romantisisme. Namun demikian ia sendiri sesungguhnya
juga menyadari akan hal itu, sehingga itulah sebabnya bukunya yang
kedua tidak pernah terbit. Artinya ia menyadari bahwa dalam karya
sejarah yang romantis itu mengandung subyektivitas yang tinggi,
sementara ia menghendaki untuk mengembangkan metode penelitian sejarah
kritis dengan cara menyelidiki ‘kredibilitas sumber’ (kritik sumber).
Mottonya yang terkenal dalam penelitian dan penulisan sejarah adalah
bahwa sejarawan seharusnya berpegang pada “wat ist eigenlig geschicte”
(apa yang sesungguhnya terjadi). Hanya dengan cara itulah maka
kebenaran akan masa lalu bisa diungkapkan.
Karya-karya Leopold von Ranke sebagai perintis metode sejarah
kritis pada jaman modern, terutama yang berisi mengenai gambaran
pertumbuhan negera-negara modern Eropa antara lain:
-Deutsche Geschichte im Zeitalter Reformation
-Die romischen Papste, ihre Kirche und ihr Staat im 16. und 17.
Jahrhundert, Neun Bucher preussischer Geschichte.
-Franzosische Geschichte vornehmlich im 16. und 17 Jahrhundert.
-Englische Geschichte vornehmlich im 17. Jahrhundert
-Weltegeschichte (membahas mengenai jaman kuno dan Abad Tengah).
3.Menurut saya pada fase perkembangan historiogrfi dipengaruhi oleh
Literati atau pujangga dan dipelihara oleh penguasa dilatarbelakangi
oleh adaya suatu peristiwa yang penting untuk generasi yang akan
datang. Namun perkembangan selanjutnya, para penguasa memerintahkan
kepada para pujangga untuk menuliskan suatu peristiwa-peristiwa
penting pada suatu periode kekuasaan, misalnya pada zaman kerajaan
Majapahit, ada banyak pujangga yang terkenal seperti Empu Tantular,
Prapanca,dan lain-lain. Disini para penguasa kerajaan tidak
sembarangan menyuruh orang untuk menuliskan suatu peristiwa yang
penting. sebagai catatan, tidak semua orang bisa dan mampu menuliskan
suatu penulisan sejarah pada waktu itu, hanya orang-orang tertentu
saja. Namun perkembangan selanjutnya terjadi subjektifitas dari para
pujangga yang didorong oleh para penguasa shingga kadar
keobjektifitaannya berkurang, mengingat para penguaasa mencoba untuk
terkadang membuat penulisan sejarah tidak berdasaarkan fakta, dan
ceandaerung melebih-lebihkan,sehingga mendorong para pujangga
memainkan perannya dan subjekitfitasanya lebih jauh yang pada akhirnya
akan mengurangi keobjetifatasan daari suatu penilisan sejarah.Arti
pentingnya historiografi bagi para paenguasa adalah agar generasi
selanjutnya dapat mengetahui telah terjadi suatu peristiwa -peristiwa
penting di masa lau, dan agar generasi pada masa yang akan datang
mampu belajar dari peristiwa-peristiwa yang penting tersebut, dari
sisi kemanusiaannya adalah para penguasa ingin dikenang oleh generasi
yang akan datang dan dihargai oleh generasi yang akan datang,
sehingga, generasi yang akan datang mengetahui ada peristiwa yang
penting telah terjadi pada masa pemerintahan sang penguasa tersebut.
4. Faktor yang signifikan membedakan Historiograafi Timur Tengah denan
Historiografi Barat adalah didalam penulisannya, historiografi Timur
Tengah pertumbuhan historiografi Islam sejak fase-fase awal, harus
diakui, banyak berkaitan dengan dan dipengaruhi oleh perkembangan
siyasah di antara kaum Muslimin.
Perkembangan historiografi partisan ini seperti bisa diduga, terus
berlanjut pada masa Abbasiyah. Tulisan-tulisan sejarah yang muncul
pada masa generasi pertama Dinasti Abbasiyah ditandai dengan beberapa
fase perkembangan: koalisi antara kekuatan Abbasiyah dan kelompok
Syiah dan kemudian pertarungan hebat antara Dinasti Abbasiyah dengan
kelompok Syiah.perbedaannya yang signifikan adalah penulisan
Hisoriografi Timur Tengah dipengarui oleh Sejarah Islam meskipun untuk
periode selanjutnya ada gagasan yang para ahli untuk membuat
historiografi yang bersifat universal, sedangkan pada historiografi
Barat, Penulisan sejarah bersifat tantangan dari suatu masa atau
periode yang terjadi diawilayah Barat, penuisan ini menurut saya
adalah berisikan hubungan manusia didalam menafsirkan kaebudayaan
mereka dalam suatu periode, misalnya adalah pada waktu penulisan
Yunani, penulis sejarah menuliskan tentang segala saesuatu
berdasaarkan perkembangan akal dan pikiran manusia pada waktu itu, dan
kemudian berkembang taraf pemikiran manusia hingga sampai zamam modern
sekarang. Jika pada penulisan sejarah Timur Tengah berisiskan agama
Islam dengan segala kompleksitasannya yang juga dipengaruhi oleh zaman
Abbasiah dan zaman lainnya yang membawaa islam mencap puncak
historiografinya, sedangkan Historiogrfi Barat meliskan penulisan
sejarah berdasarkan pola perkembangan kebudayaan manusia yang disertai
pearkembangan intelektualitas pada zamanya atau periodenya.
Pada tanggal 04/04/12, Haposan Sinaga <haposan...@gmail.com> menulis:
NIM : 308321049
KELAS : B / EKSTENSI 08
M.KULIAH : HISTORIOGRAFI
1. Seorang Sejarawan Wajib
Mempelajari Hasil Penulisan Sejarah,
Mengapa? Dan Apa Manfaatnya.
Karena Sejarah adalah ilmu mengenai kisah-kisah perkembangan manusia yang unik pada waktu dan tempat tertentu. Kisah–kisah yang terjadi dalam sejarah dapat dibedakan menjadi dua arti antara sejarah dalam arti objektif dan sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam arti objektif, adalah kejadian atau peristiwa yang sebenarnya (History of Actually). Sejarah dalam arti subjektif (History of Record) adalah pengkisahannya, dalam pengkisahannya harus menggunakan secara benar sumber-sumber bukti peninggalan peristiwa itu terjadi yang bersifat akurat dan kredibel, baik berupa benda-benda (artifact) maupun dokumen-dokumen tertulis. Bahan-bahan ini menjadi sumber sejarah. Hanya dengan mencari sumber-sumber informasi inilah, kegiatan mencari sumber sejarah dalam ilmu sejarah disebut heuristik, sejarawan dapat membuat rekontruksi peristiwa masa lampau dan menulis uraian sejarah sering disebut juga History as written atau Historiografi.Dalam sebuah penulisan seorang sejarawan tentunya memiliki sebuah latar belakang yang melingkupinya dalam sebuah penulisan sejarah. Sejarawan dalam penulisannya dipengaruhi oleh keadaan zaman dan lingkungan kebudayaan di tempat sejarawan itu hidup. Sehingga dalam sebuah historiografi dipengaruhi oleh lingkungan zaman dan kebudayaan semasa sejarah itu ditulis.
Dalam sebuah historiografi yang dapat dipadupadankan dengan mempelajari sejarahnya penulisan sejarah. Yang berarti bahwa setiap zaman penulisan sejarah akan berbeda, menurut perspektif seorang sejarawan pada saat penulisan tersebut. Sehingga dalam sebuah penulisan atau historiografi terdapat perkembangan penulisan sejarah dengan pengaruh zaman, lingkungan, kebudayaan pada setiap penulisan sejarah, perkembangan penggunaan teori dan metodologi dan seni pengungkapan serta penyajian sejarah.
Historigrafi yang selalu berkembang dan menurut jiwa zaman seorang sejarawan, menjadikan historiografi diklarifikasikan. Dalam sebuah historiografi Indonesia terutama dibagi atas dua historiografi besar yaitu, historiografi tradisional dan historiografi Indonesia modern. Historiogarafi Indonesia tradisional dipengaruhi oleh jiwa zaman yang banyak mengandung unsur-unsur mitos atau mitologi.Sedangkan dalam historiografi Indonesia modern unsur tersebut tidak diketahui, namun bila dalam penulisan masih terdapat mitos, hal itu dapat dikategorikan dalam historiografi Indonesia tradisional. Historiografi tidak dipengaruhai oleh kapan historiografi atau penulisan sejarah itu ditulis.
Yang menjadi Manfaat dari suatu penulisan sejarah adalah seorang sajarawan mampu membedakan antara data-data yang bersifat fakta atau fiksi, yang sangat perlu untuk mnyempurnakan karya penulisan sejarah. misalnya ketika seorang sejarawan mempelajari penulisan sejarah yang bersifat magis, seperti cerita rakyat. Seperti legenda benteng Putri Hijau. sorang sejarawan akan mengkritik dan mencoba untuk menggali lebih dalam lagi tentang fakta-fakta yang belum ditemukan, sehingga seorang sejarawan harus mampum memilah data-data yang ada pada suatu tulisan sejarah. sehingga nanti para pembaca akan diberikan data-data sejarah yang objektif dan analisis tanpa mengurangi esensi dari suatu penulisan sejarah, serta penulisan sejarah kedepan dapat sepenuhnya dipertanggung jawbkan secara ilmiah.
2. Fase-fase Historiografi Barat.
c. Historiografi Abad Pertengahan
Zaman Abad Pertengahan Eropa juga lazim disebut dengan istilah
d.Historiografi Zama Renaissance
Pengertian yang paling umum dan sederhana dari renaissance adalah:
penemuan kembali atau kelahiran kembali (‘renasci’ dari bahasa Latin
yang berarti dilahirkan kembali) dari kebudayaan antik (Yunani kuno),
termasuk di antaranya para sejarawannya. Dibandingkan dengan jaman
Abad Tengah bisa dikatakan tidak terdapat studi yang sungguh-sungguh
atas sejarah kuno, dan pengetahuan akan jaman kuno di Barat pada
waktu itu sangat terbatas. Walaupun terdapat pengaruh penulisan
sejarah Yunani terhadap sejarah Abad Tengah, akan tetapi pengaruh itu
hanya terbatas pada beberapa penulis atau sejarawan saja. Pada jaman
Renaissance paling tidak sebanyak ¾ karya sastra Latin ditemukan
kembali. Artinya lebih dari cukup kesusasteraan dan historiografi
Yunani dilahirkan kembali. Hal itu teruitama juga sehubungan dengan
masdih adanya kontak-kontak dengan Kerajaan Yunani Bisantium.
Pada jaman renaissance pendidikan yang berdasarkan pada karya-karya
sastra antik, termasuk penulisan sejarah dan filsafat moral, disebut
dengan istilah ‘humanitas’ (sementara istilah humanisme baru muncul
pada abad 19), sementara guru dalam studi “humanistis” sejak akhir
abad 15 disebut dengan istilah ‘umanista’. Berbeda dengan penulis-penulis jaman Abad Pertengahan, para humanis ingin mempelajari semua para pengarang antik. Bahkan mereka ingin mengambilalih ita rasa gaya antik dan keindahan antik. Gerakan untuk menemukan kembali dan penghargaan terhadap kebudayaan kuno dengan melakukan pemeliharaan sumber-sumber lama sehingga bisa ditata seperti keadaan semula pada awalnya memang hanya terjadi di Itali pada awal abad 14. Baru pada awal abad 15 hal itu juga dilakukan di negeri-negeri lain seperti Ingris, Jerman, Belanda dan sebagainya.
3. Pada Fase lebih Maju Perkembangan
Historiografi dipengaruhi oleh
Literati (Pujangga) dan Dipelihara Oleh Penguasa, Menurut Saudara factor apa yang melatar belakangi Fase tersebut dan apa pentingnya Historiografi Bagi Penguasa?
Menurut saya pada fase perkembangan historiografi dipengaruhi oleh
4. Faktor yang Signifikan
Membedakan Historiografi Timur Tengah
Dengan Historiografi Barat, Jelaskan.
Faktor yang membedakan Historiograafi Timur Tengah dengan Historiografi Barat adalah didalam penulisannya, historiografi Timur Tengah pertumbuhan historiografi Islam sejak fase-fase awal, harus diakui, banyak berkaitan dengan dan dipengaruhi oleh perkembangan siyasah di antara kaum Muslimin. Perkembangan historiografi partisan ini seperti bisa diduga, terus