ujian tengah semester 8 dan 10

74 views
Skip to first unread message

maria...@yahoo.co.id

unread,
Apr 5, 2012, 12:32:51 AM4/5/12
to lovers of history
1. Seorang Sejarawan Wajib Mempelajari Hasil Penulisan Sejarah,
Mengapa? Dan Apa Manfaatnya.
JAWABAN:1.kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau
pelajaran. banyak manusia yang belajar dari sejarah.
belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan.pengalaman tidak hanya
terbatas pada pengalaman yangdialaminya sendiri,
melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari
sejarah dapat mengembangkan potensinya. kesalahan pada masa lampau,
baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari.
smentara itu, pengalaman yangbaik justru harus ditiru dan
dikembangkan. dengan demikian, manusia dalam menjalani kehidupannya
tidak berdasarkan coba-coba saja (trial and error), seperti yang
dilakukan oleh binatang. manusia harus berusaha menghindari kesalahan
yang sama untuk kedua kalinya.
2.kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. berbagai
kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan
pendengarnya. belajar dari kebangkitan nasional yang dipeloporii oleh
bedirinya organisasi perjuangan yangmodern di awal abad ke-20,
masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan
nasional ang ke2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa
indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah
dirasakan hasilnya.
untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan , bangsa indonesia
ingin melakukan kebangkitan nasional yang ke-2 , dengan bercita-cita
mengeajar ketertionggalan dari bangsa asing. bangsa indonesia tidak
hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju,
bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya. untuk itu, bangsa
indonesia harus giat menguasai IPTEK karena melalui IPTEK yang
dikuasai, bangsa indonesia berpeluang menjadi bangsa yang maju dan
disegani, serta daapat ikut serta menjaga ketertiban dunia.
3.kegunaan sejaraha yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif.
kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar.
melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur.
gaya penulisan yanghidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan
terasa mampu “menghipnotis” pembaca. pembaca akan merasa nyaman
membaca tulisan dari seajarawan. konsekuensi rasa senang dan daya
taraik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi
senang. membaaca menjadi media hiburan dan rekreatif. membaca telah
menjadi ibagian dari kesenangan. membaca tealah dirasakan sebagai
suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang untuk rekreatif.
pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa
senang layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajiasi ke masa
lampau. disini peran sejarawan dapat menjadi pemandu (guide). orang
yang ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau dapat
membacanya dari hasil tulisan para sejarawan.

2. Coba Sebutkan dan Jelaskan Fase-fase Historiografi Barat.
JAWAB:2. A. Historiografi Yunani Kuno
Para sejarawan Yunani pada umumnya berasal dari lingkungan orang
berada atau yang secara material berasal dari kalangan masyarakat yang
posisi ekonominya baik. Disamping itu beberapa sejarawan nampaknya
telah menjalani masa kehidupan mereka sebagai pengarang, atau bahkan
sebagai ilmuwan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah para
politikus, pegawai, militer, dokter (tabib) atau guru, dan pada waktu
yang sama atau sesudahnya juga masih tetap menjalankan pekerjaan
penulisan sejarah. Sejarawan Yunani nampaknya juga memiliki atau
menikmati status yang relatif bebas. Kadang-kadang kebebasan
intelektual itu lebih banyak mengakibatkan pengusiran atau
pengasingan, akan tetapi pengasingan itu pada gilirannya memberikan
jalan bagi kebebasan mereka.
Para sejarawan Yunani juga menulis mengenai kemunculan atau sejarah
lama dari negeri-negeri dan kota-kota. Namun demikian mereka lebih
mengutamakan kejadian-kejadian masa lampau yang belum lama terjadi
(kontemporer) atau sejarah jamannya sendiri. Atau apabila ruang
lingkup temporalnya jauh ke belakang, kisah sejarah yang diceritakan
akan berlanjut dan berakhir sampai pada jamannya sendiri. Sedangkan
lingkup geografisnya terutama ditujukan untuk negerinya sendiri yaitu
Yunani, episode-episode dari sejarahnya sendiri atau sejarah local,
khususnya sejarah Attica.
B. Historiografi Romawi
Pada jaman Yunani klasik sesungguhnya tidak ada profesi yang semata-
mata sebagai sejarawan. Kebanyakan dari mereka yang sekarang disebut
sebagai sejarawan sesungguhnya mempunyai pekerjaan utama sebagai
misalnya pegawai pemerintah, senator, perwira tentara, bendahara
kekaisaran, dan biasanya menulis karya mereka jika sudah berhenti
bekerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mereka sering
menuliskan apa yang menjadi pengalaman atau apa-apa yang mereka
kerjakan, terutama jika kebebasan mereka sebagai penulis sewaktu masih
aktif bekerja sangat terhambat atau terbatas. Hal itu terutama terjadi
pada masa pemerintahan para kaisar Romawi

4. Faktor yang Signifikan Membedakan Historiografi Timur Tengah
Dengan Historiografi Barat, Jelaskan.
JAWAB:Historiografi Barat Dalam Persfektif Sejarah
Historiografi berasal dari bahasa latin history, historia, yang
berarti sejarah, bukti, bijaksana dan graaf. Sedangkan pengertian
harafiah dari historiografi adalah tulisan tentang sejarah. Namun,
sebagai sebuah ilmu, historiografi merupakan bagian dari ilmu sejarah
yang mempelajari hasil-hasil dari tulisan atau karya sejarah dari
generasi ke generasi, dari jaman ke jaman. Bahkan ada yang mengatakan
bahwa historiografi adalah sejarah dari sejarah. Dengan ilmu
historiografi akan dibahas hasil-hasil dari penulisan sejarah, dari
sejak manusia menghasilkan suatu karya sejarah bagaimanapun sederhana
bentuknya, seperti cerita rakyat, legenda, mitos dan sebagainya sampai
pada karya sejarah modern.[1]

Historiografi sebagai sebuah kajian dalam ilmu sejarah merupakan salah
satu metode yang digunakan oleh para sejarawan dalam merealisasikan
data dan fakta sejarah yang ada menjadi sebuah produk sejarah yang
sempurna. Dalam memformulasikan sebuah peristiwa sejarah, seorang
sejarawan akan menggunakan beberapa ilmu bantu yang ia gunakan sebagai
katalisator dalam rekonstruksi peristiwa sejarah.

Historiografi atau sejarah penulisan peristiwa sejarah berkaitan erat
dengan aspek geo-histori dan geo-politik dari sang penulis sejarah.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai Perkembangan
Historiografi Barat dengan sub-kajian mencakup: kemunculan sejarah
sebagai ilmu dan penulisannya, periodisasi penulisan sejarah Barat,
kosmologi dan weltanchaung (world view) historiografi Barat hingga
tokoh sejarawan klasik dan karya sejarahnya.

Dalam menyusun tulisan ini, penulis merujuk sumber fakta dari berbagai
literature yang compatible dengan kajian ini. Namun, dikarenakan
keterbatasan objek kajian dan daya internal penulis, maka, penulis
merasa perlu untuk memperdalam pembahasan ini pada waktu yang lain.
Insya Allah.

Sejarah Lahir dan Berkembangnya Historiografi Barat Dalam Dinamika
Filsafat Sejarah

1.1 Munculnya Ilmu Sejarah

Dalam beberapa kesempatan di forum diskusi kelas, penulis sering
mendapatkan informasi mengenai konsep sejarah sebagai suatu ilmu atau
kajian tentang masa lalu. Sejarah sebagai ilmu adalah ketika nilai
(value) yang terkandung dalam peristiwa sejarah itu bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah berdasarkan fakta primer yang ada.

Keaslian sumber sejarah dalam realitas keilmuwan, bersifat urgent atau
penting. Hal ini menyangkut tentang produk sejarah itu sendiri, yakni
tulisan. Historiografi sebagai kajian penulisan sejarah memegang peran
penting dalam kualitas produk sejarah ini.

Berdasarkan babak atau periodisasinya, terdapat historiografi Barat.
Jenis ini dalam konsep sejarah sebagai ilmu ditentukan oleh latar atau
background sang sejarawan. Barat dalam entitas geo-politik mencakup
wilayah eropa dan sekitarnya.

1.2 Penulisan Sejarah (Historiografi)

Sejarah merupakan bagian internal yang tak bisa dilepaskan dari segala
aspek kehidupan manusia. Internalisasi kesadaran akan sejarah
mendorong umat manusia untuk melakukan proses pendefinisian sejarahnya
masing-masing. Dalam kajian ilmu pengetahuan, sejarah adalah bagian
dari ilmu kemanusiaan. Pengkajian ilmu sejarah akan menghantarkan kita
pada aspek dimana tuntutan produk sejarah, yakni informasi dan berita
bisa dihasilkan dengan penuh tanggungjawab. Proses produksi sejarah
inilah yang selanjutnya kita kenal dengan istilah HISTORIOGRAFI.

Dalam Poespoprodjo (1987 : 1) disebutkan bahwa historiografi adalah
titik puncak dari seluruh kegiatan penelitian sejarah yang dilakukan
oleh seorang atau lebih sejarawan. Dalam metodologi sejarah,
historiografi merupakan bagian terakhirnya, bagian pamungkasnya, atau
bagian penentu dari bagus tidaknya suatu nilai dari peristiwa sejarah
masa lampau. Munculnya ide menuliskan sejarah sebenarnya sudah ada
sejak zaman dimana manusia belum memasuki babak atau periode sejarah
itu sendiri. Kita bisa melihat, Julius Caesar (100-44 SM), seorang
penguasa kerajaan Romawi, pernah menyuruh kepada bawahannya untuk
menuliskan semua hasil sidang senat pemerintahan kedalam sebuah papan
pengumuman (Acta Diurna).

1.3 Perkembangan Historiografi Barat

Dalam sebuah tatanan keilmuwan, semua aspek yang dikaji secara ilmiah
akan memiliki suatu model perkembangan kea rah yang lebih up to date.
Perkembangan ilmu sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan
zaman. Karunia akal yang dimiliki oleh umat manusia telah memberikan
sebuah konsep terbaik untuk mendinamiskan kehidupan dunia.

Historiografi sebagai salah satu aspek kajian dalam ilmu sejarah
(humaniora) telah mengalami beberapa perkembangan struktur dan konsep.
Secara geo-histori, Historiografi Barat mengalami periodisasi
perkembangannya sendiri, yakni:

a) Historiografi Yunani Kuno;

b) Historiografi Romawi;

c) Historiografi Abad Pertengahan;

d) Historiografi Zaman Renaissance; serta; dan

e) Historiografi Modern.

Kelima periode diatas adalah bagian dari perjalanan sejarah penulisan
sejarah bangsa barat. Namun, penulis hanya akan menyoroti kajian
mengenai dua poin teratas, yakni historiografi Yunani dan
historiografi Romawi.

Historiografi Yunani

Periode Yunani dalam aspek historiografi berawal dari tatanan
pemerintahan yang ada pada saat itu. Para sejarawan Yunani pada
umumnya berasal dari lingkungan orang berada atau yang secara material
berasal dari kalangan masyarakat yang posisi ekonominya baik. Mereka
nampaknya telah menjalani masa kehidupan sebagai pengarang, atau
bahkan sebagai ilmuwan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah
para politikus, pegawai negeri, militer, dokter (tabib) atau guru,
dan pada waktu yang sama atau sesudahnya juga masih tetap menjalankan
pekerjaan penulisan sejarah.

Dalam ruang lingkup zaman Yunani, penulisan sejarah hanya sebatas pada
cerita mitos dan legenda belaka. Unsur objektivitas dalam sejarah
sebagai sebuah peristiwa yang benar-benar nyata terjadi belum
mengalami internalisasi. Orientasi mythe lebih dominan ketimbang
logika realitas.

Dalam mengkisahkan sejarah masa lampau yang jauh ke belakang, para
sejarawan Yunani pada umumnya mendasarkan pada cerita rakyat dan
kisah-kisah yang disampaikan secara turun menurun atau atas karya para
penulis terdahulu, yang sesungguhnya juga berasal dari para penulis-
penulis yang mendahuluinya.[2] Namun demikian sejauh bisa diketahui,
tradisi penulisan sejarah yang paling awal pada jaman Yunani kuno
adalah apa yang disebut dengan istilah tradisi Homerus[3], kemudian
disusul dengan munculnya para Logograaf[4] , dan yang terakhir zaman
keemasan historiografi Yunani kuno.

Historiografi Romawi

Periode historiografi Romawi tidaklah jauh berbeda dengan periode
Yunani. Para sejarawan memiliki orientasi terhadap kesusastraan. Lebih
banyak yang menceritakan sejarahnya hanya sebatas pengalaman,
perasaan, mitos, legenda, ketimbang peristiwa sejarah sesungguhnya
yang lebih besar. Mungkin karena pada dua zaman ini para sejarawan
adalah sebagai pegawai pemerintahan, guru, pedagang, dlsb. Oleh karena
itu, mereka menceritakan sejarah (historiografi lisan) hanya sebatas
ruang lingkup retoris.

Ada kebisaaan para penulis sejarah zaman Romawi, bahwa publikasi
sejarah harus didahului atau diawali dengan pembacaan naskah secara
terbuka untuk umum. Demikian juga terjadi pada zaman Herodotus, dan
masih tetap terjadi 8 abad kemudian pada sejarawan Ammianus
Maecellinus.

Historiografi pada zaman Romawi adalah sejalan dengan kerajaan Romawi
itu sendiri. Oleh karena itu, histoiografi Romawi lebih banyak
menghasilkan karya-karya sejarah yang bersifat Rome-Oriented.

Berbeda dengan generasi pertama para sejarawan Yunani, yang tertarik
pada hal yang bersifat cosmopolitan atau kekota-kotaan, sejarawan
Romawi bisaanya hanya mengenal 1 kajian, yaitu Roma. Namun harus
diingat, jika dibandingkan dengan Yunani yang secara politik terbagi
menjadi wilayah-wilayah (polis) yang kecil, Romawi sejak perang
Punisia telah berkembang meluas dan relatif mendunia. Dalam ikhtisar
dari sejarah Romawi yang berawal dari “absolute” yaitu dengan
pendirian kota Roma, tetapi juga dengan perhatian yang besar untuk
masa Romawi yang terbaru, bisa ditemukan bentuk-bentuk annalistic yang
luas, sedangkan bentuk kronik relatif jarang ditemukan. Ikhtisar itu
bisaanya berakhir pada jamannya sendiri (si penulis). Sejarah umum
yang universal yang tidak hanya dalam kerangka sejarah Romawi hanya
bisa ditemukan pada karya Trogus. Untuk masa-masa yang terbaru Romawi,
banyak ditemukan studi monografi, misalnya memoires (tulisan
peringatan) dan historien (cerita yang lebih detail mengenai kejadian-
kejadian masa kini) atau kadang disebut dengan istilah annalen.

1.4 Tokoh Sejarawan Klasik

Herodotus

Herodotus berasal dari Yunani, dan dilahirkan sekitar tahun 485 SM di
Halicarnassus, yang ketika itu termasuk wilayah kerajaan Persia, akan
tetapi mempunyai penguasanya sendiri. Ketika berumur 16 tahun,
Herodotus telah ambil bagian dalam pemberontakan melawan penguasa yang
dzalim, akibatnya ia dibuang (asingkan). Sesudah itu ia tinggal
beberapa saat di Athena, dimana ia berhubungan dengan Pericles dan
Sophocles. Dengan demikian Herodotus hidup pada jaman keemasan
kebudayaan Yunani khsusunya Athena, yaitu jaman Pentekontaetie atau
50 tahun (479 SM – 431 SM), yaitu suatu periode atau masa damai
antara perang-perang Persia dan Perang Peloposesia. Masa itu adalah
masa puncak perkembangan Yunani, yang akhirnya juga dikenal sebagai
kebudayaan klasik, dan berkembang ke seluruh Eropa, Amerika dan dunia
setelah melalui jaman renaissance. Dengan demikian dalam usaha
mempelajari sejarah kebudayaan Barat seperti kesusasteraan, hukum,
filsafat, tata negara, politik, ekonomi, sosial dan sebagainya
semuanya bisa dikembalikan atau dilacak dari kebudayaan Yunani dan
Romawi. Hal yang sama juga berlaku pula untuk historiografi.

Pada tahun 444 SM Herodotus terlibat dalam pendirian koloni Thurii di
Itali Selatan, dimana ia tinggal beberapa tahun sebagai tanah airnya
kedua. Sesudah itu nampaknya ia kembali ke Athena dan meninggal kira-
kira pada tahun 424 SM. Herodotus banyak melakukan perjalanan
petualangan antara lain di sepanjang pantai Asia Kecil, tanah Yunani,
Laut Hitam, Babylonia, Lembah Nil, Sicilia dan Italia Selatan. Dalam
perjalanan ini ia banyak mengumpukan berbagai catatan atas negeri-
negeri yang dikunjungi, yang barangkali sebagian dikumpulkan dalam
catatan dan sebagian hanya dalam ingatan. Semua catatanya itu
merupakan bahan sumber bagi karyanya yang besar yaitu historiai.
Berbeda dengan para pendahulu dan teman-teman sejamannya, yaitu yang
terkenal dengan sebutan para logograf, yang banyak menulis cerita-
cerita mitos dan kepahlawanan, Herodotus lebih tertarik pada sejarah
manusia. Namun demikian ia tidak menulis sejarah dari jamannya (masa
Pantekontaetie 479 – 431 SM), akan tetapi periode tidak lama sebelum
perang-perang Persia – Yunani yang telah berakhir ketika ia masih
dalam usia anak-anak.

Dalam kalimat pertama Historiae ia menuliskan tema dan rencana dari
karyanya yaitu sebagai berikut:

”agar segala tindakan yang dilakukan manusia tidak terlupakan oleh
waktu yang terus berjalan, dan perbuatan-perbuatan penting dan
menakjupkan yang dilakukan oleh orang-orang Yunani di satu pihak,
dan oleh orang-orang bar-bar di pihak lain tidak tersembunyikan/
terlupakan, disamping itu untuk menjelaskan mengapa mereka saling
bertempur”.

Pernyataan itu ditujukan pada peristiwa sekitar abad 6 SM, yaitu
ketika terjadi konflik/ perang antara raja Lydia di Yunani yang
bernama Croesus dengan raja Persia Cyrus Agung. Perang itu digambarkan
sebagai perang antara Timur (Persia) dengan Barat yaitu Yunani
(Eropa).

Namun demikian perang yang sesungguhnya antara Persia dengan Yunani
baru banyak diuraikan dalam 4 buku terakhir dari 9 bukunya, yang
dimulai dari ekspedisi besar Persia melawan orang-orang Yunani
dibawah Darius dan Xerxes, dan yang berakhir dengan kemenangan-
kemenangan Yunani di Plataeae dan Mycale pada tahun 479 SM. Oleh para
sejarawan Barat karya Herodotus itu juga diberi judul sebagai Perang
Persia (Persian War). Dalam 5 buku yang pertama pada garis besarnya
berisi uraian mengenai perang melawan Yunani yang berakhir dengan
kematian raja Persia Cyrus Agung tahun 529 SM (buku pertama). Ia
digantikan oleh puteranya Cambyses, yang melakukan ekspedisi perang
melawan Mesir (buku ke 2). Buku yang ketiga melukiskan mengenai
sejarah dan kebudayaan/ tradisi Mesir. Ekspasi Persia dibawah Cambyses
dan penggantinya yaitu Darius Agung ke Skytika (Scythen). Sedangkan
dalam bukunya kelima berisi uraian munculnya polis Peris di Balkan,
yang diteruskan dengan sejarah Sparta dan Athena.

Dalam historiografi Barat, Herodotus diakui sebagai Bapak Sejarah atau
Historiografi karena hasil karyanya terkenal itu yaitu Historiae yang
mengkisahkan mengenai Perang Parsi (Persian War). Dibandingkan dengan
karya-karya sebelumnya oleh para logograaf yang bisaanya berupa
mitos, epos atau dongeng-dongeng yang bisaanya masih dihubungkan
dengan dongeng-dongeng, maka apa yang dilakukan Herodotus dalam
karyanya bisa dianggap sebagai awal atau perintisan penulisan sejarah
ilmiah. Hal itu terutama dapat diketahui dari cara atau tehnik dalam
mengumpulkan sumber-sumbar bahan penulisannya yang diperoleh melalui
wawancara (interview) terhadap orang yang mengalami atau terlibat
dalam perang Persia. Dengan demikian ia berdasarkan wawancara itu ia
telah berusaha untuk memperoleh pengertian atau pemahaman-pemahaman
dari suatu peristiwa berdasarkan fakta-fakta. Itulah ciri utama karya
Herodotus dalam lapangan historiografi, yaitu telah menerapkan metode
pengumpulan data melalui wawancara (walaupun demikian ada yang
menyatakan bawa ia sesungguhnya belum terlepas sepenuhnya dari tradisi
penulisan sebelumnya yang lebih menonjolkan kisah kepahlawanan (dalam
perang Parsi). Oleh karena itulah sampai pada jamannya Herodotus orang
masih sulit untuk memisahkan antara jenis karya sastra dan karya
sejarah. Yang dimaksud disini adalah bahwa suatu karya sejarah masih
bisaa ditulis dalam bentuk ceritera yang sangat menarik seperti halnya
karya sastra, juga masih ada cirri logograafnya, akan tetapi karya
seperti itu isinya banyak mengenai sejarah. Dalam hal ini bisa
dikatakan bahwa Herodotus merupakan tokoh transisi dalam lapangan
sejarah, karena isi karangannya masih bercampur dengan epos dan bentuk
karangannya masih mempunyai ciri logografi juga merupakan karya
sejarah yang membicarakan sejarah manusia.

Karya Herodotus itu juga mempunyai ciri yang komprehensif atau sejarah
kebudayaan (antropologi kebudayaan), karena dalam buku tersebut ia
juga menguraikan mengenai kehidupan masyarakat Yunani, Mesir, Persi
dan lain-lain seperti dalam bidang perdagangan, pertukangan,
pertanian, tradisi, adat kebisaaan dan lain sebagainya, yang meliputi
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah ia tidak hanya
dianggap sebagai Bapak Sejarah, akan tetapi juga sebagai Bapak
Antropologi (kebudayaan).

Karya Herodotus mengenai Perang Parsi juga dianggap sebagai hasil
studi Etnografis, karena di dalamnya juga diuraikan mengenai golongan
dari etnis-etnis lain yang tinggal di sekitar Yunani. Oleh karena
perhatiannya pada etnografi dan antropologi, karya Herodutus juga
diberi istilah sebagai “Nouvele historie.”

Polybius (208 SM – 126 SM)

Polybius hidup pada masa kemegahan dan sekaligus awal kemerosotan
Athena dan Sparta, akan tetapi sekaligus merupakan masa awal berdiri
atau berkembangnya kekaisaran Romawi. Sebelum menulis karya sejarah
historiai, ia juga pernah berkarir sebagai politikus dan prajurit
militer. Ia dilahirkan di Megalopolis, yaitu wilayah Yunani di
Arcadia. Ia berasal dari keluarga terpandang.

Pada tahun 167 SM, oleh karena keluarganya dianggap terlibat dalam
gerakan anti Romawi, bersama ribuan tahanan lainya sebagai sandra, ia
dibawa ke Itali. Akan tetapi di Roma ia diperlakukan secara khusus,
dan bahkan akhirnya boleh tinggal di Roma. Selama itu ia bergaul
dengan orang-orang kelas atas, antara lain dengan Cato dan berteman
dengan Scipio Aemilianus, pengagum kebudayaan Yunani. Dalam masa
tahanannya yang ke 17 tahun, sesungguhnya Polybius telah memulai
suatu rencana penulisan sejarah, yang dimulai dari sejak kemunculan
dan ekspansi Romawi dari awal Perang Punisia ke II sampai ketika ia
dibawa ke Italia.

Untuk masa setengah abad sebelumnya ia mengumpulkan sumber-sumber
dengan mewawancarai saksi-saksi setempat, dan dengan penelitian bahan-
bahan arsip. Disamping itu, ia juga sudah mulai menggunakan teks-teks
resmi. Setelah mendapatkan ijin untuk bisa pulang lagi ke negerinya,
Polybius bertempat tinggal bersama Scipio Aemilianus (148-146), dan
ikut dalam pengepungan dan penghancuran Cartago. Tidak lama sesudah
itu ia juga mengikuti pengepungan dan akhirnya kejatuhan Korinthe (146
SM). Dengan demikain ia adalah saksi dari kedua peristiwa ini. Dalam
tahun-tahun yang sama (sampai 140 SM) Polybius juga mengadakan
perjalanan penting, yaitu: sepanjang pantai Atlantik yaitu dari Maroko
ke Portugal dan kemudian ke Mesir melalui negerinya. Pada waktu itulah
ia mencurahkan perhatianya untuk menulis historiai.

Karya Polybius yang sangat terkenal adalah berupa 40 buku yang berisi
sejarah ekspansi Romawi, yang didalamnya digambarkan bagaimana
kekaisaran Romawi berhasil menguasai seluruh wilayah Eropa Barat.
Menurut Polybius bahwa dasar dari kekuatan Romawi adalah militer, yang
terutama didukung oleh armada lautnya yang besar, organisasinya yang
teratur serta tehnologi persenjataan yang maju menurut ukuran waktu
itu, sehingga bisa menjangkau dan menundukkan bangsa-bangsa di Asia
Kecil.

Disamping perang-perang, karya Polybius juga berisi mengenai politik,
penaklukan-penaklukan dan kekuasaan. Analisisnya yang mendalam
mengenai perkembangan sejarah Romawi dari teorinya mengenai politik
kekaisaran Romawi. Menurut Polybius pada awalnya pemerintahan
kekaisaran Romawi itu berbentuk monarkhi, yaitu dimana kekuasaan
negara berada sepenuhnya di tangan raja. Akan tetapi oleh karena
berkembangnya perdagangan dalam masyarakat Romawi, maka system
politiknyapun berubah menjadi aristokrasi, yang dalam hal ini
kekuasaan politik berada di tangan orang-orang terkemuka yang duduk
dalam pemerintahan. Yang ketiga adalah demokrasi, dimana pemimpin
kerajaan dipilih oleh senatus, yaitu orang-ortang tua tertentu yang
memiliki pengaruh dalam masyarakat pemegang kekuasaan. Namun dalam
perkembangannya pemimpin yang terpilih itu bisaanya menumpas
(mengkudeta) kekuasaan yang dipercayakan kepadanya sehingga
pemerintahanh kembali berbentuk monarkhi. Dengan demikian dalam
sejarah Romawi terjadilah siklis dalam system kekuasaan.

Orosius (380 M – 420 M)

Dia dilahirkan sekitar tahun 380 M, wilayah Imperium Romawi tepatnya
di Propinsi Iberia. Ia mendapatkan pendidikan yang keras dalam
kebudaryaan klasik dan kristen.. Sekitar tahun 414 SM ia mengungsi ke
Afrika Utara ketika ada penyerbuan bangsa Bar-Bar dan disambut oleh
Augustine, Menurut Augustine , Orosius ini orang yang sangat mengerti,
sigap dalam berbicara dan semangatnya menyala-nyala. Orosius menulis
buku yang berjudul The Seven Books Of Histori Against the Pagan. Buku
ini merupakan dasar reputasi abadi Orosius dan pelengkap karya
Augustine, The City Of God. Sebenarnya buku ini merupakan jawaban atas
kejahatan yang disebut Pagan (penyembah berhala).

Dalam menulis buku-bukunya, Orosius menggunakan ilmu pengetahuan
klasik, seperti mengambil dari karya Livy, Tacitus, dan Julius Caesar.
Selain itu juga, Orosius menggunakan karya dari pengarang kristen
Eusibius dan Augustine dan yang paling penting bahwasannya Oroseius
menggunamkan bible dalam pendukung Interpretasinya. Sama halnya
Augustine, Orosius juga merupakan sejarawan yang tidak kritis dilihat
dari sumber-sumber yang jadikan rujukan bagi penyusunan bukunya.
Orosius dalam membuat karyanya dengan pendekatan terhadap sejarah amat
kurang, tetapi di dalam historiografi ia dianggap sangat penting
karena sumbangannya terhadap filsafat sejarah, yang pastinya filsafat
kristen dengan konsepsi klasik yang mengakar dalam dirinya dalam
teologi injil dan patristik. Karyanya The Seven Books dipandang
sebagai karya yang otoritatif tentang sejarah kuno. Kalau dibandingkan
dengan karya Augustine, karya dari Orosius lebih tepat tentang argumen
untuk melawan kaum pagan. Sebenarnya Orosius berangkat dari posisi
Augustine dalam butur-butir karyanya. Orosius alam pendangannya sangat
dekat dengan Eusebius daripada Augustine tentang kerajaan Tuhan.

Dalam hal ini Augustine sangat menyadari perbedaan ini, dalam bukunya
Augustine mengajukan keberatan terhadap pendapat Orosius, malah
sebaliknya sejarawan-sejarawan abad pertengahan tampaknya tidak
menyadari perbedaan pendapat antara Orosius dengan Augustine. Mereka
menganggap bahwa Orosius penganut faham Augustine. Filsafat sejarah
Orosius merupakan kombinasi gagasan Agustine, Orosius, dan Eusibius.
Oresius.
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages