Gempa "Swarm" di Halmahera Sangat Langka
Rabu, 25 November 2015 | 16:15 WIB
KOMPAS.com - Gempa bumi tipe swarm yang melanda Halmahera Barat, Maluku
Utara, tergolong sangat jarang terjadi di Indonesia. Gempa ini ditandai
frekuensi kejadiannya yang beruntun, bisa mencapai ratusan kali per hari,
dengan magnitudo relatif kecil.
"Fenomena ini sangat langka dan harus menjadi perhatian serius, baik untuk
kepentingan mitigasi maupun keilmuan," kata Indyo Pratomo, geolog senior
dari Museum Geologi Bandung, yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (25/11/2015).
Menurut Indyo, gempa menerus dengan kekuatan yang sama ini biasa terjadi
menjelang letusan gunung api. Namun, melihat kedalamannya, gempa-gempa ini
memang masih digolongkan sebagai tektonik.
"Gempa vulkanik biasanya lebih dangkal. Perlu penelitian integratif untuk
memastikannya. Bisa juga ini menandai kemunculan gunung api baru atau
aktifnya kembali gunung api lama," ujarnya.
Staf Ahli Bidang Kebencanaan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Surono mengatakan, gempa ini menarik untuk dipelajari lebih lanjut,
termasuk pengaruhnya terhadap aktivitas vulkanik. Kawasan ini memang
merupakan zona tektonik sangat aktif, yang berada di zona tumbukan lempeng
Pasifik, lempeng Australia, dan Asia. Selain itu, juga terdapat banyak
lempeng mikro. Selain memicu banyaknya sesar aktif, tumbukan lempeng yang
sangat aktif ini juga menyebabkan kawasan ini memiliki banyak gunung api aktif.
"Pengaruh gempa ini terhadap aktivitas vulkanik belum bisa dipastikan, tapi
yang jelas jumlah gunung api di Indonesia saat ini yang statusnya di atas
Normal kebanyakan ada di sini," kata Surono. Gunung Gamalama di Ternate,
termasuk yang sangat gampang terpengaruh oleh aktivitas tektonik.
Gempa tektonik beruntun ini oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) bertipe swarm. Gempa tipe ini ditandai dengan peningkatan
aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil yang berlangsung
terus-menerus tanpa kemunculan gempa bumi utama. Hal ini terjadi karena
kondisi batuan penyusun di zona gempa bumi sangat heterogen.
"Jadi, peluang akan terjadinya gempa besar memang kecil, tapi frekuensinya
yang sering membuat masyarakat panik," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi
Gempa dan Tsunami BMKG.
Data Stasiun Geofisika Ternate, BMKG, terhitung dari Senin (16/11/2015)
hingga Selasa (24/11/2015) total aktivitas gempa bumi yang terjadi mencapai
611 kejadian. Namun, berdasarkan tren tiap harinya, saat ini menunjukkan
penurunan besaran magnitudo dan frekuensi kejadiannya. Pada Minggu
(22/11/2015) tercatat sebanyak 99 kejadian dan hari Senin (23/11/2015)
sebanyak 73 kejadian. Sementara kekuatannya cenderung turun, lebih banyak
di bawah M 3,0 skala Richter, dan sangat jarang kekuatannya di atas M 4,0
skala Richter.
"Data tersebut menunjukkan proses pelepasan tegangan pada batuan yang
berlangsung terus karena karakteristik batuannya yang rapuh. Jika tegangan
yang tersimpan dalam batuan sudah habis, aktivitas gempa bumi tipe swarm
ini akan berakhir," kata Daryono.
http://sains.kompas.com/read/2015/11/25/16150091/Gempa.Swarm.di.Halmahera.Sangat.Langka