Waktu Aku Sama Mika Pdf

0 views
Skip to first unread message

Boleslao Drinker

unread,
Aug 5, 2024, 1:23:28 AM8/5/24
to inleamogir
Bagaimanacinta antara pria penderita HIV dan gadis penderita Skoliosis? Tidak mudah. Itu adalah harga cinta dan kedewasaan Indi. Meskipun akhirnya Mika pergi dan Indi mendapatkan Ray sebagai pengganti Mika. Selalu ada tempat di hati Indi untuk Mika

Indi adalah seorang gadis penderita Skoliosis. Suatu istilah untuk pertumbuhan tulang belakang yang tidak sempurna. Kelainan ini membuat Indie tumbuh menjadi gadis pasif, tidak percaya diri, dan merasa tidak mempunyai kelebihan apa-apa.


Suatu ketika, dengan terpaksa Indi mengikuti orang tuanya. Mereka berkunjung ke rumah Paman Indi di Bandung. Di sana dia menjumpai seorang pemuda aneh. Kurus, badan bertato, berlesung pipit satu, dan selalu tersenyum padanya.


Pembawaan pemuda itu yang riang membuat Indi semakin terbuka terhadapnya. Dan tibalah saat perkenalan itu. Pria itu menyebut namanya: Mika. Tak ada pertanyaan lanjutan. Tak ada basa-basi. Hanya satu hal yang menarik perhatian Indie saat itu. Sandal jepit Mika warnanya beda. Satu hijau satu lagi berwarna kuning.


Mika benar-benar bagai malaikat bagi Indi. Dengan Mika, Indi tak perlu berpura-pura. Tak perlu malu. Saking terpesonanya Indi dengan Mika, dia langsung bilang Ya ketika Mika meminta Indi menjadi pacarnya. Di hari pertama mereka pacaran itu, Mika bilang kalau dia menderita HIV. Indi tak berkomentar apa-apa. Juga tidak menanyakan lebih detil apa itu HIV. Mika sendiri juga tidak pernah menanyakan kenapa dia memakai penyangga punggung. Kenapa dia harus punya hak bertanya.


Mika mengubah Indi perlahan-lahan. Dari gadis pemalu menjadi gadis yang berani. Bahkan kakak kelasnya yang melarang Indie untuk menggunakan toliet karena dia takut tertular HIV ia lawan. Bahkan omongan Gerry yang menjelek-jelekan Mika ia bantah.


Malam itu. Indi sedang menemani Mika menonton Home Alone 2. Indi bahagia melihat Mika bernyanyi kecil sambil sesekali tertawa melihat tokoh di film ketika membuat kekacauan. Tetapi semakin lama suara Mika semakin hilang. Indie merasa aneh. Dia lantas menatap Mika. Barulah ia sadar, Mika sudah pergi untuk selama-lamanya, tepat tiga puluh menit sebelum film berakhir. Indi melanjutkan melihat film dengan mata kosong sampai film berakhir. Mama Mika sendiri yang memergoki kematian Mika, sementara Indi hanya diam tanpa meneteskan air mata di pojok ruangan.


Novel (novelet? Kumpulan Cerpen?) dengan kemasan unik ini semula tidak menarik perhatian saya sewaktu di toko buku. Tipisnya halaman, desain seperti buku notes model loose leafs, serta penyajian halaman seperti buku tulis dengan bentuk font semacam huruf latin membuat saya tak meliriknya. Tetapi setelah melihat film-nya (itu saat saya melihat film Indonesia pertama kali dalam kurun waktu dua puluhan tahun), saya terpukau.


Kedalaman karakter Indi mengenai bagaimana merananya ia ditinggal Mika. Cara dia menyusun kata-kata, sangat jelas menggambarkan keadaan hati yang realistis. Saya tidak tahu, ini kisah nyata atau tidak, tetapi saya merasa setiap kata-katanya sangat bernyawa.


Plot cerita tidak jelas. Mungkin karena tulisan ini pada dasarnya adalah diari seseorang, bukan sebuah novel. Maka adalah hal yang logis jika tiap halaman diarinya ditulis sesuai dengan keadaan jiwa sang penulis. Justru sangat aneh jika plot dan alur sangat teratur.


Jika memang benar ini adalah cerita penulisnya, saya harap mudah-mudahan suatu ketika Indi bisa berjalan imbang tanpa bantuan penyangga tubuh lagi. Saya salut sama kamu Indi. Be struggle! The luckiest man has you! Even Mika.


Saya udah baca novelnya duluan sebelum nonton filmnya (bahkan tau tentang filmnya aja belakangan :v) dan ini ya, kisah nyata >.Jonathan Johnston receives funding from BBSRC, MRC, The Colt Foundation. He has performed consultancy work for Kellogg Marketing and Sales Company (UK) Limited, and collaborated with the Nestl Institute of Health Sciences.


Alex Johnstone receives funding from UKRI, The University of Aberdeen, The Scottish Government, National Health Service Endowments award, Tennovus Charity, Chief Scientist Office and European Community.


Beberapa saran diet paling populer dalam beberapa tahun terakhir berpusat pada gagasan bahwa waktu yang tepat untuk makan dapat membuat perbedaan besar dalam jumlah berat badan yang Anda turunkan. Sudah lama dikatakan bahwa jika Anda ingin menurunkan berat badan, yang terbaik adalah makan dalam porsi besar pada pagi hari dan makan lebih sedikit pada malam hari.


Logika di balik teori ini dapat dimengerti, terutama mengingat bahwa hampir setiap sel dalam tubuh mengikuti siklus 24 jam yang sama seperti yang kita lakukan. Ritme sirkadian (jam proses biologis) ditemukan di seluruh tubuh dan mengatur ritme harian sebagian besar fungsi biologis kita, termasuk metabolisme.


Dua penelitian dari tahun 2013 menunjukkan bahwa mengkonsumsi lebih banyak kalori pada pagi hari dan lebih sedikit kalori pada malam hari membantu orang menurunkan berat badan. Namun, sebuah studi besar baru menemukan bahwa sementara ukuran relatif sarapan dan makan malam mempengaruhi nafsu makan yang dirasakan seseorang, hal itu tidak berpengaruh pada metabolisme dan penurunan berat badan.


Untuk menyelidiki hubungan antara ukuran sarapan dan makan malam dan pengaruhnya terhadap rasa lapar, tim peneliti di Universitas Aberdeen dan Surrey melakukan studi terkontrol pada orang sehat tapi kelebihan berat badan. Para peserta diberi makan dua diet, masing-masing selama empat minggu: sarapan besar dan makan malam kecil, dan sarapan kecil dengan makan malam besar. Sementara, porsi makan siang disamakan.


Kami menyediakan semua makanan sehingga kami tahu persis berapa banyak kalori yang dikonsumsi peserta studi. Kami mengukur metabolisme peserta, termasuk memantau berapa banyak kalori yang mereka bakar.


Kami memperkirakan bahwa sarapan besar dan makan malam kecil akan meningkatkan kalori yang terbakar dan penurunan berat badan. Sebaliknya, hasil percobaan tidak menemukan perbedaan berat badan atau ukuran biologis penggunaan energi antara dua pola makan.


Ukuran penggunaan energi termasuk tingkat metabolisme basal (berapa banyak kalori yang digunakan tubuh Anda saat istirahat), aktivitas fisik, dan penggunaan bentuk kimia air yang memungkinkan penilaian total penggunaan energi harian.


Temuan kami konsisten dengan studi waktu makan jangka pendek (satu hingga enam hari), saat peserta tinggal di suatu ruang pernapasan laboratorium (ruang kecil kedap udara yang dilengkapi dengan kenyamanan dasar) selama eksperimen. Bersama-sama, penelitian ini menunjukkan bahwa cara tubuh kita memproses kalori pada pagi hari versus malam hari tidak mempengaruhi penurunan berat badan seperti yang dilaporkan dalam penelitian lain.


Dalam penelitian kami, satu-satunya perbedaan adalah perubahan dalam perasaan lapar yang dilaporkan sendiri dan faktor-faktor terkait, seperti jumlah makanan yang ingin mereka makan. Sepanjang hari, pola makan pagi besar dan makan malam kecil menyebabkan peserta melaporkan lebih sedikit rasa lapar sepanjang hari. Efek ini mungkin berguna bagi orang yang ingin menurunkan berat badan, karena dapat membantu mereka lebih mengontrol rasa lapar dan makan lebih sedikit.


Seperti semua penelitian, ada beberapa keterbatasan dalam penelitian kami. Kami hanya mempelajari peserta selama empat minggu untuk setiap pola makan. Penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan terbesar dalam efek asupan energi awal dan akhir setelah empat minggu. Namun, fakta bahwa baik kalori yang dimakan maupun kalori yang dibakar tidak berubah selama empat minggu menunjukkan bahwa berat badan tidak mungkin berubah bahkan jika penelitian dilakukan lebih lama.


Nutrisi krono tetap menjadi bidang penelitian yang menarik dan semakin banyak bukti bahwa waktu makan dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesehatan banyak orang. Namun, penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa waktu makan terbanyak Anda tidak sepenting yang diperkirakan sebelumnya dalam menurunkan berat badan.

3a8082e126
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages