Nuh Resmi Jabat Menkominfo
07 Mei 2007 16:55:26
Prof Dr Ir Mohammad Nuh
DEA, Mantan Rektor ITS, Senin (7/5) masuk dalam jajaran Kabinet Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo)
menggantikan Sofyan Jalil. Hal ini terungkap setelah pengumuman
Reshuffle Kabinet oleh Presiden, Senin (7/5) sore, secara live
di televisi.
Kampus ITS, ITS Online - Nuh terlahir dari
keluarga petani sederhana di Gununganyar, Surabaya, 17 Juni 1959. Nuh tumbuh
dalam lingkungan religius. Otaknya yang encer mengantarkannya kuliah di Jurusan
Teknik Elektro ITS dan lulus pada 1983. Baru sebentar mengajar di almamaternya,
ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Universite Science et
Technique du Languedoc Montpellier, Perancis. Gelar S2 dan S3 diperolehnya
di perguruan tinggi tersebut.
Bahkan, dalam penelitian untuk
disertasinya, Realisation du System de Controle de l’Appareil d’Hyperthemie
Superficielle ATS 2000, Nuh mengembangkan sistem peralatan untuk terapi
superficial bagi penderita kanker kulit. Peralatan tersebut kini masih
digunakan di rumah sakit Val d’Aurelle Montpellier Perancis, sebuah rumah sakit
khusus untuk kanker.
Kepakaran Nuh dalam bidang Control System –
Biomedical System Engineering tersebut memperoleh pengakuan lengkap dengan
turunnya keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI pada April 2004 yang
mengangkat Nuh sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Digital Control
System dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika.
Dikenal Aktif Berorganisasi dan Kegiatan
Sosial
meski jabatannya terbilang cukup banyak, Nuh bukanlah tipe
ilmuwan yang asyik dengan dirinya sendiri dan ilmu yang digelutinya. Buktinya,
selain aktif menulis beberapa artikel di media massa tentang berbagai hal, ia
juga telah menelorkan tiga buah buku selama menjabat rektor ITS
2003-2007.
Nuh juga aktif dalam pengabdian masyarakat, termasuk berbagai
kegiatan sosial di luar ITS. Jabatan yang pernah dipegangnya antara lain, Ketua
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Jawa Timur, Sekretaris Yayasan Dana
Sosial Al Falah Surabaya, Anggota Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya,
Ketua Yayasan Pendidikan Al Islah Surabaya, Ketua MUI Jatim, Pengurus Maarif NU
Cabang Surabaya dan banyak lagi yang lainnya.
Dalam organisasi profesi,
suami dari drg Laily Rachmawati Sp Perio ini, tercatat sebagai anggota
Institute of Electrical and Electronic Engineering, juga sebagai
Technical Committee Member pada kegiatan-kegiatan seminar ilmiah baik
nasional maupun internasional.
Sosok yang intelek, religius dan
bersahaja
Ayah satu orang putri ini juga aktif mengisi berbagai
ceramah, mulai dari ceramah umum yang berkait dengan persoalan dasar teknologi
hingga ke hal-hal yang mengaitkan dengan ke-Islam-an. Itulah sebabnya tidak
berlebihan jika pada salah satu bagian buku yang diberikan kepada para wisudawan
ITS itu terlihat betapa kentalnya pemikiran-pemikiran Mohammad Nuh dengan ilmu
dan teknologi serta ke-Islam-an.
Dalam benaknya, ia selalu memikirkan
orang-orang yang lemah dan miskin. Ia pun selalu berikhtiar bagaimana memutuskan
mata rantai kemiskinan yang melilit orang miskin tersebut.
Menurut mantan
Direktur Politeknik Elektronika Negeri ITS Surabaya ini, pendidikan adalah
faktor utama dalam memutuskan mata rantai kemiskinan masyarakat, sehingga
pendidikan merupakan salah satu isu pokok dalam pengembangan suatu bangsa. Ini
karena peran yang dimainkan pendidikan sebagai “mesin” pencetak generasi yang
akan meneruskan perjalanan suatu bangsa.
Fokus dalam
ICT
Dalam pandangan Nuh, revolusi teknologi sebelumnya berbeda
dengan revolusi ICT. Revolusi ICT mempunyai dampak yang lebih luas. Revolusi
ICT, ungkapnya, telah menyebabkan terjadinya revolusi teknologi secara
menyeluruh, karena ICT telah menjadi suatu komponen utama bagi semua teknologi
lain termasuk yang sepintas tampak tidak berhubungan seperti kedokteran,
sipil/arsitek, geologi, permesinan, pertanian, yang perencanaan dan
operasionalnya sangat bergantung pada ICT.
”Termasuk di dalamnya juga
revolusi ekonomi, karena ICT telah menjadi komponen utama bagi kegiatan
perekonomian dengan melahirkan cara baru dalam berdagang, berproduksi,
bertransaksi sehingga muncul istilah new economy, internet economy,
knowledge economy, e-economy, dan sejumlah nama lain yang
menyiratkan munculnya model ekonomi baru yang digerakkan oleh eksistensi ICT
dalam bisnis,” paparnya.
Selain itu, terjadinya revolusi sosial karena
ICT telah menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola bermasyarakat.
Sehingga memungkinkan bekerja jarak jauh dengan waktu kerja bebas, belajar jarak
jauh dengan waktu belajar bebas, memberikan ucapan selamat melalui sms, rapat
melalui teleconference, hiburan sesuai permintaan, dan liburan virtual.
Muncul pengertian information society, knowledge based society, dan
e-lifestyle.
Sementara itu, tutur Nuh, di bidang informasi juga
telah mengalami revolusi informasi, karena dengan ICT posisi informasi telah
terangkat derajatnya dari suatu hasil samping kegiatan organisasi menjadi sumber
daya (resource) utama organisasi yang sangat menentukan kemampuan
bersaingnya. Dan dengan pengelolaan yang baik terhadap informasi telah mampu
menghasilkan kekayaan pengetahuan (knowledge) yang sangat khas dan tak
tergantikan bagi organisasi tersebut.
Ke depan, harap Nuh, negara
berkembang yang telah berhasil mengeksploitasi ciri khas ICT, membuatnya menjadi
pemain ICT kelas dunia yang diperhitungkan dalam waktu relatif singkat, serta
menjadikan ICT sebagai ekspor unggulan. (humas/th@)