Esai : Pemimpi(n)

2 views
Skip to first unread message

win

unread,
Jun 14, 2010, 11:55:13 PM6/14/10
to Humas Kopertis IX Sulawesi
Esai

Pemimpi(n)

Oleh Asnawin

Raja Negeri Antah-berantah sedang gundah-gulana. Hatinya gundah karena
banyak hal. Mulai dari urusan penerus tahta kerajaan, soal
pemerintahan, sampai kepada soal-soal kerakyatan.

Usianya sudah sangat sepuh, tetapi ia belum bisa menentukan siapa di
antara enam putranya yang paling pantas menjadi raja.

Selain soal tahta kerajaan, Sang Raja juga gundah karena banyak
masalah yang perlu diatasi dalam pemerintahan. Ada kasus bank sentral
kerajaan, dan ada permintaan dana aspirasi yang jumlahnya cukup besar
dari beberapa anggota parlemen kerajaan.

Rakyat juga sudah mulai berani melakukan aksi protes atas beberapa
kebijakan kerajaan. Raja pun gundah dengan beredarnya di tengah
masyarakat lukisan adegan porno yang mirip seorang penyanyi terkenal
bersama seorang pemain teater terkenal di Negeri Antah-berantah.

Untunglah saat itu tengah berlangsung kejuaraan sepakbola antar-negeri
selama sebulan penuh di negeri tetangga, sehingga perhatian sebagian
rakyat tidak lagi terfokus kepada masalah pemilihan calon raja baru
dan berbagai masalah lainnya.

Raja benar-benar masygul. Ia sudah berkali-kali berbicara dengan
permaisuri dan penasehat kerajaan, tetapi dirinya belum bisa memilih
satu di antara enam putranya untuk menjadi raja. Ketika ia
mengumpulkan keenam putranya dan membahas siapa di antara mereka yang
dianggap paling pantas menjadi raja, ternyata mereka semua merasa
pantas.

Putra pertama dan putra kedua yang sudah berusia lebih dari 60 tahun
mengaku pantas menjadi raja, karena telah berpengalaman sebagai
menteri kerajaan.

Putra ketiga juga merasa pantas menjadi raja, karena dirinya punya
pengalaman dan sukses dalam bidang perdagangan, punya banyak uang,
serta kini juga tengah menjabat sebagai raja salah satu Anak Negeri.

Putra keempat tak mau kalah. Ia merasa pantas menjadi raja, karena
dirinya adalah salah seorang hulubalang senior dan rakyat butuh
pemimpin yang mampu memberikan rasa aman seperti dirinya.

Putra kelima yang juga punya pengalaman dalam bidang perdagangan dan
pernah mengetuai parlemen kerajaan, pun merasa pantas menjadi raja.

Si bungsu yang kini masih duduk dalam parlemen kerajaan, juga tak mau
ketinggalan. Ia merasa pantas menjadi raja karena sudah dua periode
duduk dalam parlemen kerajaan dan pernah menjabat kepala adat pada
salah satu Anak Negeri.

Karena belum bisa memilih, raja kemudian diam-diam mendatangi seorang
pemuka agama untuk meminta masukan.

‘’Maaf Yang Mulia Raja, ini hanya sekadar saran. Kalau ada di antara
mereka yang tidak terlalu berambisi, yang paling dapat dipercaya, yang
paling jujur, yang paling cerdas, yang paling bijaksana, yang paling
bagus komunikasinya, serta yang paling dekat dengan rakyat, maka
itulah yang paling pantas menjadi raja,’’ kata sang pemuka agama.

Jawaban tersebut membuat raja makin gundah. Ia kemudian memanggil dan
meminta masukan dari beberapa seniman dan budayawan.

Salah seorang seniman mengusulkan agar raja memilih satu di antara
enam putra mahkota yang benar-benar berjiwa pemimpin, yaitu mereka
yang mampu menuntun, membimbing, memandu, melatih, dan mendidik orang
yang dipimpinnya.

Budayawan lain mengatakan; ‘’Benar Yang Mulia Raja, pilihlah yang
berjiwa pemimpin, bukan pemimpi atau tukang mimpi, karena pemimpi itu
hanya bisa berkhayal, berangan-angan, dan bermimpi tentang sesuatu
yang muluk-muluk, tetapi ia tidak pernah melakukan upaya yang benar,
serta tidak punya pengalaman dan kemampuan untuk mewujudkan
mimpinya.’’

Raja tetap masygul dan gundah-gulana. Ia masih belum bisa memilih satu
di antara enam putranya untuk menggantikannya sebagai Raja Negeri
Antah-berantah. Ia berharap dapat menjatuhkan pilihan yang tepat, agar
kerajaan dapat memberikan kesejahteraan, kedamaian, keamanan, dan
ketenangan bagi rakyat banyak. ***

keterangan:
- Esai ini dimuat oleh harian Radar Bulukumba, halaman 3, Senin, 14
Juni 2010
- http://www.radarbulukumba.com/
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages