You do not have permission to delete messages in this group
Copy link
Report message
Show original message
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to Hulasko Group
Jurus Efisiensi Hulu-Hilir
Aris Prasetyo
PT Pertamina (Persero) mengumumkan laba 2,83 miliar
dollar AS atau Rp 36,8 triliun. Pencapaian triwulan III-2016 itu melampaui
sejumlah perusahaan minyak dan gas lain. Apa kuncinya? Ternyata, sekitar 1,6
miliar dollar AS di antaranya disumbangkan oleh efisiensi perusahaan.
Laba Pertamina memang melampaui perusahaan migas lain, seperti Exxon Mobil
(2,65 miliar dollar AS), Total (1,98 miliar dollar AS), dan Chevron (1,28
miliar dollar AS). Selain itu, juga melampaui Petronas milik Malaysia yang
labanya sebesar 300 juta dollar AS.
Berikut ini petikan wawancara Kompas dengan Direktur Utama
Pertamina Dwi Soetjipto di ruang kerjanya.
Semua perusahaan migas juga menerapkan hal yang sama di situasi harga minyak
rendah sekarang ini. Kenapa pencapaian Pertamina lebih tinggi?
Semua perusahaan pasti bicara efisiensi. Akan tetapi, pada saat orang sudah
berada di level efisiensi yang tinggi, menemukan peluang efisiensinya (yang
baru), kan, terbatas. Jadi begini, kalau misalnya indeks efisiensi mereka sudah
di angka 7 naik ke 9, kan, cuman dua poin. Kalau di Pertamina dari 3
ke 9, kan, besar lonjakannya. Itu salah satu faktor kalau kita bicara komparasi
dalam hal efisiensi.
Pertanyaannya kenapa Pertamina lebih bagus? Itu karena Pertamina
terintegrasi dari hulu sampai hilir. Pertamina ada di Indonesia dengan jumlah
penduduk yang besar, maka ritel kita besar. Berbeda mungkin dengan Petronas di
Malaysia yang jumlah penduduknya tidak banyak, maka hilirnya enggak banyak.
Kalau ditanya, apa yang menunjang di samping efisiensi? Itu karena kekuatan hilir.
Jadi, bila diringkas, dimulainya efisiensi yang berbeda dan dukungan pasar di
hilir yang besar menjadi kekuatan Pertamina saat ini.
Apakah efisiensi sudah maksimum?
Efisiensi belum mencapai titik maksimum. Kalau sekarang digarap di aspek
hulu untuk efisiensi, berikutnya efisiensi di hilir. Misalnya, ditentukan harga
bahan bakar minyak (BBM) Rp 6.500 per liter, masyarakat yang harus beli. Nah,
sampai di sana rantainya sudah efisien atau belum? Misalnya, gas yang rantainya
panjang perlu ditata ulang agar efisien. Ini yang akan saya garap ke depan.
Pengadaan minyak mentah dan BBM berkontribusi besar terhadap efisiensi,
artinya pembubaran Petral sangat besar pengaruhnya?
Oh, besar sekali. Sangat besar. (Dwi lantas menunjukkan angka-angka
"pemborosan" saat Petral berperan dalam pengadaan dan jual beli
minyak mentah dan BBM, serta penghematan yang didapat setelah pembubaran
Petral).
Saat akan masuk ke Pertamina, Anda melihat Pertamina seperti apa?
Jadi, begitu akan masuk, saya mencoba membandingkan Pertamina dari informasi
di internet dan media massa. Di situ terlihat, produktivitas nilai aset
Pertamina tidak sebanding dengan produktivitas nilai aset perusahaan lain.
Lalu, saya baca komentar orang-orang bahwa Pertamina tidak efisien dan
sebagainya. Ketika saya masuk, yang ada dalam pikiran saya adalah saya harus
melihat lebih dalam soal efisiensi. Kemudian pada 2013, saya melihat posisi
aset Pertamina sepertiga dari aset Petronas. Tetapi, dari sisi laba, laba
Pertamina sepersepuluh dari laba Petronas. Ini artinya produktivitas aset tidak
sebaik di sana.
Adakah perlawanan saat menerapkan efisiensi?
Pasti. Misalnya, dari sisi sentralisasi pengadaan di luar hidrokarbon dan
BBM, pengadaan di direktorat masing-masing. Dalam pengamatan kami, yang
melakukan studi, sampai ada perbedaan harga 40 persen untuk barang yang sama.
Diputuskan pengadaan harus terpusat, yang selama ini di setiap unit. Ada
perlawanan, tetap saya putuskan terpusat.
Perlawanan dari luar?
Tentu ada. Mereka yang selama ini mendapat keuntungan tentu resisten. Kirim
pesan singkat (SMS) mengkritik dan sebagainya. Biasa kritik-kritik semacam itu.
Itu karena mereka tidak paham saja.
Bagaimana menyeimbangkan Pertamina sebagai perusahaan yang harus membukukan
laba dan tugas menjalankan kewajiban melaksanakan pelayanan publik (PSO)?
Pertama, Pertamina harus bermain di area biaya atau efisiensi. Harga di
pembeli sudah ditentukan, harga jual juga sudah ditentukan pemerintah.
Bagaimana menyederhanakan organisasi dan birokrasi. Yang kedua, mengembangkan
bisnis. Laba per satuan volume, maka volume harus ditingkatkan, bisa di hilir
dan hulu. Kalau di hilir dalam negeri, pangsa pasar kita sudah 90 persen. Kalau
harga rendah, orang akan membeli lebih banyak. Maka, kita harus go
international di hilir untuk bisa menaikkan volume tadi.
Menteri Keuangan pernah berkata, dengan menyelesaikan masalah di PLN,
Pertamina, dan Kemenkeu, dapat mengurangi 50 persen masalah negara. Tanggapan
Anda?
Beliau melihat, pelaku besar di perekonomian Indonesia, seperti Pertamina
dan PLN, berada dalam posisi efisiensi yang bagus, maka urusan negara beres.
Pertamina bisa mengirim BBM semurah mungkin, PLN bisa menghasilkan listrik
semurah mungkin. Demikian juga masalah gas terselesaikan, pasti industri tumbuh
dan ekonomi akan jalan. Apabila semua efisien, hal yang tidak benar tidak akan
terjadi.
Medco Mengakuisisi Saham ConocoPhillips
JAKARTA, KOMPAS
— Perusahaan swasta nasional PT Medco Energi Internasional Tbk
menuntaskan akuisisi ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd dan ConocoPhillips
Singapore Operations Pte Ltd di South Natuna Sea Block B, Provinsi
Kepulauan Riau. Keputusan tersebut dinilai strategis di tengah iklim
investasi hulu migas yang lesu.
ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd
dan ConocoPhillips Singapore Operations Pte Ltd adalah anak perusahaan
ConocoPhillips, perusahaan asal Amerika Serikat di sektor migas. Di
South Natuna Sea Block B, perusahaan ini mendapat hak kelola sejak 1968
dan berproduksi pertama kali pada 1979. ConocoPhillips merupakan
operator dengan kepemilikan saham 40 persen, sedangkan sisanya dimiliki
Inpex (35 persen) dan Chevron (25 persen).
Pengamat energi dari
Universitas Trisakti Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, keputusan
Medco mengakuisisi ConocoPhillips di South Natuna Sea Block B sangat
strategis. Sebab, blok yang diakuisisi tersebut adalah blok yang sudah
berproduksi. Risiko investasi di blok tersebut menjadi lebih terkontrol.
"Bagi
Medco, keputusan tersebut sangat strategis. Di tengah iklim investasi
yang lesu, mereka mampu memanfaatkan peluang dengan baik," ujar Pri
Agung, Jumat (18/11), di Jakarta.
Berdasarkan data Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas),
produksi minyak mentah di South Natuna Sea Block B sebanyak 19.800
barrel per hari. Adapun produksi gas di blok tersebut 40.300 barrel
setara minyak per hari.
Dalam keterangan resmi yang diterima Kompas,
CEO Medco Energi Internasional Roberto Lorato menyebutkan, setelah
akuisisi tuntas, prioritas perusahaan saat ini mempertahankan keamanan
operasi dan keberlangsungan usaha. Medco juga berkomitmen mempertahankan
struktur organisasi dan melanjutkan rencana pengeboran pada tahun
depan.
Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro
menyampaikan, aksi korporasi ini merupakan langkah kedua terbesar tahun
ini. Sebelumnya, Medco Energi Internasional mengakuisisi penuh PT
Newmont Nusa Tenggara, perusahaan tambang tembaga dan emas di Nusa
Tenggara Barat, senilai 2,6 miliar dollar AS.
"Medco akan
mendapat kemampuan operasi minyak dan gas lepas pantai terintegrasi
kelas dunia, serta memperkuat posisi sebagai perusahaan energi dan
sumber daya alam independen di Indonesia," ujar Hilmi. (APO)
artono darwanto
unread,
Nov 21, 2016, 12:54:30 AM11/21/16
Reply to author
Sign in to reply to author
Forward
Sign in to forward
Delete
You do not have permission to delete messages in this group
Copy link
Report message
Show original message
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to hul...@googlegroups.com
Bagus....jadi untuk distribusikan BBM di Papua yang dibutuhkan 800 juta USD/tahun tidak ada masalah buat Pertamina.. Bisa segera lakukan One Country One Price...
Salam, AD
<image.png>
Medco Mengakuisisi Saham ConocoPhillips
JAKARTA, KOMPAS
— Perusahaan swasta nasional PT Medco Energi Internasional Tbk
menuntaskan akuisisi ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd dan ConocoPhillips
Singapore Operations Pte Ltd di South Natuna Sea Block B, Provinsi
Kepulauan Riau. Keputusan tersebut dinilai strategis di tengah iklim
investasi hulu migas yang lesu.
ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd
dan ConocoPhillips Singapore Operations Pte Ltd adalah anak perusahaan
ConocoPhillips, perusahaan asal Amerika Serikat di sektor migas. Di
South Natuna Sea Block B, perusahaan ini mendapat hak kelola sejak 1968
dan berproduksi pertama kali pada 1979. ConocoPhillips merupakan
operator dengan kepemilikan saham 40 persen, sedangkan sisanya dimiliki
Inpex (35 persen) dan Chevron (25 persen).
Pengamat energi dari
Universitas Trisakti Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, keputusan
Medco mengakuisisi ConocoPhillips di South Natuna Sea Block B sangat
strategis. Sebab, blok yang diakuisisi tersebut adalah blok yang sudah
berproduksi. Risiko investasi di blok tersebut menjadi lebih terkontrol.
"Bagi
Medco, keputusan tersebut sangat strategis. Di tengah iklim investasi
yang lesu, mereka mampu memanfaatkan peluang dengan baik," ujar Pri
Agung, Jumat (18/11), di Jakarta.
Berdasarkan data Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas),
produksi minyak mentah di South Natuna Sea Block B sebanyak 19.800
barrel per hari. Adapun produksi gas di blok tersebut 40.300 barrel
setara minyak per hari.
Dalam keterangan resmi yang diterima Kompas,
CEO Medco Energi Internasional Roberto Lorato menyebutkan, setelah
akuisisi tuntas, prioritas perusahaan saat ini mempertahankan keamanan
operasi dan keberlangsungan usaha. Medco juga berkomitmen mempertahankan
struktur organisasi dan melanjutkan rencana pengeboran pada tahun
depan.
Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro
menyampaikan, aksi korporasi ini merupakan langkah kedua terbesar tahun
ini. Sebelumnya, Medco Energi Internasional mengakuisisi penuh PT
Newmont Nusa Tenggara, perusahaan tambang tembaga dan emas di Nusa
Tenggara Barat, senilai 2,6 miliar dollar AS.
"Medco akan
mendapat kemampuan operasi minyak dan gas lepas pantai terintegrasi
kelas dunia, serta memperkuat posisi sebagai perusahaan energi dan
sumber daya alam independen di Indonesia," ujar Hilmi. (APO)
You do not have permission to delete messages in this group
Copy link
Report message
Show original message
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to hul...@googlegroups.com
Yup...
Satu nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, dan
Satu harga BBM Indonesia.
psh
Medco Mengakuisisi Saham ConocoPhillips
19 November 2016
JAKARTA, KOMPAS
— Perusahaan swasta nasional PT Medco Energi Internasional Tbk
menuntaskan akuisisi ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd dan ConocoPhillips
Singapore Operations Pte Ltd di South Natuna Sea Block B, Provinsi
Kepulauan Riau. Keputusan tersebut dinilai strategis di tengah iklim
investasi hulu migas yang lesu.
ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd
dan ConocoPhillips Singapore Operations Pte Ltd adalah anak perusahaan
ConocoPhillips, perusahaan asal Amerika Serikat di sektor migas. Di
South Natuna Sea Block B, perusahaan ini mendapat hak kelola sejak 1968
dan berproduksi pertama kali pada 1979. ConocoPhillips merupakan
operator dengan kepemilikan saham 40 persen, sedangkan sisanya dimiliki
Inpex (35 persen) dan Chevron (25 persen).
Pengamat energi dari
Universitas Trisakti Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, keputusan
Medco mengakuisisi ConocoPhillips di South Natuna Sea Block B sangat
strategis. Sebab, blok yang diakuisisi tersebut adalah blok yang sudah
berproduksi. Risiko investasi di blok tersebut menjadi lebih terkontrol.
"Bagi
Medco, keputusan tersebut sangat strategis. Di tengah iklim investasi
yang lesu, mereka mampu memanfaatkan peluang dengan baik," ujar Pri
Agung, Jumat (18/11), di Jakarta.
Berdasarkan data Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas),
produksi minyak mentah di South Natuna Sea Block B sebanyak 19.800
barrel per hari. Adapun produksi gas di blok tersebut 40.300 barrel
setara minyak per hari.
Dalam keterangan resmi yang diterima Kompas,
CEO Medco Energi Internasional Roberto Lorato menyebutkan, setelah
akuisisi tuntas, prioritas perusahaan saat ini mempertahankan keamanan
operasi dan keberlangsungan usaha. Medco juga berkomitmen mempertahankan
struktur organisasi dan melanjutkan rencana pengeboran pada tahun
depan.
Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro
menyampaikan, aksi korporasi ini merupakan langkah kedua terbesar tahun
ini. Sebelumnya, Medco Energi Internasional mengakuisisi penuh PT
Newmont Nusa Tenggara, perusahaan tambang tembaga dan emas di Nusa
Tenggara Barat, senilai 2,6 miliar dollar AS.
"Medco akan
mendapat kemampuan operasi minyak dan gas lepas pantai terintegrasi
kelas dunia, serta memperkuat posisi sebagai perusahaan energi dan
sumber daya alam independen di Indonesia," ujar Hilmi. (APO)
You do not have permission to delete messages in this group
Copy link
Report message
Show original message
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to hul...@googlegroups.com
Masihkah MedCo perusahaan nasional ?
....
--
--
-= Sudahkan anda "Medical Check-up" tahun ini ? =-
Rekening HULASKO: BCA KCP Wisma Mulia Jakarta
A/c# 5035040100 ... A/n Yayasan Hulasko
konfirmasi : Eni-08129310710 ; Emmy-0811833227.
Sudahkan anda mengintip membaca kontribusi blog yayasan hulasko? http://yayasanhulasko.blogspot.com https://www.facebook.com/pages/Yayasan-Hulasko/115173475178452
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "HULASKO (Hudbay-Lasmo-Kondur)" di Google Grup.