Fakta-fakta garbarata RI dilecehkan Arab Saudi tapi dicintai Jepang
Merdeka.com - Produk-produk Indonesia sudah banyak yang
diekspor ke luar negeri. Bahkan, ada produk Indonesia yang jadi
primadona bangsa Asing.
Salah satunya rumah panggung khas Minahasa, Sulawesi Utara. Provinsi
Sulawesi Utara (Sulut) mengekspor rumah panggung Minahasa ke Malaysia
pada akhir bulan Maret 2016.
"Rumah panggung Minahasa yang diekspor ke Malaysia sebanyak satu unit
dengan berat 21,95 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara
sebesar USD 11.000," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Sulut, T Hasudungan Siregar seperti
ditulis Antara Manado, Kamis (28/4).
Hasudungan mengatakan, pengiriman rumah panggung ke luar negeri bukan
dalam jumlah yang banyak, karena industri di Sulut harus menjaga agar
tidak semua pohon harus ditebang dan dibuat rumah. "Namun ini menandakan
bahwa rumah panggung asal Minahasa sangat diminati oleh negara luar,"
jelas dia.
Dia menjelaskan pengekspor juga harus mengirim tukang ke Malaysia
untuk memasang langsung rumah panggung tersebut. Ekspor rumah panggung
tersebut bisa terwujud karena pembeli luar negeri percaya selain motif
menarik, juga kualitas pembuatan rumah pengrajin di daerah ini sudah
semakin baik dari waktu ke waktu.
"Pemerintah daerah terus memberdayakan pengrajin sehingga kualitas yang dihasilkan makin baik," katanya.
Selain rumah panggung, produk lain yang juga menjadi primadona adalah
jembatan penghubung ke pesawat atau garbarata. Garbarata ini menjadi
produk Indonesia yang diekspor ke Jepang.
Berikut fakta-fakta garbarata buatan anak negeri yang jadi primadona ekspor. Merdeka.com mencoba merangkum beberapa diantaranya, antara lain

1.
Diekspor ke 13 negara
Merdeka.com - Menteri Perindustrian Saleh Husin
meninjau pabrik pembuatan Garbarata (jembatan penumpang ke pesawat) di
Kawasan Industri Kalla Bukaka Jl. Trans Yogi Cibubur - Cileungsi, Bogor,
Senin (2/5).
Dalam kunjungannya tersebut, Menteri Saleh meresmikan peluncuran
produksi Garbarata yang ke -700 dan ekspor ke 447 untuk dikirim ke
Bandar Udara Yamaguchi-Ube, Jepang.
"Kalla Bukaka sebagai industri dalam negeri mampu membuktikan diri
dengan memproduksi Garbarata yang mampu menembus pasar internasional,"
ujar Saleh.
Dia menyebut keberhasilan ini merupakan kebanggaan bagi industri
dalam negeri. Untuk itu, dirinya meminta kepada perusahaan dalam negeri
agar mempercayakan produk dalam Tanah Air.
"Sebanyak 13 negara beberapa diantaranya ke Jepang, Hongkong, Chili,
Singapura, Malaysia, dan lain-lain, mengimpor Garbarata dari Indonesia.
Tentunya ini menjadi percontohan bahwa produk dalam negeri tak kalah
berkualitas," kata dia.
"Lebih hebatnya lagi ini murni karya anak bangsa, tidak ada campur
tangan pekerja asing. Saya mendorong agar Bukaka juga bisa menularkan
keberhasilan ini ke industri lainnya."
2.
Langganan Jepang sejak 1991
Merdeka.com - Menteri Perindustrian Saleh Husin
meninjau pabrik pembuatan Garbarata (jembatan penumpang ke pesawat) di
Kawasan Industri Bukaka Teknik Utama Jl. Trans Yogi Cibubur - Cileungsi,
Bogor, Senin (2/5).
Direktur Operasional Kalla Bukaka, Hapsari menyebut, kualitas produk
buatannya sudah diakui Jepang. Terbukti, Negeri Sakura tersebut telah
mengimpor garbarata dari Tanah Air sejak 1991.
"Saat ini jepang masih percayakan garbarata Indonesia. Kualitas kita
di Jepang diakui cukup baik. Kita punya teknologi yang disejajarkan
kayak di Jepang. Sudah 98 unit sejak 1991 atau 18 persen dari total
garbarata di Jepang," ujar Hapsari di Kawasan Industri Bukaka Teknik
Utama Jl. Trans Yogi Cibubur - Cileungsi, Bogor, Senin (2/5).
Meski demikian, Hapsari dan jajarannya tidak berbangga hati.
Pencapaian sekarang ini akan terus ditingkatkan. Terlebih, Jepang sudah
menaruh kepercayaan penuh untuk menggunakan garbarata Indonesia di
beberapa bandara international mereka.
"Kemudahan teknis, dukungan purna jual, perawatan, dan kualitas tentu
harus dipertahankan. Sebab, kemudahan-kemudahan itu yang membuat kita
jadi kepercayaan Jepang dan negara lainnya," kata dia.
Sementara itu, Marketing Manager Kalla Bukaka, Omar S. Ahmad
mengungkapkan, pesaing garbarata di pasar international terutama di Asia
adalah Jepang dan China. "Tapi kita untuk kawasan ASEAN tidak ada
saingannya," ungkapnya.
Di lain hal, di tengah perlambatan ekonomi global dan di Indonesia,
pasar garbarata dalam negeri dinilai masih sangat baik. Prospek yang
sangat baik tersebut juga diikuti oleh pasar luar negeri.
"Bandara kita di Indonesia ada 200-300 dan itu sangat baik. Yang di
daerah juga sangat fantastis. Kalau Prospek luar negeri masih ada terus.
Kenapa? Di Jepang itu mereka sangat konsen dengan kualitas, jadi
setelah 15 tahun garbarata digunakan mereka akan menggantinya.
Kalau
Hongkong, kita pernah supply 97 unit di terminal 1 mereka juga terus
membangun bandaranya," pungkasnya
3.
Diremehkan Arab Saudi
Merdeka.com - Marketing Manager Kalla Bukaka, Omar S.
Ahmad menyebut, tidak semua negara mengakui kualitas produk garbarata
di Indonesia. Salah satu negara yang meragukannya adalah negara di
kawasan Timur Tengah yaitu Arab Saudi.
Omar menceritakan pengalamannya di Arab Saudi saat hendak ingin mengurus tender pengadaan garbarata.
"Saat di Arab waktu saya ke sana, mereka nanya, Bukaka itu dari mana?
'Dari Indonesia', Emang bisa bikin garbarata, bisa ekspor? Kan bisanya
ekspor TKI," ungkap Omar kepada
merdeka.com di Kawasan Industri Bukaka
Teknik Utama Jl. Trans Yogi Cibubur-Cileungsi, Bogor, Senin (2/5).
Keraguan tersebut, menurut Omar, memang sulit dihilangkan karena Arab
Saudi lebih percaya pada produk dari negara di benua Eropa dan Amerika.
Selain itu, stigma tersebut membuat pabrikan asal Sulawesi Selatan ini
merasa tertantang untuk membuktikan diri kepada Arab.
"Kita harus buktiin secara teknis kalau produk Indonesia berkualitas,
kita harus memberi contoh yang ada kalau garbarata kita digunakan di
Hongkong, Singapura, China, Malaysia, India, Chili dan negara lainnya,"
pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Saleh Husin meninjau pabrik
pembuatan Garbarata (jembatan penumpang ke pesawat) di Kawasan Industri
Bukaka Teknik Utama Jl. Trans Yogi Cibubur - Cileungsi, Bogor, Senin
(2/5).
Direktur Operasional Kalla Bukaka, Hapsari menyebut, kualitas produk
buatannya sudah diakui Jepang. Terbukti, Negeri Sakura tersebut telah
mengimpor garbarata dari Tanah Air sejak 1991.
"Saat ini Jepang masih percayakan garbarata Indonesia. Kualitas kita
di Jepang diakui cukup baik. Kita punya teknologi yang disejajarkan
kayak di Jepang. Sudah 98 unit sejak 1991 atau 18 persen dari total
garbarata di Jepang," ujar Hapsari di Kawasan Industri Bukaka Teknik
Utama Jl. Trans Yogi Cibubur - Cileungsi, Bogor, Senin (2/5).
Meski demikian, Hapsari dan jajarannya tidak berbangga hati.
Pencapaian sekarang ini akan terus ditingkatkan. Terlebih, Jepang sudah
menaruh kepercayaan penuh untuk menggunakan garbarata Indonesia di
beberapa bandara international mereka.
"Kemudahan teknis, dukungan purna jual, perawatan, dan kualitas tentu
harus dipertahankan. Sebab, kemudahan-kemudahan itu yang membuat kita
jadi kepercayaan Jepang dan negara lainnya," kata dia.
4.
Ekspor ke Australia
Merdeka.com - Kalla Bukaka berencana menjual
garbarata ke pasar Australia tahun depan. Sejauh ini, perusahaan milik
keluarga Kalla itu baru sukses merambah pasar India, Jepang, dan
Hongkong.
"Karena kami lihat Aussie lebih berkembang. Mereka cukup menarik
pasarnya," ungkap Manajer Pemasaran Kalla Bukaka Omar S. Ahmad,
Jakarta, Senin (2/5).
Menurut Ahmad, pihaknya telah memiliki dua dari tiga modal untuk
memasuki pasar Australia. Yaitu, memiliki mitra bisnis lokal dan
insinyur berkualitas sesuai standar Negeri Kangguru.
Adapun satu syarat belum terpenuhi adalah memiliki pengalaman ekspansi.
"Kami berharap 1-2 bulan dapet tender. Untuk engineering sebagian
dari Indonesia sudah terkualifikasi. Yang penting kami cari pengalaman.
Sekarang kami sedang meyakinkan punya pengalaman."
Sebelum Australia, garbarata Kalla Bukaka telah terpakai di Bandara
India, Jepang, dan Hong Kong. Tiga negara tersebut menampung sebanyak 70
persen dari 447 garbarata yang diekspor Kalla Bukaka sejak awal berdiri
hingga saat ini.
"Kalau Eropa sama Amerika masih concern dengan produk sendiri, karena mereka merasa lebih unggul," kata Omar.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawiryawan
mendorong Kalla Bukaka lebih agresif membuka pasar Eropa dan Amerika
Serikat. Sebab, dia menilai garbarata Kalla Bukaka sudah sesuai standar
dunia.
"Jadi, sebenarnya kalau marketing mereka punya cukup nyali untuk
melakukan sesuatu yang agresif tidak perlu di khawatirkan," katanya.
"Mereka sudah punya segala macam sertifikasi dan lainnya, ISO 14000
pun mereka punya. Jadi di tingkat lingkungan punya, dari sisi kualitas
tidak perlu dipertanyakan. Ini bisa bersaing diharga dan pengiriman,
atau juga di administrasi. Kan mereka bisa saja takut bersaing dengan
Indonesia."