JAKARTA-Institut Pertanian Bogor (IPB) sekali lagi memperkenalkan teknologi bioretensi, sebagai salah satu alternatif teknologi mengatasi banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Caranya adalah dengan mengendalikan air imbasan sekaligus memanen air hujan pada saat musim hujan.
“Bioretensi merupakan teknologi aplikatif yang menggabungkan unsur tanaman, green water, dan blue water dalam suatu bentang lahan dengan semaksimal mungkin meresapkan air ke dalam tanah. Langkah ini dimaksudkan untuk menahan air selama mungkin di daerah aliran sungai (DAS) dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat,” jelas dosen Fakultas Kehutanan IPB, Nana Maulana Arifjaya.
Jumlah ideal sumur resapan bioretensi yang diperlukan untuk seluruh DAS di wilayah Jabodetabek sebanyak 261.622 unit, dengan meresapkan air hujan 4.372 m3/detik, dengan biaya sekitar Rp 1 Triliun. Saat ini baru 1910 unit sumur resapan bioretensi yang dibangun atau 0,73% dari seharusnya. Dengan rata-rata curah hujan di DKI Jakarta sebesar 2000 mm per tahun, Nana menjelaskan lahan di Jakarta mampu menyimpan 578,34 juta meter kubik air per tahun atau 1,6 juta meter kubik per hari. Ini cukup memenuhi keperluan domestik sekitar 7,9 juta masyarakat perkotaan.
Bioretensi vs Biopori
Sebelumnya
IPB telah menemukan Lubang Serapan Biopori (LSB), dengan memanfaatkan
sampah organik untuk menghidupkan makhluk kecil dalam tanah yang
berguna sebagai penghasil sumber air baru. Penerapan teknologi
bioretensi ini memerlukan aplikasi sumur resapan yang lebih dalam dari
biopori. Kedalaman sumur resapan bioretensi mencapai 2,7 meter
sedangkan biopori hanya sedalam 120 cm dengan diameter hanya 10
cm. Bagian dasar sumur diisi dengan batu kali dan ijuk setinggi 1,7
meter untuk menahan fondasi. Di tiap sisi dinding sumur bagian atas
dipasang buis (cetakan beton satu meter persegi dengan empat lubang).
Dalam lubang buis itu dimasukkan batu kali dan ijuk untuk menghindari
masuknya sedimen tanah ke dalam sumur. Terakhir lubang sumur ditutup
dengan cetakan beton dan tanah. Sumur bioretensi dapat dibuat di
halaman rumah, selokan, trotoar, taman, lahan parkir, dan gang-gang
sempit yang padat penduduk.(ap)
sumber: http://www.technologyindonesia.com/news.php?page_mode=detail&id=1327