Ign Sumarya
unread,Oct 23, 2013, 3:10:04 AM10/23/13Sign in to reply to author
Sign in to forward
You do not have permission to delete messages in this group
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to gghouse, Gamma Bintang Grafika, Hartati Lumban Gaol, Vincentius Gatot, gamma, Gatho Loyo, gatotad...@hotmail.com, gss_j...@yahoo.com, Gunawan Suryana, gerejafransiskus, gemawarta, gegenugroho, gedono, gedocso, Gereja Katolik St.Andreas Kedoya ( webmaster ), Gerardette Philips, GEREJA KATOLIK TIMUR
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi”
(Rm 6:19-23; Luk 12:49-53)
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan,
api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah
susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu,
bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan
ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan
dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah
melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu
melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu
mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu
mertuanya.” (Luk 12:49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Ketika api membakar gedung atau rumah pada umumnya semuanya akan
ludes tak berbekas lagi, namun jika ada emas murni di dalam gedung
atau rumah tersebut, yang mungkin disimpan begitu rahasia, akhirnya
akan semakin kelihatan dengan jelas: emas murni terbakar akan semakin
kelihatan kemurnian atau keasliannya. Sabda hari ini mengajak dan
mengingatkan kita semua agar senantiasa hidup dan bertindak sesuai
dengan ‘jati diri’ kita yang benar serta tidak berpura-pura atau
bersandiwara. Secara konkret ketika telah menempuh hidup baru, entah
hidup berkeluarga sebagai suami-isteri atau membiara atau imamat,
henndaknya hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas hidup baru
terkait. Hendaknya kita hidup dan bertindak dijiwai spiritualitas, dan
bukan lagi terkuasai oleh semangat daging atau nepotisme. Ketika anda
memiliki profesi berdagang hendaknya bekerja sesuai dengan tata tertib
atau aturan berdagang yang baik, demikian juga profesi-profesi
lainnya. Secara khusus kami berharap kepada para peserta didik atau
pelajar, yang memiliki jati diri atau panggilan belajar, untuk sungguh
membaktikan diri dalam belajar, memboroskan waktu dan tenaga untuk
belajar. Jika selama berprofesi sebagai pelajar atau peserta didik
anda sungguh belajar dengan baik, maka kelak dalam profesi apapun
pasti akan hidup dan bertindak sesuai dengan profesi terkait. Kepada
anda yang berkeluarga sebagai suami-isteri kami harapkan setia dalam
saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, dalam sakit maupun
sehat, karena dengan demikian berarti cara hidup dan cara bertindak
anda akan mempengaruhi sikap mental anak-anak anda: setia pada
panggilan dan tugas pengutusannya.
· “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah
kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada
pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah
dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 6:22-23). Kutipan ini kiranya
mengingatkan dan mengajak kita semua agar senantiasa ‘bebas merdeka’
alias menjadi ‘hamba Allah’ dalam cara hidup dan cara berindak apapun
dan dimana pun, tidak dikuasai oleh dosa atau melakukan dosa dan
kejahatan sekecil apapun. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk
senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Allah, dan hemat saya
kehendak dan perintah Allah yang utama dan pertama adalah ‘saling
mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita’. Sekali lagi saya
angkat di sini bahwa wujud kasih yang utama adalah boros waktu dan
tenaga bagi yang terkasih, maka baiklah jika kita saling memboroskan
waktu dan tenaga satu sama lain, dan tentu saja pertama-tama dan
terutama terjadi dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing.
Jika kita dengan mereka yang hidup dekat setiap hari dengan kita dapat
saling mengasihi dengan baik dan benar, maka dengan mudah kita
mengasihi orang lain. Sebaliknya jika dengan mereka yang dekat dengan
kita tak mampu saling mengasihi dengan baik dan benar, maka mengasihi
yang lain sungguh merupakan pelarian tanggungjawab, sebagaimana
terjadi dengan suami atau isteri yang selingkuh dengan orang lain
karena tak mampu saling mengasihi. Kita semua hendaknya setia
menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan kita sendiri,
yang utama atau pokok, dan jangan dengan mudah meninggalkan tugas atau
panggilan utama dengan melaksanakan tugas sambilan. Mengapa orang
senang melakukan tugas sambilan, karena tidak dituntut tanggungjawab
dan pada umumnya juga memperoleh imbalan yang menarik. Sekali lagi
kami ingatkan: jangan berselingkuh atau menyeleweng dari tugas dan
panggilan utama atau pokok.
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang
ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
(Mzm 1:1-3)
Ign 24 Oktober 2013