Berita Duka: Telah meninggal dunia dengan tenang
Romo Sumarya S.J., Rektor Seminari Menengah Mertoyudan
Minggu 27 Oktober 2013 di Jakarta,
sekitar pukul 07:20 WIB pagi tadi.
Rm Sumarya SJ lahir di Klaten, 9 November 1952.
Beliau mengalami serangan jantung ketika akan menyelesaikan putaran Mandiri Jakarta Marathon. ...
Romo Sumarya S.J. bersama alumni - pelari AAJI dan Romo Jesuit lainya ikut ambil bagian menyemangati proses Fundraising "Run for Mertoyudan".
Jenazah beliau saat ini telah dipindahkan dari RS Jakarta dan disemayamkan di RD St. Carolus.
Hari Minggu
Misa Requiem hari Minggu 27 Oktober di Kapel Kolese Kanisius pukul 20:00
Hari Senin
Misa untuk Keluarga Besar Strada di Kapel Kolese Kanisius pukul 11:00
Misa untuk Keluarga Besar Kanisius di Kapel Kolese Kanisius pukul 13:00
Pukul 16:00 Jenazah diterbangkan ke Semarang untuk selanjutnya dikebumikan di makam para Jesuit di Girisonta.
Regards,
Caroline Silka
Contract Advisor
csi...@chevron.com
Contracting and Procurement Services
Project Resources Company, A Division of Chevron U.S.A., Inc
1400 Smith Street, Room 26002
Houston, TX, 77002
Phone:
+1-713-372-9941
Mobile:
+1-832-660-5989
I'm happy to receive CSOC Behavioral Feedback, use
http://csocbehavior.chevron.com/ and enter my CAI: CWAH to provide feedback. Thank you.
-----Original Message-----
From:
gema...@googlegroups.com [mailto:
gema...@googlegroups.com] On Behalf Of Ign Sumarya
Sent: Saturday, October 26, 2013 1:10 AM
To: gghouse; Gamma Bintang Grafika; Hartati Lumban Gaol; Vincentius Gatot; gamma; Gatho Loyo;
gatotad...@hotmail.com;
gss_j...@yahoo.com; Gunawan Suryana; Gereja Katolik St.Andreas Kedoya ( webmaster ); gedocso; gegenugroho; gemawarta; gerejafransiskus; GEREJA KATOLIK TIMUR; Gerardette Philips
Subject: [gemawarta] MgBXXX
Mg Biasa XXX: Sir 35:12-14.16-18;2Tim 4:6-8.16-18; Luk 18:9-14
"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Berdoa merupakan salah satu kegiatan hidup umat beriman atau beragama,
dan umat beriman atau beragama yang baik pasti tidak melupakan hidup
doa dalam perjalanan hidup sehari-hari. Kata-kata atau kalimat yang
muncul dalam doa hemat saya merupakan petunjuk kualitas pribadi
bersangkutan yang sedang berdoa. Memang ada orang yang suka berdoa
begitu bertele-tele dengan kalimat panjang dan kedengaran bagus,
sementara itu ada orang berdoa 'to the point', singkat padat. Dalam
warta gembira hari ini dikisahkan orang Farisi dan pemungut cukai yang
sedang berdoa, dimana orang Farisi begitu menyombongkan diri dihadapan
Allah serta juga melecehkan orang lain, sedangkan pemungut cukai
dengan rendah hati menyadari dan menghayati diri sebagai yang lemah,
rapuh dan penuh dengan dosa di hadapan Allah. Bagaimana anda berdoa:
seperti orang Farisi atau pendosa? Kebenaran sejati sebagai orang
beriman adalah sebagai pendosa yang dipanggil Allah untuk bertobat
serta dengan rendah hati menanggapi panggilan Allah untuk
berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka dengan ini kami
mengajak dan mengingatkan anda semua untuk meneladan pemungut cukai
yang sedang berdoa, dengan kata-kata sebagaimana kita kutipkan di
bawah ini, dan marilah kita renungkan dan cecap dalam-dalam.
"Pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani
menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah,
kasihanilah aku orang berdosa ini" (Luk 18:13)
Kami percaya bahwa kita semua semakin bertambah usia dan pengalaman
berarti juga semakin bertambah dosa-dosa kita, demikian juga semakin
beriman berarti juga semakin menyadari dan menghayati diri sebagai
pendosa yang diampuni dan dikasihi oleh Allah secara melimpah ruah.
Jika kita berani mawas diri dengan benar dan jujur kiranya kita akan
menyadari dan menghayati diri sebagai orang yang senantiasa dikasihi
dan diampuni oleh Allah melalui sekian banyak orang yang memperhatikan
dan mengasihi kita, karena kita memang orang yang lemah dan rapuh.
Dengan demikian dalam keadaan bagaimana pun kita akan hidup dan
bertindak dengan rendah hati.
"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan."(Luk 18:14), demikian sabda
Yesus. Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan paling utama,
yang mendasari keutamaan-keutamaan lainnya, maka marilah kita
senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Tak bosan-bosannya
saya mengutip apa itu rendah hati, menurut para pemerhati kehidupan
moral atau budi pekerti. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang
tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan
menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari
orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya"
(Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur,
Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24)
Kami berharap kepada siapapun yang berperan dan berpengaruh dalam
kehidupan bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah
hati, dan secara konkret kami berharap hendaknya para pemimpin atau
atasan senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dalam
melaksanakan tugas pengutusan atau menghayati fungsinya. Secara khusus
lagi kami berharap kepada kepala daerah di tingkat kabupaten/kota
madya serta gubernuran maupun presiden, kepala pemerintahan, untuk
sungguh rendah hati. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa anda
dipilih oleh rakyat banyak: rakyat memang berada di tangan anda,
tetapi kesematan anda ada di tangan rakyat. Jika anda tidak dengan
rendah hati mengusahakan kesejahteraan hidup rakyat, jangan kaget dan
bertanya-tanya jika rakyat protes atau bahkan memberontak, mengancam
keselamatan anda.
Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini mungkin dididik dan
dibina untuk rendah hati, dan tentu saja teladan orangtua atau bapak
ibu sangat dibutuhkan. Saya percaya bahwa ketika anak anda masih bayi
anda pasti rendah hati terhadap anak anda, maka semoga pengalaman
tersebut terus dihayati dan diperdalam serta diperkembangkan. Ketika
anak-anak memperoleh pelayanan dan pembinaan rendah hati, maka ketika
mereka berkembang menjadi pribadi dewasa pasti akan hidup dan
bertindak dengan rendah hati juga. Kepada mereka yang kaya akan harta
benda maupun ilmu pengetahuan kami harapkan juga hidup dan bertindak
dengan rendah hati, sebagaimana dikatakan dalam pepatah "butir padi
semakin berisi, maka batang padi akan menunduk".
"Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan
dan saat kematianku sudah dekat.Aku telah mengakhiri pertandingan yang
baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara
iman.Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan
dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya;
tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya." (2Tim 4:6-8)
Apa yang disharingkan oleh Paulus di atas ini kiranya baik kita
renungkan dan hayati, lebih-lebih kata-kata "darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat". Yang
sangat jelas bagi kita semua adalah bahwa kita semua tidak tahu kapan
kematian bagi kita akan datang atau kapan kita akan meninggal dunia,
kiranya tak seorang pun yang sungguh beriman mengetahui kapan akan
dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Namun apakah selama ini kita
juga telah mencurahkan darah sebagai persembahan, yang berarti sungguh
bekerja keras melaksanakan tugas pekerjaan atau menghayati panggilan
hanya diri kita sendiri juga yang mengetahui. Kita semua dipanggil
untuk bekerja keras melaksanakan tugas pengutusan maupun menghayati
panggilan kita masing-masing, demi kebahagiaan dan kesuksesan hidup
dan kerja kita.
"Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal
yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan
sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:
Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka - Jakarta 1997,
hal 10). Orang-orang miskin yang baik di pedesaan-pedesaan atau di
pegunungan-pegunungan maupun para buruh pada umumnya bekerja keras
dalam bekerja guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, baik bagi
dirinya sendiri maupun keluarganya. Maaf, saya sendiri sejak kecil
dididik dan dibina bekerja keras oleh orangtua saya, yang bekerja
sebagai tukang batu, buruh di pabrik gula dan mengerjakan sepetak
sawah. Ketika masih belajar di tingkat SMP, begitu pulang dari sekolah
saya langsung ke sawah, entah untuk mencangkul atau perawatan tanaman
padi dan sering juga dalam rangka menanam tembakau. Semakin bekerja
keras dan merasa berkekurangan waktu pada umumnya saya lalu efisien
dan efektif dalam menggunakan waktu. Begitu sebaliknya ketika orang
merasa memiliki atau berkelimpahan waktu pada umumnya boros waktu.
Marilah kita semua berusaha menggunakan waktu seefektif dan seefisien
mungkin dan syukur juga seafektif mungkin. Didiklah dan binalah
anak-anak anda dalam hal bekerja keras, jauhkan aneka bentuk
kemalasan. Para orangtua atau bapak-ibu kami harapkan dapat menjadi
teladan pekerja keras dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.
Kami di Seminari Menengah Mertoyudan juga berusaha mendidik dan
membina para seminaris untuk bekerja keras, agar kelak ketika menjadi
pastor/imam sungguh bekerja keras dalam menghayati panggilan maupun
melaksanakan tugas pengutusan/pekerjaan.
"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya
tetap di dalam mulutku.Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah
orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita" (Mzm
34:2-3)
Ign 27 Okt 2013
--
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "Gemawarta" dari Grup Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke gemawarta+berhenti
berlan...@googlegroups.com .
Untuk mengeposkan pesan ke grup ini, kirim email ke
gema...@googlegroups.com.
Kunjungi grup ini di
http://groups.google.com/group/gemawarta.
Untuk opsi lainnya, kunjungi
https://groups.google.com/groups/opt_out.