
JABOTABEK UPDATE--Pertemuan empat mata antara Presiden Joko Widodo dan Ketum DPP PDIP di Istana Batu Tulis, Bogor, masih menimbulkan tanda tanya. Publik menilai tidaklah mungkin kedua pemimpin tersebut bertemu hanya membahas masalah yang biasa-biasa saja.
Berbagai spekulasi muncul karena pertemuan tersebut dilakukan setelah pendeklarasian Anies Baswedan sebagai Capres oleh Partai Nasdem. Belakangan pencalonan tersebut disambut oleh Partai Demokrat dan PKS yang sudah lama merancang koalisi.
Sejauh ini hanya Prabowo Subianto yang serius untuk maju sebagai Capres melalui koalisi Partai Gerindra dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nmun masih menjadi pertanyaan apakah Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang akan menjadi Cawapres atau tokoh lain.
Lantas siapa Capres dari PDIP yang notabene partai pemenang Pemilu 2019 lalu? Ini yang hingga saat ini belum jelas. Bisa Puan Maharani atau Ganjar Pranowo. Sejauh melihat data berbagai survei, nama Ganjar lebih berkibar, namun ia bukan 'darah biru' partai bersimbol kepala banteng itu.
Sekjen PDIP Hasto Kristyanto bahkan mengisyaratkan partainya tidak akan terburu-buru menetapkan Capres/Cawapres. Mungkin baru akan mengumumkannya pada Juni 2023 nanti.
Namun cara mengulur waktu seperti itu ada ruginya juga. Bila tidak hati-hati akan muncul bibit-bibit rivalitas internal yang tidak sehat dan merugikan. Lihat saja ketika beberapa waktu lalu muncul "Dewan Kolonel" yang mendukung Puan Maharani dan "Dewan Kopral" mengusung Ganjar Pranowo.
Bibit rivalitas internal bisa tumbuh dan berkembang bila Megawati terus mengulur waktu.
Pesaing sepadan
Lantas apakah pertemuan Jokowi-Megawati di Istana Batu Tulis merespon perkembangan tersebut. Banyak yang mengira begitu.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai pertemuan Jokowi-Megawati tersebut berkaitan dengan pengusungan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres).
Menurut Pangi, Megawati dan Jokowi ingin merancang siapa sosok yang sebanding dan mampu menandingi, bahkan mengalahkan Anies pada Pilpres 2024.
“Jelas ujung dari semua itu adalah bagaimana Jokowi dan Megawati bekerja sama dan berpikir keras mencarikan lawan tanding yang sebanding melawan Anies,” ujar Pangi, seperti dikutip Bisnis.com, Senin (10/10).
Dia menganggap, Megawati dan Jokowi akan jadi dua sosok yang sangat berpengaruh terkait pencapresan jika mereka bekerja sama. Besar kemungkinan, sosok Capres/Cawapres yang akan didukung Megawati dan Jokowi akan jadi kandidat utama untuk memenangkan Pilpres 2024.
Menurut dugaan Pangi, Megawati ingin agar Jokowi berhenti mendukung Ganjar Pranowo untuk maju sebagai capres 2024. Menurutnya, Megawati mengusulkan duet Prabowo-Puan ke Jokowi.
“Megawati meminta agar Jokowi berhenti mendukung Ganjar, fokus ke capres selera Megawati yakni Prabowo-Puan, di mana Jokowi dan Megawati menjadi king maker-nya,” jelas Pangi.
Dia mengatakan, Megawati dan Jokowi paham bahwa Anies merupakan sosok yang punya elektabilitas tinggi. Oleh sebab itu, duet Prabowo-Puan dinilai dapat menandingi Anies dan siapapun pasangannya nanti.
“Jokowi dan Megawati yang jelas mulai menyadari mendapatkan lawan tanding yang cukup kompetitif,” tutupnya.
Masuk akal juga. Bila itu yang terjadi, bukan tidak mungkin Pilpres 2024 hanya akan diikuti dua pasangan, kecuai jika Koalisi Indonesia Baru (KIB) mencoba keberuntungan dengan memajukan Capres/Cawapres sendiri.
Melihat elektabilitas hasil survei, KIB tidak memiliki jagoan yang moncer. Namun bisa saja menarik Ganjar sebagai jagoan mereka. Bila tiga pasangan yang maju Pilpres, hitung-hitungan pinggir jalan Pilpres akan berlangsung dua putaran. Dan ini pasti seru dan menarik. (BC)