13 September 2011
KLAIM Malaysia atas blok konsesi
Ambalat di Provinsi Kalimantan Timur lima tahun lalu dengan menggerakkan kapal
perangnya di sekitar Karang Unarang membuat marah petinggi TNI. Cilangkap
menganggap ini merupakan penghinaan teritorial NKRI terbesar sepanjang 40
tahun terakhir karena berkaitan dengan manuver kapal perang asing yang
melakukan provokasi terang-terangan sampai menyandera pekerja pembuatan
mercusuar Karang Unarang.
Mabes TNI kemudian melakukan operasi militer dan intelijen dengan mengerahkan
gugus tempur laut berupa kapal perang jenis fregat dan korvet serta satuan
tugas pasukan marinir ke lokasi Ambalat, Sebatik, Nunukan dan Tarakan. TNI juga
menempatkan sejumlah pesawat tempur di Balikpapan dan Tarakan, kemudian
mengusir tegas kapal perang Malaysia dari perairan Ambalat sekaligus memastikan
kehadiran permanen 5-6 kapal perang yang siap siaga 24 jam dalam sehari di
perairan itu.
Kondisi ini tentu bukan untuk hangat-hangat tahi ayam. Petinggi TNI pasti
tahu bahwa urusan klaim teritorial memerlukan waktu penyelesaian bertahun-tahun
dan selama waktu itu TNI harus terus melakukan pengawasan penuh atas wilayah
konflik perbatasan.
Dalam perjalanan waktu itu tentu saja pemikir strategis TNI bersama Kementerian
Pertahanan melakukan olah pikir dan olah daya sembari menginventarisasi
kekuatan alutsista yang dimiliki dan lalu dibandingkan dengan kekuatan
alutsista milik tetangga.
Sebagai negara kepulauan terbesar, tentu saja kekuatan angkatan laut dan udara
merupakan kekuatan pukul utama manakala negara dalam keadaan diserang negara
lain, baik skala terbatas maupun skala luas. Nah, setelah dihitung-hitung
dengan cermat, maka dimulailah program peremajaan alutsista dengan membeli
ke berbagai negara.
Beberapa jenis alutsista yang dibeli bisa disebut beli murni, misalnya jet
tempur Sukhoi, namun beberapa jenis lain dibeli dengan metode ToT (transfer of
technology), contohnya kapal perang jenis LPD dari Korea Selatan.
Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2011 ini, berbagai alutsista strategis
sudah ada dalam genggaman TNI bersama perkuatan personel. Bisa disebut 4
korvet Sigma buatan Belanda, 4 LPD (Landing Platform Dock) kerja sama
Korsel-PAL, integrasi sistem tempur dengan rudal Yakhont pada KRI Fregat Ahmad
Yani Class, pasang rudal C802 di sejumlah Kapal Cepat Rudal, dan kerja sama
pembuatan rudal C705 dengan China.
Kemudian overhaul Kapal Selam KRI Nanggala di Korsel (bonusnya hibah 10 tank
amfibi LVT-77 ), pembuatan puluhan kapal cepat rudal di PAL dan galangan kapal
nasional, pembuatan kapal perang jenis LST. Tambahan 6 Sukhoi, 17 tank
amfibi BMP-3F sudah memasuki pangkalan arsenal TNI, juga instalasi radar
militer di Indonesia Timur yaitu di Biak, Merauke, Timika dan Saumlaki.
Langkah Berani
Saat ini, TNI juga sedang mempersiapkan pembentukan skuadron UAV di Pontianak
dan Pekan Baru, menunggu kedatangan 16 Super Tucano, menanti kedatangan 16 jet
latih / tempur T-50 dari Korsel dan menambah kembali pesanan 6 Sukhoi untuk
melengkapi jumlah yang ada saat ini, yaitu 10 unit, menjadi kekuatan penuh satu
skuadron (16 unit).
Yang menggembirakan tentu saja adanya hibah 30 unit F16 blok 32 dari Amerika
Serikat yang sudah disetujui, kemudian melakukan upgrade 8 Hercules, pesan
4 heli Cougar dari Prancis, pesan 4 CN 235 ASW dari PT DI. Tak
ketinggalan juga menambah inventory tank amphibi dengan memesan kembali 56 unit
BMP-3F dari Rusia.
Kekuatan lima heli tempur serbu jenis MI35 dan 12 Mi17 buatan Rusia sudah hadir
di skuadron Penerbad. Kemudian pengadaan ratusan rudal QW3 untuk Marinir dan
Paskhas, pembelian rudal Exocet terbaru untuk 4 KRI Sigma, pembuatan 154 panser
Pindad, kerja sama pembuatan 44 panser Canon dengan Korsel, pengadaan rudal
antitank.
Perluasan pangkalan TNI AL di Padang, Tarakan, Kupang dan Merauke sudah
selesai, pembangunan pangkalan TNI AU di Tarakan untuk menampung segala jenis
pesawat tempur, penambahan puluhan batalyon infantri, mekanis, marinir dan
Paskhas, pembentukan divisi 3 Kostrad. Setidaknya ini yang tampak di
depan mata.
Pada 2010, program alutsista dipertajam dengan membangun industri hankam dalam
negeri dengan memberdayakan PT PAL, PT DI, Pindad, Lapan dan industri alutsista
swasta untuk menghasilkan produksi dalam negeri, termasuk kerja sama dengan LN
membangun alutsista di Tanah Air.
Senjata SS2, mortir, amunisi, bom Sukhoi, kapal cepat rudal, kapal
trimaran, kapal jenis LST, helikopter, pesawat angkut dan patroli CN235, roket
Lapan, panser Anoa adalah buah pemberdayaan industri alutsista dalam negeri
yang sudah menampakkan hasil. Kerja sama melalui transfer teknologi
dengan Korsel adalah 4 kapal LPD, dua dibuat di Korsel dan dua lainnya di PAL
Surabaya. Demikian juga dengan pembuatan 40 panser Canon, separo di
Korsel sisanya di Pindad. Langkah berani Kemhan adalah melakukan terobosan
besar di bawah kepemimpinan Menhan Purnomo Yusgiantoro dengan melakukan kerja
sama strategis pembuatan pesawat tempur KFX bersama Korsel. Kualitas jet
tempur ini di atas F16 dan hasil kerja sama ini nantinya Indonesia akan
menerima 50 unit jet tempur generasi 4,5 dan bisa memproduksi sendiri.
Kerja Sama
Kemudian Kemhan juga meluncurkan pembuatan 10 kapal perang jenis PKR kerja sama
dengan Damen Schelde Belanda. Akhir tahun 2010 sudah dimulai pengerjaannya
dengan membuat 2 PKR Light Fregat. Perusahaan swasta Lundin yang berlokasi di
Banyuwangi sedang mempersiapkan beberapa kapal perang jenis trimaran.
Galangan kapal swasta di Batam sudah menghasilkan 1 kapal cepat rudal
yaitu KRI Clurit dan sedang membuat beberapa KCR lainnya. Proyek rudal
strategis Lapan-Pindad sedang berjalan, bahkan Lapan-Pindad saat ini sedang
memproduksi massal ribuan roket Rhan setelah dilakukan uji tembak di pusat
latihan tempur Baturaja Sumatera Selatan beberapa waktu yang lalu.
Untuk jangka panjang, memproduksi alutsista buatan negeri sendiri sesungguhnya
memberikan nilai yang tinggi bagi generasi bangsa. Betapa tidak, mereka yang
diwarisi dengan industri hankam strategis akan merasa sangat bangga bahwa tanah
airnya yang bernama Indonesia sudah mampu memproduksi pesawat angkut, pesawat
tempur, helikopter, kapal perang, kapal selam, tank, rudal dan lainnya. Kondisi
ini akan memberikan semangat bertanah air yang tinggi.
Ingat cara Soekarno membuat proyek bernilai nasionalis tinggi, Masjid Istiqlal,
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Monas, Jembatan Semanggi, Jembatan
Ampera. Itu semua dibangun ketika ekonomi rakyat berkategori sangat
miskin, namun sekarang menjadi kebanggaan bangsa dan rakyat kita.
Kita berharap pembangunan industri alutsista dalam negeri ini berjalan
konsisten, terpadu, terarah dan transparan tanpa benturan konflik kepentingan.
Soalnya musuh terbesar dalam program ini adalah ketidakkonsistenan itu
sendiri dan intelijen makelar senjata yang selalu merayu petinggi Kemhan dengan
berbagai cara, dengan iming-iming komisi menggiurkan untuk memakai alutsista
buatan pabrik kapitalis ini dan itu. Mudah-mudahan Menhan Purnomo yang
enerjik, lincah dan berakal cerdik itu bersama pengambil keputusan di Kemhan
dan Mabes TNI mampu berjalan seiring, seia sekata untuk menghasilkan alutsista
strategis buatan anak bangsa, mewariskan kehormatan dan kebanggaan pada
generasi bangsa. (24)
—Jagarin Pane, pemerhati alutsista TNI.
Best Regards;
Guntur Sutrisno
FLEXTRONICS TECHNOLOGY INDONESIA
don't never ask , what your country can do for you ,
but ask to your self, what you can do for your country.