Teori Joko Tingkir ala Intelijen Indonesia

4 views
Skip to first unread message

Guntur Sutrisno

unread,
Oct 10, 2011, 11:21:18 AM10/10/11
to Abdul Wahid Fajar, Edi Nursal, Ichwanul Muslimin, Ragil Tri Prasetyo, Jansen Oktario, Firman Edi, Firman Arif, Mahadin Maha, Muhammad ILham, Murnadirawan Murnadirawan, MErfin Fanani, M Firmansyah, M Nur, Misbahuddin Fitri, Mashari Widiarso, M.Syukron Ghufrani, Mairizal Zal, Jufri Minardo Sidabutar, Hendra Mentaruk, Hari Kurniawan, Hendra Dermawan, Hartanta Hermas Tarigan, Hendry Pandapotan, Bambang Handayanto, Faisal Ananda, Ogie Yunantho, Windi Setia Pratama, Jhon Freddy Pasaribu, Todi Fitriosa, Febi Hidayat, Boy Chandra, Budi Sukaca, Nasrial Nasrial, Indra Carnas, Indar Wahyu Hidayat, Indra Nevada, Lasimin Lasimin

Bedah Buku Busyro Muqoddas

Teori Joko Tingkir ala Intelijen Indonesia

Doddy Wisnu Pribadi | Marcus Suprihadi | Minggu, 9 Oktober 2011 | 19:11 WIB

 

KONTAN/FRANSISKUS SIMBOLON Ketua KPK Busyro Muqoddas

 

MALANG, KOMPAS.com- Intelejen Indonesia, paling tidak di masa Orde Baru, menggunakan teknik pemecah belahan masyarakat untuk menciptakan situasi sosial yang rapuh agar kekuasaan rezim, dalam hal ini Soeharto, bisa dipertahankan. Caranya, menggunakan teknik Joko Tingkir, legenda sejarah seorang tokoh yang menyumpal telinga kerbau, hingga kerbau mengamuk. Seolah-olah hanya dia yang bisa menjinakkan kerbau yang mengacau, padahal pelaku kekacauan itu tak lain buatannya sendiri.

Melaui teknik ini, sejarah bisa merekam sejumlah operasi intelejen Orde Baru seperti operasi penumpasan Komando Jihad yang menciptakan karakter Imron.

Hal itu yang antara lain muncul pada diskusi bedah buku hasil disertasi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas, berjudul Hegemoni Rezim Intelijen di kampus Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang (UM), Minggu (9/10/2011).

Busyro antara lain mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa karakter ciptaan intelijen Orde Baru seorang petinggi Komando Jihad telah tewas, dalam operasi itu. Imron sejak semula dikenal tinggal di Arab Saudi, dan waktu itu ada info yang mengatakan Imron masih hidup di sana.

"Bahkan saat Ali Murtopo berada di Arab, Imron ada diantara orang Indonesia yang hadir dalam pertemuan itu, yang artinya dekat dengan petinggi intelijen," katanya.

Teori Joko Tingkir didukung oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Prof Dr Haryono yang juga pakar ilmu sejarah. Model operasi intelijen Joko Tingkir ini yang kemudian sukses menciptakan ketegangan antara sesuatu yang diistilahkan ekstrim kiri dan ekstrim kanan ciptaan Orde Baru pada awal 1980-an, yang menunjukkan seolah-olah ada ancaman orang-orang kiri terhadap orang-orang kanan dan sebaliknya.  

"Inilah hantu-hantu yang diciptakan, yang disebut hantu jihad dan hantu komunis. Padahal yang sebenarnya terjadi, melalui ketegangan itu kemudian intelijen bisa mengetahui siapa yang berideologi yang mana, sehingga kedua-duanya ditumpas, bukan untuk kepentingan negara. Melainkan untuk kepentingan kelanggengan kekuasaan Orde Baru," katanya.

Kedua hantu ini menjadi sumber ketakutan, dan menutupi hantu sebenarnya, seperti diungkap John Perkins," kata Haryono, dalam buku Confessions of Economic Hitman yakni pengurasan sumber daya ekonomi pertambangan dan perkayuan oleh kekuatan asing. Operasi intelijen mengabdi pada hedonisme penguasa, menciptakan ketakutan yang membuat operasi pertambangan asing seperti Freeport atau Newmont bisa leluasa berkuasa di tengah kemiskinan rakyat di sekitar situs pertambangan.  

Menurut Busyro, ada informasi yang menyebut sebelum ini ABB dikenal dekat dengan para petinggi intelijen. Demikian pula hubungan antara petinggi Negara Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat yang justru berhubungan dekat dengan mantan petinggi lembaga intelijen.  

"Meski dengan pemandangan demikian gamblang, namun kita lihat sendiri tak ada tindakan hukum terhadap NII dan orang-orangnya yang sudah terungkap luas, sampai hari ini. Jangan heran bahkan seorang Panglima Kodam, pernah bicara dengan saya usai wisuda anaknya bahwa ia berterima kasih pada saya karena setelah kuliah di kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, anaknya itu yang terpengaruh NII bisa kembali ada orang tuanya. Lho ini seorang Pangdam saja tak berdaya mengahadapi NII," kata Busyro.

Melalui itu, Busyro menegaskan, para aktivis dan masyarakat luas hendaknya berusaha terus mengkritisi tiga RUU yang sedang diupayakan untuk segera disahkan, yakni RUU Intelijen, RUU Rahasia Negara dan RUU Pertahanan, yang dapat mengancam demokrasi. "Mari kita kembalikan intelijen bukan sebagai milik kekuasaan, melainkan milik negara dan milik rakyat. Intelijen bekerja untuk menjaga kepentingan negara, bukan kepentingan rezim berkuasa," katanya.

 

 

Don’t never ask, what your country can do for you

But Ask to your self, what you can do for your country

Legal Disclaimer: The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message
image003.jpg
image004.gif
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages