Dunia Militer "Changbogo di Ambang Pintu"

73 views
Skip to first unread message

Guntur Sutrisno

unread,
Oct 4, 2011, 9:52:42 AM10/4/11
to Abdul Wahid Fajar, Ragil Tri Prasetyo, Edi Nursal, Ichwanul Muslimin, Todi Fitriosa, Febi Hidayat, Firman Edi, Firman Arif, Mahadin Maha, Murnadirawan Murnadirawan, Muhammad ILham, MErfin Fanani, M Firmansyah, Hari Kurniawan, Jhon Freddy Pasaribu, Faisal Ananda, Budi Sukaca, Sidabutar Jackson, Indra Carnas, Indra Nevada, Nasrial Nasrial, Windi Setia Pratama, Indar Wahyu Hidayat, Inur...@yahoo.com, Hartanta Hermas Tarigan, Bambang Handayanto, Hendra Mentaruk, Hendra Dermawan, Hendry Pandapotan, Jansen Oktario, Jufri Minardo Sidabutar, Richard Agustriono, Riau Vano, Irvan

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/10/04/161413/15/Changbogo-di-Ambang-Pintu

04 Oktober 2011

Share :Right-click here to download pictures. To help protect your privacy, Outlook prevented automatic download of this picture from the Internet.
Facebook Right-click here to download pictures. To help protect your privacy, Outlook prevented automatic download of this picture from the Internet.
Twitter

 

Changbogo di Ambang Pintu

  • oleh Jagarin Pane

TAHUN 2008 Rusia, lewat Presiden Vladimir Putin waktu itu, memberikan kredit ekspor untuk pengadaan alutsista TNI sebesar 1 miliar dolar AS. Tiga perempatnya, atau 700 juta dolar AS untuk pengadaan dua kapal selam kelas Kilo.

Tak lama kemudian, pada tahun 2010 - 2011 produk made in Rusia berdatangan, antara lain jet tempur Sukhoi Batch 2, rudal untuk Sukhoi Batch 1, tank amfibi BMP-3F, rudal Yakhont, heli tempur Mi17 dan Mi35. 

Alutsista yang akan tiba dalam waktu dekat adalah enam Sukhoi tambahan dan enam Heli Mi17. Yang tak jadi datang jet tempur latih Yak-130 dikalahkan T-50 Golden Eagle, Korea Selatan.

Yang bakalan tak jadi adalah dua Kilo, karena dalam tikungan terakhir muncul pesaing kuat Changbogo, kapal selam buatan Korsel yang masih sepupu dengan KRI Cakra dan KRI Nanggala, karena masih satu kakek dengan HDW (Howaldtswerke-Deutsche Werft) Jerman.   Lho, kok bisa? Ya, itulah perubahan cara pandang dan cara hitung.  Petinggi TNI, sebagai user, tentu ingin alutsista berkelas herder, yang dengan kehadirannya saja sudah mampu membuat jiran berukur diri.   Kilo memenuhi kriteria itu.  Kilo adalah penamaan NATO untuk kapal selam made in Rusia yang dinegerinya sendiri dikenal dengan kode Project 877 Paltus. 

Jenis tercanggih dari kelas Kilo dikenal dengan Improved Kilo diberi kode Project 636/Varshavyanka. Kilo jenis ini yang diminati banget sama TNI AL, dikenal sebagai kapal selam paling senyap di dunia. Bahkan petinggi militer Australia sudah mewanti-wanti dengan lantang, kehadiran Kilo di Indonesia tidak akan mampu ditandingi oleh kapal selam kelas Collins Australia, termasuk seluruh perangkat angkatan lautnya.

Nah dari sisi kegarangannya, Kilo menjadi pilihan TNI AL.   Kalau dengan kehadirannya saja sudah mampu menggetarkan negeri jiran, artinya secara psikologis kita sudah mampu menjaga kedaulatan perairan kita tanpa harus mengeluarkan ongkos diplomasi yang kadang-kadang membikin keki hati. 

Ini sama dengan kehadiran Sukhoi di Makassar saat ini yang sudah mampu memberikan kebanggaan bagi penjaga kedaulatan dirgantara meski jumlahnya baru 10 unit.  Tahun ini direncanakan ada penambahan enam unit Sukhoi lengkap dengan segala jenis perangkatnya. Sampai tahun 2014, TNI AU diprediksi mendapat 2 Skuadron Sukhoi (32 unit).

 Produksi Sendiri

Cara pandang pemerintah dalam program alutsista diyakini sebenarnya hendak meniru keberhasilan Korea Selatan dalam industri alutsistanya. Negeri Ginseng ini dinilai berhasil dalam pengembangan persenjataannya. Hampir seluruh perangkat angkatan bersenjatanya diproduksi sendiri.  Contoh terakhir  adalah hadirnya Main Battle Tank Black Panther K2 yang segera menggantikan Tank M48 Patton Korsel yang jumlahnya mencapai 800 unit.  Proyek bergengsi kerja sama pembuatan jet tempur KFX bersama Indonesia adalah untuk menggantikan armada F16-nya yang saat ini menjadi tulang punggung  AU Korsel. Cara pandang pemerintah adalah melihat horizon ke depan.  Bagaimana sepuluh tahun ke depan, bagaimana industri pertahanan kita, bagaimana kekuatan TNI pada saat itu. 

Nah, kalaupun pilihan pada Changbogo untuk kapal selam kita, horizon itu yang sejatinya hendak dituju.  Korsel bersedia untuk transfer teknologi dan itu akan diawali dengan pengadaan tiga kapal selam, mungkin saja polanya sama dengan transfer teknologi kapal perang jenis LPD, dua di Korsel dan satu di PAL, atau ketiganya dibuat di Korsel lalu untuk kapal selam ke-4,5,6 dan seterusnya dibuat di PAL. Nah, dalam proses yang membutuhkan waktu bertahun-tahun itu pasti akan ada perkembangan teknologi yang diadopsi, diimplementasikan sesuai keinginan kita.

Korsel sudah membuat sembilan kapal selam Changbogo kelas U-209/1200 yang merupakan lisensi dari produsen kapal selam Jerman HDW.  Produsen ini juga yang memproduksi Cakra dan Nanggala tahun 1980 dengan kelas yang sama.

Changbogo satu kelas dengan Atilay Class Submarine milik Turki yang juga ikut tender pengadaan kapal selam RI. Dengan awak kapal 40 orang, Changbogo dapat menyelam sampai kedalaman 250-300 m, dapat membawa 14 torpedo dan 28 ranjau laut. Kecepatan di dalam air bisa mencapai 21 knots dan di permukaan 11 knots, mampu beroperasi secara terus menerus selama 2 bulan.

Memang Changbogo berbeda kelas dengan Kilo, jenis kapal selam paling senyap di dunia.  Namun dengan tambahan kemampuan Changbogo yang diinginkan TNI AL, dapat memberikan efek gentar pada kekuatan lawan, misalnya ada AIP (Air Independent Propulsion) untuk menambah daya senyapnya, kemudian integrasi sistem kontrol persenjataan dan navigasi harus yang terkini, sistem penginderaannya dilengkapi dengan passive towed array sonar, persenjataannya tidak melulu torpedo, bisa ditambah dengan VLS (peluncur rudal vertikal) untuk rudal Yakhont.

Produk Korea

Sekadar catatan, tahun 1995, ketika aneka produk elektronik buatan Korea Selatan, seperti merek Samsung mulai memasuki pasar Tanah Air, hampir semua konsumen elektronik di Indonesia mencibir kehadiran produk Korea itu, alias tidak dilirik sama sekali.  Namun seiring perjalanan waktu, lima tahun setelahnya, produk Korea mulai mampu mengambil hati masyarakat konsumen Indonesia, bahkan saat ini sebagian masyarakat kita gandrung dengan produk elektronik buatan Korea Selatan.

Bukan bermaksud membela visi pemerintah, tetapi kita perlu mengedepankan cara pandang  horizon, bukan cara pandang kaca mata kuda yang hanya membeli, memakai, membuang lalu beli lagi. Kita perlu tahu juga dong bagaimana cara membuatnya, walaupun tidak harus membuat seluruh komponennya untuk menumbuhkan indusri hankam kita.  Ini harus dimulai dari sekarang.

Proyek PKR Light Fregat sudah dimulai, kerja sama dengan Belanda yang akan membangun 10 kapal perusak kawal rudal. Seluruh pengerjaan Kapal Cepat Rudal (KCR) sudah dibuat di galangan kapal nasional di dalam negeri.  Proyek kerja sama produksi rudal C705 dengan China sudah dimulai.  Rudal anti kapal C705 nantinya dipasang di seluruh Kapal Cepat Rudal TNI AL yang jumlahnya bisa mencapai 100 KRI.

Titik genting dari cara pandang ini ada pada pergantian rezim. Tahun 2014 dipastikan akan terjadi perubahan kepemimpinan. Repotnya adalah pola kepemimpinan pasca-SBY tidak sama dengan visi kemandirian alutsista yang sudah diimplementasikan.  Padahal tahun 2014 kemandirian alutsista masih balita yang harus terus dipupuk dan dikembangkan.  Jangan sampai, ketika sedang tumbuh mekar, lalu ''dibunuh'' secara sistematis seperti ketika kita akan mengembangkan pesawat N250 buatan PT DI, yang harus almarhum pada usia balita hanya karena untuk memenuhi salah satu persyaratan bantuan IMF tahun 1998.  Kita sangat berharap pergantian pimpinan pemerintahan setelah tahun 2014 tidak mengubah kurikulum pemberdayaan industri hankam dalam negeri, seperti yang sedang dilakukan saat ini.

Okelah, Changbogo mungkin saat ini masih dianggap anjing kampung di kelasnya, bukan herder sebagaimana gonggongan Kilo. Tapi jangan lupa, perkembangan teknologi mampu mengangkat kelas anjing kampung tadi menjadi sekelas herder atau bahkan sekelas srigala.  Ini mirip produk Samsung tahun 1995 yang dipandang sebelah mata tapi sekarang malah dicari orang. 

Kita juga tak ingin ketergantungan alutsista pada satu negara saja, maka bisa kita saksikan saat ini menu gado-gado alutsista kita.  Ada Fregat Ahmad Yani Class dipasang rudal Yakhont, ada KCR pakai rudal C802, ada Sigma pakai  rudal Exocet, ada Sukhoi, ada F16, ada Hawk, ada Scorpion, ada BMP3F, ada juga Anoa.  Macam-macam rasanya, macam-macam pedasnya.

Pilihan final terhadap pengadaan tiga kapal selam Changbogo yang sudah dirilis oleh KSAL Laksamana TNI Soeparno tanggal 30 September 2011 di Mabes TNI mungkin terasa kurang pedas atau kurang garam bagi TNI AL saat ini.  Tetapi ramuan lombok ijo atau cabai hijau atau garam teknologi dalam sistem persenjataan, penginderaan dan navigasinya diyakini akan mampu menjadikan Changbogo kelak setara dengan herder, apalagi jika transfer teknologi itu benar-benar telah dikuasai oleh putra-putri Indonesia. (24) 


- Jagarin Pane SE  MM,  pemerhati alutsista TNI.

 

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/27/160576/15/Korina-Begitu-Dekat-Begitu-Nyata

 

 

 

Korina, Begitu Dekat Begitu Nyata

  • Oleh Jagarin Pane

SEPANJANG minggu kedua September 2011, hampir semua media di Indonesia menempatkan berita gembira tentang kabar belanja alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.  Ada sidang kabinet terbatas tanggal 7 September 2011 yang dihadiri Presiden, Wapres, Menko Polhukam, Menkeu, Menhan, Panglima TNI dan Kapolri, khusus membahas dana alutsista dan progres pengadaannya sampai dengan tahun 2014. 

Presiden yang tahu persis tentang seluk beluk pengadaan alutsista, termasuk potensi korupsinya (karena dia seorang jenderal purnawirawan TNI) memberi arahan secara lugas, rinci dan sistematis bahwa pengadaan alutsista TNI harus tepat waktu, tepat sasaran dan tepat anggaran.

Senada dengan itu, Menteri Keuangan memperjelas kembali bahwa sampai dengan tahun 2014 telah disediakan anggaran Rp 100 triliun untuk pengadaan alutsista. Yang sedang disiasati saat ini adalah penambahan Rp 50 triliun lagi agar target anggaran yang telah disepakati antara pemerintah dan DPR sebesar Rp 150 triliun bisa tercapai.
Menteri Keuangan sangat berharap agar penyerapan belanja alutsista tepat waktu karena yang terjadi selama ini proses pengadaannya yang bertele-tele, sehingga tahun anggaran terlewati begitu saja.

Kalau mau dirunut, ini adalah puncak rangkaian gelar statemen yang dilakukan oleh para petinggi TNI dan Kemhan.  Sebelumnya, di Wates, 1 September 2011, KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat mempertegas bahwa proses pengadaan alutsista TNI AU akan dipercepat sehingga tahun 2014 pengawal dirgantara ini sudah memiliki kekuatan alutsista yang kuat bersamaan dengan berakhirnya era SBY.
Kemudian KSAL Laksamana TNI Soeparno dalam sertijab Panglima Armada Timur, 6 September 2011, di Surabaya, menyatakan alutsista TNI AL tahun 2014 akan sesuai dengan target Minimum Essential Force (MEF).

Terbesar

Harus diakui, inilah proyek pengadaan alutsista terbesar setelah era Dwikora, di mana dalam kurun waktu 5 tahun (2010 - 2014) dilakukan penambahan alutsista TNI secara besar-besaran.  Yang menarik adalah dalam pengadaan alutsista itu, di samping mengutamakan industri hankam strategis di dalam negeri, salah satu pola yang dilakukan adalah pola transfer teknologi. Kita membeli alutsista dari luar negeri, namun dengan persyaratan bahwa negara / perusahaan / produsen luar negeri mau memberikan transfer teknologi kepada kita.
Contohnya dalam proses pembuatan kapal jenis light fregat PKR (Perusak Kawal Rudal) saat ini PT PAL melakukan kerja sama dengan Damen Schelde Belanda untuk pembuatan 10 KRI.
Demikian juga pola kerja sama alih teknologi alutsista dengan Korea Selatan. Negeri Park Ji Sung ini mendulang berkah karena tak pelit transfer teknologi sehingga ketiban rezeki devisa (dolar). 

Korea Selatan memang sudah memiliki industri alutsista berskala dunia akreditasi A sejak 10 tahun terakhir ini yang semuanya diawali dengan pola kerja sama alih teknologi dengan negara-negara utama penghasil industri alutsista seperti AS, Jerman, Israel, Inggris, dan Prancis.  Walaupun terhitung baru dalam perjalanan industri alutsista dibanding negara-negara tadi, negeri ginseng ini tak pelit ilmu dan mau berbagi jurus dengan Indonesia, misalnya yang sudah terbukti kerja sama pembuatan empat kapal perang jenis Landing Platform Dock  (LPD) untuk TNI AL.

Saat ini, berbagai jenis alutsista buatan Korsel yang sudah bermukim di Indonesia selain LPD adalah pesawat latih KT-1 Wongbee, rantis Barracuda untuk Brimob, senapan mesin K3, ranpur amphibi LVT-7, radio panggul VHF dan FM PRC 999KE/C, submachinegun Daewoo K7, truk angkut pasukan sekelas Reo, jip KIA dan upgrade kapal selam KRI Cakra.
Yang sedang dinantikan kedatangannya adalah upgrade KRI Nanggala selesai akhir tahun ini, jet latih tempur T-50 golden eagle, panser canon Anoa Tarantula, tank IFV K-21.  Yang sedang diriset-kembangkan bersama adalah jet tempur generasi 4.5 KFX. 

Dari pola produksi bersama ini nantinya Indonesia akan mendapatkan 50 unit jet tempur  dengan kemampuan tempur melebihi kualitas F16.
Dan, puncak dari semua kerja sama transfer teknologi alutsista itu adalah dinantikannya proyek prestisius pembuatan 3 kapal selam dalam waktu dekat ini.  Kunjungan Menhan Korsel ke Jakarta 8 September 2011 lalu menyiratkan upaya kuat negeri itu memenangkan pertarungan tender pengadaan kapal selam melawan Turki.  Yang menarik, Turki dan Korsel sebenarnya masih satu perguruan dalam alih teknologi kapal selam, yaitu berguru pada maestro kapal selam tangguh, Jerman. 

Kedekatan Emosional

Nah, kalau mau didolarkan, nilai kerja sama proyek alutsista RI termasuk dengan pola berbagi ilmu tadi, Korsel setidaknya akan mendulang  3,8 miliar dolar AS.  Rinciannya 2 miliar dolar AS untuk proyek jet tempur KFX, 1,2 miliar dolar AS untuk proyek kapal selam, 400 juta untuk proyek jet latih tempur T-50, sisanya proyek tank IFV K21, proyek panser anoa tarantula dan upgrade kapal selam KRI Nanggala.

Kedekatan hubungan Korina (Korea - Indonesia) tidak hanya belaku pada sektor alutsista. Barang-barang produk Korsel mulai dari otomotif sampai dengan gadget sudah begitu kita kenal dan pergunakan.  Kedekatan lain yang mampu mengikat kedekatan emosional adalah hadirnya beragam jenis sinetron Korea di layar kaca TV kita.  Sinetron dari negeri ginseng itu saat ini begitu melekat di mata pemirsa. 

Hebohnya lagi, ada satu stasiun TV nasional, Indosiar, yang menayangkan beragam jenis sinetron Korsel dari pagi sampai sore, mestinya namanya ditukar saja dari Indosiar menjadi Indorea (Indonesia - Korea).  Tak ketinggalan jua,  kiblat model dan gaya grup penyanyi kita, ya prianya ya wanitanya, mengikuti banget gaya artis Korsel.
Nah, kalau yang ini bukan transfer teknologi melainkan transfer mode dan style kontemporer. Ini adalah sebuah fenomena yang jarang terjadi untuk hubungan antarnegara. Ada kerja sama pertahanan yang begitu dekat, ada kerja sama alih teknologi militer, ada kerja sama ekonomi yang sudah akrab duluan, dan sekarang ada pula kerja sama kedekatan emosional dalam dunia hiburan.

Siapa yang tak kenal dengan nama-nama artis Korea yang setiap hari berkunjung via media TV untuk kemudian pemirsa kita terbawa dalam dinamika emosi jalan cerita sinetron.
Suka tidak suka, itulah yang terjadi saat ini.  Budaya Korsel memang banyak persamaan dengan Indonesia, menghargai tata krama, tidak arogan, hubungan antar negara dan rakyatnya dibangun dalam konsep kesetaraan. Tenaga kerja Indonesia banyak yang bekerja di Korsel dengan perjanjian kerja yang menghargai konsep kemitraan. 
Kedekatan hubungan dengan Korsel itu malah melebihi kedekatan hubungan kita dengan negara tetangga Malaysia. Jadi tak salah kalau kita menyebut kedekatan dan kemesraan hubungan Korina ini seperti moto iklan sebuah perusahaan telekomunikasi: ''begitu dekat, begitu nyata''.  Atau, walau jauh di mata, namun dekat di hati. (24)

—Jagarin Pane, pemerhati alutsista TNI

 

Don’t never ask, what your country can do for you

But ask to your self, what you can do for your country

 

Legal Disclaimer: The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message
image008.gif
image001.gif
image003.jpg
image006.jpg
image007.jpg
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages