Quote:
Secara kebetulan, Goenawan Mohamad (entah punya hubungan nasab dengan
Muhammad saw. atau tidak) mengawali pencarian saya dengan sebuah
pernyataan, atau tepatnya sebuah kebijaksanaan, “Dalam meraih
kebenaran, kita tahu hidup terdiri atas kesementaraan dan pelbagai
kebetulan.”
Kebetulan pertama datang dari seseorang yang tidak mau saya sebut
sebagai guru. Sehingga posisi berguru saya kepadanya pun saya geser:
jika murid-murid resmi belajar di dalam kelas, saya hanya mencuri-curi
dengar dari luar jendela. Karena sifatnya hanya mencuri, jadilah ilmu
yang saya dapat darinya hanya sepotong-sepotong. Tak hendak saya
menyalahkan tukang gergaji yang gergaji mesinnya bersuara bising, tak
hendak saya menyalahkan tukang ember yang tak berhenti ribut di gedung
DPR. Semua salah saya sendiri, mengapa tak jadi murid resmi,
teregistrasi, dan duduk manis di dalam kelas.
Potongan ilmu yang saya curi itu adalah kabar tentang asal-usul dan
masa (sangat) depan Jawa. Jawa-nya pun bukan Jawa seperti yang saya
kenal sekarang yang terdiri dari Jawa Timur, Jawa barat, Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jawa
yang dimaksud adalah Jawa dalam pengertian cita-cita Gajah Mada:
Nusantara. Artinya, Indonesia dan sekitarnya.
Orang yang tak mau disebut guru itu menyatakan bahwa dia “curiga”
dengan kemiripan kata Jawa dengan Jews. Secara agak samar, disebutkan
pula bahwa ada potensi dan kemungkinan bahwa kelak, “Jawa” lah yang
akan memimpin dunia, dengan syarat “Jawa” bisa mengalahkan “Jews”. Ini
tentang masa (sangat) depan-nya. Adapun tentang asal-usulnya, agak
kurang jelas saya mendengar bahwa Jawa lebih “tua” dibanding Jews.
Kebetulan pertama ini terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu.
Kebetulan kedua datang dari dua keping CD. Kalau yang ini insya Allah
bukan “mencuri”, karena CD-nya CD orisinal. Pemiliknya saja membelinya
dengan harga Rp. 50.000,-. Katanya sih gak bisa dicopy, alias di-CD
protect, tapi saya mempunyai copy-annya (beginilah kalau nafsu gedhe
dana kere). CD tersebut berisi presentasi hasil penemuan seorang
ilmuwan bersama jamaah DLA. Sang ilmuwan orang Indonesia tulen, alumni
Gontor kemudian Harvard University. Penemuannya sederhana: Borobudur
dibangun atas perintah Sulaiman as., dan kerajaan Saba’ yang
legendaris itu ternyata pusat pemerintahannya ada di Jawa, tepatnya di
Wonosobo. Lho?
Satu-persatu pertanyaan muncul dari endapan pengetahuan saya yang out
of date, bahkan obsolete. Bukankah Borobudur “milik” agama Budha?
Bukankah Borobudur dibangun pada masa Syailendra? Bukankah patung yang
berada di dalam “tempurung” itu adalah patung Budha? Bukankah Sulaiman
as. berdomisili di Palestina sehingga di sana ada yang namanya Haikal
Sulaiman? Bukankah Saba’ ada di Yaman (kalau tidak salah ingat)?
Semua pertanyaan yang out of date dan obsolete tersebut di muka,
terjawab dengan sangat telak namun jenaka oleh ilmuwan kita yang luar
biasa ini. Berbagai pendekatan dia lakukan untuk memperkuat
penemuannya, dari wilayah arkeologi hinggi wilayah tafsir Alquran, dia
sisir secara perlahan namun pasti. Sebuah penemuan yang berawal dari
uthak-athik terhadap “angka-angka” dalam Alquran. Ilmuwan kita ini
menyebutnya sebagai matematika alam semesta. Penemuan mencapai titik
puncaknya ketika dinyatakan bahwa Borobudur adalah miniatur dunia dan
patung-patung di dalam “tempurung” itu tak lain adalah Nabi Sulaiman
yang duduk bersila untuk memberi contoh kepada para jin agar patung
yang dibuat sesuai dengan bentuk Nabi Sulaiman ketika bersila
tersebut. Puncak ini dipuncaki lagi–menggunakan bantuan Google
Earth—dengan ditemukannya garis lurus perhubungan puncak Borobudur
dengan Ka’bah.
Sampai di sini, sedikit saya rasakan adanya relasi antara kebetulan
pertama dengan kebetulan kedua. Sedangkan kebetulan kedua ini, terjadi
kurang lebih satu tahun yang lalu.
Kebetulan ketiga berupa sebuah artikel pendek berjudul “Indonesia
Truly Atlantis”. Saya sebut kebetulan karena artikel ini saya temukan
“begitu saja”, bukan atas dasar daftar kosakata yang biasanya saya
persiapkan lebih dulu sebelum melakukan Google Walking. Kebetulan
ketiga ini tak perlu saya jelaskan karena artikel tersebut bisa
ditemukan dengan mudah semudah menemukan Tuhan di wajah-wajah
gelandangan dan di dalam keheningan malam.
Kebetulan ketiga ini terjadi kurang lebih setengah tahun yang lalu.
Dan seandainya … Ah, seandainya … Seandainya dokumen berformat PDF
setebal 183 halaman berjudul “Rahasia Bani Jawi” yang saya temukan
tiga hari yang lalu tidak diakhiri dengan, “Sekarang cuba renungkan
sebaik-baiknya. Jika kita gabungkan ketiga-tiga organisasi ini; PAS,
Al-Arqam, dan Tabligh, dan ketiga-tiga kombinasi ini pula berada di
posisi UMNO sebagaimana yang kita lihat sekarang, apakah yang akan
terjadi?” dan diembel-embeli dengan ajakan untuk mengunjungi “mistis
files”, ingin rasanya menyebut dokumen ini sebagai kebetulan keempat.
Wajah saya yang semula cerah, bagai orang sakit bertemu obat yang
mujarab, mendadak muntah-muntah dan kembali gelap. Bagaimana tidak
gelap kalau file PDF setebal 183 halaman tadi, yang saya baca
perlahan-lahan penuh kehati-hatian (ternyata lebih sulit memahami
bahasa yang mirip bahasa kita dibanding memahami bahasa yang 100%
berbeda), pada akhirnya jutru saya pisuh-pisuhi. Kalau sudah begini,
coba, mana ada mertua yang mau punya menantu “berwajah gelap” yang
punya hobi misuhi file PDF seperti saya.
Saya merasa diracun! Amarah bergelora dalam dada. Andai si penulis
dokumen itu ada di depan saya, dan seandainya membunuh itu tidak harus
berurusan dengan polisi, hakim, jaksa, dan penjara, ingin rasanya
membunuh si penulis dokumen. Namun, sebagaimana orang diracun yang
pasti tak berdaya, amarah tersebut saya lampiaskan dalam
bentuk—semacam—puisi:
Jika kematian saya membuat Anda bahagia
Silahkan bunuh saya dengan apa saja
Dan dengan cara yang bagaimana saja
Asal bukan dengan membubuhi kopi saya
Dengan racun
Kepentingan golongan
Dan takhayul kebesaran yang disombongkan
Saya memang bukan Warga Negara Malaysia, tetapi, kalau semua penulis
menulis seperti cara dokumen ini ditulis, amanat kekhalifahan atas
bumi sebaiknya segera di-sertijab-kan kepada robot.
Caruban, 18 Maret 2010
Source : http://fightlight.wordpress.com/2010...bat-isi-racun/
--
peace
--
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "ex-probolinggo" dari Grup Google.
Untuk mengeposkan pesan ke grup ini, kirim email ke ex-prob...@googlegroups.com.
Untuk berhenti berlangganan dari grup ini, kirim email ke ex-probolingg...@googlegroups.com.
Untuk opsi selengkapnya, kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/ex-probolinggo?hl=id.
probolinggo 2002-2007
On 9/6/10, sgg pjk <sugeng.w...@gmail.com> wrote:
> buat admin dan pengelola group ini
>
> agak aneh
>
> belakangan
> imel ini hanya masuk ke imel ku di *gmail*
>> ex-probolingg...@googlegroups.com<ex-probolinggo%2Bunsu...@googlegroups.com>
>> .
>> Untuk opsi selengkapnya, kunjungi grup ini di
>> http://groups.google.com/group/ex-probolinggo?hl=id.
>>
>>
>
> --
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "ex-probolinggo" dari
> Grup Google.
> Untuk mengeposkan pesan ke grup ini, kirim email ke
> ex-prob...@googlegroups.com.
> Untuk berhenti berlangganan dari grup ini, kirim email ke
> ex-probolingg...@googlegroups.com.
> Untuk opsi selengkapnya, kunjungi grup ini di
> http://groups.google.com/group/ex-probolinggo?hl=id.
>
>
--
nyuwun 'gunging samudra pangaksami
Tobagus Manshor Makmun
http://mastein.wordpress.com