Suatu saat di sebuah kampung terpencil ada seorang pemuda tanggung sedang menghayal jadi pembalap ala Paklik Tino Rosi yang pernah diliatnya dalam siaran berita TVRI. Sayang dia cuma punya sebuah sepeda pancal.
“Sengebut-ngebutnya sepeda pancal ini ndak akan bisa seperti Paklik Tino Rosi, andai saja saya punya motor.” Keluhnya dalam hati.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Peribahasa ini dari dulu sampe sekarang saya ndak ngerti artinya, pucuk dicinta, ini kerjaan orang iseng, mosok pucuk dicinta? Lazimnya orang kan mencintai apa gitu yang enak diliat, enak dirasa, lha ini malah milih pucuk! Trus ulam pun tiba, ulam ini kalo dalam bahasa Jawa artinya ikan, apa hubungannya mencintai pucuk sama ikan yang tiba-tiba datang? Ndak nyambung tho? Makanya saya bingung sama peribahasa ini...
Ooiiii! Hubungannya sama cerita tadi apa??
Eh, maap sodara-sodara. Pokoknya ndilalah suatu hari datang kakak dari si pemuda tadi dari kota, bawa sepeda motor. Si pemuda tanggung pun berbinar matanya, akhirnya ada kesempatan untuk kebut-kebutan ala Paklik Tino Rosi.
Di suatu pagi yang cerah pemuda tanggung kita sudah mblayer-mblayer motornya, setelah beberapa hari dilatih naik motor oleh kakaknya. Tapi alih-alih merasakan sensasi membalap Paklik Tino, si pemuda tanggung malah nyungsep di sawah. Maklumlah jalan di desa itu cuma jalan setapak ndak gitu lebar yang dibangun dengan material ala kadarnya, alhasil motornya kepleset oleh embun pagi yang tersisa di rerumputan.
“Sehebat-hebatnya motor ndak akan bisa kayak Paklik Tino kalo jalannya kayak gini. Andai saja saya bisa ngebut di jalan kota yang beraspal.” Kembali si pemuda tanggung mengeluh.
Mungkin Tuhan mendengar keluhan pemuda tanggung kita, bulan depannya si pemuda tanggung diajak berkunjung ke rumah sang kakak di kota. Si pemuda tanggung melihat jalanan kota yang mulus dengan semangat meluap-luap.
“Lha kalo ini baru saya bisa beneran membalap ala Paklik Tino Rosi.” Pikirnya.
Dengan penuh keyakinan dia meminjam motor dan bersiap menaklukkan jalanan kota. Tapi ternyata dia pun hanya mampu naik motor pelan-pelan, ndak sengebut Paklik Tino Rosi seperti yang sempat dibayangkannya.
“Oalah, wedhus! Kenapa di jalan ini banyak banget kendaraan??”
Satu hal yang ndak disadari sama si pemuda tanggung tadi, setiap kesempatan pasti datang satu paket dengan rintangan. Andai saja dia menyadari itu mungkin ndak akan kebanyakan berkhayal sambil mengeluh andai saja dan andai kata.
Yah, andai saja...
nyuwun 'gunging samudra pangaksami
Tobagus Manshor Makmun
Account Representative
Seksi Pengawasan & Konsultasi III
KPP Pratama Pasuruan
Jl. Panglima Sudirman No 29
Pasuruan, Jawa Timur
kantor 0343424125 ext.213, 425904
hp 081586092182
Blog : Malang-Pasuruan PP
--
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "ex-probolinggo" dari Grup Google.
Untuk mengeposkan pesan ke grup ini, kirim email ke ex-prob...@googlegroups.com.
Untuk berhenti berlangganan dari grup ini, kirim email ke ex-probolingg...@googlegroups.com.
Untuk opsi selengkapnya, kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/ex-probolinggo?hl=id.