Uang Yang Terbakar Ketika
Merokok
Wakil Menteri
Kesehatan (Wamenkes) Ali Gufron menuturkan pendapatan yang dihabiskan
orang miskin untuk
membeli rokok sebesar 19%. Sementara itu untuk biaya kesehatan,
warga miskin
hanya menghabiskan 2,5% dari total
pengeluarannya.
Peneliti LD-FE UI,
Abdillah Ahsan memperlihatkan bahwa pengeluaran untuk rokok keluarga
miskin
tahun 2009 menempati urutan kedua setelah
beras.
Pembelian rokok sering
kali lebih diutamakan daripada membeli pangan bergizi, seperti daging,
telur, buah, atau
untuk biaya pendidikan dan kesehatan.
Kondisi ini ironis
ditengah besarnya jumlah anak kurang gizi, tingginya angka putus sekolah
dan
rendahnya biaya kesehatan.
Dosen Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat FKM UI, Endang L Achadi mengatakan dampak
kurang gizi pada anak
balita adalah pendek, kemampuan kognitif rendah, dan peningkatan
risiko
penyakit seperti hipertensi dan diabetes saat
dewasa.
Percayalah, uang
yang terbuang ketika membeli rokok dapat membawa manfaat
besar.
Biaya pengeluaran membeli
rokok bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih berguna.
Mari kita berhitung,
kesempatan yang hilang akibat 10 tahun merokok:
Bila konsumsi rokok per hari
= 1 bungkus = Rp. 10.000,-
Dalam setahun, konsumsi
rokok adalah 365 bungkus x Rp. 10.000,- = Rp. 3.650.000,-.
Dalam 10
tahun, yang dikeluarkan adalah Rp. 36.500.000,- Jumlah ini bisa untuk biaya haji
atau kuliah S-1 di Universitas
Indonesia, DP rumah, renovasi rumah, modal usaha kecil, atau
waralaba makanan
ringan. -[lm-18/12]
[Dari pelbagai
sumber]
--------------------------------------------------------------------
l.meilany
020812/13ramadhan1433h