Safdin
unread,Jul 1, 2010, 10:48:13 AM7/1/10Sign in to reply to author
Sign in to forward
You do not have permission to delete messages in this group
Either email addresses are anonymous for this group or you need the view member email addresses permission to view the original message
to UMB Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Kiriman dari : Safdin.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478,
Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai
adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari
Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah
islam paling awal di pulau jawa.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam
seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di
Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang
tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu,
Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan
Syah Alam Akbar.
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China
mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit,
sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan
pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja
brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga
membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang
putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki
permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih
kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar
yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini
dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada
adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan
dari rahim sang putri cina.
Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden
patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan
politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang.
Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat
memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke
Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban
pada tahun 1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para
saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari
utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai
Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya,
seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan
Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah
dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi
olehSultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah
memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan
oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.
Di Bintara, Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama
dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-
lahan, daerah tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan. Raden
patah memerintah Demak hingga tahun 1518, dan Demak menjadi pusat
penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya.
Secara beruturut-turut, hanya tiga sultan Demak yang namanya cukup
terkenal, Yakni Raden Patah sebagai raja pertama, Adipati Muhammad
Yunus atau Pati Unus sebagai raja kedua, dan Sultan Trenggana, saudara
Pati Unus, sebagai raja ketiga (1524 – 1546).
Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai
bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan,
pengembangan islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan
kerja sama antara ulama dan umara (penguasa).
Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat
dilihat ketika ia melanklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta
Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit.
Selain itu, Patah juga mengadakan perlawan terhada portugis, yang
telah menduduki malaka dan ingin mengganggu demak. Ia mengutus pasukan
di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran
Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah
kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada
tahun 1518.
Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba
menerapkan hukum islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia
juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai
sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu
dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
Di antara ketiga raja demak Bintara, Sultan Trenggana lah yang
berhasil menghantarkan Kusultanan Demak ke masa jayanya. Pada masa
trenggan, daerah kekuasaan demak bintara meliputi seluruh jawaserta
sebagian besar pulau-pulau lainnya. Aksi-aksi militer yang dilakukan
oleh Trenggana berhasil memperkuat dan memperluas kekuasaan demak. Di
tahun 1527, tentara demak menguasai tuban, setahun kemudian menduduki
Wonosari (purwodadi, jateng), dan tahun 1529 menguasai Gagelang
(madiun sekarang). Daerah taklukan selanjutnya adalah medangkungan
(Blora, 1530), Surabaya (1531), Lamongan (1542), wilayah Gunung
Penanggungan (1545), serta blambangan, kerajaan hindu terakhir di
ujung timur pulau jawa (1546).
Di sebelah barat pulau jawa, kekuatan militer Demak juga merajalela.
Pada tahun 1527, Demak merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran (kerajaan
Hindu di Jawa Barat), serta menghalau tentara tentara portugis yang
akan mendarat di sana. Kemudian, bekerja sama dengan saudagar islam di
Banten, Demak bahkan berhasil meruntuhkan Pajajaran. Dengan jatuhnya
Pajajaran, demak dapat mengendalikan Selat Sunda. Melangkah lebih
jauh, lampung sebagai sumber lada di seberang selat tersebut juga
dikuasai dan diislamkan. Perlu diketahui, panglima perang andalan
Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (sumatera), yang
juga menjadi menantuSultan Trenggana.
Di timur laut, pengaruh demak juga sampai ke Kesultanan banjar di
kalimantan. Calon pengganti Raja Banjar pernah meminta agar sultan
Demak mengirimkan tentara, guna menengahi masalah pergantian raja
banjar. Calon pewaris mahkota yang didukung oleh rakyat jawa pun masuk
islam, dan oleh seorang ulama dari Arab, sang pewaris tahta diberi
nama Islam. Selama masa kesultanan Demk, setiap tahun raja Banjar
mengirimkan upeti kepadaSultan Demak. Tradisi ini berhenti ketika
kekuasaan beralih kepada Raja Pajang.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati.
Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada
raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
Trenggana sangat gigih memerangi portugis. Seiring perlawanan Demak
terhadap bangsa portugis yang dianggap kafir. Demak sebagai kerajaan
islam terkuat pada masanya meneguhkan diri sebagai pusat penyebaran
Islam pada abad ke 16.
Sultan Trenggan meninggal pada tahn 1546, dalam sebuah pertempuran
menaklukkan Pasuran. Ia kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.
Setelah sultan trenggana mengantar Demak ke masa jaya, keturunan
sultan tersebut silih berganti berkuasa hingga munculnya kesultanan
pajang.
Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah
sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga
yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali
bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.
Masjid demak didirikan oleh Walisanga secara bersama-sama. Babad demak
menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477)
yang ditandai oleh candrasengkala Lawang Trus Gunaning Janma,
sedangkan pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat
lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri pada
tahun 1479.
Pada awalnya, majid agung Demak menjadi pusat kegiatan kerajaan islam
pertama di jawa. Bagunan ini juga dijadikan markas para wali untuk
mengadakan Sekaten. Pada upacara sekaten, dibunyikanlah gamelan dan
rebana di depan serambi masjid, sehingga masyarakat berduyun-duyun
mengerumuni dan memenuhi depan gapura. Lalu para wali mengadakan
semacam pengajian akbar, hingga rakyat pun secara sukarela dituntun
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu
lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid
Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak
mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah
islam ke seluruh Jawa.
Sumber : Seri Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara,
Oleh : M. Hariwijaya, S. S., M.S.i.