Kemajuan Islam pada periode 650 - 1000 M

1,788 views
Skip to first unread message

Mod

unread,
May 13, 2010, 11:21:05 AM5/13/10
to UMB Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan ke-emasan Islam. Dalam
hal ekspansi, sebelum Nabi Muhammad wafat di tahun 632 M., seluruh
Semenanjung Arabia telah tunduk di bawah kekuasaan Islam. Ekspansi ke
daerah-daerah di luar Arabia dimulai pada zaman Khalifah pertama, Abu
Bakar Al-Siddik.

Khulafa Al-Rasyidin.

Abu Bakar menjadi Khalifah pada tahun 632 M., tetapi dua tahun
kemudian meninggal dunia. Masanya yang singkat itu banyak dipergunakan
untuk menyelesaikan perang riddah, yang ditimbulkan oleh suku-suku
bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada Medinah. Mereka
menganggap bahwa perjanjian yang mereka buat dengan Nabi Muhammad,
dengan sendirinya tidak mengikat lagi setelah beliau wafat. Mereka
selanjutnya mengambil sikap menentang terhadap Abu Bakar. Khalid Ibn
Al-Walid adalah jenderal yang banyak jasanya dalam mengatasi perang
riddah ini. Setelah selesai perang dalam negeri tersebut, barulah Abu
Bakar mulai mengirim kekuatan-kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Al
Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hirah di tahun 634 M. Ke
Suria dikirim tentara di bawah pimpinan tiga jenderal Amr Ibn Al-Aas,
Yazid Ibn Abi Sufyan dan Syurahbil Ibn Hasanah. Untuk memperkuat
tentara ini, Khalid Ibn Al-Walid kemudian diperintahkan supaya
meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani,
delapan belas hari kemudian ia sampai di Suria.

Usaha-usaha yang telah dimulai Abu Bakar ini dilanjutkan oleh Khalifah
kedua, Umar Ibn Al-Khattab (634 - 644 M). Di zamannyalah gelombang
ekspansi pertama terjadi, kota Damaskus jatuh di tahun 635 M. dan
setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah dipertempuran
Yarmuk, daerah Suria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai
Suria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan
Ibn Al-Aas dan ke Irak dibawah pimpinan Sa'd Ibn Abi Al-Waqqas.
Babilon di Mesir dikepung di tahun 640 M. Sementara itu tentara
Bizantium di Heliopolis dikalahkan dan Alexandria kemudian menyerah di
tahun 641 M. Dengan demikian Mesir jatuh pula ke tangan Islam. Tempat
perkemahan Amr Ibn Al-Aas yang terletak di luar tembok Babilon,
menjadi ibu kota dengan nama Al-Fustat. Al-Qadisiyah, suatu kota dekat
Al-Hirah, di Irak jatuh di tahun 637 M dan dari sana serangan
dilanjutkan ke Al-Madain (Ctesiphon), Ibu kota Persia, yang dapat
dikuasai pada tahun itu juga. Ibu kota baru bagi daerah ini ialah Al-
Kufah, yang pada mulanya merupakan perkemahan militer Islam di daerah
Al-Hirah. Setelah jatuhnya Madain, Raja Sasan Yazdagrid III, lari ke
sebelah Utara. Di tahun 641 M., Mosul (didekat Niniveh) dapat pula
dikuasai. Dengan adanya gelombang ekspansi pertama ini, kekuatan Islam
dibawah Khalifah Umar, telah meliputi selain Semenanjung Arabia, juga
Palestina, Suria, Irak, Persia dan Mesir.

Di zaman Usman Ibn Affan (644-656 M) Tripoli, Ciprus beberapa daerah
lain dikuasai, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai
disini. Di kalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal
pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul Usman mati terbunuh.
Sebagai pengganti Usman; Ali Ibn Abi Talib menjadi Khalifah keempat
(656 - 661 M) tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung Usman,
terutama Mu’awiah, Gubernur Damaskus, dari golongan Talhah dan Zubeir
di Mekkah dan dari kaum Khawarij.

Ali, sebagaimana Usman, mati terbunuh, dan Mu'awiah menjadi Khalifah
ke-lima, Mu'awiah selanjutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661- 750
M) dan ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman Dinasti ini.

Di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke daerah
Semenanjung Arabia demikian cepat adalah hal-hal berikut :

1. Islam mengandung ajaran-ajaran dasar yang tidak hanya mempunyai
sangkut paut dengan soal hubungan manusia dengan Tuhan dan soal hidup
manusia sesudah hidup pertama sekarang. Tetapi Islam, adalah agama
yang mementingkan soal pembentukan masyarakat yang berdiri sendiri
lagi mempunyai sistem pemerintahan, undang-undang dan lembaga-lembaga
sendiri). Dengan kata lain, Islam, berlainan dengan agama-agama besar
lain, segera dalam sejarah mengambil bentuk negara, yang kian hari
kian meluas daerahnya. Islam di Mekkah memang baru mempunyai corak
agama, tetapi di Madinah coraknya bertambah dengan corak negara,
sedang di Baghdad kapada corak agama dan negara itu ditambahkan lagi
corak kebudayaan dan peradaban.

2. Dalam hati para sahabat Nabi Muhammad seperti Abu Bakar, Umar, dan
lain-lain terdapat keyakinan yang tebal tentang kewajiban menyampaikan
ajaran-ajaran Islam, sebagai agama baru, keseluruh tempat. Dan pada
suku-suku bangsa Arab terdapat kegemaran untuk berperang. Karena
mereka telah merupakan satu umat di bawah naungan Islam, peperangan
antara sesama mereka, seperti yang biasa terjadi di zaman Jahiliah,
tidak mungkin lagi. Maka di sini bertemulah iman tebal para sahabat
dengan kegemaran berperang suku-suku bangsa Arab dan timbullah suatu
kekuatan baru di Medinah yang dengan mudah dapat mengalahkan kekuatan
Bizantium dan Persia sebagai negara tetangga Medinah di waktu itu.

3. Kedua negara itu pada zaman itu telah memasuki fase kelemahannya.
Kelemahan itu timbul bukan hanya karena peperangan, yang telah
semenjak beberapa abad senantiasa terjadi antara keduanya, tetapi juga
karena faktor-faktor dalam negeri. Kalau di daerah-daerah yang berada
di bawah kekuasaan Bizantium terdapat partentangan-pertentangan agama,
di Persia disamping pertentangan agama terdapat pula persaingan antara
anggota-anggota keluarga raja untuk merebut kekuasaan. Hal-hal ini
membawa kepada pecahanya keutuhan masyarakat di kedua negara itu.
Pertentangan agama Bizantim terjadi antara faham resmi yang dianut
Kerajaan dan aliran Monofisit serta aliran Nestor. Menurut Gereja
resmi dalam diri Jesus terdapat dua sifat, sifat ketuhanan dan sifat
kemanusiaan. Dalam pada itu Gereja resmi ini memberi tekanan pada
sifat kemanusiaan Jesus. Menurut aliran Monofisit, yang banyak dianut
di Mesir, Suria dan Armenia, Tuhan menjelma dalam diri Jesus. Di sini
yang ditekankan ialah sifat ketuhanannya, Golongan Nestor, yang banyak
terdapat di Mesopotamia dan Persia, memberi tekanan yang sama pada
sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan Jesus, dalam arti bahwa satu
aspek Jesus, benar-benar adalah Tuhan, tetapi dalam aspek lain benar-
benar pula manusia. Di Persia, dalam peperangan dengan Bizantium, Raja
Chosrus (590-625 M) dikalahkan oleh Raja Heraclitus. Kerajaannya
hancur. Pajak berat untuk belanja peperangan dan hidup mewah di Istana
amat menekan bagi rakyat. setelah jatuhnya Chosroes, anggota-anggota
keluarga Raja berlomba-tamba untuk memegang tampuk kekuasaan. Dalam
pertarungan itu kaum militer turut campur. Raja diangkat untuk
dibunuh kemudian, selanjutnya diangkat yang baru untuk dibunuh pula
dan demikian seterusnya sehingga dimasa antara Chosrores dan Yazdagird
belasan Raja silih berganti. Di samping itu terdapat pula di Persia
pertentangan antara pengikut-pengikut Zoroaster dan umat Kristen
dengan aliran Nestor dan Monofisitnya.

4. Dengan adanya usaha-usaha Kerajaan Bizantium untuk memaksakan
aliran yang dianutnya kepada rakyat yang diperintah rakyat merasa
hilangnya kemerdekaan beragama bagi mereka. Disamping itu mereka
dibebani pula dengan pajak yang tinggi guna menutupi belanja perang
Kerajaan Bizantium dengan Kerajaan Persia. Hal-hal ini membuat
timbulnya perasaan tidak senang dari rakyat di daerah-daerah yang
dikuasai Bizantium terhadap Kerajaan ini.

5. Sebaliknya Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan
tidak memaksa rakyat untuk merobah agamanya dan kemudian masuk Islam.
Dalam Al-Qur-an memang ditegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam soal
agama. Yang diwajibkan bagi Islam, ialah menyampaikan ajaran-ajaran
Islam kepada umat manusia, dan selanjutnya terserahlah kepada yang
bersangkutan untuk masuk Islam atau tidak masuk Islam. Sejarah
memang.membuktikan bahwa rakyat di daerah-daerah yang dikuasai Islam,
seperti Suria, Palestina, Mesir, Irak, dan lain-lain tidak dipaksa
masuk Islam. Mereka tetap dalam agama mereka masing-masing, tetapi
diharuskan membayar semacam pajak yang disebut Jizyah. Oleh sebab itu
datangnya Islam ke daerah-daerah tersebut tidak mendapat tantangan
dari rakyat, bahkan terkadang mendapat bantuan. Sebagai umpama dapat
disebut Uskup Damaskus.yang menolong Khalid Ibn Al-Wahd untuk memasuki
kota Damaskus. Demikian juga Patriach Mesir menolong tentara Islam
dalam usaha mematahkan kekuasaan Kerajaan Bizantium di daerah itu.

6. Dalam pada itu bangsa Sami di Suria dan Palestina dan bangsa-bangsa
lain di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka dari
pada bangsa Eropah Bizantium yang memerintah mereka.

7. Daerah-daerah yang dikuasai Islam seperti Mesir, Suria, Irak, dan
lain-lain penuh dengan kekayaan. Kekayaan yang diperoleh umat Islam di
daerah-daerah itu membuat ekspansi seterusnya mudah mendapat bea yang
diperlukan. Inilah beberapa dari sebab-sebab yang membawa kepada
cepatnya kekuasaan Islam meluas ke daerah-daerah di luar Semenanjung
Arabia.

Bani Umayyah.

Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Mu'awiah berumur kurang lebih
90 tahun dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman kedua
Khalifah terakhir dilanjutkan. Khalifah-khalifah besar dari Dinasti
Bani Umayyah adalah Mu'awiah Ibn Abi Sufyan (661 - 680 M.), Abd Malik
Ibn Marwan (685 - 705 M), Al-Walid Ibn Abd Al-Malik (705 - 715 M),
Umar lbn Al-Aziz (717-720 M) dan Hisyam Ibn Abd Al-Malik (724- 743 M).

Di zaman Mu'awiah, Uqbah Ibn Nafi' menguasai Tunis dan di sana ia
dirikan di tahun 670 M. Kota Qairawan yang kemudian menjadi salah satu
pusat kebudayaan Islam. Di sebelah Timur Mu'awiah dapat memperoleh
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul.
Angkatan Lautnya mengadakan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium,
Konstantinopel. Ekspansi ke Timur diteruskan di zaman Abd Al-Malik di
bawah pimpinan AI-Hajjaj Ibn Yusuf. Tentara yang dikirimnya
menyeberangi sungai Oxus dan dapat menundukkan Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya juga sampai ke India
dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan.
Ekspansi ke Barat terjadi di zaman Al-Walid. Musa Ibn Nusayr menyerang
Jazair dan Marokko dan setelah dapat menundukkannya mengangkat Tariq
Ibn Ziad sebagai wakil untuk memerintah daerah itu. Tariq kemudian
menyeberang selat yang terdapat antara Marokko dengan benua Eropah,
dan mendarat di suatu tempat yang kemudian dikenal dengan namanya
Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja
Roderick dikalahkan dan dengan demikian pintu untuk memasuki Spanyol
terbuka luas. Toledo, ibu kota, juga demikian pula kota-kota lain
seperti Seville, Malaga, Elvira dan dova yang kemudian menjadi ibu
kota Spanyol Islam yang dalam bahasa Arab disebut Al- Andalus (dari
kata Vandals). Serangan-serangan selanjutnya dipimpin oleh Musa Ibn
Nusayr sendiri. Spanyol menjadi daerah Islam. Serangan ke Perancis,
dengan melalui pegunungan Piranee, utama dilakukan oleh Abd Al-Rahman
Ibn Abdullah Al-Ghafiq zaman Umar Ibn Abd A1-Aziz. la serang Bordeau,
Poitiers dan Poitiers mencoba menyerang Tours. Tetapi di antara kedua
kota ia ditahan oleh Charles Martel, dan dalam pertempuran selanjunya
ia mati terbunuh. Ekspansi ke Perancis gagal dan tentara yang
dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.

Sesudah itu masih juga diadakan serangan-serangan, umpamanya Avignon
di tahun 734 M dan Lyons di tahun 743 M. Pulau-pulau yang terdapat di
Laut Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cyprus dan
sebahagian dari Sicilia jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman Dinasti ini adalah Spanyol,
Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, sebahagian dari
Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut
Pakistan, Rurkmenia, Uzbek dan Kirgis (di Asia Tengah). Ekspansi yang
dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah membuat
Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan berbagai
bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kejayaan dan
peradaban Islam yang baru, sungguhpun Bani Umayyah lebih banyak
memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab. Perubahan bahasa
administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa riawi ke bahasa Arab
dimulai oleh Abd Al-Malik. Orang-orang bukan Arab pada waktu itu telah
mulai pandai berbahasa Arab.

Untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama
pengetahuan pemeluk-pemeluk Islam baru dari bangsa-bangsa bukan
Arab, perhatian kepada bahasa Arab, terutama tata bahasanya, mulai
diperhatikan. Inilah yang mendorong Sibawaih untuk menyusun Al-Kitab,
yang selanjutnya menjadi pegangan dalam soal tata bahasa Arab.
Perhatian kepada syair Arab Jahiliyah timbul kembali dan penyair-
penyair Arab barupun timbul pula seperti Umar Ibn Abi Rabiah (w.719
M.), JamiI A1-Udhri (w.701 M.), Qays Ibn Al-Mulawwah (w.699 M.) yang
lebih dikenal dengan nama Majnun Laila, Al-.Farazdaq (w.732 M.), Jarir
(w.792M.) dan Al-Akhtal (w.710 M.). Juga perhatian kepada tafsir,
fiqih dan ilmu kalam di zaman inilah dimulai dan timbullah nama-nama
seperti Hasan Al Basri, Shihab Al-Zuhri dan Wasil Ibn Ata'. Yang
menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan
Basrah di Irak.
Selain dari merobah bahasa administrasi, juga Abd.Al-Malik merubah
mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.
Sebelumnya yang dipakai ialah mata uang Bizantium dan Persia seperti
dinar (denarius) dan dirham (Persia : diram dan Yunani : drach).
Sebagai pengganti dari mata uang asing ini, Abd Al-Malik mencetak uang
sendiri di tahun 659 M. dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
Dinar dibuat dari emas dan dirham dari perak. Mesjid-mesjid pertama di
luar Semenanjung Arabia juga dibangun di zaman Dinasti Bani Umayyah.
Katedral St. John di Damaskus dirobah menjadi rnesjid, sedang Katedral
yang ada di Hims dipakai sekaligus untuk mesjid dan gereja (menurut
Istakhri, Ibn Hawqal dan Maqdisi sebagai dikutip oleh Hitti dalam
History of the Arabs, cetakan.kedelapan, hal. 261). Di Al-Quds
(Jerusalem), Abd Al-Malik membangun mesjid Al-Aqsa.

Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini untuk generasi-generasi
sesudahnya ialah Qubbah Al-Sakhr (Dome of the Rock) juga di Al-Quds,
ditempat yang menurut riwayatnya adalah tempat Nabi Ibrahim
menyembelih Ismail dan Nabi Muhammad mulai dengan mi'raj ke langit.
Mesjid Cordova juga di zaman inilah dibangun. Mesjid Mekkah dan
Medinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abd Al-Malik dan Al-Walid.
Selain dari mesjid-mesjid, Dinasti Bani Umayyah juga mendirikan istana-
istana untuk tempat beristirahat di padang pasir, seperti Qusayr Amrah
dan AI-Mushatta yang bekas-bekasnya masih ada sampai sekarang.
Demikianlah kemajuan-kemajuan yang dicapai dan dibuat oleh Dinasti
Bani Umayyah. Kekuasaan dan kejayaan Dinasti ini mencapai puncaknya di
zaman Al-Walid I. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga
akhirnya dipatahkan oleh Bani Abbas di tahun 750 M. Di antara sebab-
sebab yang membawa pada kelemahan dan akhirnya kejatuhan Dinasti Bani
Umayyah adalah hal-hal berikut :

1. Dari semenjak berdirinya, Dinasti Bani Umayyah telah menghadapi
tantangan-tantangan. Kaum Khawarij pada mulanya adalah pengikut Ali,
tetapi karena tidak setuju dengan politik Ali untuk mencari
penyelesaian secara damai dengan Mu'awiah tentang soal khilafah,
mereka keluar dari barisan Ali. Sebagai kekuatan baru mereka menentang
bukan Ali saja tetapi juga Mu'awiah karena mereka berpendapat bahwa
penyelesaian sengketa yang tidak didasarkan atas Al-Qur-an telah
membuat kedua pemuka itu berdosa besar. Dan orang yang berdosa besar
dalam keyakinan mereka telah menjadi kafir atau murtad dan harus
diperangi : Sampai ke masa-masa terakhirnya, Dinasti Bani Umayyah.
senantiasa mendapat perlawanan dari kaum Khawarij.

2. Sewaktu Ali Ibn Abi Talib menjadi Khalifah ia, sebagai disebut di
atas, mendapat tantangan, bukan hanya dari Mu'awiah dan kaum Khawarij,
tetagi juga dari Talhah dan Zubeir di Makkah. Dalam serangan yang
terjadi, Talhah dan Zubeir mati terbunuh. Di zaman Bani Umayyah, anak
Zubeir, bernama Abdullah, meneruskan usaha orang tuanya untuk merebut
khilafah ke tangan fihak mereka, terutama sesudah Mu'awiah meninggal
dunia. Hejaz berdiri di belakang Abdullah Ibn Zubeir. Yazid
IbnMu'awiah mengirim tentara ke Medinah dan Mekkah untuk memukul
Abdullah dan dalam peperangan yang terjadi Ka'bah terbakar dan Al-Hajr
Al-Aswad kena pelor dan pecah menjadi tiga. Ekspedisi ini dengan
matinya Yazid di tahun 683 M, berhenti sampai di sini dan. tentara
kembali ke Damaskus. Kekuasaan Abdullah Ibn Zubeir sesudah itu meluas
sampai di Irak, di Mesir, Arabia Selatan dan bahkan juga di bahagian-
bahagian tertentu di Suria. Kemudian Al-Hajjajlah baru dapat memukul
kekuatan Abdullah di tahun 692 M.

3. Tantangan keras yang akhirnya membawa kejatuhan Bani Umayyah datang
dari fihak golongan Syi'ah. Golongan Syiah adalah pengikut-pengikut
yang setia dari Ali Ibn Abi Talib dan berkeyakinan - bahwa Allah
sebenarnya yang harus menggantikan Nabi Muhammad untuk menjadi
Khalifah umat Islam. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh
Husain. Di tahun 680 M. ia pindah, dari Medinah ke Kufah atas
permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di Irak tidak
mengakui Yazid dan mengangkat Husain sebagai Khalifah mereka. Dalam
pertempuran yang terjadi di Karbala, suatu tempat di dekat Kufah,
tentara Husain kalah dan Husain sendiri mati terbunuh. Kepalanya
dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedanig tuhuhnya dikuburkan
diKarbala'. Peristiwa ini membuat Husain dalam pandangan Syi'ah
menjadi syahid atau martyr dan Karbala' kemudian menjadi tempat suci
yang senantiasa dikunjungi dan diziarahi kaum Syi'ah sampai sekarang.
Dalam pada itu perlawanan Syi'ah terhadap Bani Umayyah menjadi
bertambah gigih dan pengikutnya mulai meluas di kalangan umat Islam.
Pemberontakan-pemberontakan terjadi dan yang termasyhur ialah
pemberontakan Mukhtar di Kufah di tahun 685 - 687 M. Mukhtar mendapat
banyak pengikut di kalangan kaum Mawali, yaitu umat Islam bukan Arab
dan berasal dari Persia, Arfftenia dan lain-lain.

4. Pertentangan tradisionil antara suku Arab Utara dan suku Arab
Selatan mengacau ketenteraman pemerintah Bani Umayy kalau Khalifah
dekat dengan suku Arab Utara, suku Arab Sela merasa iri hati, dan
sebaliknya, kalau Khalifah mengutamakan si Arab Selatan, suku Arab
Utara merasa tidak senang. Peristiwa terkadang membawa kepada
pertempuran. Yazid Ibn Mu'awiah, umpamanya, memperoleh sokongan dari
Bani Kalb (suku Arab Selat dan ketika ia meninggal dunia, anaknya
Mu'awiah II tidak disokong oleh Bani Qasy (suku Arab Utara) malahan
memihak kepada Abdullah Ibn Zubeir, Khalifah saingan di Hijaz. Dan
ketika Marwan Ibn Hakam menjadi Khalifah sebagai pengganti dari
Mu'awiah II, pertempuran terjadi antara Bani Kalb dan Bani Qays di
tahun 684 M. Dalam pertempuran ini Bani Kalb mengalami kekalahan.
Peristiwaperistiwa serupa ini selalu terjadi sampai ke masa-masa
terakhir dari Bani Umayyah.

5. Persaingan di kalangan anggota-anggota Dinasti Bani Umayyah juga
membawa kepada kelemahan kedudukan mereka. Dalam soal penggantian
Khalifah sokongan dari suku Arab terkuatlah yang pada akhirnya
menentukan siapa yang menjadi Khalifah: Persaingan mudah timbul karena
tidak adanya ketentuan tegas tentang garis yang harus ditempuh dalam
pemindahan kekuasaan Khalifah, apa dari Khalifah ke anak atau dari
Khalifah ke saudara, selama ada dari saudara-saudara kandungnya yang
masih hidup.

6. Hidup mewah di istana memperlemah jiwa dan vitalitas anak-anak
Khalifah yang membuat mereka kurang sanggup untuk memikul beban
pemerintahan negara yang demikian besar.

7. Akhirnya yang langsung membawa kepada jatuhnya kekuasaan Bani
Umayyah ialah munculnya satu cabang lain dari Quraisy, yaitu Bani
Hasyim sebagai saingan bagi Bani Umayyah dalam soal Khalifah atau
pemerintahan umat Islam. Gerakan ini dipelopori oleh Al-Abbas seorang
keturunan dari paman Nabi Muhammad, Al-Abbas Abd Al-Muttalib Ibn
Hasyim. Abu Al-Abbas mengadakan kerjasama dengan kaum Syi'ah. Serangan
terhadap kekuasaan Bani Umaya dimulai dari Khurasan, suatu daerah di
Persia yang telah banyak dipengaruhi aliran Syi'ah. Serangan-serangan
dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasan, seorang pemuka yang berasal dari
Persia, Marw, ibu kota Khurasan, jatuh di tahun 749 M, dan kemudian
Kufah di Irak. Di Kufah Abu Al-Abbas diangkat sebagai Khalifah. Dalam
pertempuran yang terjadi antara kekuatan Bani Abbas dan kekuatan Bani
Umayyah pada tahun 750 M. di Irak, yang tersebut akhir ini kalah dan
Khalifah Marwan lari ke Mesir. Tidak lama kemudian Damaskuspun jatuh.
Khalifah Bani Umayyah digantikan oleh Khalifah Bani Abbas.

Bani Abbas

Sungguhpun Abu Al-Abbaslah (750 - 754 M.) yang mendirikan Dinasti Bani
Abbas, tetapi pembina sebenarnya adalah Al-Mansur (754 - 775 M.).
Sebagai khalifah yang baru. Musuh-musuh ingin menjatuhkannya sebelum
ia bertambah kuat, terutama golongan Bani Umayyah, golongan Khawarij,
bahkan juga kaum Syi'ah. Kaum Syi'h, setelah melihat bahwa Bani Abbas
memonopoli kekuasaan mulai mengambil sikap menentang. Dalam
menghancurkan lawan, Al-Mansur tidak segan-segan membunuh sekutu yang
membawa keluarganya pada kekuasaan. Abu Muslim, karena dianggap akan
menjadi saingan yang berbahaya di Khurasan, diundang datang ke Bagdad,
tetapi kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati. Dalam usaha
mempertahankan kekuasaan Bani Abas, A1-Mansur memakai kekerasan. Al-
Mansur kelihatannya merasa kurang aman di tengah-tengah Arab, maka ia
dirikan ibu kota baru sebagai ganti Damaskus, Bagdad didirikan di
dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, pada tahun 762 M Bani Abbas
sekarang berada di tengah-tengah bangsa Persia. Untuk tentara
pengawalnya Al-Mansur juga tidak mengambil orang Arab, tetapi orang
Persia. Dalam soal pemerintahan Al-Mansur mengadakan tradisi baru
dengan mengangkat wazir yang membawahi kepala-kepala Departemen. Untuk
memegang jabatan wazir itu ia pilih Khalid Ibn Barmak, seorang yang
berasal dari Balkh (Bactral) di Persia. Al-Ma.hdi (775 - 785 M.)
menggantikan A1-Mansur sebagai Khalifah dan di masanya, hidup
perekonomian mulai meningkat. Pertanian ditingkatkan dengan mengadakan
irigasi dan penghasilan gandum, beras, korma dan zaitun (olives)
bertambah. Hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, besi dan
lain-lain berkembangkan, Dagang transit antara
Timur dan Barat juga membawa kekayaan dan Basrah menjadi pelabuhan
yang penting. Di zaman Harun A1-Rasyid (785 -809 M) hidup mewah
sebagai yang digambarkan dalam berita Seribu Satu Malam, sudah mesuki
masyarakat. Kekayaan yang banyak, dipergunakan AI-Rasyid juga untuk
keperluan sosial. Rumah sakit didirikan, pendidikan dokter
dipentingkan, dan farmasi dibangun. Diceritakan bahwa Bagdad mempunyai
800 dokter. Di samping itu pemandian-pemandian umum juga didirikan.
Harun AI-Rasyid adalah Raja Besar di zaman itu hanya Charlemagne di
Eropah yang dapat menjadi saingannya. Anaknya Al-Ma'mun (813 - 833 M.)
meningkatkan perhatian pada ilmu pengetahuan. Untuk menterjemahkan
buku-buku kebudayaan Yunani la menggaji penterjemah-penterjemah dari
golongan Kristen, Sabi dan bahkan juga penyembah bintang. Untuk itu ia
dirikan Bait Al-Hikmah. Di samping lembaga ini ia dirikan sekolah-
sekolah. Al Ma'mun adalah penganut aliran Mu'tazilah banyak
dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan falsafat Turki. Di masanya
Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Khalifah AI-Mu'tasim (833 - 842 M.) sebagai anak dari ibu, berasal
Turki, mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara
pengawalnya. Dengan demikian pengaruh Turki mulailah masuk ke pusat
pemerintahan Bani Abbas. Tentara pengawal Turki ini kemudian begitu
berkuasa di Istana, sehingga Khalifah-khalifah pada akhirnya hanya
merupakan boneka dalam tangan mereka. Yang pada hakekatnya memerintah
bukan lagi Khalifah, tetapi perwira-perwira dan tentara pengawal Turki
itu. Al-Wathiq (842 - 847 M.), untuk melepaskan diri dari pengaruh
Turki, mendirikan ibu kota Samarra (Surra man ra’a = gembira orang
yang melihatnya) dan pindah dari Bagdad. Tetapi di sana khalifah-
khalifah bertambah mudah dapat dikuasai oleh tentera pengawal Turki
tersebut. Al-Mutawakkil (847 - 861 M) merupakan Khalifah besar trakhir
dari Dinasti Bani Abbas. Khalifah-khalifah yang sesudahnya ada umumnya
lemah-lemah dan tidak dapat melawan kehendak tentara pengawal dan
Sultan-sultan yang kemudian datang menguasai ibu kota. Ibu kota
dipindahkan kembali ke Bagdad oleh Mu'tadid (870 - 892 M.). Khalifah
terakhir sekali dari Dinasti Bani Abbas adalah Al-Musta’sim (1242 -
1258 M.). Di zamannyalah Bagdad dihancurkan oleh Hulagu di tahun 1258
M.

Dengan demikian, kalau Bani Umayyah dengan Damaskus sebagai ibu
kotanya, mementingkan kebudayaan Arab, Bani Abbas dengan memindahkan
ibu kota ke Bagdad, telah agak jauh dari pengaruh Arab. Bagdad
terletak di daerah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Persia. Di
samping itu tangan kanan yang membawa Bani Abbas kepada kekuasaan
adalah orang-orang Persia. Dan setelah berkuasa, cendekiawan-
cendekiawan Persialah yang mereka pakai sebagai pembesar-pembesar di
Istana. Yang terbesar dan banyak berpengaruh pada mulanya ialah
keluarga Barmak. Jabatan wazir yang diberikan oleh AI-Mansur kepada
Khalid Ibn Barmak kemudian turun-temurun ke anak dan cucu-cucunya.
Keluarga Barmak, sebagai yang berasal dari Balkh (Bactra), pusat ilmu
pengetahuan dan falsafat Yunani di Persia, mempunyai pengaruh dalam
memperkembangkan ilmu pengetahuan dan falsafat Yunani di Bagdad.
Mereka, di samping menjadi wazir, juga menjadi pendidik dari anak-anak
Khalifah.
Di samping itu Khalifah-khalifah mengambil wanita-wanita Persia
sebagai isteri dan dari perkawinan ini timbullah Khalifah-khalifah
yang mempunyai darah Persia, seperti Al-Ma'mun. Semua ini membuat
pengaruh Persia lebih besar kepada Dinasti ini Abbas dari pada
pengaruh Arab. Dengan menaiknya kedudukan orang-orang Persia dan
kemudian orang-orang Turki dalam pemerintahan Bani Abbas, kedudukan
orang-orang Arab menurun. Bani Abbas merobah corak Khilafah dari Islam
Arab, sebagai yang terdapat di masa Bani Umayyah, kepada Islam yang
dipengaruhi unsur-unsur bukan Arab, terutama unsur Persia. Perbedaan
lain lagi antara kedua Dinasti ini ialah, kalau masa Bani Umayyah
merupakan masa ekspansi daerah kekuasaan Islam, masa Bani Abbas adalah
masa pembentukan dan perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.

Di masa Bani Abbas inilah perhatian kepada ilmu pengetahuan dan
falsafat Yunani memuncak, terutama di zaman Harun Al-Rasyid dan Al-
Ma'mun. Buku-buku ilmu pengetahuan dan falsafat didatangkan dari
Bizantium dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kegiatan
penterjemahan buku-buku ini berjalan kira-kira satu abad. Bait Al-
Hikmah, yang didirikan Al-Ma'mun, bukan hanya merupakan pusat
penterjemahan tetapi juga akademi yang mempunyai perpustakaan. Di
antara cabang cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait Al-
Hikmah ialah ilmu kedokteran, matematika, optika, geagrafia, fisika,
astronomi dan sejarah disamping falsafat.

Di antara integrasi yang terjadi di zaman ini adalah integrasi dalam
bidang bahasa. Bahasa Al-Qur-an, yaitu hahasa Arab, dipakai di mana-
mana. Bahasa ini telah menggantikan bahasa Yunani dan bahasa Persia
sebagai bahasa administrasi. Bahasa Arab juga menjadi bahasa ilmu
pengetahuan, falsafat dan diplomasi. Bahkan beberapa bahasa hilang
dari pemakaian, seperti bahasa Latin yang dipakai di Afrika, bahasa
Mesir Kuno di Mesir, bahasa Siriac di Siria, Lebanon, Jordan dan Irak
dan bahasa yang dipakai di pulau Malta. Dengan hilangnya bahasa-bahasa
itu, di Afrika Utara, Mesir, Suria, Lebanon, Irak dan Yordan dipakai
bahasa Arab, sedang di pulau Malta bahasa Arab yang bercampur dengan
bahasa Italia. lntegrasi terjadi juga dalam lapangan kebudayaan.
Kebudayaan yang ada mulai dari Spanyol di Barat sampai ke India di
Timur dan mulai dari Sudan di Selatan sampai ke Kaukasus di Utara ada
kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai alatnya. Di masa ini
pulalah buat pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam
dengan kebudayaan Barat, atau tegasnya dengan kebudayaan Yunani klasik
yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia dan Persia. Didorong oleh
ayat-ayat Al-Qur-an yang menganjurkan kepada umat Islam supaya
menghargai kekuatan akal yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada
manusia dan didorong oleh ajaran Nabi Muhammad s.a.w. supaya umat
Islam senantiasa mencari ilmu pengetahuan, kontak dengan kebudayaan
Barat itu membawa masa yang gilang-gemilang bagi Islam.

Cendekiawan-cendekiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan
dan falsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani itu, tetapi
menambahkan ke dalamnya hasil-hasil penyelidik yang mereka lakukan
sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka
dalam lapangan falsafat. Dengan demikian timbullah ahli-ahli ilmu
pengetahuan dan filosof-filosof Islam. Filosof-filosof Islam,
sebagaimana halnya dengan filosof-filosof Yunani, bukan hanya
mempunyai sifat filosof, tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan.
Karangan-karangan mereka bukan hanya terbatas dalam lapangan falsafat
tetapi juga meliputi lapangan ilmu pengetahiuan. Dalam lapangan ilmu
pengetahuan terkenal nama Al-.Fazari (abad X) sebagai astronom Islam
yang pertama kali menyusun Tolabe (alat yang dahulu dipakai untuk
mengukur tinggi bintang dan sebagainya). Al-Fargani, yang dikenal di
Eropah dengan nama Al-.Fragnus, mengarang ringkasan tentang ilmu
astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona
dan Johannes Hispalensis. Dalam optika Abu Ali Al-Hasan Ibnu AI-
Haytham (abad X) yang namanya di Eropakan menjadi Alhazen, terkenal
sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata yang mengirim cahaya
pada benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian nyata
kebenarannya, bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan karena
menerima cahaya itu mata melihat benda yang bersangkutan. Dalam ilmu
kimia Jabir Ibnu Hayyan terkenal sebagai bapak al-kimia. Dan Abu Bakar
Zakaria Al-Razi (865 - 925 M) mengaran buku besar tentang al-kimia
yang baru dijumpai di abad XX ini kembali. Dalam lapangan ini, sebagai
kata Gustave Lebon, pengetahuan yang diperoleh Islam dari Yunani
sedikit sekali, sehingga pengetahuan ini banyak berkembang sebagai
hasil penyelidikan ahli-ahli kimia Islam. Dalam lapangan fisika Abu
Raihan Muhammad Al-Baituni (973 -1048 M) sebelum Galileo telah
mengemukakan teori tentang bumi berputar sekitar asnya. Selanjutnya ia
mengatakan penyelidikan tentang kecepatan suara dan cahaya dan
berhasil dalam menentukan berat dan kepadatan 18 macam permata dan
metal. Dalam bidang geografi Abu Al-Hasan Ali Al-Mas'ud adalah seorang
pengembara yang mengadakan kunjungan keberbagai dunia Islam di abad X
dan menerangkan dalam bukunya Maruj Al-Zahat tentang geografia, agama,
adat istiadat dan sebagainya dari daerah-daerah yang dikunjunginya.

Pengaruh Islam yang terbesar terdapat dalam lapangan ilmu kedokteran
dan falsafat. Dalam ilmu kedokteran, Al-Razi yang di Eropa dikenal
dengan nama Rhazes, mengarang buku tentang penyakit cacar dan campak
yang diterjemahkan ke dalam bahas, Latin, Inggris dan bahasa-bahasa
Eropa lainnya. Begitu pentingnya buku ini bagi Eropa sehingga
terjemahan Inggerisnya dicetak empat puluh kali di antara tahun 1498
dan 1866 M. Bukunya AI-Hawi yang terdiri atas lebih dari 20 jilid,
membahas berbagai cabang ilmu kedokteran. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin di tahun 1279 dan menjadi buku pegangan penting
berabad-abad lamanya di Eropa. Al-Hawi merupakan salah satu dari
kesembilan karangan yang merupakan seluruh perpustakaan Fakultas
Kedokteran Paris di tahun 1395 M. Ibnu Sina (980 - 1037 M) selain dari
filosof adalah juga seorang dokter yang mengarang satu ensiklopedia
dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan nama Al-Qanun Fi Al-Tib.
Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin, berpuluh kali
dicetak dan tetap dipakai di Eropa sampai pertengahan kedua dari abad
ke XVII.

Dalam lapangan falsafat nama-nama Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd
terkenal. Al-Farabi mengarang buku-buku dalam falsafat. logika, jiwa,
kenegaraan, etika dan interpretasi tentang falsafat Aristoteles,
Sebagian dari karangan-karangannya itu diterjemahkan kedalam bahasa
Latin dan masih dipakai di Eropa diabad XVII. Ibnu Sina juga banyak
mengarang dan yang termasyhur ialah AI-Syifa', suatu ensiklopedia
tentang fisika, metafisika dan matematika yang terdiri atas 18 jilid.
Bagi Eropa Ibn Sina dengan tafsiran yang dikarangnya tentang falsafat
Aristoteles lebih masyhur daripada Al-.Farabi. Tetapi di antara
semuanya, Ibn AI-Rusyd atau Averroeslah yang banyak berpengaruh di
Eropa dalam bidang falsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang
disebut Averroisme. Di periode ini pulalah ilmu-ilmu yang bersangkutan
dengan keagamaan dalam Islam disusun. Dalam lapangan penyusunan hadis-
hadis Nabi menjadi buku, terkenal nama Muslim dan Bukhari (abad IX);
dalam lapangan fiqh atau hukum Islam nama-nama Malik Ibn Anas, Al-
Syafi'i, Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal cukup dikenal (abad VIII dan
IX), dalam bidang tafsir, Al-Tabari (839 - 923 M), dalam lapangan
sejarah Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa'd (abad IX), dan lain-lain,
dalam lapangan ilmu al-kalam atau teologi Wasil Ibn Ata', Ibn Al-
Huzail, Al-Allaf dan lain-lain dari golongan Al-Mu'tazilah, dari ahli
sunnah Abu Al-Hasan Al-Asyari dan Al-Maturidi (abad IX dan X) dan
dalam lapangan tasawuf atau mistisisme Islam, Zunnun Al-Misri, Abu
Yazid Al-Bustami, Husain Ibn Mansur Al-Hallaj dan sebagainya. Dalam
lapangan sastra terkenal Abu Al-Farraj AI-Isfahani dengan bukunya
Kitab Al-Aghani. Dipertengahan abad X keluar pula Alfu Lailah Wa
Lailah yang disusun oleh Al-Jasyiari. Perguruan Tinggi yang didirikan
di zaman ini adalah antara lain Bait AlHikmah di Bagdad dan Al-Azhar
di Cairo yang hingga kini masih harum namanya sebagai Universitas
Islam yang tertinggi diseluruh dunia. Dalam bidang arsitek dan seni
periode ini juga mewujudkan gedung-gedung, mesjid-mesjid dan lukisan-
lukisan yang indah. Tetapi Hulagu, ketika menyerang Bagdad ditahun
1258 M, menghancurkan istana, gedung-gedung dan mesjid-mesjid yang
menghiasi ibu kota kerajaan Abbasiah itu. Ringkasan periode ini adalah
periode peradaban Islam yang tertinggi dan yang mempunyai pengaruh,
sungguhpun tidak dengan secara langsung, pada tercapainya peradaban
modern di Barat sekarang:

Periode kemajuan Islam ini sebagai, disebut Christopher Daw son,
bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Eropa. Memang sebagai
diterangkan oleh H.Mc Neill, kebudayaan Kristen di Eropa di antara 600
dan 1000 M., sedang mengalami masa surut yang rendah. Di abad XI Eropa
mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di Timur dan
melalui Spanyol, Sicilia dan Perang Salib peradaban itu sedikit demi
sedikit dibawa ke Eropa. Eropa mulailah mengenal pada rumah-rumah
sakit, pemandian-pemandian umum, pemakaian burung dara untuk mengirim
informasi militer, pada bahan-bahan makanan Timur seperti beras
(rice, rijst, du riz, berasal dari al-urz), jeruk (lemon berasal dari
al-laimun), gula (sugar, sucre, suiker berasal dari al-sukkar) dan
sebagainya.
Mereka kenal pada hasil-hasil tenunan Timur seperti kain muslin
(berasal dari kota Mosul), kain baldaclir, (dari kota Bagdad) kain
damask (dari kota Damaskus) pada permadani, gelas dan sebagainya.

Kemudian dengan diterjemahkannya buku-buku ilmu pengetahuan dan
falsafat karangan ahli-ahli dan filosif-filosif Islam ke dalam bahasa
Eropa di abad XII, mulailah Eropa kenal pada falsafat dan ilmu
pengetahuan Yunani. Eropa di ketika itu tidak kenal lagi pada falsafat
serta ilmu pengetahuan Yunani. Dari Islamlah Eropa mempelajari hal-hal
di atas. Jadi tidak mengherankan kalau Lebanon mengatakan (orang
Arablah yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka
adalah imam kita selama enam abad). Hal ini di akui oleh Rom Landau.
Menurut penyelidikannya, dari orang Islam periode klasik inilah orang
Barat belajar berfikir secara obyektif dan menurut logika, dan belajar
berdada lapang di ketika Eropa diselubungi oleh suasana pikiran
sempit, tak adanya toleransi terhadap kaum minoritas, dan oleh suasana
penindasan terhadap pikiran mereka. Hal-hal inilah menurut
keterangannya yang menjadi bimbingan bagi renaissance Eropa yang
kemudian membawa pada kemajuan dan peradaban Barat sekarang. Pada
tempatnyalah kalau Jacques C. Rislar mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
dan tehnik Islam amat dalam mempengaruhi kebudayaan Barat.

ICT BAU-BAU

unread,
May 30, 2010, 1:58:18 AM5/30/10
to UMB Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Masa Disintegrasi : 1000 - 1250 M.

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada
akhir zaman Bani Umayyah, tetapi memuncak di zaman Bani Abbas terutama
setelah Khalifah-khalifah menjadi boneka dalam tangan tentara
pengawal. Daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerintahan di
Damaskus dan kemudian di Bagdad melepaskan diri dari kekuasaan
Khalifah dipusat dan bertimbunlah dinasti-dinasti kecil. Di Marokko
Idris Ibn Abdullah, salah satu dari keturunan Ali dapat membentuk
Kerajaan ldrisi yang bertahan dari tahun 788 M sampai tahun 974 M,
dengan Fas (Fez) sebagai ibu-kota. Di Tunis Dinasti Aghlabi berkuasa
dari tahun 800 M sampai 969 M. Kerajaan ini dibentuk oleh Ibrahim Ibn
Aghlab, Gubernur yang diangkat oleh Harun Al-Rasyid. Mesjid Qairawan
yang sampai sekarang terdapat di Tunis adalah peninggalan dari dinasti
ini. Di Mesir Ahmad Ibn Tulun melepaskan diri dari kekuasaan Bagdad di
tahun 868 M. Dinasti ini berkuasa di Mesir sampai tahun 905 M. Di
tahun 877 M Ibn Tulun dapat meluaskan daerah kekuasaannya sampai ke
Suria. Di bawah pemerintahan Dinasti ini, irigasi diperbaiki, ekonomi
meningkat dan Mesir mulai menjadi pusat kebudayaan Islam. Ibn Tulun
sendiri mendirikan rumah sakit besar di Fustat dan mesjid yang diberi
nama Mesjid Ibn Tulun, yang sampai sekarang masih terdapat di Cairo.
Setelah jatuhnya Dinasti Ibn Tulun, Mesir untuk beberapa tahun kembali
ke bawah kekuasaan Khalifah Bagdad tetapi di tahun 935 M dikuasai lagi
oleh dinasti lain, yaitu Dinasti Ikhsyid, untuk kemudian jatuh
ketangan khalifah Fatimiah di tahun 969 M. Di sebelah Utara Mesir,
Dinasti Hamdani merampas Suria ditahun 944 M dan mempertahankannya
sampai tahun 1003 M. Di sebelan Timur Bagdad Dinasti Tahiri berkuasa
di Khurasan dari tahun 820 M sampai tahun 872 M. Kemudian Dinasti ini
digantikan oleh Dinasti Saffari sampai tahun 908 M.

Di Transoxania Dinasti Samani melepaskan diri dari kekuasaan Bagdad di
tahun 874 M. Dinasti ini berurnur 125 tahun. Di tahun 999 M daerah-
daerah yang mereka kuasai di sebelah Selatan Transoxania dirampas oleh
Mahmud Ghazna, sedang daerah-daerah yang di sebelah Utara jatuh ke
tangan Ilek Khan dari Turkistan. Mahmud Ghazna kemudian meluaskan
daerah kekuasaannya sampai ke India. Dalam pada itu golongan Syi'ah
yang pada mulanya menjadi teman sekutu Bani Abbas, mulai melancarkan
aksi penentangan mereka. Di tahun 869 M timbul pemberontakan kaum Zanj
di bawah pimpinan Ali Ibn Muhammad. Kaum Zanj adalah budak-budak yang
didatangkan dari Afrika untuk bekerja di pertambangan saIpater di
Irak. Ibn Muhammad mengaku pengikut Ali dan datang untuk melepaskan
mereka dari kesulitan hidup yang mereka hadapi. Dari tahun 870 M
sampai 883 M kekuasaan Bani Abbas dikacau oleh pemberontakan Zanj
ini.

Satu gerakan lain ialah gerakan Qaramitah yang dimulai ditahun 874 M
oleh Hamdan Qarmat, seorang penganut faham Syi'ah Ismailiah di Irak.
Di tahun 899 M kaum Qaramitah ini dapat membentuk negara merdeka di
Teluk Persia, yang kemudian menjadi pusat kegiatan mereka dalam
menentang kekuasaan Bani Abbas. Di tahun 930 M, serangan-serangan
mereka meluas sampai sejauh Mekkah. Sewaktu pulang mereka bawa lari Al-
Hajr Al-Aswad yang dikembalikan baru dua puluh tahun kemudian. Satu
gerakan lain lagi ialah gerakan Hasysyasyin (Assassins) yang merupakan
lanjutan dari gerakan Qaramitah. Pemimpinnya ialah Hasan Ibn Sabbah (w.
1124 M) yang membuat Alamut di sebelah Selatan Laut Caspia sebagai
pusat serangan-serangannya terhadap kekuasaan Bagdad. Kaum Hasysyasyin
ini tidak segan-segan mengadakan pembunuhan-pembunuhan terhadap
pembesar-pembesar Negara yang memusuhi mereka. Salah satu pembesar
yang mereka bunuh adalah Nizam Al-Mulk, Perdana Menteri Dinasti
Salajikah di tahun 1092 M. Nizam Al-Mulk dikenal dalam sejarah Islam
sebagai pendiri dari Madrasah-madrasah Nizamiah yang diantara guru-
guru besarnya terdapat Imam Al-Haramain dan Al-Ghazali.

Sementara itu ada pula pemuka-pemuka Syi'ah yang dapat nembentuk
Dinasti yang menguasai daerah-daerah tertentu. Salah satu di antaranya
ialah Ahmad Ibn Buwaihi yang dapat menguasai Asfahan, Syiraz dan
Kirman di Persia. Di tahun 945 M., ia mengadakan serangan ke Bagdad
dan Dinasti Buwaihi menguasai ibu kota Bani Abbas ini sampai tahun
1055 M. Khalifah-khalifah Bani Abbas tetap diakui, tetapi kekuasaan
dipegang oleh Sultan-sultan Buwaihi. Kekuasaan Dinasti Buwaihi atas
Bagdad kemudian dirampas oleh Dinasti Saljuk. Saljuk adalah seorang
pemuka suku bangsa Turki yang berasal dari Turkestan. Tughril Beg,
seorang cucu dari valjuk dapat memperluas daerah kekuasaan mereka
sampai ke daerah-daerah yang dikuasai Dinasti Buwaihi. Sultan-sultan
yang kenamaan dari Dinasti ini disamping Tughril adalah Alp Arselan
1063 - 1072 M) dan Maliksyah (1072 -1092 M). Sultan Alp Arsein
mengalahkan Bizantium dipertempuran Manzikart di tahun 1071 M, dan
semenjak itu sampai sekarang Asia Kecil menjadi daerah Islam.
Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan yang diadakannya. Mesjid-
mesjid, jembatan jembatan, irigasi dan jalan-jalan raya di bangun.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan ia juga dikenal sebagai Sultan yang
banyak menyokong pembangunannya dan ini terutama terjadi dengan
pimpinan Perdana Menterinya Nizam AI-Mulk. Khalifah dimasa berkuasanya
Sultan-sultan Bawaihi dan Salajikah hampir merupakan boneka. Calon
Khalifah yang disukai diangkat dan Khalifah yang tak disukai
dijatuhkan. Khalifah-khalifah Bani Abas tak dapat berbuat apa-apa.
Semua kekuasaan terletak ditangan sultan-sultan. Khalifah
dipertahankan hanya untuk memberikan atsar hukum kepada pemerintahan
Dinasti yang sedang berkuasa. Menurut faham yang berlaku pada waktu
itu, Sultan yang tidak mendapat pengesahan dari Khalifah tidak
merupakan Sultan yang sah. Kalau Dinasti-dinasti ini merupakan Dinasti
kecil yang secara nominal masih mengakui Khalifah-khalifah di Bagdad
sebagai kepala mereka, di Mesir terdapat Dinasti Fatimiah yang
mengambil bentuk khilafah aliran Syi'ah dan yang menjadi saingan bagi
khilafah aliran Sunnah di Bagdad. Khilafah Fatimiah pada mulanya
dibentuk oleh Ubaidullah di Tunis di tahun 909 M. Khilafah ini
mempunyai Angkatan Laut yang mengadakan serangan-serangan sampai ke
pantai Eropa, terutama Italia dan Perancis.

Di tahun 969 M seorang Jenderal Fatimi bernama Jawhar Al-Siqilli dapat
menguasai Fustat di Mesir. Jawharlah yang mendirikan kota Cairo
sekarang dan Niesjid Al-Azhar di tahun 972 M yang kemudian dijadikan
pusat Perguruan Tinggi Islam oleh Khalifah Fatimiah Al-Azis (975 M -
996 M). Juga didirikan lagi Dar-Al Hikmah di tahun 1005 M. Khalifah
Fatimiah berkuasa di Mesir sampai tahun 1171 M. Di Spanyol Abd Al-
Rahman dari Dinasti Bani Umayyah di tahun 756 M dapat pula membentuk
suatu khilafah tersendiri. Dinasti Bani Umayyah Spanyol ini dapat
mempertahankan kekuasaan mereka sampai tahun 1031 M. Abd Al-Rahmanlah
yang mendirikan mesjid Cordova yang masyhur itu. Cordova merupakan
pusat kebudayaan Islam yang penting di Barat, sebagai tandingan Bagdad
di Timur. Kalau di Bagdad terdapat Bait Al-Hikmah serta Madrasah
Nizamiah dan di Cairo terdapat Al-Azhar serta Dar Al-Hikmah, di
Cordova terdapat Universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan
yang didirikan oleh Abd Al-Rahman III (929 M - 961 M). Perpustakaannya
menurut riwayat mengandung ratusan ribu buku. Sesudah jatuhnya Dinasti
Bani Umayyah Spanyol ini, Andalusia terbahagi ke dalam beberapa negara
kecil yang selalu berperang di antara mereka, seperti Dinasti Abbadi,
Dinasti Murabit, Dinasti Muwahhid, Dinasti Bani Nasr dan sebagainya.
Dalam pada itu di Periode ini pulalah terjadi Perang Salib di
Palestina. Dengan jatuhnya Asia Kecil ke tangan Dinasti Saljuk, jalan
naik ke Palestina bagi umat Kristen Eropa menjadi terhalang. Untuk
membuka jalan itu kembali Paus Urban II berseru kepada umat Kristen
Eropa di tahun 1095 M supaya mengadakan perang suci terhadap Islam.
Perang Salib Pertama terjadi antara tahun 1096 M dan 1099M, Perang
Salib Kedua antara tahun 1147 M dan 1149 M yang diikuti lagi oleh
beberapa Perang Salib lainnya, tetapi tidak berhasil dalam merebut
Palestina dari kekuasaan Islam. Di abad keduapuluh inilah baru
Palestina jatuh ketangan Inggris sesudah kalahnya Turki dalam Perang
Dunia Pertama.

Disintegrasi dalam lapangan politik membawa pada disintegrasi dalam
lapangan kebudayaan, bahkan juga dalam lapangan agama. Perpecahan di
kalangan umat Islam menjadi besar. Dengan adanya daerah-daerah yang
berdiri sendiri itu, di samping Bagdad, sebagai telah dilihat timbul
pusat-pusat kebudayaan lain, terutama Cairo di Mesir, Cordova di
Spanyol, Asfahan, Bukhara dan Samarkand di Timur. Dengan timbulnya
pusat-pusat kebudayaan baru ini, terutama pusat-pusat yang berada di
bawah kekuasaan Persia, bahasa Persia meningkat menjadi bahasa kedua
di dunia Islam. Di zaman disintegrasi ini, ajaran-ajaran sufi yang
timbul dizaman Kemajuan I, mengambil bentuk terikat. Mutunya mulai
menurun. Di samping hal-hal negatif tersebut ekspansi Islam di zaman
ini meluas ke daerah yang dikuasai Bizantium di Barat, ke daerah
pedalaman di Timur dan Afrika melalui gurun Sahara di Selatan. Sebagai
telah dilihat, Dinasti Salajikah meluaskan daerah Islam sampai ke Asia
Kecil dan dari sana kemudian diperluas lagi oleh Dinasti Usmani ke
Eropa Timur. Ke India ekspansi Islam diteruskan oleh Dinasti Gaznawi.
Raja-raja Hindu dikalahkan dan Punjab serta sebahagian dari daerah-
daerah Sirid masuk ke bawah kekuasaan Islam.. Dinasti Ghuri kemudian
melanjutkan ekspansi Islam ke daerah-daerah lain di India sehingga
Kerajaan Delhi jatuh di tahun 1192 M, dan tidak lama sesudah itu
Bengala juga menjadi daerah Islam.

Penyiaran Islam ke daerah-daerah Sahara di Afrika dilakukan oleh Kaum
Murabit yang menguasai Marokko dan Andalusia. Kerajaan Zanj di Ghana
mereka kalahkan dipertengahan kedua dari abad .ke XI M.
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages