Dengan apa kita bekali anak kita

1 view
Skip to first unread message

Hari Limbarseno

unread,
Feb 20, 2012, 9:35:34 PM2/20/12
to depokm...@googlegroups.com

Dengan apa kita bekali anak kita

oleh Harinya Aburijal

Beberapa minggu yang lalu saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dari seorang teman baik orang tua saya yang kini sedang terbaring lemah di salah satu rumah sakit ternama di jakarta selatan. Untuk menyenangkan serta untuk menambah amal ibadah orang tua yang telah tiada, saya membesuk beliau dan ini juga sunnah Rasulullah saw.  

"Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan diiring oleh 70.000 malaikat, semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore hari, dan ia mendapat taman di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia akan diiring oleh 70 ribu malaikat yang semuanya memintakan ampun untuknya hingga pagi, dan ia mendapat taman di jannah.’ (musnad ahmad 2/206, hadits 975. Syaikh ahmad syakir menilai hadits ini shahih) 

Siang menjelang sore saya mendatangi rumah sakit tersebut, untuk menemukan kamar rawat inapnya bukanlah pekerjaan yang susah karena saya diantar oleh seorang perawat.

Ruangan yang besar, lengkap dengan fasilitas, terus terang baru kali ini melihat kamar rawat inap VVIP semewah kamar hotel. Maklum saya terbiasa dengan kamar yang kelas 3.

Sebelum menghampiri tempat tidur beliau, saya sempatkan untuk berwudhu terlebih dahulu sekedar menghidupkan sunnah. Dia agak sedikit bingung dan mengeryitkan dahi akan kehadiran saya, namun beliau segera mengembangkan senyum lebar setelah mengenali betul wajah saya. Kami bersalaman dan beliau berusaha memeluk namun terhalang oleh selang impus yang ada ditangannya. Kemudian saya panjatkan doa untuknya dan saya bacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-naas. sambil mengusap dadanya. nampak diraut wajahnya ada rona ketenangan dan kebahagiaan. 

Semenjak saya datang diruangan ini saya tidak melihat satu orang pun yang menemani bapak separuh baya ini, baik istrinya maupun anaknya. Dan ketika saya akan menanyakan keberadaan mereka (istri dan anaknya) beliau menarik tangan saya, menggenggam erat dan beliau mulai bercerita. " Sebagai mana Nak hari ketahui (panggilan beliau kepada diriku) saya memiliki empat orang anak, semenjak kecil, bapak tanamkan kepada mereka untuk menjadi anak yang rajin belajar dan pintar, agar dapat jadi orang yang bertitel serta mempunyai kedudukan, sukses dan bahagia, sehingga dewasa nanti mereka dapat menyenangkan hati kedua orang tuanya. Dan saya dapat menikmati masa tua saya dengan perasaan bangga dan bahagia memiliki anak-anak yang sudah mapan. Syukur sekarang mereka telah menjadi seperti yang saya harapkan dahulu. Mereka semua telah memiliki titel dari perguruan tinggi terkemuka serta telah memiliki penghasilan yang sangat luar biasa. Dan kini mereka telah hidup berumah tangga masing-masing bersama anak dan istri mereka, semenjak itulah kebahagian yang saya impikan dan dambakan tercabut satu persatu.

Anak yang pertama tinggal di Perth Australia, yang ke dua di kota kanagawa jepang, putra ke tiga tingggal di Bontang kalimantan timur mengurusi perusahaan batu bara. Dan yang paling ragil tinggal di kawasan elit jakarta, namun sebagai pengusaha muda, si ragil lebih sering diluar kota atau di luar negeri karena tuntutan pekerjaanya". Beliau menjelaskan hal ini penuh rasa iba dan penyesalan dengan sesekali menyeka air matanya.

." kebersamaan bagi kami menjadi sesuatu yang sangat berharga dan mahal. Hari Raya yang seharusnya acara silaturahmi dan ajang melepas kerinduan diantara kami dengan anak dan cucu hanya impian dan hayalan belaka. Mereka hanya mengirimkan kartu ucapan dan SMS." Saya menarik napas panjang mendengar cerita beliau

" Sekarang lihatlah, sudah dua pekan saya terbaring di rumah sakit ini, namun mereka hanya menanyakan no rekening untuk mentransfer uang mereka ke buku tabungan orang tuanya. Terus terang bukan uang yang kami harapkan tapi kehadiran mereka disisi kami, seandainya saya dalam keadaan kritis siapa yang akan membimbing dan mentalkinkan La ilaha Illallahu ke telinga saya. Sungguh penyesalan yang luar biasa, kenapa meraka dahulu tak kami kenalkan dengan pendidikan agama, karena saya dulu berpikiran bahwa agama itu menghambat karir dunia mereka, biarlah mereka mengenal agama setelah mereka telah sukses dunianya, itu pikiran saya. Tapi kenyataanya kini mereka terlena oleh kenikmatan dunia dan tak mengerti sedikitpun tentang agama." Sudahlah Pak. kita doakan saja, mudah-mudahan hati dan naluri mereka digerakkan oleh Allah, agar mereka diberikan kelapangan dan keluasan waktu sehingga bisa mengunjungi bapak." saya mencoba menghibur, dan tak mampu menasehati. karena bagaimanapun Dia adalah Orang Tua yang telah menyesal. 

Sahabat, inilah pentingnya menanamkan ilmu agama kepada buah hati kita sedini mungkin. kelak ketika mereka sudah dewasa dan berumah tangga masih tetap mempunyai ikatan yang kuat antara orang tua adan anaknya. Walau mereka bergelar dan mempunyai kedudukan namun jika sudah dilandasi ilmu agama yang benar, maka gelar dan kedudukannya tidak melupakan dirinya kepada Allah dan kedua orang tuanya.

Setiap orang tua pasti menginginkan untuk memiliki anak yang sholeh. Jika ditanyakan alasannya, "biar nanti bisa mendo'akan kita..." begitu jawabannya. Memang yang dapat menjadi bekal kita nanti hanya ada 3, yaitu ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah, dan anak yang sholeh. Dan patut kita tanyakan pada diri sendiri, sudahkah kita mempersiapkannya ?

Sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban kita untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh. Dan akan jadi apa serta bagaimana si anak kelak tergantung dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam perkembangannya. Diantaranya adalah Faktor orang tuanya.

Demikian besar pengaruh orang tua dalam mendidik anak dalam rangka proses menjadikannya sebagai anak yang sholeh. Karena memang nantinya orang tua juga yang akan merasakan manfaatnya. Di saat kita tua renta dan sakit-sakitan sang anak Sholeh akan membacakan Al Qur'an kepada kita untuk mengingatkan kita pada kematian dan segera mempersiapkan bekal taqwa. Dan mereka akan terus mendo'akan kita serta memohonkan ampunan kepada Allah walaupun kita sudah wafat.

Tidak ada yang mengingkari bahwa anak merupakan buah hati orang tua. Betapa kebahagiaan yang akan dirasakan oleh seorang ibu ataupun ayah tatkala memiliki seorang anak yang sholeh yang berbakti kepada mereka. Sebaliknya jika ternyata sang anak adalah anak yang durhaka maka sungguh penderitaan dan kepiluan yang dirasakan di hati orang tua.

 Wallahu a'lam bishowab

Harinya Aburijal

 

 

 

 

Hari Limbarseno

  TOWER

Senayan City,  Jl.Asia Afrika lot.19 

Jakarta 10270.

Tel. 62. 021. 279 35444

Ext. 4284

Ha...@sctv.co.id

 

image001.png
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages