Si Buah Hati

5 views
Skip to first unread message

Hari Limbarseno

unread,
Mar 7, 2012, 11:55:25 PM3/7/12
to depokm...@googlegroups.com

Si Buah Hati

 

Siapa yang tak cinta dengan anak ?, Demi mereka, kita sebagai orang tua siap melakukan apa saja untuk kebahagiaan dan kegembiraan si buah hati. Anak adalah pelipur lara dikala galau dan sedih. Sepenat apapun diri kita, apabila melihat sikecil maka akan hilang semua kepenatan yang ada pada raga ini. Namun sebaliknya, jika permata hati sedang mengalami gangguan kesehatan, aduuh hati ini menjadi sedih dan pilu melihatnya, bahkan kalau bisa biarlah kita yang merasakan derita itu asalkan buah hati kita sembuh. Itulah  besarnya perhatian dan kasih sayang untuk anak-anak kita. Senakal dan sebandel apapun mereka tetap saja tak mengurangi kasih sayang kita kepada mereka. Mereka adalah mahluk kecil yang seringkali mencuri sebagian besar  perhatian kita.

 

Setiap kita sebagai orang tua tentulah mempunyai obsesi dan harapan untuk anak di masa depan. Karakter serta sifat anak biasanya tak jauh dari kreatifitas, kemampuan serta kebiasaan kedua orang tuanya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, atau Like Father Like Son . Ada anak umur lima tahun lihai memainkan drum, pasti orang tuanya seorang drummer. Ada juga yang pandai olah vocal, ya sudah dapat dipastikan orang tuanya seorang penyanyi. Atau ada juga yang masih ingusan sudah pandai main sulap, sudah diduga karena ayahnya seorang pesulap. Dari berbagai aktifitas serta keahlian anak yang diturunkan dari oprang tuanya, ada satu bapak yang menarik perhatian saya. Bapak ini mempunyai tiga orang anak laki-laki yang masih kecil-kecil. yang menjadi perhatian saya adalah, setiap waktu sholat subuh tiba, ketiga anaknya selalu dibawa ke masjid. Dan ini bukan sekali atau dua kali,  tapi setiap hari. Sampai ada orang lain iba melihat anak-anak yang masih ngantuk sudah harus bangun pagi dan pergi ke masjid. Namun bapak ini memang mempunyai alasan dan pendirian yang luar biasa. “Saya hanya ingin memperkenalkan kepada anak saya sedini mungkin tentang kewajiban manusia kepada tuhannya. Dan jika sudah besar nanti mereka sudah terbiasa dan mudah untuk menjalani kebiasaan yang baik ini. Biarlah orang lain menilai apapun terhadap diri saya, tapi yang terpenting adalah penilaian Allah terhadap diri saya. Saya bangga mengorbankan anak saya untuk agama, sebagaimana orang lain senang mengorbankan anaknya untuk dunia.” Begitulah penjelasan bapak ini.

 

Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak.

Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).

Memang memperkenalkan agama sedini mungkin kepada anak adalah pekerjaan yang memerlukan contoh dan suri tauladan. Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan agama jika dia melihat contoh real pada orangtuanya. Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.

Lihatlah contoh dari seorang sahabat wanita dijaman Rasulullah saw. Yang bernama Al Khanza binti Amru. Khanza seorang ibu yang begitu taat kepada Allah dan Rasulnya. Dia memiliki empat orang anak, laki-laki yang gagah berani hasil didikannya dimasa kecil. Saat kaum muslimin menghadapi peperangan di Al-Qadisiyyah. Sahabiah Khanza mengirimkan putranya yang pertama dalam peperangan tersebut, dan beberapa hari kemudian dia mendapat kabar dari utusan pasukan muslimin bahwa anaknya yang pertama syahid di medan pertempuran, Tapi tak ada setetes air matapun yang membasahi pipi dari ibunda Khanza, malah dia memanggil putranya yang kedua untuk pergi bersama utusan kaum muslimin turun kemedan perang. Tak lama utusan itupun datang memberi kabar, bahwa putra keduanya pun syahid. Lagi-lagi Khanza pun tak menampakkan kesedihan yang mendalam atas gugurnya anaknya yang kedua. Maka dipanggil putranya yang ketiga dengan perintah yang sama, untuk membantu kaum muslimin di medan peperangan. Nasib yang sama pun menimpa anaknya yang ketiga yaitu mati syahid. Dan dengan suara sedigit gemetar dia panggil putranya yang ke empat . “ Nak bantu perjuangan kakak-kakak mu, lanjutkan perjuangannya, dan semoga engkau mendapat kemuliaan  di sisi Allah.” Nasihat khanza menyemangati untuk putranya yang terakhir.  Subhanallah putra keempatnya pun mati di medan pertempuran. Dan menangislah khanza dihadapan Allah Ajawajala, membuat utusan kaum muslimin ini bingung. “ Wahai Khanza ketika anakmu yang pertama syahid engkau tak meneteskan airmata, begitupun anak yang kedua dan yang ketiga engkau tak menangis, namun ketika putramu yang keempat gugur, barulah engkau menangis. Apakah anak yang keempat ini sangat istimewa bagimu.” Kata utusan kaum muslimin.        “ Bagiku anak yang pertama, kedua dan seterusnya semuanya istimewa dalam kehidupanku. Yang aku tangisi bukan kematian mereka tetapi yang kutangisi adalah saya tak memiliki  anak lagi yang bisa aku berikan untuk Allah dan Rasul-Nya demi membela agama ini. Dan kematian putra-putraku telah memuliakanku, dan aku berharap kepada Rabbku semoga Dia mengumpulkan diriku bersama mereka di dalam kediaman yang penuh dengan RahmatNya.(surga) ”    Jawab Khanza  (Disebutkan dalam Thabaqat Asy-Syafi’i (1/260), Al-Ishabah (7/6/4),

Semoga dengan kisah diatas kita sebagai orang tua, mulai berbenah dan menata kembali untuk kehidupan masa depan anak-anak kita. Tidak ada salahnya mendidik mereka menjadi orang yang pintar dan memiliki keahlihan untuk dunia. Tetapi alangkah lebih baik jika pintar ilmu dunia dibarengi juga pintar dan ahli dalam ilmu agama. Berapa banyak kita sebagai orang tua, begitu risau dan sedih jika hasil ulangan matematika atau bahasa inggris anak kita dibawah nilai lima. Maka akan kita panggilkan guru private untuk mereka. Tapi sedikit sekali orang tua yang risau dan sedih jika anaknya tidak sholat atau tak bisa membaca Al-Qur’an. Bahkan untuk mengisi waktu luang, mereka kita kursuskan musik, teater, drama atau menari yang tak satupun ada kaitannya dengan agama. Dunia sudah penuh dengan orang yang pintar dan kreatifitas tinggi. Jika satu doctor mati maka seribu doctor sudah mengantri sebagai penggantinya, begitupun selebritis, politikus, teknokrat atau pengusaha sudah banyak. Penggantinya.  Namun sangat sedikit orang yang aliim dan berakhlaq mulia serta paham ilmu agama sebagai pengganti Ulama dijaman.yang sudah semakin maju ini. Saya baru menyadari kenapa Bapak yang memiliki  tiga orang anak  laki-laki  yang masih kecil, rajin membawa anaknya kemasjid diwaktu subuh. Kini setelah anaknya yang pertama berusia 13 tahun, dan yang kedua 10 tahun, ada atau tidak ada orang tuanya sudah terbiasa sholat lima waktu datang kemasjid. Subhanallah.

Tidak ada kata terlambat dalam hidup ini, mari kita ciptakan generasi muda yang berwawasan dunia dan akhirat.yang dimulai dari keluarga kita sendiri.

 “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang ‘Amir (penguasa) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.”
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), dan Ahmad (II/5, 54-55, 111), dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma]

Semoga dengan tulisan ini dapat mengingatkan kepada diri saya dan setiap orang tua, bahwasanya anak adalah titipan yang harus dijaga. Dan “titipan” itu juga harus dikelola sebaik mungkin agar kelak menjadi “aset” yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. Maka tidakkah setiap orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih agar kelak dapat mendo’akannya ketika tidak ada lagi satupun “simpanan” yang dimilikinya.
 

Artinya: “Apabila manusia telah meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan kebaikan baginya.
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), Ahmad (II/372), Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 38), Abu Dawud (no. 2880), An-Nasa’i (VI/251), Tirmidzi (no. 1376), dan Al-Baihaqi (VI/278) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Barakallahu Fiikum

Harinya Aburijal

 

 

 

 

Hari Limbarseno

  TOWER

Senayan City,  Jl.Asia Afrika lot.19 

Jakarta 10270.

Tel. 62. 021. 279 35444

Ext. 4284

Ha...@sctv.co.id

 

image001.png
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages