GedungSocial Security Tower (SS Tower) adalah jawaban akan tingginya kebutuhan ruang kantor, lingkungan SS Tower adalah lingkungan yang ramah, yang ketika pembangunannya memperhatikan dampak terhadap lingkungan hidup. Salah satu upayanya adalah dengan dengan di buatnya daerah tangkapan air hujan yang memadai dengan pembuatan kolam resapan maupun sumur-sumur resapan. Selain itu juga bentuk upayanya antara lain yaitu pencegahan penyerapan air laut kedalam area perkotaan, penganganan genangan banjir yang sering terjadi di Jakarta, pemanfaatan kembali air hujan dan menyediakan area terbuka. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran kondisi hidrologi yang lebih detail sehingga pengelolaan air di Gedung SS tower dapat dikelola dengan optimal atu dikendalikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian pengendalian bajir ini adalah Analisa perhitungan curah hujan rata-rata DAS, analisa frekuensi dan perhitungan debit rencana. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa hasil kajian hidrologi perlu dipertimbangkan besaran banjir di Kali Cideng dan sistem pompa pada Waduk Setia Budi. Dari analisis besaran runoff banjir kawasan, lokasi rencana diperkirakan menyumbangkan 0,15 m3/detik (pada kala ulang 5 tahunan) aliran ke system drainase apabila tidak dilakukan penanganan untuk menahan laju aliran permukaan dengan pembuatan saluran resapan aatau kolam resapan.
Al Amin, M. B. 2016. Analisis Genangan Banjir di Kawasan Sekitar Kolam Retensi dan Rencana Pengendaliannya, Studi Kasus: Kolam Retensi Siti Khadijah Palembang. Journal of Regional and City Planning, 27(2), 69-90.
Lahan merupakan salah satu kebutuhan penting manusia untuk menunjang aktivitas manusia setiap hari. Peningkatan pertumbuhan penduduk yang terjadi secara langsung dapat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dan perubahan luasnya. Adanya perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan perubahan dan ketidangseimbangan proses hidrologi yang terjadi di suatu daerah. Pemodelan hidrologi adalah alat yang efektif untuk pengelolaan sumber daya lahan dan air serta mempelajari perilaku hidrologi DAS. Soil and Water Assessment Tool (SWAT) merupakan suatu model yang bekerja secara harian yang dapat dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (ArcGIS) untuk memprediksi limpasan permukaan, debit sungai, sedimen dan kimia dari lahan dengan berbagai skenario manajemen lahan. Hasil simulasi dari model menunjukkan di DAS Gandong tahun 2021 menghasilkan air (water yield) sebesar 58.7% dari total curah hujan, dengan 41.27% nya berubah menjadi limpasan permukaan, 28.9% menjadi aliran dasar dan 27.9% menjadi aliran lateral. Evapotranspirasi yang terjadi dari simulasi model SWAT yakni 38.25% dari hujan yang jatuh di DAS Gandong. Model SWAT dapat diterapkan di DAS Gandong, berdasarkan uji statistik yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja model menggunakan NSE, koefisien determinasi, dan PBIAS termasuk dalam Satisfactory yang artinya simulasi model yang dilakukan cukup akurat dan konsisten.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See the Effect of Open Access).
Abstrak: Sungai Garang pada tahun 1990 pernah meluap sehingga daerah sekitarnya banjir. Banjir biasanya terjadi akibat dari perubahan tata guna lahan dari pertanian/ perkebunan dan hutan menjadi permukiman, dan Pembabatan hutan. Untuk mengetahui kondisi kinerja DAS Garang perlu diidentifikasi perubahan tataguna lahan dan kondisi hidrologi setiap sub DAS yang ada di DAS Garang. Evaluasi penilaian indikator kinerja DAS Garang berdasarkan Kepmenhut No. 52 Kpts-II/2001 yang berkonsep hidrologi dan penggunaan lahan. Peta tataguna lahan yang digunakan tahun 2000, 2005, 2008, 2010 dan RTRW. Analisa ini menggunakan bantuan software AVSWAT 2000. Dalam menentukan prioritas perbaikan Sub DAS yang paling buruk peneliti menggunakan metode Analisis Hierarky Proces (AHP). Kondisi aliran langsung memiliki trend naik pada Bulan Februari sampai Agustus kemudian turun pada bulan September dan naik kembali pada Oktober hingga Januari. Kinerja DAS Garang berdasarkan segi penggunaan lahan dan tata air berdasarkan peta tataguna lahan tahun 2000 diberi penilaian kategori Sedang dengan jumlah skor 2,942. Berdasarkan peta tata guna lahan tahun 2005 diberi penilaian kategori Sedang dengan jumlah skor 3,026. Berdasarkan peta tataguna lahan tahun 2008 diberi penilaian kategori Sedang dengan jumlah skor 2,897. Berdasarkan peta tataguna lahan tahun 2010 diberi penilaian Sedang dengan jumlah skor 2,967. berdasarkan peta RTRW diberi penilaian kategori Agak Baik dengan skor 2,205. Dalam penelitian ini didapatkan kondisi sub DAS yang rusak pada kriteria tataguna lahan dan tata air. Maka dalam menentukan skala prioritas perbaikan sub DAS dilakukan pemilihan berdasarkan metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Dari proses AHP disimpulkan bahwa sub DAS 13 yang paling rusak dan harus diprioritaskan dalam perbaikan dan pengelolaan sub DAS pada DAS Garang.
Abstract: Garang River in 1990 never overflow so that flash floods washed away the surrounding area is so powerful. Floods usually occur as a result of changes in land use from agricultural / plantation and forest to settlements, and Deforestation. So as to determine the condition of the performance of DAS Garang be identified land-use change and hydrological conditions of each sub-watershed in DAS Garang. Evaluation of performance indicators DAS Garang assessment by Ministerial Decree No. 52 Kpts-II / 2001 the concept of hydrology and land use. Land use maps used in 2000, 2005, 2008, 2010 and RTRW. This analysis using statistical software AVSWAT 2000. In determining the priority of improvement worst subzone researchers used a method of analysis Hierarky Proces (AHP). Direct flow conditions have rising trend in February until August and then fell in Semptember and climbed back in October and January. Kienerja DAS Garang based in terms of land use and water management based maps of land use in 2000 was given a moderate rating with a total score of 2,942. Based on the land use maps in 2005 was given a score of assessment was the number 3,026. Based on the land use map of 2008 given the moderate vote with a total score of 2,897. Based on the land use maps in 2010 was given a score of assessment was the number 2,967. based map RTRW given Somewhat better ratings with a score of 2.205. In this study, the condition of the damaged sub watershed on the criteria of land use and water management. Then in determining priority repair sub watershed election based analysis method Hierarchy Process (AHP). Of the AHP process is concluded that sub DAS 13 most damaged and should be prioritized in the repair and management of sub-basins in the watershed Garang.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
Berbagai model simulasi hidrologi telah dikembangkan untuk menjelaskan proses
mengubah input (dalam bentuk hujan) menjadi output (dalam bentuk aliran sungai) dengan mempertimbangkan karakteristik fisik DAS. Model simulasi hidrologi pada dasarnya dirancang untuk menyederhanakan sistem hidrologi, sehingga perilaku dari beberapa komponen dalam sistem dapat diketahui. Makalah ini membahas pemodelan hidrologi banyak diterapkan di Indonesia, dimulai dengan peninjauan definisi dan klasifikasi model hidrologi, dan lanjutkan dengan ulasan beberapa model hidrologi DAS untuk skala bersama dengan beberapa contoh aplikasi yang telah dilakukan dalam penelitian di Indonesia.
Various hydrological simulation model has been developed to explain the process of changing inputs (in the form of rain) into outputs (in the form of the river flow) by considering the physical characteristics of the watershed. Hydrologic simulation model is basically designed to simplify the hydrological system, so the behavior of some components in the system can be known. This paper discusses the many hydrologic modeling applied in Indonesia, starting with a review of the definition and classification of hydrological model, and proceed with a review of several watershed hydrological model to scale along with some examples of applications that have been done in research in Indonesia.
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supports a greater global exchange of knowledge.
3a8082e126