Perjanjian Lama Taurat

0 views
Skip to first unread message

Manases Blakemore

unread,
Aug 4, 2024, 4:46:18 PM8/4/24
to chasesysge
رَبَّنَاوَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Alquran) dan Al-Hikmah (sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana.


وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ


Sementara itu, dalam Kitab Taurat (Perjanjian Lama) yang dicetak di Inggris 1944 terdapat ayat yang berbunyi: "Allah datang dari Sinai, dan terbit dari Seir, kemudian bersinar dari pegunungan Paran," (At Tatsniyah, bab 33 ayat 2) sedang dalam Injil perjanjian lama edisi Indonesia ayat ini berbunyi "..Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir, ia tampak bersinar dari pegunungan Paran.." (Ulangan 33:2).


Muhammad Fethullah Gulen dalam bukunya An-Nur Al Khalid Muhammad Mafkhirat Al Insaniyah yang diterjemahkan Fuad Saifuddin berjudul Cahaya Abadi: Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia, menjelaskan yang dimaksud dalam petikan ayat Kitab Taurat (perjanjian lama itu) adalah bahwa rahmat Allah akan memancar dari Sinai yang menjadi tempat di mana Allah berbicara (menyampaikan wahyu) dengan Nabi Musa sebagai rahmat kenabian yang Allah berikan pada Nabi Musa.


Sedang yang dimaksud Seir adalah Palestina yang menjadi tempat turunnya rahmat Allah dengan diutusnya nabi Isa sebagai salah satu Rasul yang mendapat bermacam-macam anugerah Allah. Islam memberikan jawaban bahwa yang dimaksud terbit dari Seir adalah bahwa Nabi Isa lahir di Palestina melalui nafkhah (tiupan) Ilahiyah.


Ibadah haji di Makkah (ilustrasi) - (iqna.ir)Sedangkan yang dimaksud Pegunungan Paran adalah kota Makkah. Sebab di dalam bagian lain dari Taurat dikatakan bahwa Nabi Ibrahim meninggalkan putranya Ismail di sebuah tempat bernama Paran. Ini bisa dilihat di Perjanjian Lama, Kejadian 21:8-21. Sehingga jelas yang dimaksud Paran dalam kitab Taurat adalah kota Makkah.


Kemudian dalam lanjutan ayat di kitab Taurat itu menuliskan "..bersamanya ribuan orang suci, di sebelah kanannya ada nyala api.." dalam Injil perjanjian lama edisi Indonesia berbunyi "...dan datanglah dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus, di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala. (Ulangan 33.2). Sedangkan dalam Injil edisi Inggris di tengah ayat tersebut disebutkan 'Sepuluh ribu orang suci' yang dengan tegas menunjuk peristiwa penaklukan Makkah oleh Rasulullah. Namun anehnya dalam semua Injil edisi bahasa Arab kata 'sepuluh ribu' hilang.


Terlepas dari itu, Fethullah Gulen menjelaskan bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah akan diperintahkan Allah bersama umat beliau. Sebelum diangkat sebagai nabi, Muhammad SAW gemar beruzlah di Gua Hira untuk merenung dan bertafakur.


Bahkan kemudian di gua itu Rasulullah menerima wahyu pertama. Karena itu menurut Fethullah Gulen kalau Paran dinyatakan sebagai bukan kota Makkah, maka tempat mana lagi yang paling tepat untuk disebut sebagai Paran? Tempat mana selain Makkah yang memancarkan cahaya seperti yang dipancarkan Islam dari kota Mekkah yang nyalanya menerangi Timur ke Barat?


Maka menurut Fethullah Gulen tak perlu disangsikan lagi yang dimaksud Paran oleh Taurat (kitab perjanjian lama) adalah kota Makkah. Bahkan ayat 2 bab 33 kitan ulangan dan ayat 20 bab 21 dari kitab kejadian berbunyi "lalu ia tinggal di dataran Paran".


Bagaimanakah pelayanan Roh Kudus berbeda dalam Perjanjian Lama dan Baru? Apakah Roh Kudus bersemayam dalam hidup kaum percaya secara permanen di Perjanjian Lama, atau Roh hanya menghinggapi mereka untuk tugas-tugas khusus? Apa signifikansi Pentekosta? Apakah inilah saatnya Roh Kudus bersemayam dalam hidup orang percaya? Bagaimana orang percaya di Perjanjian Lama dikuduskan? Apakah melalui menjalankan Taurat, karya Roh Kudus, atau keduanya?


Pelayanan Roh Kudus di Perjanjian Lama berbeda dengan pelayananNya di Perjanjian Baru bukan dalam hal jenis namun seberapa besar. Kita dapat memasukkan pelayanan ini dalam dua topik utama: keselamatan dan karunia.


Terkadang memang membingungkan saat memikirkan tentang Roh Kudus bersemayam secara permanen dalam umat percaya Perjanjian Lama karena Daud berbicara tentang kemungkinan Allah menyingkirkan Roh KudusNya (Mz. 51:11), namun Daud bukanlah berbicara tentang hadirat Allah yang bersemayam. Sebaliknya, dia sedang berbicara tentang pengurapan Allah atasnya sebagai raja. Daud tidak ingin Allah menghukum dia atas dosanya dengan menyingkirkan tahta kerajaan Israel, seperti apa yang lakukan sebelumnya atas Saul.


Dalam hal karunia, Roh Kudus mengaruniakan umat untuk pelayanan di Perjanjian Lama namun dengan cara yang terbatas dibandingkan dengan cara Dia mengaruniakn umat di Perjanjian Baru. Secara utama, karunia khusus Roh Kudus dibatasi atas orang-orang tertentu seperti para nabi, imam dan raja - khsusunya para nabi. Sebagai satu contoh ialah ketika Saul (seorang raja) bernubuat, langsung muncul pertanyaan apakah dia seorang nabi atau bukan (1 Sam. 10:10-11).


Namun Yoel menubuatkan akan tiba hari dimana Roh Allah akan dicurahkan atas semua umatNya, apapun jabatan mereka dalam komunitas perjanjian (Yoel 2:28-29). Persis inilah bagian Firman yang dikutip oleh Petrus dalam kotbahnya pada hari Pentakosta (Kis 2:17-18) agar nubuatan Yoel dapat digenapi: Roh Kudus telah memulai mengaruniakan semua di dalam komunitas perjanjian dengan cara-cara yang menakjubkan, memperlengkapi mereka dengan cara-cara yang sebelumnya hanya terbatas untuk segelintir orang terpilih di Perjanjian Lama. Pentakosta adalah saat ketika Roh Kudus mulai membagikan karunia yang istimewa ini kepada semua orang.


Pengudusan memiliki dua aspek yang biasanya disinggung oleh para teolog. Pertama dan yang terutama, ini adalah tentang disisihkan sebagai hal yang kudus bagi Allah, atau yang kita sebut "konsekrasi." Hal ini terjadi hanya satu kali bagi setiap pribadi lewat memasukkan orang tersebut sebagai bagian dari komunitas perjanjian, dan menempatkannya dalam perjanjian dengan Allah (bdg. 1 Kor. 7:14). Bagi kebanyakan di Perjanjian Lama, hal ini terjadi saat kelahiran (dan penyunatan). Dalam Perjanjian Baru, hal ini terjadi saat kelahiran atau menjadi Kristen, yang disertai dengan pembaptisan.


Apa konteks historis dari Taurat dan Alkitab?Sangat penting bagi pemahaman kita akan Taurat dan Alkitab, kita harus menjelajahi konteks sejarah masing-masing. Secara alami, kita mengarahkan diri kita pada asal-usul teks-teks suci ini, menyelami kedalaman penciptaannya. Terkenal selama berabad-abad sebagai landasan tradisi agama Yahudi, Taurat, yang diukir dengan esensi sejarah, telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi menyatakan bahwa Musa menerima Taurat dari Tuhan secara langsung di Gunung Sinai.


Namun, sudut pandang para sarjana modern melihat adanya penggabungan dari berbagai penulis yang berkontribusi pada Taurat selama berabad-abad. Perbedaan gaya dan tematik antara bagian-bagian Taurat yang berbeda menguatkan teori ini. Meskipun demikian, terlepas dari siapa penulisnya, kami tetap yakin bahwa Taurat merupakan bagian penting dari sejarah Yahudi. Komitmen pemimpin Ezra terhadap tujuan Taurat semakin menekankan signifikansinya yang luar biasa. Dengan adanya Alkitab, yang secara umum dianggap sebagai landasan iman Kristen, konteks historisnya diperluas dan lebih kompleks.


Alkitab adalah sebuah antologi yang terdiri dari berbagai kitab yang ditulis dan disusun selama bertahun-tahun oleh banyak penulis. Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan - kitab-kitab yang berasal dari Taurat, merupakan bagian awal Alkitab. Kitab-kitab Nabi-nabi dan Kitab-kitab yang ditambahkan kemudian, memperluas urutan Alkitab. Manifestasi dalam Taurat dan Alkitab adalah sebuah narasi besar - sebuah narasi yang menceritakan hubungan yang kuat antara Tuhan dan manusia. Narasi ini mengasumsikan bentuk yang mengundang introspeksi, menumbuhkan pemahaman yang mendalam tentang karya-karya ilahi dalam dunia moral dan spiritual kita.


Ketika kita sekarang mengalihkan perhatian kita kepada orang Kristen Perjanjian LamaNamun, kita harus melangkah dengan hati-hati di sekitar batas-batas asumsi. Sangat mudah untuk menyamakan Perjanjian Lama dengan Taurat atas dasar kesamaan cerita dan karakter. Perbedaannya, meskipun tampaknya tidak kentara, sangatlah besar: Perjanjian Lama tidak hanya merangkum kitab-kitab yang tercakup dalam Taurat, tetapi lebih jauh lagi mencakup beberapa teks tambahan. Transkripsi, urutan teks-teks kanonik, penafsiran, dan bahasa terjemahan sering kali berbeda antara Perjanjian Lama Kristen dan Tanakh Yahudi.


Inti dari perbedaan-perbedaan ini terletak pada nuansa penafsiran yang ditanamkan oleh masing-masing tradisi pada teks-teks suci mereka. Tanakh Yahudi, misalnya, memelihara etos untuk kembali ke tanah air, sementara Perjanjian Lama dan Perjanjian Perjanjian Baru mengalihkan pandangan mereka pada janji keselamatan yang hakiki.


Dengan demikian, meskipun ada godaan yang kuat untuk menganggap Taurat dan Perjanjian Lama dapat dipertukarkan, keduanya berasal dari tradisi agama yang berbeda dan memiliki penafsiran yang berbeda dan memasukkan teks-teks suci. Kita harus ingat bahwa istilah Kristen ' Perjanjian Lama ' memiliki implikasi diam-diam dari keberadaan Perjanjian Baru ', sebuah asumsi yang asing bagi Yudaisme.


Ketika Gereja Katolik berbicara tentang Perjanjian Lama, mereka merujuk pada kumpulan empat puluh enam kitab yang ditulis sebelum kedatangan Yesus Kristus. Koleksi ini mencakup lima kitab yang secara khusus dikenal dalam agama Yahudi sebagai Taurat. Gereja Katolik mengakui teks-teks kuno ini, mengakui inspirasi ilahi dan menghormati makna historis dan budayanya.

3a8082e126
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages