dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
(Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia, jabatan, dan Agama. Alkitab secara "konsisten" mengaitkan kematian itu dengan dosa atau maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm 5:12; 6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi, biasanya itu yang disebut dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak sesuai dengan kodrat manusia, hal ini disebabkan oleh pemberontakkannya kepada Allah. Bruce Milne,[1] menambahkan bahwa ini merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi. Namun menurut firman Tuhan , walaupun kematian itu tak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya pada masa manusia itu diberi kesempatan untuk hidup, haruslah mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
Reaksi manusia terhadap kematian itu bermacam-macam, tergantung siapa yang mati. Jikalau yang mati adalah kerabat dekat , dikenal atau dikasihi maka ada rasa kehilangan dan kesedihan yang sangat mendalam sekali. Sebaliknya terhadap orang yang tidak dikenal, reaksinyapun biasa-biasa saja. Selain itu tergantung juga bagaimana matinya; karena sakit, kecelakaan dan setelah itu reaksinya paling hanya terenyuh terharu.[2]
Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa tradisi[3] masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber "malapetaka" atau "sial". Itulah sebabnya perlu ditangani dengan ritual keagamaan yang benar sehingga kelak mereka tidak diganggu oleh roh yang meninggal itu.
Konsep kematian menurut firman Tuhan jelas berbeda dengan konsep orang Tionghoa tradisi ini, untuk memahaminya kita harus melihat sekilas latar belakang kehidupan mereka, dimulai dari kelompok masyarakat terkecil yakni keluarga. Ada beberapa bagian yang saya rasa sangat perlu kita pelajari sehubungan dengan masalah kematian ini.
a. Hubungan Anak dan Orangtua
Tradisi Tionghoa sangat menuntut agar anak-anaknya senantiasa menghormati orangtua. Tradisi ini sebenarnya wajar dilakukan jikalau orangtua yang dimaksud masih hidup. Yang menjadi tidak wajar adalah tatkala orang tersebut sudah matipun harus dihormati dan diangap sekan-akan masih hidup. Parrinder menjelaskan bahwa,[4] yang dimaksud dengan menghormati orangtua yang sudah mati adalah dengan cara menjalankan kewajiban memberikan mereka korban dan makanan. Atau ada juga yang mengirimkan mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer (laptop) dan sebaginya.
Penghormatan terhadap orangtua disebut Hao (Hshiao)[5] yang bagi mereka harus disertai sikap hormat pada orang-orang yang lebih tua sebagai pernyataan kasih. Sikap hormat ini berlangsung setiap hari kepada mereka yang masih hidup dan setelah meninggal dilakukan dengan cara yang berbeda. Oleh sebab itu seorang anak sangat dipentingkan oleh keluarga orang Tionghoa, terutama anak laki-laki. Bagi mereka anak bukan hanya untuk melanjutkan marga (She) dan membawa berkat (Hokky) [6], tetapi yang terutama untuk mengganti sang ayah merawat abu leluhur.
Menurut Nio Joe Lan,[7] ada dua macam pendapat tentang pemujaan terhadap arwah leluhur :
Arwah manusia itu hidup terus, dengan memujanya maka diharapkan arwah leluhur itu akan melindungi keturunannya dari malapetaka.
Pemujaan terhadap arwah leluhur semata-mata hanya merupakan peringatan terhadap leluhur, yakni mereka yang telah memberi hidup pada generasi masa kini. Jadi dengan kata lain, memelihara "meja abu" tersebut hanya untuk mengenang orangtua yang sudah meninggal.
Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus "abu leluhur", disebut Put Hao (tidak berbakti), bahkan yang lebih dahsyat lagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki juga digolongkan sebagai Put Hao. Itu sebabnya ada kelurga yang terpaksa mengadopsi anak laki guna memenuhi syarat ini, bahkan yang lebih celaka konsep ortodox mereka, seorang suami diijinkan menikah lagi demi untuk mendapat anak laki-laki.
b. Konsep Kematian bagi orang Tionghoa
Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi pada saat seseorang yang lagi merencanakan menikah atau melahirkan anak. Bagi orang Tionghoa, seseorang yang sudah meninggal secara otomatis statusnya berubah menjadi dewa, bahkan umurnya boleh ditambah tiga tahun (satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut), oleh sebab itu orang tersebut harus disembah terutama oleh mereka yang lebih muda, termasuk anak cucu.
Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah dengan cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya. Biasanya Hio Lo ini dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas persetujuan keluarga maka boleh ditempatkan di rumah anak yang lain. Jaman ini tersedia fasilitas khusus untuk meletakkan abu leluhur, dan ada orang-orang volunteer yang bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui apakah roh yang dipanggil itu sudah hadir atau belum maka diadakan Puak Poi yakni dengan melemparkan dua keping uang logam. Apabila jatuhnya berlainan sisi sebanyak tiga kali berturut-turut, itu berarti roh arwah yang dipanggil sudah hadir.
Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya, tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum tiba saatnya dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum tercantum di dalam kerajaan maut (Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo (Ong = raja). Roh gentayangan inilah yang biasanya disembah mereka pada hai Cui Ko, yakni bulan ke tujuh tanggal lima belas.
c. Tempat Persemayaman
Pada jaman dulu, mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas keluarga. Saat itu banyak orang yang matinya di rumah bukan di rumah sakit. Anggota keluarga memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum dimakamkan, tukang kayu setempat membuat peti mati, pesuruh gereja menggali lubang; sedangkan upacara diadakan di gereja atau di rumah. Dengan dihadiri sanak famili dan kerabat-kerabat, tubuh (Jenazah) dibaringkan dipekuburan milik gereja atau halaman rumah.[8]
Menurut tradisi Tionghoa, jikalau seseorang meninggal, maka mayatnya harus disemayamkan bebrapa hari sambil mengadakan upacara-upacara sembahyang dan pada malam hari mayatnya harus tetap dijaga, sebab menurut kepercayaan mereka apabila mayat tersebut dilangkahi kucing maka mayat itu bisa bangkit berdiri. Pada saat inilah sanak keluarga mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai suatu penghormatan (Hao).
Tempat persemayaman jenazah biasanya dilakukan di rumah, namaun sekarang orang lebih senang memakai rumah sosial, di Surabaya misalnya Yayasan Sosial Adi Jasa dan sebagainya. Sebenarnya bagi orang Tionghoa tradisi, menyemayamkan orang mati di rumah sendiri itu lebih baik, hal ini jugga untuk menunjukkan Hao mereka, namun karena pada masa sekarang karena masalah keamanan, rumah yang tidak memadai, parkir, membuat orang-orang memakai rumah sosial.
d. Perlengkapan-perlengkapan dalam Perkabungan
1. Pakaian
- Pakaian orang mati
Pakaian ini mulai disediakan tatkala seseorang anggota keluarga itu lanjut usia. Biasanya karena penyakit ketuaan yang diderita bertahun-tahun, sehingga si sakit meminta anak cucunya untuk menyediakan pakaian itu baginya. Untuk membeli pakaian ini, harus memeilih hari dan bulan baik[9] yang dibaca melalui buku Thong Su (semacam ensiklopedi Tioinghoa). Nama pakaian itu Sui I (Baju panjang umur). Mernurut Martin C. Yang,[10] pakaian tersebut dapat segera dikenakan pada si sakit apabila diperkirakan orang itu sudah hampir menghembuskan nafasnya yang terakhir.
- Pakaian Berkabung
Orang yang berkabung (istilahnya Hao Lam) mengenakan pakaian serba putih, topi putih yang terbuat dari kain blacu. Mereka yang lebih kental tradisinya lagi memakai pakaian serba hiam. Selain itu juga dipasang Ha di lengan baju kiri tanda berkabung.[11] Tujuan mereka memakai pakaian berkabung adalah untuk meringankan penderitaan orang yanag meninggal, semakin kental tradisi itu dijalankan maka semakin ringan penderitaannya. Sedangkan dampaknya bagi yang berkabung, mereka akan mendapat pengaruh baik atau Hokky , semakin lama masa berkabung, maka semakin banyak pengaruh baiknya.
-Peti Mati
Peti mati yang dipakai orang Tionghoa tradisi kelihatannya menyeramkan, sebab selain ukurannya besar, berat ditambah lagi banyak ukir-ukiran kuno. Merupakan kebanggan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu membeli sendiri peti mati, sebab ada kepercayaan mereka siapa yang yang membeli, dialah yang akan mendapat banyak rezeki.[12] Bagi mereka peti mati merupakan sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya, oleh sebab itu semua barang-barang kesayangan almarhum supaya dimasukkan juga ke dalamnya. Pembelian peti mati yang mahal juga merupakan salah satu bukti Hao nya anak-anak, dan ada kebiasaan peti tersebut tidak boleh ditawar harganya.
- Tempat Dupa
Tempat dupa (Hio Lo), merupakan sebuah bokor kecil yang fungsinya sebagai tancapan dupa. Benda ini mempunyai dua buah kuping, sedangakan pada bagian depannya terukir sebuah kata Hi (bahagia). Lazimnya Hio Lo itu terbuat dari timah, namun sekarang ini tidak jarang kita lihat Hio Lo yang terbuat dari tanah liat. Hio Lo itu diisi abu dapur yang kemudian dipercayai sebagai abu leluhur dan harus dipelihara sampai generasi turun-temurun. Dupa (Hio) merupakan alat sembahyang yang dibakar dan mengeluarkan bau-bau harum. Makna yang terkandung dalam pembakaran dupa ialah menemukan jalan suci. Dalam konteks kematian seperti ini Hio menyatakan bahwa yang bersangkutan hadir dalam acara perkabungan. Melalui Hio ini akan terjalin komunikasi antara hidup dan yang mati.
- Lilin
Lilin merupakan tanda duka-cita, tetapi juga merupakan tanda bahwa para pelayat tidak membawa sial. Menurut kepercayaan mereka tetesan air lilin ini tidak boleh kena tubuh kita, karena akan membawa sial seumur hidup.
- Foto Almarhum
Foto Almarhum diletakkan di depan peti mati yang kemudian setelah pemakaman dibawa pulang oleh putra sulung untuk di sembah. Foto juga dipakai sebagai iklan di Surat Kabar, supaya sanak famili, handai-taulan mengetahui beliau ini sudah meninggal. Sering terjadi percekcokkan hanya karena nama seseorang famili lupa dicantumkan, oleh sebab itu memerlukan ketelitian.
e.Tata Cara Pemakaman
Tata-cara Pemakaman orang Tionghoa sebenarnya dengan mengubur, [13]sedangkan kremasi dikenal oleh kalangan yang beragama Hindu. Namun pada saat ini akibat memudarnya budaya (detradisionalisasi), kremasi ternyata bukan cara yang asing lagi bagi orang Tionghoa.
Tata-caranya secara umum sebagai berikut :
- Sembahyang Tutup Peti
Selama persemayaman, jenazah tersebut sudah mulai disembah dengan dipimpin oleh padri (Sai Kong) atau Bikhu/Bikhuni. Sanak keluarga dikumpulkan dengan mengenakan pakaian berkabung, mereka diminta untuk membakar dupa, berlutut dan mengelilingi peti mati berulang-ulang sebagai tanda hormat. Anak sulung (laki-laki) memegang "Tong Huan"[14] sebagai alat sembahyang selama ritual itu.
Setelah ditetapkan hari dan jamnya, maka jenazah tersebut segera dimasukkan ke dalam peti sambil diisi barang-barang kesukaan almarhum dan kemudian dipenuhkan dengan uang kertas sembahyang. Sesudah jenazah dimasukkkan ke dalam peti, maka diadakan sembahyang "memaku peti jenazah" . Pada saat itu padri mengucapkan kalimat "It thiam teng, po pi kia sai" artinya paku pertama diberkatilah anak menantu", dengan demikian seterusnya sampai paku ke empat. Setelah itu diadakan doa dengan harapan agar meringankan dosa yang diperbuat oleh orang yang meninggal itu. Selain itu bagi mereka, cara menggeser peti mati itu juga ada syaratnya, tidak boleh menyentuh kosen pintu rumah, sebab menurut kepercayaan mereka roh almarhum itu akan tinggal di tempat yang tersenggol dan itu akan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.
- Perjalanan ke tempat pemakaman
Pemberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dimulai dengan sembahyang. Kali ini semua sanak famili mempersembahkan korban berupa daging, buah-buahan atau kue-kue, yang setelah selesai acaranya boleh dibawa pulang untuk dimakan bersama, supaya mendapat berkat dan rezeki. Pada saat yang sama menantu laki mengadakan ritualnya dengan mempersembahakan "Leng Ceng"[15]
Bagi mereka yang masih memegang ketat tradisi, untuk menunjukkan rasa cinta anak pada orang tua, maka mereka diharuskan telanjang kaki berjalan samapi persimpangan jalan barulah boleh masuk ke mobil jenazah yang mengantar sampai ke kubur. Namun belakangan ini tradisi seperti ini jarang dilakukan, sebab selain udara yang panas juga mengganggu lalu-lintas jalan.
Selain itu juga diadakan pemecahan guci, semangka dan sebagainya, semua ini tujuannya supaya mendapatkan berkat.
- Sembahyang di kubur
Ritual penyembahan di kubur (kremasi) dilakukan dengan cara membakar dupa, berlutut, mengelilingi peti jenazah yang dipimpin kembali oleh padri. Setelah selesai sembahyang, maka dilakukan secara teratur tabur bunga yang dimulai oleh sanak keluarga dan famili yang diikuti oleh pelayat. Pada saat ini juga, famili, cucu luar mengambil kesempatan membuang (Ha), dengan demikian mereka sudah boleh memakai pakaian bebas.
Di kubur juga ada ritual lain seperti pelepasan burung merpati, lalu ada yang meguburkan boneka di samping kuburan tersebut, dengan tujuan supaya adayang menemani arwah itu, dan tujuan lain supaya arwah tersebut tidak mengajak pasangannya yang masih hidup.
– Perjalan pulang ke rumah
Perjalanan pulang dari tempat pemakaman (kremasi), dilakukan setelah semua upacaranya selesai. Pihak berkabung membagi-bagikan Ang Pao kepada para pelayat sebagai tanda ucapan terima klasih. Sementara itu anak sulung membawa Hio Lo sambil dupanya tetap dinyalahkan dan anak yang lain memegang foto almarhum.
Dalam sepanjang perjalanan itu, anak-anak almarhum harus memberi komandao, misalnya tatkala meliwati jembatan. Komando ini diucapkanm serentak kepada roh yang mereka bawa melalui Hio Lo, supaya roh tersebut tidak tersesat pulang ke rumah. Hio Lo inilah yang kemudian diletakkan di rumah anak sulung supaya disembah oleh semua sanak keluarga.
Para pelayat yang yang sudah tiba di rumah duka atau rumah almarhum, biasanya disediakan air bunga untuk cuci wajah[16] dan disediakan makanan ala kadarnya.
f. Masa Perkabungan
1. Sanak Keluarga
Seperti sudah dijelaskan di atas, lamanya berkabung sehubungan suatu kematian tergantung pada hasil musyawarah seluruh anggota berduka (Hao Lam). Jaman dulu, lamanya berkabung selama tiga tahun, namun karena faktor situasi dan kondisi, maka saat ini tradisi tersebut agak ditoleransikan menjadi satu tahun, bahkan ada yang hanya satu minggu ( tujuh hari).
Memang terdapat banyak kesulitan tatakala mereka menjalani masa duka yang cukup panjang ini, misalnya:
- Dalam bisnis, ada orang Tionghoa yanga merasa pantang mengunjungi/dikunjungi oleh orang-orang yang mengenakan pakaian dengan tanda kabung.
- Orang yang berkabung tidak boleh mengenakan pakaian yang berwarna-warni, hal ini tentu menjadi kesulitan tersendiri bagi mereka yang sedang berkabung
- Selama berkabung, anak cucunya tidak diperbolehkan menikah, kalaupun sudah terlanjur direncanakan, maka acara nikah dilakukan dengan berbagai persyaratan, biasanya akan berlangsung sederhana.
2. Famili
Tidak semua famili dituntut untuk ikut berkabung, biasanya mereka akan membuang semua tanda kabung mereka di kubur pada hari itu juga.
g. Tabu terhadap berbagai perayaan
Dalam masa berkabung, ada beberapa perayaan penting orang Tionghoa yang sangat tabu (tidak boleh) diselenggarakan. Masing-masing perayaan serta alasan tabunya dapat dijelaskan secara singkat di bawah ini.
- Hari Raya Imlek
Hari Raya ini tidak boleh dirayakan oleh oranag yang sedang ditimpa kemalangan (berduka).
- Perayaan Peh Chun
Perayaan Peh Chun (sembahyang Kue Cang) juga tidak boleh dirayakan oleh mereka yang berduka, menurut kepercayaan mereka tatakala membungkus dan mengikat tali Kue Cang, akan turut terikat kaki arwah itu.
- Perayaan Tang Cek
Perayaan Tang Cek adalah sembahyang dengan mempersembahkan kue ronde. Alasan tabu terhadap perayaan ini adalah tatakala membuat kue ronde tersebut, mata arwah itu akan tertekan.
h. Penyeleggaraan Kong Tiek[17]
Kong Tiek diadakan sesuai dengan keuangan yang ada, itu sebabnya ada beberapa keluarga yang harus menunggu rejeki terlebih dahulu. Kong Tiek terdiri dari seperangkat barang-barang dari bambu, berupa , rumah,mobil, TV dan sebagainya. Dengan dipimpin oleh seorang padri, barang-barang tersebut diantar ke alam baka, dengan tujuan agar arwah itu dapat memakainya di sana.
i. Tjeng Beng
Tanggal perayaan Tjeng Beng menurut lunar kalender Tionghoa biasanya jatuh pada awal bulan ke tiga. Menurut penanggalan masehi sekitar tangal 5 atau 6 April. Pada hari itu[18] orang Tionghoa tradis berziarah ke malam leluhur dengan membawa dupa (hio), lilin, kertas sembahyang dan sajian. Tjeng Beng juga tabu Chiong terhadap shio tertentu, jadai tidak semua orang diperkenankan mengunjungi kuburan setiap tahunnya.
Pada dasarnya melalui uraian ini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa kematian bagi orang Tionghoa tradisi merupakan sesuatu yang tabu, mengerikan dan penuh misteri. Mereka percaya ada kehidupan setelah kematian, namun sayang semuanya penuh ketidak-berdayaan dan penderitaan, sehingga orang-orang yang meninggal justru memerlukan pertolongan dari sanak keluarga, misalnya dalam memenuhi kebutuhan makanan,pakaian, rumah serta uang. Herannya dalam ritual yang lain, sanak keluarga menganggap bahwa orang yang mati itu sudah menjadi dewa, sehingga mereka datang kepada arwah tersebut untuk mohon berkat (rejeki).
Kekristenan mengajarkantentang kehidupan orang percaya sesudah kematian, firman Tuhan menyatakan sebagai "kebangkitan tubuh" (Lih 1 Kor 15:35-5, yang sesungguhnya mencerminkan kesaksianAlkitab tentang kesatuan hakiki manusia. Kematian bukan lagi suatu hal yang menakutkan dan tabu, tetapi suatu keuntungan karena langsung dapat bersekutu dengan Allah (Flp 1:21). Oleh sebab itu bagi orang percaya, di dalam Tuhan Yesus ada kepastian, yakni hidup kekal bersama Tuhan Yesus.
Dalam Alkitab, Allah juga memerintahkan kita menghormati orang tua. Bagi saya menghormati orang tua adalah semasa ia masih hidup, kita mengasihi dia, merawatnya dan sebagainya. Walaupun kita boleh saja mengenang segala kebaikannya, namun caranya harus jelas, tidak bertentangan dengan iman kerohanian kita. Jadi bagi kita, ada hal-hal yang sebenarnya boleh diteladani dari orang Tionghoa tradisi sejauh tidak merupakan ibadah. Sebaiknya kalau pihak keluarga sudah menyerahkan tata-cara ke pihak gereja, biarlah semua itu diatur oleh pihak gereja, janganlah dicampur-aduk tata-caranya dan hal ini perlu dipahami betul oleh keluarga.
Dipihak lain lagi saya sangat kagum terhadap tradisi Tionghoa yang menekankan Hao dalam dalam setiap hidup keluarga mereka, yakni bagaimana kita menghargai yang lebih tua dan sekaligus menghormatinya, hal yang baik seperti ini rasanya perlu ditularkan kepada orang-orang modern masa kini. Tidak jarang kita melihat orang-orang modern saat ini bersikap "tidak wajar" terhadap yang lebih tua, bukan karena mereka kurang pendidikan, tetapi mungkin karena begitu lunturnya tradisi. Sering saya menemukan ornag-orang muda menitipkan orangtuanya di panti jompo tanpa memperdulikannya sama sekali, asalakan uangnya ditransfer ke sana sudah beres. Ingat saja, suatu hari kita akan mendapat giliran menjadi ornag tua. Anak-anak kita tidak buta melihat perbuatan kita yang semena-mena, justru ia bakal meneladani kita. Pada waktu itulah, menyesal sepertinya sudah terlambat.
Biarlah kita sebagai orang percaya mencoba untuk menerapkan hal yang berguna dari orang Tionghoa tradisi ini, dengan tidak mengesampingkan prinsip-prinsip Alkitab. Siapapun anda, hormatilah orang tua anda selagi kesempatannya masih ada, jika telah terlambat maka tiada artinya lagi. SEMOGA
*) Penulis adalah alumni Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, saat ini berdomisili di Washington.Tulisan ini sebagai dedikasi beliau bagi Ibu yang dikasihinya Tan Li Ly, Sabtu 12 April 2008 yang lalu telah dipanggil Tuhan
Referensi :
[1] Bruce Milne, Knowing The Truth: A Hand Book Of Christian Belief, (England: Inter-Varsity Press, 1982) 267
[2] Billy Graham, Facing Death And The Life After (Waco, Texas: Word Publishing, 1987) 15-16
[3] Saya menerjemahkan Orang Tionghoa yang belum percaya dengan Orang Tionghoa Tradisi
[4] Parrinder, Geoffrey (ed), World Religions Ancient History To The Present (New York: Facts On File Publication, 1971) 321
[5] Hao juga merupakan bakti anak terhadap orangtu, yang dalam kata mandarin dirangkaikan dengan kata tua dan anak. Semestinya secara logis penghormatan seperti itu dilakukan pada saat mereka masih hidup, sebab apabila sudah mati, boleh dikata tidak ada gunanya. Apalagi di saat mereka hidup si anak berlaku kurangh ajar terhadap mereka, baru setelah mati mereka bersikap seakan-akan begitu sayang pada orang tuanya.
[6] Lihat artikel Menyeleksi, Isemani, Setelah itu selesai (2) yang ditulis oleh Dany Suyanto (Jawa Pos, 13 Nopember 1993) 1
[7] Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, 94
[8] Glady Hunt, Pandangan Kristen Tentang Kematian, Jakarta, Gunung Mulia, 1982,101
[9] Yang dimaksud bulan baik di sini adalah bulan tambahan atau lun Gwee yakni bulan yang dalan lunar kalender Tionghoa muncul tiga tahun sekali, itu berarti pada tahun tersebut ada tiga belas bulan.
[10] Dikutip dari buku Nio Joe Lan, Peradaban…………., 182
[11] Ha adalah tanda perkabungan yang dijahit segi empat dengan dua warna dan dilekatkan pada bagian lengan pakaian yang berkabung, warnanya ada bermacam-macam misalnya putih dan hitam, putih dan biru. Pemilihan warna berdasarkan statusnya dalam keluarga tersebut.
[12] lihat Su-Si , Sala, Perhimpunan Agama Konghutju,1967, 396
[13] Kuburan merupakan salah satu kebanggaan bagi orang Tionghoa, sehingga mereka yang kaya tidak segan-segan membeli tanah yang luas hanya untuk membuat kubur bagi orang tuanya. Kuburan Tjong A Fie (salah seoranag kaya jaman dulu di Sumatera), diperkirakan yang paling mewah dan besar, jumlahnya malah lebih dari satu; sehingga kita sulit menentukan mana yang asli. Menurut anggapan orang, ada kemungkinan di dalam kuburnya tersimpan harta benda sehingga dirahasiakan kuburnya yang sebenarnya. (Johan Arifin, Juli 1993)
[14] Tong Huan adalah suatu benda yang terbuat dari ranting-ranting bambu, dan yang memegang benda ini pertanda anak sulung dalam keluarga tersebut
[15] Leng Ceng, bentuknya seperti umbul-umbul, berwarna merah, berisi tulisan nama almarhum dan nama-nama menantu. Leng Ceng ini nantinya diletakkan di atas kubur percis di atas peti mati.
[16] Menurut kepercayan mereka air bunga ini dapat membuang sial, jadi mencuci wajah dengan air bunga diharapkan sial tersebut dapat dicuci bersih
[17] Kong Tiek merupakan suatu ritual yang dilakukan oleh orang Tionghoa untuk mengirim barang-barang dalam bentuk kertas kepada arwah melalui bantuan padri.
[18] Biasanya mereka merayakan Tjeng Beng lebih awal, sebab ada ketakutan tidak mendapat rejeki bila ziarah tepat pada harinya. Untuk pembersihan kubur, misalnya cabut dan sebagainya, sudah dilakukan oleh anak-anak desa setempat sehingga mereka hanya membayar ongkosnya (Lily, 09 Januari 1994 dalam sebuah percakapan)
ya elah, ini lage ini lage. noh koment gw dibawah.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "agoeng_set" <agoeng_set@...> wrote:
>
> dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
>
> UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
> (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
>
> Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia, jabatan, dan Agama. Alkitab secara "konsisten" mengaitkan kematian itu dengan dosa atau maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm 5:12; 6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
>
> Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi, biasanya itu yang disebut dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak sesuai dengan kodrat manusia, hal ini disebabkan oleh pemberontakkannya kepada Allah. Bruce Milne,[1] menambahkan bahwa ini merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi. Namun menurut firman Tuhan , walaupun kematian itu tak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya pada masa manusia itu diberi kesempatan untuk hidup, haruslah mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
>
anak umur 5 taon mampus gimana ? itu yg di afrika banyak anak2 kena aids en modar gimana memanfaatkan kesempatan hidup dgn sebaik2nya ?
> Reaksi manusia terhadap kematian itu bermacam-macam, tergantung siapa yang mati. Jikalau yang mati adalah kerabat dekat , dikenal atau dikasihi maka ada rasa kehilangan dan kesedihan yang sangat mendalam sekali. Sebaliknya terhadap orang yang tidak dikenal, reaksinyapun biasa-biasa saja. Selain itu tergantung juga bagaimana matinya; karena sakit, kecelakaan dan setelah itu reaksinya paling hanya terenyuh terharu.[2]
>
> Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa tradisi[3] masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber "malapetaka" atau "sial". Itulah sebabnya perlu ditangani dengan ritual keagamaan yang benar sehingga kelak mereka tidak diganggu oleh roh yang meninggal itu.
>
dalam budaya tionghoa ada 3 HAL TERPENTING yaitu lahir, menikah dan mati.
Kematian itu adalah perjalanan bukan hal yg menakutkan.
Ritual itu adalah menunjukkan BAKTI dan JOURNEY dimana setiap org HARUS MENGHADAPI.
> Konsep kematian menurut firman Tuhan jelas berbeda dengan konsep orang Tionghoa tradisi ini, untuk memahaminya kita harus melihat sekilas latar belakang kehidupan mereka, dimulai dari kelompok masyarakat terkecil yakni keluarga. Ada beberapa bagian yang saya rasa sangat perlu kita pelajari sehubungan dengan masalah kematian ini.
>
> a. Hubungan Anak dan Orangtua
> Tradisi Tionghoa sangat menuntut agar anak-anaknya senantiasa menghormati orangtua. Tradisi ini sebenarnya wajar dilakukan jikalau orangtua yang dimaksud masih hidup. Yang menjadi tidak wajar adalah tatkala orang tersebut sudah matipun harus dihormati dan diangap sekan-akan masih hidup. Parrinder menjelaskan bahwa,[4] yang dimaksud dengan menghormati orangtua yang sudah mati adalah dengan cara menjalankan kewajiban memberikan mereka korban dan makanan. Atau ada juga yang mengirimkan mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer (laptop) dan sebaginya.
>
tidak wajar menurut kacamata lu, kok berani2nya bilang tidak wajar, gimana kalu gw bilang lu jg gak wajar ?
> Penghormatan terhadap orangtua disebut Hao (Hshiao)[5] yang bagi mereka harus disertai sikap hormat pada orang-orang yang lebih tua sebagai pernyataan kasih. Sikap hormat ini berlangsung setiap hari kepada mereka yang masih hidup dan setelah meninggal dilakukan dengan cara yang berbeda. Oleh sebab itu seorang anak sangat dipentingkan oleh keluarga orang Tionghoa, terutama anak laki-laki. Bagi mereka anak bukan hanya untuk melanjutkan marga (She) dan membawa berkat (Hokky) [6], tetapi yang terutama untuk mengganti sang ayah merawat abu leluhur.
>
belajar lage neng tentang konsep kekeluargaan.
> Menurut Nio Joe Lan,[7] ada dua macam pendapat tentang pemujaan terhadap arwah leluhur :
>
> Arwah manusia itu hidup terus, dengan memujanya maka diharapkan arwah leluhur itu akan melindungi keturunannya dari malapetaka.
> Pemujaan terhadap arwah leluhur semata-mata hanya merupakan peringatan terhadap leluhur, yakni mereka yang telah memberi hidup pada generasi masa kini. Jadi dengan kata lain, memelihara "meja abu" tersebut hanya untuk mengenang orangtua yang sudah meninggal.
>
> Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus "abu leluhur", disebut Put Hao (tidak berbakti), bahkan yang lebih dahsyat lagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki juga digolongkan sebagai Put Hao. Itu sebabnya ada kelurga yang terpaksa mengadopsi anak laki guna memenuhi syarat ini, bahkan yang lebih celaka konsep ortodox mereka, seorang suami diijinkan menikah lagi demi untuk mendapat anak laki-laki.
>
lha2 kok bisa bilang lebih celaka ? ingat2 konsep pertanian neng.
> b. Konsep Kematian bagi orang Tionghoa
>
> Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi pada saat seseorang yang lagi merencanakan menikah atau melahirkan anak. Bagi orang Tionghoa, seseorang yang sudah meninggal secara otomatis statusnya berubah menjadi dewa, bahkan umurnya boleh ditambah tiga tahun (satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut), oleh sebab itu orang tersebut harus disembah terutama oleh mereka yang lebih muda, termasuk anak cucu.
>
> Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah dengan cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya. Biasanya Hio Lo ini dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas persetujuan keluarga maka boleh ditempatkan di rumah anak yang lain. Jaman ini tersedia fasilitas khusus untuk meletakkan abu leluhur, dan ada orang-orang volunteer yang bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui apakah roh yang dipanggil itu sudah hadir atau belum maka diadakan Puak Poi yakni dengan melemparkan dua keping uang logam. Apabila jatuhnya berlainan sisi sebanyak tiga kali berturut-turut, itu berarti roh arwah yang dipanggil sudah hadir.
>
> Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya, tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum tiba saatnya dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum tercantum di dalam kerajaan maut (Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo (Ong = raja). Roh gentayangan inilah yang biasanya disembah mereka pada hai Cui Ko, yakni bulan ke tujuh tanggal lima belas.
>
aduh eneng enak amit ngejawabin cio ko buat setan gentayangan ?
> c. Tempat Persemayaman
>
> Pada jaman dulu, mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas keluarga. Saat itu banyak orang yang matinya di rumah bukan di rumah sakit. Anggota keluarga memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum dimakamkan, tukang kayu setempat membuat peti mati, pesuruh gereja menggali lubang; sedangkan upacara diadakan di gereja atau di rumah. Dengan dihadiri sanak famili dan kerabat-kerabat, tubuh (Jenazah) dibaringkan dipekuburan milik gereja atau halaman rumah.[8]
>
> Menurut tradisi Tionghoa, jikalau seseorang meninggal, maka mayatnya harus disemayamkan bebrapa hari sambil mengadakan upacara-upacara sembahyang dan pada malam hari mayatnya harus tetap dijaga, sebab menurut kepercayaan mereka apabila mayat tersebut dilangkahi kucing maka mayat itu bisa bangkit berdiri. Pada saat inilah sanak keluarga mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai suatu penghormatan (Hao).
>
heuhehehehehhe yg nulisnya korban pilem kale, yg jelas itu jenazah dijaga agar tidak mendapat gangguan dari binatang atau tangan jahil.
karena tetap biar sudah meninggal harus dihormati.
MAKIN LAMA GW MAKIN ENEG NGEBACANYA !!!!!! RASANYA KALU GW TULISIN JG BAKALAN BIKIN YG NULISNYA TAR TAMBAH PINTER BUAT JURUS KADAL NGEHINA KEPERCAYAAN ORANG TIONGHOA !!!!!
SATU KATA "HAN JIAN"
inilah tipe2 asal nulis , gak beda kemaren ada yg bilang bulan 8 itu masih bulan setan gara2 ada permainan jaelangkung huehehehehehe
Share pictures &
stories about cats.
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com] On Behalf Of ardian_c
Sent: Thursday, August 20, 2009
9:21 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re:
UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
"agoeng_set" <agoeng_set@...> wrote:
>
> dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
>
> UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
> (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
>
> Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang
tidak mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras,
ekonomi, usia, jabatan, dan Agama. Alkitab secara "konsisten"
mengaitkan kematian itu dengan dosa atau maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm
5:12; 6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
>
> Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun
sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi, biasanya
itu yang disebut dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak sesuai dengan
kodrat manusia, hal ini disebabkan oleh pemberontakkannya kepada Allah. Bruce
Milne,[1] menambahkan bahwa ini merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi.
Namun menurut firman Tuhan , walaupun kematian itu tak terelakkan, bukan
merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya pada masa manusia itu diberi
kesempatan untuk hidup, haruslah mempergunakan kesempatan itu dengan
sebaik-baiknya.
> Reaksi manusia terhadap kematian itu bermacam-macam, tergantung siapa yang
mati. Jikalau yang mati adalah kerabat dekat , dikenal atau dikasihi maka ada
rasa kehilangan dan kesedihan yang sangat mendalam sekali. Sebaliknya terhadap
orang yang tidak dikenal, reaksinyapun biasa-biasa saja. Selain itu tergantung
juga bagaimana matinya; karena sakit, kecelakaan dan setelah itu reaksinya
paling hanya terenyuh terharu.[2]
>
> Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa tradisi[3]
masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian
merupakan sumber "malapetaka" atau "sial". Itulah sebabnya
perlu ditangani dengan ritual keagamaan yang benar sehingga kelak mereka tidak
diganggu oleh roh yang meninggal itu.
> Konsep kematian menurut firman Tuhan jelas berbeda dengan konsep orang
Tionghoa tradisi ini, untuk memahaminya kita harus melihat sekilas latar
belakang kehidupan mereka, dimulai dari kelompok masyarakat terkecil yakni
keluarga. Ada
beberapa bagian yang saya rasa sangat perlu kita pelajari sehubungan dengan
masalah kematian ini.
>
> a. Hubungan Anak dan Orangtua
> Tradisi Tionghoa sangat menuntut agar anak-anaknya senantiasa menghormati
orangtua. Tradisi ini sebenarnya wajar dilakukan jikalau orangtua yang dimaksud
masih hidup. Yang menjadi tidak wajar adalah tatkala orang tersebut sudah
matipun harus dihormati dan diangap sekan-akan masih hidup. Parrinder
menjelaskan bahwa,[4] yang dimaksud dengan menghormati orangtua yang sudah mati
adalah dengan cara menjalankan kewajiban memberikan mereka korban dan makanan.
Atau ada juga yang mengirimkan mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer
(laptop) dan sebaginya.
> Penghormatan terhadap orangtua disebut Hao (Hshiao)[5] yang bagi mereka
harus disertai sikap hormat pada orang-orang yang lebih tua sebagai pernyataan
kasih. Sikap hormat ini berlangsung setiap hari kepada mereka yang masih hidup
dan setelah meninggal dilakukan dengan cara yang berbeda. Oleh sebab itu
seorang anak sangat dipentingkan oleh keluarga orang Tionghoa, terutama anak
laki-laki. Bagi mereka anak bukan hanya untuk melanjutkan marga (She) dan membawa
berkat (Hokky) [6], tetapi yang terutama untuk mengganti sang ayah merawat abu
leluhur.
>
> Menurut Nio Joe Lan,[7] ada dua macam pendapat tentang pemujaan terhadap
arwah leluhur :
>
> Arwah manusia itu hidup terus, dengan memujanya maka diharapkan arwah
leluhur itu akan melindungi keturunannya dari malapetaka.
> Pemujaan terhadap arwah leluhur semata-mata hanya merupakan peringatan
terhadap leluhur, yakni mereka yang telah memberi hidup pada generasi masa
kini. Jadi dengan kata lain, memelihara "meja abu" tersebut hanya
untuk mengenang orangtua yang sudah meninggal.
>
> Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus "abu leluhur",
disebut Put Hao (tidak berbakti), bahkan yang lebih dahsyat lagi keluarga yang
tidak memiliki anak laki-laki juga digolongkan sebagai Put Hao. Itu sebabnya
ada kelurga yang terpaksa mengadopsi anak laki guna memenuhi syarat ini, bahkan
yang lebih celaka konsep ortodox mereka, seorang suami diijinkan menikah lagi
demi untuk mendapat anak laki-laki.
>
Saya benci dengan kalimat ini!!!!
Kadang manusia dengan alasan tidak ada anak laki-laki terus suami menikah terus hingga dapat anak laki-laki.
Mau tahu hasilnya apa?
Banyak anak perempuan jadi sakit hati dengan bapaknya. Jika tuh bapak tidak ada anak laki-laki hingga menikah 10x trus bagaimana?
Nasib orang tidak ada yang tahu. Ada orang memang ditakdirkan tidak memiliki anak laki-laki bukan berarti ia menikah berkali-kali, busyet dech :p
Kita ini menikah buat kehidupan yang lebih baik atau demi anak laki-laki? Jadi rancu dech tujuan pernikahan.
Mau anak laki-laki atau perempuan kalau tidak dididik dengan baik tetap aja jadi bandit !!!
Harusnya kita bersyukur setelah menikah dikasih anak walau perempuan tetapi berguna daripada kita maksa ingin anak laki-laki tetapi tidak berguna.
Malah saya melihat beberapa orang yang maksa ingin anak laki-laki sampai memohon pada Tian hasilnya anak tsb pendek umur, cacat, tidak berguna.
Ini kenyataan hidup. Cobalah hidup realitas dikit jangan hidup di dunia mimpi atau dunia yang mau dipengaruhi orang lain :p
> b. Konsep Kematian bagi orang Tionghoa
>
> Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini merupakan
suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi pada saat seseorang yang lagi
merencanakan menikah atau melahirkan anak. Bagi orang Tionghoa, seseorang yang
sudah meninggal secara otomatis statusnya berubah menjadi dewa, bahkan umurnya
boleh ditambah tiga tahun (satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan
satu tahun untuk laut), oleh sebab itu orang tersebut harus disembah terutama
oleh mereka yang lebih muda, termasuk anak cucu.
>
> Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah
dengan cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya. Biasanya
Hio Lo ini dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas persetujuan keluarga
maka boleh ditempatkan di rumah anak yang lain. Jaman ini tersedia fasilitas
khusus untuk meletakkan abu leluhur, dan ada orang-orang volunteer yang
bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui apakah roh yang dipanggil itu sudah
hadir atau belum maka diadakan Puak Poi yakni dengan melemparkan dua keping
uang logam. Apabila jatuhnya berlainan sisi sebanyak tiga kali berturut-turut,
itu berarti roh arwah yang dipanggil sudah hadir.
>
> Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya,
tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum tiba
saatnya dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum tercantum di dalam
kerajaan maut (Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo (Ong =
raja). Roh gentayangan inilah yang biasanya disembah mereka pada hai Cui Ko,
yakni bulan ke tujuh tanggal lima
belas.
>
> c. Tempat Persemayaman
>
> Pada jaman dulu, mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas
keluarga. Saat itu banyak orang yang matinya di rumah bukan di rumah sakit.
Anggota keluarga memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum dimakamkan, tukang
kayu setempat membuat peti mati, pesuruh gereja menggali lubang; sedangkan
upacara diadakan di gereja atau di rumah. Dengan dihadiri sanak famili dan
kerabat-kerabat, tubuh (Jenazah) dibaringkan dipekuburan milik gereja atau
halaman rumah.[8]
>
> Menurut tradisi Tionghoa, jikalau seseorang meninggal, maka mayatnya harus
disemayamkan bebrapa hari sambil mengadakan upacara-upacara sembahyang dan pada
malam hari mayatnya harus tetap dijaga, sebab menurut kepercayaan mereka
apabila mayat tersebut dilangkahi kucing maka mayat itu bisa bangkit berdiri.
Pada saat inilah sanak keluarga mengadakan penyembahan kepada roh orang yang
meninggal sebagai suatu penghormatan (Hao).
>
brener tgak salah seh kata si cici but jaman doeloe sekali yg berkuasa itu cewe lho, 20 marga purba aja ada kalimat wanitanya.
Tapi karena Tiongkok berkembang dari basis agraris, maka mau tidak mau pria menjadi pemegang peranan dan hal ini berlaku umum dimanapun.
Secara umum, menurut perundangan jaman dinasti Shang dan Zhou, seorang pria hanya boleh beristri 1, tapi itu aturan gak berlaku buat para penguasa hehehehehehehehe.
Jaman doeloe para petani mana bisa piara bini lebih dari 1 seh ? mo kasih makan apa ?
yg jadi masalah itu saat org duit berlebih. Dan secara aturan yg disebut istri SAH itu hanya 1 juga upacara pernikahan HANYA 1 KALI DALAM SEUMUR HIDUP. jadi gak isa kawin cere seenaknya aja trus pesta terus2an :D
balikin modal ngkale ya huehehehehehehe
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Lim Wiss" <lim.wiss@...> wrote:
>
>
>
>
>
> _____
>
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com] On Behalf Of ardian_c
> Sent: Thursday, August 20, 2009 9:21 AM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
>
>
> --- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
> > - Perjalan pulang ke rumah
> > [10] Dikutip dari buku Nio Joe Lan, Peradaban....., 182
Aah ikut komentar..ah...di bawah komennya bro Adrian...:-)
> ya elah, ini lage ini lage. noh koment gw dibawah.
>
Pemikiran "ketinggalan zaman" seperti itu kok masih banyak penganutnya ya!..
>> Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun
>> sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi,
> anak umur 5 taon mampus gimana ? itu yg di afrika banyak anak2 kena aids
> en modar gimana memanfaatkan kesempatan hidup dgn sebaik2nya ?
"Tuhan" digambarkan oleh para penganutnya ini sebagai ENTITAS yang begitu
goblok dan EGOisnya....kasian benar generasi muda yang otaknya diracuni
oleh pemikiran berdasarkan Kitab Usang ini...cck..cccckkk...
...
>> juga yang mengirimkan mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer
>> (laptop) dan sebaginya.
> tidak wajar menurut kacamata lu, kok berani2nya bilang tidak wajar, gimana
> kalu gw bilang lu jg gak wajar ?
Kehidupan nyata yang dijalani dengan pedoman kata "Tuhan" karangan pikiran
manusia itulah yang sangat tidak wajar dan penuh kekonyolan serta tak
terhingga kepandirannya. :-)
>> mayat itu bisa bangkit berdiri. Pada saat inilah sanak keluarga
>> mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai suatu
> heuhehehehehhe yg nulisnya korban pilem kale, yg jelas itu jenazah dijaga
> agar tidak mendapat gangguan dari binatang atau tangan jahil.
> karena tetap biar sudah meninggal harus dihormati.
Di tanah Toraja aja masih bisa disaksikan mayat "dijalankan" ke atas
bukit... :-)
> MAKIN LAMA GW MAKIN ENEG NGEBACANYA !!!!!! RASANYA KALU GW TULISIN JG
Tulisan-tulisan senada ini memang bisa bikin muntah bagi orang yang
rumahnya tidak terbiasa didatangi oleh para tamu "tukang khotbah"...
menurut cerita papa dulu beliau sangat senang didatangi karena diberi
buku-buku berwarna gratisan...zaman sekarang ini kita malah dimintai
"sumbangan"..haahaaaahhaaaa..... :-))
als
Goeng, lue memang mau belajar atau cuma mau mancing2 keributan? lue sudah tahukan kalo milis BT paling gak suka diskusi soal ginian dan memang bukan wadah utk diskusi soal 'agama/kepercayaan'. Ngapain lue forward ke sini? kenapa gak forward isi khotbah agama/kepercayaan lain kesini sekalian juga? kenapa cuma kresten, bukan hindu, buddha, islam, jewish, baha'i, dll? cuma berani sama kresten doang ya? itu mah ciri2 pengecut yg munafik oei.
dan heran gua dengan moderator, udah tahu topik kayak gini lebih banyak memancing keributan daripada 'kebaikan' kok ya masih dibiarkan aja. mbok ya moderator ambil tindakan, bilang kek topik itu melenceng oleh karena itu di delete dari arsip dan tidak utk didiskusikan via jalur umum (kalo ada member yg menanggapi, silahkan via jalur pribadi). Eh, kenyataannya malah ada moderator -yg seharusnya sudah kenyang asam garam dunia perdiskusian- yg malah 'mendiskusikan' dan dah gitu emosional lagi.
sebagai contoh nyata, tuh liat nimbrungan dari Als..., apa para moderator (dan lue, goeng, yg pertama bawa topik ini) suka kalo milis ini jadi ribut2 lagi?
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "agoeng_set" <agoeng_set@...> wrote:
>
> dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
>
> UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
> (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
>
Sorry bro, lo liat kan jelas2 yg dibahas disono UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI dan yg dibahas berbagai macam pandangan salah n negatif terhadap tradisi tionghoa. Dan milis ini judulnya aja udah BUDAYA TIONGHOA. So kok kebakaran jenggot yah ente, apa salah seorang praktisi yg melakukan hal2 ini? Coba baca dulu pengantar moderator di pembukaan milis. Dan sorry kalo ente emang bener ngikutin milis ini dah lama pasti tau ini bukan pertama kali dan bukan cuma pandangan salah kristen terhadap tradisi tionghoa aja yg dibahas, pandangan buddhis yg salah juga sering dibahas kok.
Goeng, lue memang mau belajar atau cuma mau mancing2 keributan? lue sudah tahukan kalo milis BT paling gak suka diskusi soal ginian dan memang bukan wadah utk diskusi soal 'agama/kepercayaan'. Ngapain lue forward ke sini? kenapa gak forward isi khotbah agama/kepercayaan lain kesini sekalian juga? kenapa cuma kresten, bukan hindu, buddha, islam, jewish, baha'i, dll? cuma berani sama kresten doang ya? itu mah ciri2 pengecut yg munafik oei.
dan heran gua dengan moderator, udah tahu topik kayak gini lebih banyak memancing keributan daripada 'kebaikan' kok ya masih dibiarkan aja. mbok ya moderator ambil tindakan, bilang kek topik itu melenceng oleh karena itu di delete dari arsip dan tidak utk didiskusikan via jalur umum (kalo ada member yg menanggapi, silahkan via jalur pribadi). Eh, kenyataannya malah ada moderator -yg seharusnya sudah kenyang asam garam dunia perdiskusian- yg malah 'mendiskusikan' dan dah gitu emosional lagi.
sebagai contoh nyata, tuh liat nimbrungan dari Als..., apa para moderator (dan lue, goeng, yg pertama bawa topik ini) suka kalo milis ini jadi ribut2 lagi?
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "agoeng_set" <agoeng_set@...> wrote:
>
> dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
>
> UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
> (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
>
Goeng, makanya saya nanya di awal email sebelumnya, kamu memang mau belajar atau cuma mau mancing2 keributan? kalo situ mau belajar, dan lu ngaku sebagai 'praktisi' ya lu mulai aja membahas. undang si saumiman utk berdiskusi, entah undang dia join milis ini, atau diskusi per email pribadi, atau via blognya.
Lalu kalo lu memang mau 'belajar', jangan setengah-setengah. noh surfing aja internet dan forwarding segala tulisan ngaco belo ttg budaya tionghoa dari agama-agama yg ada. Jangan cuma dari kresten ngaco aja. Atau lu beraninya cuma nerusin tulisan kresten ngaco ala saumiman?
gua gak kebakaran jenggot. soalnya gak punya jenggot hehehehe. saya sih tidak mau milis ini jadi ribut2 lagi soal agama. Cape, sudah terjadi berulang kali dan gak ada ujungnya. dan biasanya berakhir kurang baik. BTW, bukankah beberapa point analisis ngaco si saumiman juga sudah pernah dijabarkan dengan baik oleh penghuni milis ini, tanpa harus membenturkan dengan agama ini itu. Kalo memang situ niatannya baik, ya kirim ulang lagi aja tulisan2 tersebut dalam email yg sama sembari ngasih pengantar "ada analisis yg keliru dari saumiman, yg lebih 'benar' terlampir". Maka, banyak orang akan angkat topi pada anda.
kecuali situ mau bikin milis BT heboh biar bikin orang tambah Be-Te dengan milis ini?
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@... wrote:
>
> Sorry bro, lo liat kan jelas2 yg dibahas disono UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI dan yg dibahas berbagai macam pandangan salah n negatif terhadap tradisi tionghoa. Dan milis ini judulnya aja udah BUDAYA TIONGHOA. So kok kebakaran jenggot yah ente, apa salah seorang praktisi yg melakukan hal2 ini? Coba baca dulu pengantar moderator di pembukaan milis. Dan sorry kalo ente emang bener ngikutin milis ini dah lama pasti tau ini bukan pertama kali dan bukan cuma pandangan salah kristen terhadap tradisi tionghoa aja yg dibahas, pandangan buddhis yg salah juga sering dibahas kok.
> -----Original Message-----
> From: "tanaya.geo" <tanaya.geo@...>
>
> Date: Thu, 20 Aug 2009 12:46:03
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> Subject: [budaya_tionghua] protes Moderator & Agoeng (WAS:Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI)
>
>
> Goeng, lue memang mau belajar atau cuma mau mancing2 keributan? lue sudah tahukan kalo milis BT paling gak suka diskusi soal ginian dan memang bukan wadah utk diskusi soal 'agama/kepercayaan'. Ngapain lue forward ke sini? kenapa gak forward isi khotbah agama/kepercayaan lain kesini sekalian juga? kenapa cuma kresten, bukan hindu, buddha, islam, jewish, baha'i, dll? cuma berani sama kresten doang ya? itu mah ciri2 pengecut yg munafik oei.
>
> dan heran gua dengan moderator, udah tahu topik kayak gini lebih banyak memancing keributan daripada 'kebaikan' kok ya masih dibiarkan aja. mbok ya moderator ambil tindakan, bilang kek topik itu melenceng oleh karena itu di delete dari arsip dan tidak utk didiskusikan via jalur umum (kalo ada member yg menanggapi, silahkan via jalur pribadi). Eh, kenyataannya malah ada moderator -yg seharusnya sudah kenyang asam garam dunia perdiskusian- yg malah 'mendiskusikan' dan dah gitu emosional lagi.
>
> sebagai contoh nyata, tuh liat nimbrungan dari Als..., apa para moderator (dan lue, goeng, yg pertama bawa topik ini) suka kalo milis ini jadi ribut2 lagi?
>
>
> salam,
> jimmy
Yth bpk Lim Wiss... Dari tulisan bapak yg panjang lebar,pusing juga membacanya. Saya hanya mengambil kesimpulan bapak saja: (Biarlah kita sebagai orang percaya mencoba untuk menerapkan hal yang berguna dari orang Tionghoa tradisi ini, dengan tidak mengesampingkan prinsip-prinsip Alkitab. Siapapun anda, hormatilah orang tua anda selagi kesempatannya masih ada, jika telah terlambat maka tiada artinya lagi. SEMOGA) To the point aja yach,yang singkat saja. Berarti bapak seorang Kristen? Setiap orang mempunyai kepercayaan yg berbeda,Setiap orang mempunyai cara yg berbeda,jangan menyalahkan orang lain yg tidak sejalan dgn pemikiran bapak. Jangan juga menganggap bapak adalah yg terbenar. Okey? Masih ada waktu untuk bapak introspeksi diri. Terima kasih. Hormat dari, JEN --- Pada Kam, 20/8/09, Lim Wiss <lim.wiss@sea.sojitz.com> menulis:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Saya baca dari tulisan kalian - bahwa banyak sekali tradisi atau kebiasaan dilupakan atau tidak diketahui samasekali. Saya akan mencoba memberikan info - sebelum ini menghilang. Saya mohon maaf jikalau panjang sekali karena saya harap tradisi ini tidak terlupa. Ini upacara dipergunakan utk yg beragama samkao
Kepercayaam orang mati bisa hidup kembali - ini bukan dongeng tetapi reality.
Jaman sekarangkita dgn ilmu pengetahuan kesehatan yg modern - kita dgn kepastian hampir 100% dpt menetukan bahwa individue tsb mati dan kemungkinan kita melakukan penguburan dari yg belum mati boleh dikata hampir nihil.
Jaman dulu menurut catatan sejarh banyak yg dikubur sewaktu mereka sebetulnya belum mati dan hanya pingsan atau berada dalam keadaan coma. Karena itu disetiap bangsa didunia ada tradisi dimana keluarga menunggu mayat utk minimal semalaman utk mendapat kepastian dia itu betul² mati.Ini tradisi diIndonesia disebut "jaga mayat" kalau dlm bah. ingeris disebut "wake." sewaktu penungguan ini umumlah segala macem dongeng keluar - maklum nothing to do, dan mungkin agak seram utk bbp anggota keluarga.
Dengan adanya waktu penungguan ini mayat sudah mengeluarkan warna mayat ditubuhnya dan sering sudah masuk fase menjadi kaku. Karena itu utk tradisi chinese jaman dulu mayat harus dimandikan sebelum dimasukan kedalam peti. Disinilah tradisi dari china jaman dulu dipergunakan. Mayat dilemaskan dgn aer panas dan kemudian setiap anggota keluarga mulai dari anak sulung harus memberikan baju. setiap anak, mantu dan cucu harus melakukannya dn tergantung dari besarnya keluarga bisa banyak lapis. ---------------------------------------
Jaman sekarang jikalau diChina [Taiwan/HK] ini dgn adanya mortuary tradisi ini diganti dgn memberikan selimut sebab biasanya mayat jaman sekarang diChina sudah dibalsem dan kita tanpa sarung tangan tidak boleh menyentuh lagi.
Peti mati jaman sekarang berlainan dgn yg jaman dulu dimana bentuknya seperti trunk pohon yg dibelah dua dan mereka mempergunakan minimal 2 pohon. Modelnya kalau jadi seperti kapal [ http://members.virtualtourist.com/m/p/m/cdab5/] Jadi berlainan dgn coffin dari barat dan diIndonesia. Chinese coffin sulit dibakar dan biasanya bisa disimpan didalam rumah keluarga atau kelenteng sampai bertahun², sampai diketemukan waktunya yg cocok utk dikubur.[Ini tradisi masih dipergunakan diTaiwan dimana mereka menunggu sampai mereka dpt menguburnya dimainland]
Untuk mengisi peti tsb biasanya mula² diberikan teh setebal minimal 15 cm dibagian bawah peti yg kemudian ditutup dgn kain utk tempat mayat diletakkan. Ini penting oleh karena mayat tidak dibalsem jadi aer mayat bisa bocor keluar dari peti dan teh dpt mengisapnya. Setelah mayat dimasukin oleh keturunan yg mati maka disampingnya juga diberikan bantal dari teh. Utk yg miskin mereka juga dpt mempergunakan rumput²an.
------ Sewaktu itu meja abu memang sudah disiapkan dimuka peti -dgn segala macem makananya tetapi biasanya belum memakai putih - [sebab belum tentu mati] Upacara sembayang masuk peti sudah dimulai.-------------------
Sekarang setelah mayat dimasukan kedalam peti keluarga dpt mengisinya dgn benda² yg merupakan kesayangannya - pipa madatnya, buku kesayangannya etc. Tetapi yg paling penting ialah mulutnya harus diberikan butir emas dan mutiara. [Agar dia dpt menjawab pertanyaan dari Giam Lo Ong dgn bagus dan bersih] Setelah ini keluarga diberikan waktu utk melihat dan bilang selamat jalan sebelum peti ditutup. Memang sering diberikan uang kertas perak dan emas - sebelum ditutup dgn bantal dari teh dan peti ditutup rapat.
---- Sewaktu itu meja sembayang harus diganti sesajennya dgn yg 100% baru dan meja harus putih atau hitam dan keluarga dekat waktu itu harus mengganti pakaian menjadi putih atau blacu, guni tergantung dari posisi didlm keluarga.
Upacara pemasukan peti selesai. dan routine sembayang akan dipertahankan selama minimal setahun selama keluarga masih bergabung [meratap]
Jikalau beragama Dao dan mengundang hwesio atau nikuh utk pemasukan peti biasanya disamping peti mati ada tempat sembayang utk mereka - dan yg dipuja tergantung dari aliran dan kepercayaan mereka tetapi umumnya Giam Lo Ong.
Sekarang keluarga sewaktu sembayang setiap hari upacaranya juga sudah ditentukan. Disamping peti ditempatkan boneka kertas dari seorang wanita dan laki²Ini bisa minimal 2 tetapi bisa lebih banyak. Setiap pagi oleh yg menjaga peti ini anak²an dipecut bangun dan disuruh melayani yg mati. Meja sembayang setiap hari harus diganti panganannya dgn yg baru. Selama bbp hari didalam waktu persiapan penguburan atau penyimpanan peti mati - keluarga dpt mempersiapkan keperluan sehari² dari yg mati - dari rumah kertas, kendaraan kertas, keperluan masak² dan ribuan uang kertas yg diorigamikan secara tertentu. Makin besar keluarga makin banyak yg harus dibikin.
Waktu itu pintudepan rumah harus diangkat dan diperbesar agar petimati dpt diangkat keluar oleh yg menggotong peti. Pintu diganti dgn gorden blacu putih dan dikiri kanan rumah diasang tenlung putih - semua tanda rumah ini lagi bergabung dan selama ini tidak akan menerima segala yg tidak berhubungan dgn bergabungan ini. Setiap malam tenlung dpt dinyalahkan. atau kalau tidak dipasingin hio. Warna hio jikalau yg meninggal dibawah 80 harus biru/hijau atau hitam dan kalau sudah 80 boleh pakai hio merah.
Kaluarga waktu itu tidak boleh mempergunakan make-up seperti gincu etc dan semua kaca didalam rumah harus dicat putih dgn kapur tembok. [katanya agar jangan melihat setan ???]
Pada waktu penguburan atau pemindahan kekelentang pada hari yg "bagus" Upacara ny dimulai dgn sembayang. Keluarga akan mengelilingi peti minmal 3 kali sebelum peti diangkat oleh yg menggotong. Waktu itu semua decor yg diterima harus dikesampingkan.
Pintu blacu harus dibuka dan anak sulung yg pakaiannya berlainan dgn yg lain - dia memakai topi. mengangkat hiolow dari yg mati dan keluar pintu rumah. Ini diikuti oleh peti mati yg digotong. Keluarga menyusul dibelakang peti. Anak laki² dan cucu [dalam] tong berjalan disamping peti. Semua memgang semacem hio kertas yg besar.
Anak sulung biasanya diapit oleh bbp yg menyebar uang kertas.
Sebelum peti diangkat satu buah semangka harus dipecahkan dimuka peti. Ini adalah sumbangan utk GiamLo Ong diacherat [dongeng Lie Sie Bin dimana GLO minta semangka karena acherat panas.]
Jaman dulu dan ini juga masih dilakukan dilain tempat incl. diUSA dimuka anak sulung ada orchestra kematian yg kurang lebih memberikan info kepada public mayat akan lewat. Tergantung dari public mereka pada menghindarkan atau memberikan hormat.
Disetiap tikungan jalan anak sulung dan anak laki² incl cucunya harus berkowtow untk menunggu peti lewat. --- silahkan kalian bayangkan jikalau ini harus dilakukan utk minimal 5 km berapa lamanya upacara penggotongan ini dan berapa tukang gotong harus dipakai.
Sesampainya ditempat penguburan - segala sudah siap utk upacaranya. Meja dari Tutikong [ Hoktekchengsin - toapekong Bogor] sudah disiapkan dan sudah diminta agar dia melindungi yg bakal dikubur.
Begitu peti datang upacarnya pemasukan kedalam tanah harus dimulai dgn sembayang oleh putra sulung dan keluarga dibawah pimpinan hweshio/nikohnya. Setelah sembayang dan yg mengikuti penguburan semua sembayang keluarga mengelilingi tempatnya selama 3 kali. Peti dimasukan kedalam tanah dan sisanya adalah menutupinya dgn tanah sampai merupakan semacem gunung kecil. Sering waktu itu dikelilingnya diberikan bibit bunga²an.
Sebelum meningalkan tempat upacara sembayang dilakukan kembali dgn panganan baru dan dgn putra sulung yg memimpin dibawah pengawasan hweshio/nikoh - keluarga berlutut. Setelah ini biasanya semua barang² kertas juga dibakar.[rumah²an etc dan donasi bunga²an juga menutupi kuburan.] ------- Selesai --- Para tamu yg bukan keluarga langsung biasanya diberikan angpao merah dgn coin didalamnya [symbol terima kasih dan membeli kembali rezeki jelak yg terbawa oleh mereka] Para tamu waktu menunggu juga disajikan makanan sebab pasti sudah lapar setelah perjalanan kekuburan yg memakan sering setengah hari.
Upacara sembayang diulang setelah 3 hari dan setelah 7 hari semua pakaian bergabung dari blacu dari keluarga bisa dibakar atau dibuang dan mulailah keluarga bergabung utk minimal 1 tahun dan 2 tahun utk anak laki² dan cucu dalam. Yg tidak masuk keluarga langsung setelah 1 minggu boleh lepas putih.
Jadi seperti kalian lihat tradisinya sangat berlainan sekali dgn apa yg kalian pergunakan sekarang. Selain itu ada segala macem peraturan jikalau bergabungnya ingin dipercepat dan bukan 2 thn tetapi secar langsung setelah 7 hari. Ini saya tidak begitu tahu sebab jarang dilakukan dan kalau dilakukan biasanya hweshio atau nikoh pasti tahu.
Suatu tradisi yg tidak diketemukan diIndonesia adalah system transport mayat diChina jikalau keluarga ingin mayat dikubur ditempat asalnya. Ini transport dpt memakan bbp hari dan minggu. Untuk mengotongnya mungkin utk yg kaya tidak sulit tetapi utk yg tidak terlalu kaya - mereka mengundang specialis yg mempergunakan ilmu rahasia [black magic???] yg dapat membikin mayat berjalan sendiri - semacem zombie - Jikalau mereka berjalan alat musiknya dan jeritannya sudah memberikan warning kepada penduduk utk menghindarkan mereka karena perlu lewat. ---- ini menurut berita yg saya terima dari keluarga diChina.
Silahkan tambahkan info jikalau ada yg masih ingat sesuatu - ini info saya terima sudah lebih dari setengah abad yl jadi mungkin ada yg lupa.
Andreas
|
|
|
|
sdr.Agoeng,
saya mencoba memberikan beberapa pandangan, semoga bisa memuaskan anda.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "agoeng_set" <agoeng_set@...> wrote:
>
> dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
>
> UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
> (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
>
> Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia, jabatan, dan Agama. Alkitab secara "konsisten" mengaitkan kematian itu dengan dosa atau maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm 5:12; 6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
>
> Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi, biasanya itu yang disebut dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak sesuai dengan kodrat manusia, hal ini disebabkan oleh pemberontakkannya kepada Allah. Bruce Milne,[1] menambahkan bahwa ini merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi. Namun menurut firman Tuhan , walaupun kematian itu tak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya pada masa manusia itu diberi kesempatan untuk hidup, haruslah mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
>
di dunia ini ada beberapa pandangan tentang kematian dan budaya Tionghoa sendiri memiliki pandangan tersendiri tentang alam kematian.
Menurut pandangan filsafat Tionghoa, baik dari Taoisme dan Ruisme tentang kematian, kematian bukanlah hal yang menakutkan.
Kematian dianggap sebagai perjalanan atau juga kembali ke Asali ( cat: TaiXu 太虛 seperti yang dijabarkan oleh Zhuxi 朱熹 ) atau juga seperti yang dikumandangkan oleh Zhuang Zi 莊子.
Konsep Xian atau immortal memang terlihat seperti mengingkari takdir kehidupan manusia, tapi seandainya anda belajar memahami konsep ruang dan waktu menurut filsafat Tionghoa, niscaya anda bisa memahami apa itu keterikatan kepada ruang dan waktu. Dari situ anda bisa memahami betapa Alkitab sendiri dan budaya Tionghoa memiliki beberapa kesamaan pandangan.
Tapi kesamaan pandangan itu memiliki cara penerapan yang berbeda-beda, bukan berarti harus memojokkan salah satu pandangan menurut "kacamata kuda" yang anda pakai.
Cara penerapan itu dikemas dalam bentuk tradisi. Tradisi "barat" yang sebenarnya bukanlah tradisi Kristen, yang kita kenal sekarang adalah menggunakan rangkaian bunga sebagai perwujudan dukacita, mengenakan pakaian hitam dan sebagainya.
Bahkan dalam militer sendiri memiliki tradisi seperti salvo penghormatan.
Jika anda ingin penguburan sesuai dengan tradisi Kristiani, ada baiknya anda dikuburkan dengan kain kafan dan jenazah anda ditaburi rempah-rempah agar tidak cepat bau dan membusuk kemudian ditaruh di dalam gua atau lubang tanah yang amat dalam.
> Reaksi manusia terhadap kematian itu bermacam-macam, tergantung siapa yang mati. Jikalau yang mati adalah kerabat dekat , dikenal atau dikasihi maka ada rasa kehilangan dan kesedihan yang sangat mendalam sekali. Sebaliknya terhadap orang yang tidak dikenal, reaksinyapun biasa-biasa saja. Selain itu tergantung juga bagaimana matinya; karena sakit, kecelakaan dan setelah itu reaksinya paling hanya terenyuh terharu.[2]
>
> Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa tradisi[3] masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber "malapetaka" atau "sial". Itulah sebabnya perlu ditangani dengan ritual keagamaan yang benar sehingga kelak mereka tidak diganggu oleh roh yang meninggal itu.
>
Point anda yang membedakan sendiri secara jelas sudah membuat garis pemisah, seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang Tionghoa tentang kematian adalah hal yang tabu.
Sebenarnya dalam konsep budaya Tionghoa maupun filsafatnya, ada tiga hal terpenting dalam kehidupan manusia. Lahir, menikah dan meninggal.
Tiga hal penting itu dilakukan dengan penuh tradisi dan tata cara.
Orang Tionghoa tidak membicarakan kematian karena dianggap hal yang tidak berguna. Seperti misalnya kata-kata Kong Zi yang menyatakan bahwa kita bisa mengetahui kematian setelah kita memahami apa itu kehidupan.
Anda sendiri menuliskan tentang kematian, seolah-olah anda menyadari apa itu kehidupan.
Ritual keagamaan orang Tionghoa bukanlah bertujuan agar kelak mereka tidak diganggu oleh roh yang meninggal, tapi lebih cenderung kepada mengantar dan menentramkan keluarga.
> Konsep kematian menurut firman Tuhan jelas berbeda dengan konsep orang Tionghoa tradisi ini, untuk memahaminya kita harus melihat sekilas latar belakang kehidupan mereka, dimulai dari kelompok masyarakat terkecil yakni keluarga. Ada beberapa bagian yang saya rasa sangat perlu kita pelajari sehubungan dengan masalah kematian ini.
>
> a. Hubungan Anak dan Orangtua
> Tradisi Tionghoa sangat menuntut agar anak-anaknya senantiasa menghormati orangtua. Tradisi ini sebenarnya wajar dilakukan jikalau orangtua yang dimaksud masih hidup. Yang menjadi tidak wajar adalah tatkala orang tersebut sudah matipun harus dihormati dan diangap sekan-akan masih hidup. Parrinder menjelaskan bahwa,[4] yang dimaksud dengan menghormati orangtua yang sudah mati adalah dengan cara menjalankan kewajiban memberikan mereka korban dan makanan. Atau ada juga yang mengirimkan mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer (laptop) dan sebaginya.
>
Menghormati yang meninggal itu memiliki banyak cara dan ini adalah cara orang Tionghoa.
Bagi orang Tionghoa, mereka yang meninggal itu bagaikan berpindah alam. Jadi mengirimkan adalah hal yang wajar menurut pandangan orang Tionghoa.
Parrinder belum memahami apalagi dengan ulasan secuil, bagaimana anda bisa memahami makna yang lebih mendalam ?
Salah satu kewajiban yang terutama adalah menjaga nama baik dan menunjukkan sikap penghormatan hingga kita menjelang ajal, karena budi besar orangtua tak terbalaskan dengan cara apapun.
> Penghormatan terhadap orangtua disebut Hao (Hshiao)[5] yang bagi mereka harus disertai sikap hormat pada orang-orang yang lebih tua sebagai pernyataan kasih. Sikap hormat ini berlangsung setiap hari kepada mereka yang masih hidup dan setelah meninggal dilakukan dengan cara yang berbeda. Oleh sebab itu seorang anak sangat dipentingkan oleh keluarga orang Tionghoa, terutama anak laki-laki. Bagi mereka anak bukan hanya untuk melanjutkan marga (She) dan membawa berkat (Hokky) [6], tetapi yang terutama untuk mengganti sang ayah merawat abu leluhur.
>
Orang Tionghoa memandang penting anak, bukan karena masalah mengganti sang ayah merawat abu leluhur. Tetapi pewarisan pengetahuan dan juga menjaga nama baik keluarga dan leluhur. Sistem ini berlangsung ribuan tahun dengan tujuan sebagai kontrol sosial.
Bahkan Alkitab anda sendiri juga memandang penting anak laki yang sulung.
> Menurut Nio Joe Lan,[7] ada dua macam pendapat tentang pemujaan terhadap arwah leluhur :
>
> Arwah manusia itu hidup terus, dengan memujanya maka diharapkan arwah leluhur itu akan melindungi keturunannya dari malapetaka.
> Pemujaan terhadap arwah leluhur semata-mata hanya merupakan peringatan terhadap leluhur, yakni mereka yang telah memberi hidup pada generasi masa kini. Jadi dengan kata lain, memelihara "meja abu" tersebut hanya untuk mengenang orangtua yang sudah meninggal.
>
Nio Joelan tidak salah, tapi meja abu itu tidak hanya mengenang orangtua yang meninggal tapi juga mencatat nama-nama leluhur yang diatasnya.
> Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus "abu leluhur", disebut Put Hao (tidak berbakti), bahkan yang lebih dahsyat lagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki juga digolongkan sebagai Put Hao. Itu sebabnya ada kelurga yang terpaksa mengadopsi anak laki guna memenuhi syarat ini, bahkan yang lebih celaka konsep ortodox mereka, seorang suami diijinkan menikah lagi demi untuk mendapat anak laki-laki.
>
Budaya mayoritas jaman dahulu bersifat paternalistik bukan maternalistik. Fungsi anak laki selain masalah abu atau marga adalah sebagai pemimpin keluarga. Bahkan hingga sekarang masih ada keyakinan bahwa pemimpin keluarga adalah pria bukan ?
Jauh lebih baik menikah lagi ( cat: dalam tradisi Tionghoa yang benar, menikah hanya sekali dalam seumur hidup. Yang ada adalah mengambil gundik ) daripada Daud yang mengumbar nafsu atau juga nasib para wanita Amalek yang dijadikan budak nafsu sex bangsa Israel atas ijin Allah bukan ?
> b. Konsep Kematian bagi orang Tionghoa
>
> Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi pada saat seseorang yang lagi merencanakan menikah atau melahirkan anak. Bagi orang Tionghoa, seseorang yang sudah meninggal secara otomatis statusnya berubah menjadi dewa, bahkan umurnya boleh ditambah tiga tahun (satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut), oleh sebab itu orang tersebut harus disembah terutama oleh mereka yang lebih muda, termasuk anak cucu.
>
Orang Tionghoa yang meninggal tidak selalu berubah menjadi dewa.
Dari jaman dahulu sudah ada pengertian gui shen 鬼神 yang berkaitan dengan mereka yang meninggal.
> Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah dengan cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya. Biasanya Hio Lo ini dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas persetujuan keluarga maka boleh ditempatkan di rumah anak yang lain. Jaman ini tersedia fasilitas khusus untuk meletakkan abu leluhur, dan ada orang-orang volunteer yang bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui apakah roh yang dipanggil itu sudah hadir atau belum maka diadakan Puak Poi yakni dengan melemparkan dua keping uang logam. Apabila jatuhnya berlainan sisi sebanyak tiga kali berturut-turut, itu berarti roh arwah yang dipanggil sudah hadir.
>
Sejak jaman dahulu sudah ada rumah abu marga yang mewakili seluruh kerabat marga itu. Juga mereka yang merantau memiliki hak membuat altar untuk orangtua mereka pada hari-hari tertentu.
> Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya, tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum tiba saatnya dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum tercantum di dalam kerajaan maut (Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo (Ong = raja). Roh gentayangan inilah yang biasanya disembah mereka pada hai Cui Ko, yakni bulan ke tujuh tanggal lima belas.
>
Mereka yang meninggal dalam bentuk apapun menurut kepercayaan, sudah tercatat namanya di buku Kehidupan dan Kematian yang dimiliki oleh raja Yuan Luo.
Perayaan pada bulan 7 itu berkaitan kepada mereka yang meninggal tapi tidak terawat atau anak cucu mereka tidak mengingat jasa-jasa mereka.
Misalnya anda yang sudah merasa "modern" dan membuang meja abunya, maka kami sebagai orang Tionghoa akan melakukan sembahyang untuk leluhur dan orangtua anda yang secara tragis dilupakan tradisinya oleh anda.
> c. Tempat Persemayaman
>
> Pada jaman dulu, mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas keluarga. Saat itu banyak orang yang matinya di rumah bukan di rumah sakit. Anggota keluarga memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum dimakamkan, tukang kayu setempat membuat peti mati, pesuruh gereja menggali lubang; sedangkan upacara diadakan di gereja atau di rumah. Dengan dihadiri sanak famili dan kerabat-kerabat, tubuh (Jenazah) dibaringkan dipekuburan milik gereja atau halaman rumah.[8]
>
> Menurut tradisi Tionghoa, jikalau seseorang meninggal, maka mayatnya harus disemayamkan bebrapa hari sambil mengadakan upacara-upacara sembahyang dan pada malam hari mayatnya harus tetap dijaga, sebab menurut kepercayaan mereka apabila mayat tersebut dilangkahi kucing maka mayat itu bisa bangkit berdiri. Pada saat inilah sanak keluarga mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai suatu penghormatan (Hao).
>
Tulisan anda mengenai dilangkahi kucing, sungguh menggelikan saya. Tahukah anda dalam banyak kejadian sejarah sering ada orang yang diperkirakan meninggal ternyata hidup kembali.
Selain itu mereka menjaga mayat sambil menunggu para tamu yang mungkin datang malam. Lamanya waktu terkait dengan menunggu kerabat atau sanak keluarga yang belum bisa datang.
> Tempat persemayaman jenazah biasanya dilakukan di rumah, namaun sekarang orang lebih senang memakai rumah sosial, di Surabaya misalnya Yayasan Sosial Adi Jasa dan sebagainya. Sebenarnya bagi orang Tionghoa tradisi, menyemayamkan orang mati di rumah sendiri itu lebih baik, hal ini jugga untuk menunjukkan Hao mereka, namun karena pada masa sekarang karena masalah keamanan, rumah yang tidak memadai, parkir, membuat orang-orang memakai rumah sosial.
>
> d. Perlengkapan-perlengkapan dalam Perkabungan
>
> 1. Pakaian
> - Pakaian orang mati
>
> Pakaian ini mulai disediakan tatkala seseorang anggota keluarga itu lanjut usia. Biasanya karena penyakit ketuaan yang diderita bertahun-tahun, sehingga si sakit meminta anak cucunya untuk menyediakan pakaian itu baginya. Untuk membeli pakaian ini, harus memeilih hari dan bulan baik[9] yang dibaca melalui buku Thong Su (semacam ensiklopedi Tioinghoa). Nama pakaian itu Sui I (Baju panjang umur). Mernurut Martin C. Yang,[10] pakaian tersebut dapat segera dikenakan pada si sakit apabila diperkirakan orang itu sudah hampir menghembuskan nafasnya yang terakhir.
>
Baju panjang umur tidak selalu harus melihat tongshu, tapi juga pada hari festival tertentu yang diberikan anak kepada orangtuanya.
Misalnya di beberapa daerah pada festival Chongyang.
Jadi disini ternyata orang Tionghoa tidaklah tabu atau takut membicarakan kematian. Tapi ternyata mereka mempersiapkan sejak jauh hari.Selain baju, mereka juga biasanya sudah menyiapkan peti mati sejak jauh hari.
Dan tidak selalu pada saat sakit seperti yang anda uraikan.
> - Pakaian Berkabung
>
> Orang yang berkabung (istilahnya Hao Lam) mengenakan pakaian serba putih, topi putih yang terbuat dari kain blacu. Mereka yang lebih kental tradisinya lagi memakai pakaian serba hiam. Selain itu juga dipasang Ha di lengan baju kiri tanda berkabung.[11] Tujuan mereka memakai pakaian berkabung adalah untuk meringankan penderitaan orang yanag meninggal, semakin kental tradisi itu dijalankan maka semakin ringan penderitaannya. Sedangkan dampaknya bagi yang berkabung, mereka akan mendapat pengaruh baik atau Hokky , semakin lama masa berkabung, maka semakin banyak pengaruh baiknya.
>
Tujuan mereka daixiao adalah menunjukkan mereka dalam suasana duka cita. Di lengan menunjukkan siapa yang meninggal. Jadi tanpa perlu ditanya, kita bisa mengetahui siapa yang meninggal.
Masa berkabung yang lama tidaklah berkaitan dengan hoki atau rejeki.
Tapi mengenang masa dimana kita saat dalam kandungan hingga kita bisa bertahan hidup berkat orang tua kita.
> -Peti Mati
>
> Peti mati yang dipakai orang Tionghoa tradisi kelihatannya menyeramkan, sebab selain ukurannya besar, berat ditambah lagi banyak ukir-ukiran kuno. Merupakan kebanggan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu membeli sendiri peti mati, sebab ada kepercayaan mereka siapa yang yang membeli, dialah yang akan mendapat banyak rezeki.[12] Bagi mereka peti mati merupakan sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya, oleh sebab itu semua barang-barang kesayangan almarhum supaya dimasukkan juga ke dalamnya. Pembelian peti mati yang mahal juga merupakan salah satu bukti Hao nya anak-anak, dan ada kebiasaan peti tersebut tidak boleh ditawar harganya.
>
Tulisan anda sungguh menyakitkan hati saya sebagai orang Tionghoa. Peti mati yang menyeramkan ?
Mungkin seram menurut anda.
Peti mati bagi orang Tionghoa bukanlah sarana untuk mengantar.
Semakin saya membaca ke bawah, ternyata tulisan anda tidak berdasar, lebih kearah menebar informasi yang salah tentang budaya dan tradisi Tionghoa. Contohnya adalah tentang kong tiek atau gongde.
Kalimat umum yang sering dikumandangkan adalah,"Percuma menangis dan membeli barang dan berbakti setelah meninggal, kalau mau berbaktilah saat masih hidup."
Itu adalah kalimat penuh duri yang terlihat masuk logika, tapi pikirlah lebih mendalam. Jika saat meninggal saja mereka begitu berbakti apalagi saat hidup ?
Berkabung selama 3 tahun, tidaklah sebanding dengan jasa orang tua kita.
Melakukan tradisi yang mengandung makna bakti, lebih indah daripada sekedar berbicara masalah orang tua saja. Kita bisa hidup bukan karena orang tua saja tapi juga leluhur dan alam sekitar.
Orang Tionghoa tidaklah takut berbicara tentang kematian.
Saya rasa cukup sampai disini komentar saya.
Hormat saya,
Xuan Tong
Sdr. Jen Ku Luk,
Tolong baca yang benar yach!!!!
Jangan suka buat statement yang ngawur!!!
Apakah saya ada menulis kalimat “tidak menghormati orang tua?” ambil kalimat dari mana anda???
Jangan – jangan anda ini tidak pernah teliti membaca kalimat orang trus berkomentar ngawur.
Tolong belajar membaca dengan teliti!!!
Kalimat dari Agoeng :
> Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus
"abu leluhur", disebut Put Hao (tidak berbakti), bahkan yang lebih
dahsyat lagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki juga digolongkan
sebagai Put Hao. Itu sebabnya ada kelurga yang terpaksa mengadopsi anak laki
guna memenuhi syarat ini, bahkan yang lebih celaka konsep ortodox mereka,
seorang suami diijinkan menikah lagi demi untuk mendapat anak laki-laki.
>
Ini kalimat dari saya spt ini:
Saya benci dengan kalimat ini!!!!
Kadang manusia dengan alasan tidak ada anak laki-laki terus suami menikah terus hingga dapat anak laki-laki.
Mau tahu hasilnya apa?
Banyak anak perempuan jadi sakit hati dengan bapaknya. Jika tuh bapak tidak ada anak laki-laki hingga menikah 10x trus bagaimana?
Nasib orang tidak ada yang tahu. Ada orang memang ditakdirkan tidak memiliki anak laki-laki bukan berarti ia menikah berkali-kali, busyet dech :p
Kita ini menikah buat kehidupan yang lebih baik atau demi anak laki-laki? Jadi rancu dech tujuan pernikahan.
Mau anak laki-laki atau perempuan kalau tidak dididik dengan baik tetap aja jadi bandit !!!
Harusnya kita bersyukur setelah menikah dikasih anak walau perempuan tetapi berguna daripada kita maksa ingin anak laki-laki tetapi tidak berguna.
Malah saya melihat beberapa orang yang maksa ingin anak laki-laki sampai memohon pada Tian hasilnya anak tsb pendek umur, cacat, tidak berguna.
Ini kenyataan hidup. Cobalah hidup realitas dikit jangan hidup di dunia mimpi atau dunia yang mau dipengaruhi orang lain :p
Jika anda tetap minta orang menghormati bapak yg suka menikah berkali-kali.
Saya berdoa agar kamu mengalaminya sendiri. Atau anak anda mengalaminya, jadi anda tahu bagaimana perasaan sakit hati tsb.
Orang pintar mendikte orang tetapi saat mengalaminya sendiri baru tahu bagaimana posisi orang ybs.
Rgds,
Lim Wiss
sejak perkembangan peradaban Kristen yg naik daun setelah terpuruk dalam dark age, mereka memiliki kebiasaan mensetan2kan agama lain atau jg tradisi lain.
Dan jujurlah, yg paling sering menyerang budaya Tionghoa dalam ranah agama itu siapa ? Kesaksiannya bertebaran dimana2 , dari dukun palsu Eddy Tattimu yg gak ngerti apa yinyang, dikarang dongeng ilmu tercanggih ilmu yinyang, Samuel Wang yg ngaku sarjana literatur klasik Tiongkok tapi gak tau kalu Nv Wa itu cewe, Tabareka yg ngaku pernah di Badui Dalem selama 16 taon , Ekku Hidayat pendongeng sejati dan sebagainya.
Itu dijaman sekarang ini, apalagi dijaman doeloe !!!!!
Yang jelas yg nulis ini seh gak ngerti apa2 en asal ngejeplak aja.
Liat aja daftar pustaka yg diambil jg ketauan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "tanaya.geo" <tanaya.geo@...> wrote:
>
> Goeng, lue memang mau belajar atau cuma mau mancing2 keributan? lue sudah tahukan kalo milis BT paling gak suka diskusi soal ginian dan memang bukan wadah utk diskusi soal 'agama/kepercayaan'. Ngapain lue forward ke sini? kenapa gak forward isi khotbah agama/kepercayaan lain kesini sekalian juga? kenapa cuma kresten, bukan hindu, buddha, islam, jewish, baha'i, dll? cuma berani sama kresten doang ya? itu mah ciri2 pengecut yg munafik oei.
>
> dan heran gua dengan moderator, udah tahu topik kayak gini lebih banyak memancing keributan daripada 'kebaikan' kok ya masih dibiarkan aja. mbok ya moderator ambil tindakan, bilang kek topik itu melenceng oleh karena itu di delete dari arsip dan tidak utk didiskusikan via jalur umum (kalo ada member yg menanggapi, silahkan via jalur pribadi). Eh, kenyataannya malah ada moderator -yg seharusnya sudah kenyang asam garam dunia perdiskusian- yg malah 'mendiskusikan' dan dah gitu emosional lagi.
>
> sebagai contoh nyata, tuh liat nimbrungan dari Als..., apa para moderator (dan lue, goeng, yg pertama bawa topik ini) suka kalo milis ini jadi ribut2 lagi?
>
>
> salam,
> jimmy
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "agoeng_set" <agoeng_set@> wrote:
> >
> > dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
> >
> > UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
> >
> > (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
> >
>
Andreas qianbei,
AM:
> Sebelum peti diangkat satu buah semangka harus dipecahkan dimuka peti. Ini adalah sumbangan utk GiamLo Ong diacherat [dongeng Lie Sie Bin dimana GLO minta semangka karena acherat panas.]
hy:
Ini dulu sudah pernah dibahas, tradisi ini adalah pemahaman folk religion terhadap filfasat aliran pure land buddhism. Semangka (xi gua) dipecahkan agar bijinya menyebar mengandung filsafat pure land buddhism yaitu menebar biji kebajikan di surga barat (xifang jile shijie). Tradisi semangka ini pertama kali dipopulerkan penganut pure land dan menyebar ke rakyat jelata dan bersinkretis dengan chinese folk religion.
AM:
> Suatu tradisi yg tidak diketemukan diIndonesia adalah system transport mayat diChina jikalau keluarga ingin mayat dikubur ditempat asalnya. Ini transport dpt memakan bbp hari dan minggu. Untuk mengotongnya mungkin utk yg kaya tidak sulit tetapi utk yg tidak terlalu kaya - mereka mengundang specialis yg mempergunakan ilmu rahasia [black magic???] yg dapat membikin mayat berjalan sendiri - semacem zombie - Jikalau mereka berjalan alat musiknya dan jeritannya sudah memberikan warning kepada penduduk utk menghindarkan mereka karena perlu lewat. ---- ini menurut berita yg saya terima dari keluarga diChina.
hy:
Seingat saya dari yang pernah saya baca, memang dulu ada sistem transportasi mayat di Tiongkok. Tapi bukan dengan black magic. Ilmu yang digunakan memang ilmu rahasia dan sebenarnya sederhana. Mayat-mayat yang diangkut berdiri digantung di sebatang bambu panjang. Sesuai prinsip fisika cara ini memudahkan perjalanan pengangkutan dengan meringankan beban tukang panggul batang bambu, minimal dua masing-masing di satu ujung. Dari kejauhan tentu saja terlihat mayat-mayat itu melompat-lompat karena batang bambu itu berayun-ayun. Persis seperti di Indonesia tukang jajanan jaman memanggul dagangannya dengan batang bambu. Perjalanan ini biasanya selalu dilakukan malam hari karena sesuai kepercayaan, berjumpa mayat adalah tabu. Juga karena di malam hari, suhu dan sinar matahari tidak ada. Ini semua berpengaruh ke pengawetan mayat, walaupun mayat yang akan ditransportasi sudah dilakukan pengawetan. Dan biasanya yang memimpin ekspedisi mayat ini memang seorang pendeta Tao yang sudah ahli dalam hal pengawetan mayat ini.
Hormat saya,
Yongde
Saya ingin memberikan contoh agar mereka yg menjadi kristen mengerti tradisi dan agama harus dipisahkan. Sebelumnya agar semua tahu saya beragama catholic dan mengerti apa yg diajar melaluiinjil tetapi saya juga mengerti apa yg dipeang oleh suku chinese sebagai kebudayaan. Memang antara catholic dan protestant kristen ada perbedaan pendapat mengenai menghormati yg sudah meinggal - utk yg kristen fundamental ini adalah penyembahan berhala dan untuk yg beragama catholic ini diperbolahkan karena ini menghormati leluhur kita yg melalui kehendak the Lord almigthy diberikan kemungkinan utk menciptakan kita. _ saya tidak ingin membicarakan dogma agama mengenai apa yg dipegang sebagai patokan hidup oleh gereja kristen - kelima soli mereka yg harus diterima mutlak sejak jaman Calvin dan Menon Simons dan juga Zwingli. BT bukan tempatnya utk mendiskusi
persoalan ini - Disini kita bicarakan kebudayaan yg ada diantara suku chinese diIndonesia dan tidak membicarakan apa yg agama kristen paksakan kepada mereka yg bukan kristen. Didalam penghidupan dan didalam milis ini kita perlu torelansi dan tidak perlu berkapala batu dan menentukan aliran dan ajran mereka adalah yg nomor wahid dan yg lain adalah agama setan.
Drkarang saya ingin memberikan penrangan mengenai kebudayaan dan agama kristen dinegara China sendiri dimana separoh dari keluarga saya masih menetap. Kebanyakan dari mereka juga beragama kristen sama seperti Pres. Chiang dan isterinya madame Sung.
Sewaktu pres Chiang meninggal anaknya pres Chiang ChingKuo tetap melakukan kehormatan kepada ayahnya dgn berlutu dimuka jenazahnya . Memang mereka tidak menyiapkan sesajen etc - tetapi bunga dan tulisan caligraphy tetap dipergunakan utk menghiasi meja "altarnya [yes altarnya] Didalam ceremony kematiannya memang segala pernak pernik yg dipergunaka oleh agama Dao tidak dipergunakan lagi - tetapi tradisi bahwa berlutut dan berdiri disamping jenazahnya sewaktu tamu datang selalu dilakukan. Para tamu semua - agama apapun yg mereka pegang tetap manggut 90 degrees dimuka altar Pres Chiang sr. Bedanya hanya no food dimeja tetapi sisanya 100% menurut tradisi China. ----- perhatikan ini adalah upacara utk presiden negara yg 100% beragama kristen.
Jenazah pres. Chiang tidak dikubur tetapi disimpan didalam mausoleum --- kenapa ?? Oleh karena keluarga ingin bahwa jenazah ini nanti dikubur ditempat keluarga Chiang diChina Chechiang Hsikow. Nah pertanyaan kalian sekarang kenapa tidak dikubur diTaiwan sebab dia kristen dan jenazahnya tidak perlu lagi dihormati sebab dia sudah mati. ---- Disinilah letaknya perbedaan antara agama dan kebudayaan. Kebudayaan china demikian kuatnya sampai seorang kristen seperti Pres Chiang tetap tunduk kepada kebudayaan. Jangan lupa mausoleumnya yg berada diTaiwan jikalau dikunjungi kita semua melakukan semacem kowtow dan mengheningkan cipta sejenak dan memperingatkan betapa China melarat karena kroupsi sejak jaman Qing dan berapa banyak yg mengorbankan diri utk negara incl. Pres Chiang sr ini.
Sekarang bagaimana para kristen diChina mempersatukan kebudayaan dan agama kristen. Ingat pula bahwa agama ini adalah agama bangsa yahudi yg sebetulnya jauh sebelum para evangelist dari USA datang keChina sejak jaman Tang sudah berkembang diChina. Ibunya KublaiKhan emperor Yuan yg kedua adalah nestorian kristen - pengikut gereja kristen yg dibawa oleh evangelist Thomas [disciple Jesus ke Kerala India dan kemudian keChina. Jangan lupa banyak dari mereka yg disebut suku Hui sebetulnya bukan beragama islam tetapi agama kristen. Disinilah kalian lihat bahwa kebudayaan mengambil alih agama dan menjadikannya ini sebagian dari tradisi China. Ajaran Kungtze yg mungkin diIndonesia dianggap sebagai agama - dinegara China is a way of life tanpa melihat agama yg dianut.
Yg beragama islam tetap memegang tradisi Kungtze, yg beragama Yahudi - suku Kaifeng tetap mempertahankan tradisi Kungtze. [ for your info suku Kaifeng oleh pemerintah israel diberikan hak kewarganegaraan sebagai citizen Israel jikalau mereka ingin ambil.
Yang agama kristen jikalau hidup diChina hampir semua ada potret daro OT mereka dan tulisan leluhur mereka dirumah keluarga mereka. Rumah keluarga tidak dibakar dan altarnya dihancurkan tetapi ini tetap dipelihara. Setiap anggota keluarga dimana dia pun tinggal jikalau kembali kerumah keluarga juga yg beragama kristen - semua memberikan respect kepada altar leluhur. Yes juga yg kristen protestant.
Sekarang kalian yg sekarang menganut agama kristen diIndonesia - apakah kalian sekarang karena ingin hidup seperti orang kristen diEuropah atau diUSA - apakah kalian ingin menendang keluar kebudayaan kalian yg diberikan oleh leluhur kita dan yg sejak ribuan tahun menentukan kerukunan hidup masyarakat China. Apakah kalian tidak dpt membaurkan filsafat kristen dgn filsafat bangsa atau suku chinese. Memang jikalau kalian sudah menganggap bahwa kebudayaan china inferior dibandingkan dgn negara kaya raya seperti USA - saya terpaksa harus tutup mulut.
Keluarga saya dapat membaurkan meskipun sudah beragama kristen dari ajaran methodist atau baptist dari USA sama dgn dr Sun YatSen dan pres Chiang sr.
Silahkan kalian berpikir dan jangan terlalu fanatiek. Fanatisme nanti menurut ajaran china akan mendapat hukuman didalam penghidupan. Kesabaran dan toleransi memberikan kemakmuran keluarga.
Andreas
|
|
|
|
|
|
|
|
Thank you inilah diskusi yg bermanfaat.
Utk saya semangka atau apapun tidak penting siapa yg menentukan pertama kalinya - pokoknya dipakai. Saya hanya menceritakan apa yg diceritakan kepada saya dan tidak ingin memberikan pendapat correkt atau tidak. Ini berdasarkan kepercayaan masing².
Nobody dpt memeriksa siapa yg salah atau yg betul - just take it as is.
Mengenai transport mayat - terus terang saya juga mendengar dari keluarga saya diIndonesia dan yg diChina - jadi saya anggap ini memang terjadi. Tetapi oleh karena tidak ada anggota keluarga yg pernah mempergunakan service ini - saya terus terang mendapat info setengah² ditambah dgn bumbu²nya agar lebih menarik. Tulisan sdr lebih logical.
Thanks - Andreas
--- On Thu, 8/20/09, henyung <henyung@yahoo.com> wrote: |
|
Date: Thursday, August 20, 2009, 7:12 PM |
|
|
|
|
Yth. Sdr Andreas,
Penjelasan Saudara amat baik dan mengena. Saya hormat atas penjelasan ini.
Hormat saya,
NM WIdjaja
Terima kasih kepada rekan-rekan di milis re: masalah ini- akhirnya banyak sekali informasi yang dapat saya pelajari dan cerna baik yg pro +kontra.
Walaupun demikian, tujuan kita ikutan member disini memang ingin mempelajari-mengetahui-menambah wawasan seputar tradisi tionghoa baik jaman nenek moyang sd issue-issue terakhir masa kini.Banyak sekali info2 yang saya dapati dengan ikutan member ini.
Anyway kalo ternyata menjadi polemik berbau keyakinan-agama,wah sayang sekali bukan disini tempatnya.
Sejarah Kebudayaan sangat menarik untuk dipelajari dan bisa dijadikan teladan hidup banyak memberi manfaat pembelajaran. Prosesi-prosesi seperti dalam topik ini bisa diambil hikmahnya.
Nilai2 kultural sangat tinggi.
Dan berbanggalah manusia bisa mengukir sebuah kebudayaan. Ini pun campur tangan karya Pencipta Langit dan bumi.
Just keep to yourself"jika banyak pendapat yang bersebrangan dengan keyakinan pribadi, karena kita sedang membahas sebuah perjalanan hidup manusia dilihat dari sudut budaya ( walau budaya juga kental dengan keyakinan dan pandangan hidup seseorang).
Mungkin saudara-saudara Nasrani bisa membatasi argumen alkitabiah terhadap keyakinan / tradisi Tionghoa di milis ini karena pun tidak cocok dengan pembelajaran kita di Forum Tionghoa ini. Jika kita sedang dalam dialogis agama mencari titik temu tradisi dan agama, ya silahkan saja. ( Boleh saja kita membuat forum milis baru seputar persoalan ini).
(Anyway saya juga seorang nasrani lho....)
Salam Sejahtera selalu
Saskia Ubaidi
Sent from my JaliBathi®
http://aaristoteles.blogspot.com// http://pustakaaristoteles.blogspot.com//
Yth. Sdr Andreas,
Penjelasan Saudara amat baik dan mengena. Saya hormat atas penjelasan ini.
Hormat saya,
NM WIdjaja
Saya ingin memberikan contoh agar mereka yg menjadi kristen mengerti tradisi dan agama harus dipisahkan. Sebelumnya agar semua tahu saya beragama catholic dan mengerti apa yg diajar melaluiinjil tetapi saya juga mengerti apa yg dipeang oleh suku chinese sebagai kebudayaan. Memang antara catholic dan protestant kristen ada perbedaan pendapat mengenai menghormati yg sudah meinggal - utk yg kristen fundamental ini adalah penyembahan berhala dan untuk yg beragama catholic ini diperbolahkan karena ini menghormati leluhur kita yg melalui kehendak the Lord almigthy diberikan kemungkinan utk menciptakan kita._ saya tidak ingin membicarakan dogma agama mengenai apa yg dipegang sebagai patokan hidup oleh gereja kristen - kelima soli mereka yg harus diterima mutlak sejak jaman Calvin dan Menon Simons dan juga Zwingli. BT bukan tempatnya utk mendiskusi persoalan ini - Disini kita bicarakan kebudayaan yg ada diantara suku chinese diIndonesia dan tidak membicarakan apa yg agama kristen paksakan kepada mereka yg bukan kristen. Didalam penghidupan dan didalam milis ini kita perlu torelansi dan tidak perlu berkapala batu dan menentukan aliran dan ajran mereka adalah yg nomor wahid dan yg lain adalah agama setan.
--
Best regards, Tantono Subagyo
Terima kasih kepada rekan-rekan di milis re: masalah ini- akhirnya banyak sekali informasi yang dapat saya pelajari dan cerna baik yg pro +kontra.
Walaupun demikian, tujuan kita ikutan member disini memang ingin mempelajari- mengetahui- menambah wawasan seputar tradisi tionghoa baik jaman nenek moyang sd issue-issue terakhir masa kini.Banyak sekali info2 yang saya dapati dengan ikutan member ini.
Anyway kalo ternyata menjadi polemik berbau keyakinan-agama, wah sayang sekali bukan disini tempatnya.
--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "agoeng_set" <agoeng_set@. ..> wrote:
>
> dari suatu website, mungkin bisa dijelaskan biar ga rancu.
>
> UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
> (Suatu tinjauan singkat melalui perspektif Alkitab oleh Saumiman Saud *)
>
> Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia, jabatan, dan Agama. Alkitab secara "konsisten" mengaitkan kematian itu dengan dosa atau maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm 5:12; 6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
>
> Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi, biasanya itu yang disebut dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak sesuai dengan kodrat manusia, hal ini disebabkan oleh pemberontakkannya kepada Allah. Bruce Milne,[1] menambahkan bahwa ini merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi. Namun menurut firman Tuhan , walaupun kematian itu tak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya pada masa manusia itu diberi kesempatan untuk hidup, haruslah mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
>
di dunia ini ada beberapa pandangan tentang kematian dan budaya Tionghoa sendiri memiliki pandangan tersendiri tentang alam kematian.
Menurut pandangan filsafat Tionghoa, baik dari Taoisme dan Ruisme tentang kematian, kematian bukanlah hal yang menakutkan.
Kematian dianggap sebagai perjalanan atau juga kembali ke Asali ( cat: TaiXu 太虛 seperti yang dijabarkan oleh Zhuxi 朱熹 ) atau juga seperti yang dikumandangkan oleh Zhuang Zi 莊子.
Konsep Xian atau immortal memang terlihat seperti mengingkari takdir kehidupan manusia, tapi seandainya anda belajar memahami konsep ruang dan waktu menurut filsafat Tionghoa, niscaya anda bisa memahami apa itu keterikatan kepada ruang dan waktu. Dari situ anda bisa memahami betapa Alkitab sendiri dan budaya Tionghoa memiliki beberapa kesamaan pandangan.
Tapi kesamaan pandangan itu memiliki cara penerapan yang berbeda-beda, bukan berarti harus memojokkan salah satu pandangan menurut "kacamata kuda" yang anda pakai.
Cara penerapan itu dikemas dalam bentuk tradisi. Tradisi "barat" yang sebenarnya bukanlah tradisi Kristen, yang kita kenal sekarang adalah menggunakan rangkaian bunga sebagai perwujudan dukacita, mengenakan pakaian hitam dan sebagainya.
Bahkan dalam militer sendiri memiliki tradisi seperti salvo penghormatan.
Jika anda ingin penguburan sesuai dengan tradisi Kristiani, ada baiknya anda dikuburkan dengan kain kafan dan jenazah anda ditaburi rempah-rempah agar tidak cepat bau dan membusuk kemudian ditaruh di dalam gua atau lubang tanah yang amat dalam.
> Reaksi manusia terhadap kematian itu bermacam-macam, tergantung siapa yang mati. Jikalau yang mati adalah kerabat dekat , dikenal atau dikasihi maka ada rasa kehilangan dan kesedihan yang sangat mendalam sekali. Sebaliknya terhadap orang yang tidak dikenal, reaksinyapun biasa-biasa saja. Selain itu tergantung juga bagaimana matinya; karena sakit, kecelakaan dan setelah itu reaksinya paling hanya terenyuh terharu.[2]
>
> Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa tradisi[3] masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber "malapetaka" atau "sial". Itulah sebabnya perlu ditangani dengan ritual keagamaan yang benar sehingga kelak mereka tidak diganggu oleh roh yang meninggal itu.
>
Point anda yang membedakan sendiri secara jelas sudah membuat garis pemisah, seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang Tionghoa tentang kematian adalah hal yang tabu.
Sebenarnya dalam konsep budaya Tionghoa maupun filsafatnya, ada tiga hal terpenting dalam kehidupan manusia. Lahir, menikah dan meninggal.
Tiga hal penting itu dilakukan dengan penuh tradisi dan tata cara.
Orang Tionghoa tidak membicarakan kematian karena dianggap hal yang tidak berguna. Seperti misalnya kata-kata Kong Zi yang menyatakan bahwa kita bisa mengetahui kematian setelah kita memahami apa itu kehidupan..
> d. Perlengkapan- perlengkapan dalam Perkabungan
> Tata-cara Pemakaman orang Tionghoa sebenarnya dengan mengubur, [13]sedangkan kremasi dikenal oleh kalangan yang beragama Hindu. Namun pada saat ini akibat memudarnya budaya (detradisionalisasi ), kremasi ternyata bukan cara yang asing lagi bagi orang Tionghoa.
>
> Tata-caranya secara umum sebagai berikut :
>
> - Sembahyang Tutup Peti
>
> Selama persemayaman, jenazah tersebut sudah mulai disembah dengan dipimpin oleh padri (Sai Kong) atau Bikhu/Bikhuni. Sanak keluarga dikumpulkan dengan mengenakan pakaian berkabung, mereka diminta untuk membakar dupa, berlutut dan mengelilingi peti mati berulang-ulang sebagai tanda hormat. Anak sulung (laki-laki) memegang "Tong Huan"[14] sebagai alat sembahyang selama ritual itu.
>
> Setelah ditetapkan hari dan jamnya, maka jenazah tersebut segera dimasukkan ke dalam peti sambil diisi barang-barang kesukaan almarhum dan kemudian dipenuhkan dengan uang kertas sembahyang. Sesudah jenazah dimasukkkan ke dalam peti, maka diadakan sembahyang "memaku peti jenazah" . Pada saat itu padri mengucapkan kalimat "It thiam teng, po pi kia sai" artinya paku pertama diberkatilah anak menantu", dengan demikian seterusnya sampai paku ke empat. Setelah itu diadakan doa dengan harapan agar meringankan dosa yang diperbuat oleh orang yang meninggal itu. Selain itu bagi mereka, cara menggeser peti mati itu juga ada syaratnya, tidak boleh menyentuh kosen pintu rumah, sebab menurut kepercayaan mereka roh almarhum itu akan tinggal di tempat yang tersenggol dan itu akan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.
>
> - Perjalanan ke tempat pemakaman
>
> Pemberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dimulai dengan sembahyang. Kali ini semua sanak famili mempersembahkan korban berupa daging, buah-buahan atau kue-kue, yang setelah selesai acaranya boleh dibawa pulang untuk dimakan bersama, supaya mendapat berkat dan rezeki. Pada saat yang sama menantu laki mengadakan ritualnya dengan mempersembahakan "Leng Ceng"[15]
>
> Bagi mereka yang masih memegang ketat tradisi, untuk menunjukkan rasa cinta anak pada orang tua, maka mereka diharuskan telanjang kaki berjalan samapi persimpangan jalan barulah boleh masuk ke mobil jenazah yang mengantar sampai ke kubur. Namun belakangan ini tradisi seperti ini jarang dilakukan, sebab selain udara yang panas juga mengganggu lalu-lintas jalan.
>
> Selain itu juga diadakan pemecahan guci, semangka dan sebagainya, semua ini tujuannya supaya mendapatkan berkat.
>
> - Sembahyang di kubur
>
> Ritual penyembahan di kubur (kremasi) dilakukan dengan cara membakar dupa, berlutut, mengelilingi peti jenazah yang dipimpin kembali oleh padri. Setelah selesai sembahyang, maka dilakukan secara teratur tabur bunga yang dimulai oleh sanak keluarga dan famili yang diikuti oleh pelayat. Pada saat ini juga, famili, cucu luar mengambil kesempatan membuang (Ha), dengan demikian mereka sudah boleh memakai pakaian bebas.
>
> Di kubur juga ada ritual lain seperti pelepasan burung merpati, lalu ada yang meguburkan boneka di samping kuburan tersebut, dengan tujuan supaya adayang menemani arwah itu, dan tujuan lain supaya arwah tersebut tidak mengajak pasangannya yang masih hidup.
>
> – Perjalan pulang ke rumah
>
> Perjalanan pulang dari tempat pemakaman (kremasi), dilakukan setelah semua upacaranya selesai. Pihak berkabung membagi-bagikan Ang Pao kepada para pelayat sebagai tanda ucapan terima klasih. Sementara itu anak sulung membawa Hio Lo sambil dupanya tetap dinyalahkan dan anak yang lain memegang foto almarhum.
>
> Dalam sepanjang perjalanan itu, anak-anak almarhum harus memberi komandao, misalnya tatkala meliwati jembatan. Komando ini diucapkanm serentak kepada roh yang mereka bawa melalui Hio Lo, supaya roh tersebut tidak tersesat pulang ke rumah. Hio Lo inilah yang kemudian diletakkan di rumah anak sulung supaya disembah oleh semua sanak keluarga.
>
> Para pelayat yang yang sudah tiba di rumah duka atau rumah almarhum, biasanya disediakan air bunga untuk cuci wajah[16] dan disediakan makanan ala kadarnya.
>
> f. Masa Perkabungan
>
> 1. Sanak Keluarga
>
> Seperti sudah dijelaskan di atas, lamanya berkabung sehubungan suatu kematian tergantung pada hasil musyawarah seluruh anggota berduka (Hao Lam). Jaman dulu, lamanya berkabung selama tiga tahun, namun karena faktor situasi dan kondisi, maka saat ini tradisi tersebut agak ditoleransikan menjadi satu tahun, bahkan ada yang hanya satu minggu ( tujuh hari).
>
> Memang terdapat banyak kesulitan tatakala mereka menjalani masa duka yang cukup panjang ini, misalnya:
>
> - Dalam bisnis, ada orang Tionghoa yanga merasa pantang mengunjungi/ dikunjungi oleh orang-orang yang mengenakan pakaian dengan tanda kabung.
.: Website global http://www.budaya- tionghoa. net :.
.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua :.
.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.. wordpress. com :.
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/ join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:budaya_tionghua- digest@yahoogrou ps.com
mailto:budaya_tionghua- fullfeatured@ yahoogroups. com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tionghua- unsubscribe@ yahoogroups. com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs. yahoo.com/ info/terms/
Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
Salam Kompak
Saskia Ubaidi
------Original Message------
From: Tantono Subagyo
Sender: budaya_...@yahoogroups.com
To: budaya_...@yahoogroups.com
ReplyTo: budaya_...@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Sent: Aug 21, 2009 2:16 PM
Sdri Saskia yang saya hormati, Saya kira himbauan sdri kepada orang Nasrani di tempat ini kurang tepat karena tidak ada yang mempersoalkan budaya dari segi Alkitab dan disini memang bukan tempatnya. Yang ada adalah forward dari milis lain yang menyebabkan wawasan Kristiani bahkan wawasan Ke Tuhanan dikecam dan dilecehkan. Salam, Tan Lookay 2009/8/21 Saskia UBAIDI <popop1970@yahoo. com> Terima kasih kepada rekan-rekan di milis re: masalah ini- akhirnya banyak sekali informasi yang dapat saya pelajari dan cerna baik yg pro +kontra. Walaupun demikian, tujuan kita ikutan member disini memang ingin mempelajari- mengetahui- menambah wawasan seputar tradisi tionghoa baik jaman nenek moyang sd issue-issue terakhir masa kini.Banyak sekali info2 yang saya dapati dengan ikutan member ini. Anyway kalo ternyata menjadi polemik berbau keyakinan-agama, wah sayang sekali bukan disini tempatnya. Sejarah Kebudayaan sangat menarik untuk dipelajari dan bisa dijadikan teladan hidup banyak memberi manfaat pembelajaran. Prosesi-prosesi seperti dalam topik ini bisa diambil hikmahnya. Nilai2 kultural sangat tinggi. Dan berbanggalah manusia bisa mengukir sebuah kebudayaan. Ini pun campur tangan karya Pencipta Langit dan bumi. Just keep to yourself"jika banyak pendapat yang bersebrangan dengan keyakinan pribadi, karena kita sedang membahas sebuah perjalanan hidup manusia dilihat dari sudut budaya ( walau budaya juga kental dengan keyakinan dan pandangan hidup seseorang). Mungkin saudara-saudara Nasrani bisa membatasi argumen alkitabiah terhadap keyakinan / tradisi Tionghoa di milis ini karena pun tidak cocok dengan pembelajaran kita di Forum Tionghoa ini. Jika kita sedang dalam dialogis agama mencari titik temu tradisi dan agama, ya silahkan saja. ( Boleh saja kita membuat forum milis baru seputar persoalan ini). (Anyway saya juga seorang nasrani lho....) Salam Sejahtera selalu Saskia Ubaidi
Sent from my JaliBathi® http://aaristoteles .blogspot. com// http://pustakaarist oteles.blogspot. com//
From: "Ning M. Widjaja" Date: Fri, 21 Aug 2009 10:48:05 +0700 To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI Yth. Sdr Andreas, Penjelasan Saudara amat baik dan mengena. Saya hormat atas penjelasan ini. Hormat saya, NM WIdjaja
2009/8/21 ANDREAS MIHARDJA <mihardja@pacbell. net> Saya ingin memberikan contoh agar mereka yg menjadi kristen mengerti tradisi dan agama harus dipisahkan. Sebelumnya agar semua tahu saya beragama catholic dan mengerti apa yg diajar melaluiinjil tetapi saya juga mengerti apa yg dipeang oleh suku chinese sebagai kebudayaan. Memang antara catholic dan protestant kristen ada perbedaan pendapat mengenai menghormati yg sudah meinggal - utk yg kristen fundamental ini adalah penyembahan berhala dan untuk yg beragama catholic ini diperbolahkan karena ini menghormati leluhur kita yg melalui kehendak the Lord almigthy diberikan kemungkinan utk menciptakan kita._ saya tidak ingin membicarakan dogma agama mengenai apa yg dipegang sebagai patokan hidup oleh gereja kristen - kelima soli mereka yg harus diterima mutlak sejak jaman Calvin dan Menon Simons dan juga Zwingli. BT bukan tempatnya utk mendiskusi persoalan ini - Disini kita bicarakan kebudayaan yg ada diantara suku chinese diIndonesia dan tidak membicarakan apa yg agama kristen paksakan kepada mereka yg bukan kristen. Didalam penghidupan dan didalam milis ini kita perlu torelansi dan tidak perlu berkapala batu dan menentukan aliran dan ajran mereka adalah yg nomor wahid dan yg lain adalah agama setan. Drkarang saya ingin memberikan penrangan mengenai kebudayaan dan agama kristen dinegara China sendiri dimana separoh dari keluarga saya masih menetap. Kebanyakan dari mereka juga beragama kristen sama seperti Pres. Chiang dan isterinya madame Sung. Sewaktu pres Chiang meninggal anaknya pres Chiang ChingKuo tetap melakukan kehormatan kepada ayahnya dgn berlutu dimuka jenazahnya . Memang mereka tidak menyiapkan sesajen etc - tetapi bunga dan tulisan caligraphy tetap dipergunakan utk menghiasi meja "altarnya [yes altarnya] Didalam ceremony kematiannya memang segala pernak pernik yg dipergunaka oleh agama Dao tidak dipergunakan lagi - tetapi tradisi bahwa berlutut dan berdiri disamping jenazahnya sewaktu tamu datang selalu dilakukan. Para tamu semua - agama apapun yg mereka pegang tetap manggut 90 degrees dimuka altar Pres Chiang sr. Bedanya hanya no food dimeja tetapi sisanya 100% menurut tradisi China. ----- perhatikan ini adalah upacara utk presiden negara yg 100% beragama kristen. Jenazah pres. Chiang tidak dikubur tetapi disimpan didalam mausoleum --- kenapa ?? Oleh karena keluarga ingin bahwa jenazah ini nanti dikubur ditempat keluarga Chiang diChina Chechiang Hsikow. Nah pertanyaan kalian sekarang kenapa tidak dikubur diTaiwan sebab dia kristen dan jenazahnya tidak perlu lagi dihormati sebab dia sudah mati. ---- Disinilah letaknya perbedaan antara agama dan kebudayaan. Kebudayaan china demikian kuatnya sampai seorang kristen seperti Pres Chian
Sent from my JaliBathi®
http://aaristoteles.blogspot.com// http://pustakaaristoteles.blogspot.com//
------------------------------------
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:budaya_tion...@yahoogroups.com
mailto:budaya_tionghu...@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tiongh...@yahoogroups.com
Bung Ardian,
Koreksi saja, sejak awal berdirinya entah itu judaism, kristen, islam, dan agama-agama monotheis lainnya; umumnya selalu menyebut agama/kepercayaan lain sebagai 'sesat', 'setan', dll you-name-it. Sudah natur agama samawi (monotheis?) seperti itu.
Jangankan 'menghina' tradisi lain, lah wong didalam kompleks agama samawi tersebut saja bisa terjadi saling klaim kebenaran (dan menyebut yg lain sebagai salah). Bahkan, didalam satu agama saja, antar cabang/denominasi/mazhab bisa saling mensetankan satu sama lain.
Ini bukan pengetahuan yang baru kan? dengan luasnya pengetahuan Bung Ardian, maka saya mengasumsikan sampean juga sudah tahu kan? Agoeng juga pasti sudah tahu (kecuali kalau dia kura-kura dalam perahu).
Lalu hasil positif apa yang bisa diperoleh kalau intensi si pembawa beritanya saja diragukan 'kemurniannya'? Terus terang, saya respek dan angkat topi terhadap penjelasan dari Xuan Tong dan bung Andreas.
Orang -yg ngakunya- kristen ngaco, itu banyak. Demikian pula di dalam agama/kepercayaan lainnya. Tersirat, Anda bilang, bahwa yg sering menyerang budaya tionghoa itu orang kristen? banyak (dan mungkin lebih keras?) cacian dari agama lain ke kebudayaan tionghoa. tidak perlu saya bawa contoh dalam agama2 lain kesini.
Kalo anda (atau milis BT ini?) mau menjadi pembersih segala macam cercaan ngawur tersebut, ayo jangan setengah-setengah. Bawa juga kesini cercaan dari agama2/kepercayaan2 lain kesini, dan cuci (hujat?) balik.
Inikah yang mau dicapai? sementara masih banyak cara lain untuk melakukan klarifikasi tanpa perlu saling hujat.
Sementara waktu, jangan salahkan, jika ada yang tersinggung bila si 'spesialis pencari masalah' selalu meneruskan (forward) tulisan tanpa konteks yang tujuannya membenturkan antara tradisi/kebudayaan tionghoa dengan paham lain. Kalau dalam 'pertempuran', si tukang hasut kayak gini yang perlu digolok duluan :p. Bukankah para "musuh" dan "kawan" adalah kaum terhormat yang memegang prinsip2 mereka?
mohon maaf kalau ada kalimat yang menyinggung sampean.
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <ardian_c@...> wrote:
>
> sejak perkembangan peradaban Kristen yg naik daun setelah terpuruk dalam dark age, mereka memiliki kebiasaan mensetan2kan agama lain atau jg tradisi lain.
>
> Dan jujurlah, yg paling sering menyerang budaya Tionghoa dalam ranah agama itu siapa ? Kesaksiannya bertebaran dimana2 , dari dukun palsu Eddy Tattimu yg gak ngerti apa yinyang, dikarang dongeng ilmu tercanggih ilmu yinyang, Samuel Wang yg ngaku sarjana literatur klasik Tiongkok tapi gak tau kalu Nv Wa itu cewe, Tabareka yg ngaku pernah di Badui Dalem selama 16 taon , Ekku Hidayat pendongeng sejati dan sebagainya.
> Itu dijaman sekarang ini, apalagi dijaman doeloe !!!!!
>
> Yang jelas yg nulis ini seh gak ngerti apa2 en asal ngejeplak aja.
> Liat aja daftar pustaka yg diambil jg ketauan.
Jadi orang nulis di koran "A", anda mencoba mencari klarifikasi di koran "B" yang gak saling hubung? Maaf saja, itu tindakan naif binti irrasional. Lah wong pembacanya aja beda kok walaupun mungkin ada di segmentasi/kelompok yang serupa.
Lalu pertanyaan yang belum anda jawab, kok beraninya cuma forward artikel ngaco dari orang kristen (dan buddhis?)? kalo memang mau jadi 'gateway' atau pencari artikel ngaco tentang budaya tionghoa, ya jangan setengah2. Gugel tuh dunia internet, pantengin tuh buku-buku dari segala macam agama/kepercayaan, rekamin tuh kutbah2 mereka juga; lalu tulis semua di milis ini. kemudian, kecam balik. Jangan setengah-setengah kalo mau mengambil peran tersebut!
Emang yg menyetan2kan kebudayaan tionghoa itu cuma para kristen saja? kenapa anda diem saja terhadap tulisan ngaco diluar kristen? Kalo saya salah dalam hal ini, coba berikan pranala/link ke email anda yg berisi terusan kumpulan artikel2 ngaco dari agama/kepercayaan lain terhadap budaya tionghoa. Jangan-jangan nanti statisknya bukan dalam kurva normal (yg artinya anda condong/bias).
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@... wrote:
>
> Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
Hahaha. Baca yg bener forward g baru komen lg yah. Tipikal yg mengaburkan masalah yg sebenernya dengan mengangkat topik laen. Jelas2 diawal g tulis tolong dijelaskan or klarifikasi. Emang salah? Trus itu artikel g dpt nemu di website bukan milis, n g ga nyari2 jg, dr awal juga g dah blg, kalo nemu yg begitu g bawa kesini kalo engga yah ga kerajinan nyari2 tuh. G dapetnya yg kristen kok lo malah maksa banget yah suruh nyari yg laen, mau narik2 biar nyemplung semua? N yg bilang g "gateway" tukang nyari2 sapa? Lo yg gak nyambung tp nyerocos nuduh kagak karuan.
Emang sengaja mancing2 ama lempar masalah trus kabur yah?
Btw dr awal sebenernya penjelasan kayak kong PH n andreas serta HY yg diperlukan bukan pembiasan masalah dengan malah nuduh yg kagak2.
Subject: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Jadi orang nulis di koran "A", anda mencoba mencari klarifikasi di koran "B" yang gak saling hubung? Maaf saja, itu tindakan naif binti irrasional. Lah wong pembacanya aja beda kok walaupun mungkin ada di segmentasi/kelompok yang serupa.
Lalu pertanyaan yang belum anda jawab, kok beraninya cuma forward artikel ngaco dari orang kristen (dan buddhis?)? kalo memang mau jadi 'gateway' atau pencari artikel ngaco tentang budaya tionghoa, ya jangan setengah2. Gugel tuh dunia internet, pantengin tuh buku-buku dari segala macam agama/kepercayaan, rekamin tuh kutbah2 mereka juga; lalu tulis semua di milis ini. kemudian, kecam balik. Jangan setengah-setengah kalo mau mengambil peran tersebut!
Emang yg menyetan2kan kebudayaan tionghoa itu cuma para kristen saja? kenapa anda diem saja terhadap tulisan ngaco diluar kristen? Kalo saya salah dalam hal ini, coba berikan pranala/link ke email anda yg berisi terusan kumpulan artikel2 ngaco dari agama/kepercayaan lain terhadap budaya tionghoa. Jangan-jangan nanti statisknya bukan dalam kurva normal (yg artinya anda condong/bias).
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@... wrote:
>
> Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
Sebenernya "kemurnian" niat yg forward yg perlu dipertanyakan apa perasaan terlalu sensitif pihak2 tertentu yg terpanah? Tanggapan awal tmn2 disini rata2 membahas isi dr artikel tersebut baik penjelasan ataupun bantahan terhadap tuduhan2 yg ada, tp ada pihak2 yg tersinggung n tersentil yg lkemudian malah ngebahas hina n menghina segala??? Justru pihak2 itu yg harus dipertanyakan niatnya. Kenapa disaat yg laen bahas konteks isi dr artikel tp mereka malah membawa ke masalah laen? Takut kalo isi artikel tersebut terbantah maka mereka ga bisa jualan lagi???
Bung Ardian,
Koreksi saja, sejak awal berdirinya entah itu judaism, kristen, islam, dan agama-agama monotheis lainnya; umumnya selalu menyebut agama/kepercayaan lain sebagai 'sesat', 'setan', dll you-name-it. Sudah natur agama samawi (monotheis?) seperti itu.
Jangankan 'menghina' tradisi lain, lah wong didalam kompleks agama samawi tersebut saja bisa terjadi saling klaim kebenaran (dan menyebut yg lain sebagai salah). Bahkan, didalam satu agama saja, antar cabang/denominasi/mazhab bisa saling mensetankan satu sama lain.
Ini bukan pengetahuan yang baru kan? dengan luasnya pengetahuan Bung Ardian, maka saya mengasumsikan sampean juga sudah tahu kan? Agoeng juga pasti sudah tahu (kecuali kalau dia kura-kura dalam perahu).
Lalu hasil positif apa yang bisa diperoleh kalau intensi si pembawa beritanya saja diragukan 'kemurniannya'? Terus terang, saya respek dan angkat topi terhadap penjelasan dari Xuan Tong dan bung Andreas.
Orang -yg ngakunya- kristen ngaco, itu banyak. Demikian pula di dalam agama/kepercayaan lainnya. Tersirat, Anda bilang, bahwa yg sering menyerang budaya tionghoa itu orang kristen? banyak (dan mungkin lebih keras?) cacian dari agama lain ke kebudayaan tionghoa. tidak perlu saya bawa contoh dalam agama2 lain kesini.
Kalo anda (atau milis BT ini?) mau menjadi pembersih segala macam cercaan ngawur tersebut, ayo jangan setengah-setengah. Bawa juga kesini cercaan dari agama2/kepercayaan2 lain kesini, dan cuci (hujat?) balik.
Inikah yang mau dicapai? sementara masih banyak cara lain untuk melakukan klarifikasi tanpa perlu saling hujat.
Sementara waktu, jangan salahkan, jika ada yang tersinggung bila si 'spesialis pencari masalah' selalu meneruskan (forward) tulisan tanpa konteks yang tujuannya membenturkan antara tradisi/kebudayaan tionghoa dengan paham lain. Kalau dalam 'pertempuran', si tukang hasut kayak gini yang perlu digolok duluan :p. Bukankah para "musuh" dan "kawan" adalah kaum terhormat yang memegang prinsip2 mereka?
mohon maaf kalau ada kalimat yang menyinggung sampean.
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <ardian_c@...> wrote:
>
> sejak perkembangan peradaban Kristen yg naik daun setelah terpuruk dalam dark age, mereka memiliki kebiasaan mensetan2kan agama lain atau jg tradisi lain.
>
> Dan jujurlah, yg paling sering menyerang budaya Tionghoa dalam ranah agama itu siapa ? Kesaksiannya bertebaran dimana2 , dari dukun palsu Eddy Tattimu yg gak ngerti apa yinyang, dikarang dongeng ilmu tercanggih ilmu yinyang, Samuel Wang yg ngaku sarjana literatur klasik Tiongkok tapi gak tau kalu Nv Wa itu cewe, Tabareka yg ngaku pernah di Badui Dalem selama 16 taon , Ekku Hidayat pendongeng sejati dan sebagainya.
> Itu dijaman sekarang ini, apalagi dijaman doeloe !!!!!
>
> Yang jelas yg nulis ini seh gak ngerti apa2 en asal ngejeplak aja.
> Liat aja daftar pustaka yg diambil jg ketauan.
----- Original Message -----From: agoeng_set@yahoo.comSent: Saturday, August 22, 2009 12:27 AMSubject: Re: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISIHahaha. Baca yg bener forward g baru komen lg yah. Tipikal yg mengaburkan masalah yg sebenernya dengan mengangkat topik laen. Jelas2 diawal g tulis tolong dijelaskan or klarifikasi. Emang salah? Trus itu artikel g dpt nemu di website bukan milis, n g ga nyari2 jg, dr awal juga g dah blg, kalo nemu yg begitu g bawa kesini kalo engga yah ga kerajinan nyari2 tuh. G dapetnya yg kristen kok lo malah maksa banget yah suruh nyari yg laen, mau narik2 biar nyemplung semua? N yg bilang g "gateway" tukang nyari2 sapa? Lo yg gak nyambung tp nyerocos nuduh kagak karuan.
Emang sengaja mancing2 ama lempar masalah trus kabur yah?
Btw dr awal sebenernya penjelasan kayak kong PH n andreas serta HY yg diperlukan bukan pembiasan masalah dengan malah nuduh yg kagak2.
From: "tanaya.geo"
Date : Fri, 21 Aug 2009 14:20:58 -0000
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Jadi orang nulis di koran "A", anda mencoba mencari klarifikasi di koran "B" yang gak saling hubung? Maaf saja, itu tindakan naif binti irrasional. Lah wong pembacanya aja beda kok walaupun mungkin ada di segmentasi/kelompok yang serupa.
Lalu pertanyaan yang belum anda jawab, kok beraninya cuma forward artikel ngaco dari orang kristen (dan buddhis?)? kalo memang mau jadi 'gateway' atau pencari artikel ngaco tentang budaya tionghoa, ya jangan setengah2. Gugel tuh dunia internet, pantengin tuh buku-buku dari segala macam agama/kepercayaan, rekamin tuh kutbah2 mereka juga; lalu tulis semua di milis ini. kemudian, kecam balik. Jangan setengah-setengah kalo mau mengambil peran tersebut!
Emang yg menyetan2kan kebudayaan tionghoa itu cuma para kristen saja? kenapa anda diem saja terhadap tulisan ngaco diluar kristen? Kalo saya salah dalam hal ini, coba berikan pranala/link ke email anda yg berisi terusan kumpulan artikel2 ngaco dari agama/kepercayaan lain terhadap budaya tionghoa. Jangan-jangan nanti statisknya bukan dalam kurva normal (yg artinya anda condong/bias).
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@... wrote:
>
> Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
Salah karena memandang dari sisi agama bukan dari sisi budaya. Kalo memandang dari sisi budaya trus merasa ada yg salah tentu akan mencoba mengajak diskusi di milis budaya juga, tp kalo memandang dari sisi agama pasti akan triak2 karena merasa pandangan agamanya terhadap budaya disalahkan. Dan mendorong ke arah debat kusir di sisi agama bukan budaya, berkali topik budaya berhasil dijelaskan dengan baik kok oleh para pakar disini sehingga pengetahuan yg salah bisa dibenarkan, tp hanya org2 yg merasa pandangan agamanya disalahkan yg tersinggung dan selalu mengajak pindah ke debat kusir perlu tidaknya topik itu dibawa kesini, padahal kalo berpikiran terbuka dan menjawab seperti jawaban sdr henyung bahwa yg dianggap zombie itu apa dan kenapa ada "zombie" di dalam budaya tionghoa tentu tidak akan tersinggung dan bilang itu debat agama. Kecuali emang ada agenda tersembunyi dengan terbukanya masalah2 "zombie" secara jelas maka mereka tidak bisa lagi jualan agama dengan memutar balikan fakta2 seperti "zombie" itu lg, tidak bisa lagi menakut nakuti para org awam seperti saya bahwa budaya tionghoa itu budaya iblis karena org mati aja jadi zombie. Dan pada akhirnya akan makin susah cari org yg mau pindah agama ( jadi sebenernya yg bawa agenda agama itu sapa yah).
Lha iyalahhh... Upacara kematian orang Tionghoa itu punya dua sisi, bukan? Budaya dan agama? Kalau hio dibakar dalam upacara kematian, kan budaya AND agama? Lha memisahkan Chinese Mahayana, Taoism dan Confucianism dari budaya Tionghoa pigimana ya? Masak gak boleh dibahas?
Kalau ada zombie ikut ikutan perayaan, lapor ke Densus 88 mas
Salam
Danardono
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@... wrote:
>
> Salah karena memandang dari sisi agama bukan dari sisi budaya. Kalo memandang dari sisi budaya trus merasa ada yg salah tentu akan mencoba mengajak diskusi di milis budaya juga, tp kalo memandang dari sisi agama pasti akan triak2 karena merasa pandangan agamanya terhadap budaya disalahkan. Dan mendorong ke arah debat kusir di sisi agama bukan budaya, berkali topik budaya berhasil dijelaskan dengan baik kok oleh para pakar disini sehingga pengetahuan yg salah bisa dibenarkan, tp hanya org2 yg merasa pandangan agamanya disalahkan yg tersinggung dan selalu mengajak pindah ke debat kusir perlu tidaknya topik itu dibawa kesini, padahal kalo berpikiran terbuka dan menjawab seperti jawaban sdr henyung bahwa yg dianggap zombie itu apa dan kenapa ada "zombie" di dalam budaya tionghoa tentu tidak akan tersinggung dan bilang itu debat agama. Kecuali emang ada agenda tersembunyi dengan terbukanya masalah2 "zombie" secara jelas maka mereka tidak bisa lagi jualan agama dengan memutar balikan fakta2 seperti "zombie" itu lg, tidak bisa lagi menakut nakuti para org awam seperti saya bahwa budaya tionghoa itu budaya iblis karena org mati aja jadi zombie. Dan pada akhirnya akan makin susah cari org yg mau pindah agama ( jadi sebenernya yg bawa agenda agama itu sapa yah).
> -----Original Message-----
> From: "Akhmad Bukhari Saleh" <absaleh@...>
>
> Date: Sat, 22 Aug 2009 02:16:15
> ----------------------------------------------------------
> From: "tanaya.geo"
> Date : Fri, 21 Aug 2009 14:20:58 -0000
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
>
>
>
> Jadi orang nulis di koran "A", anda mencoba mencari klarifikasi di koran "B" yang gak saling hubung? Maaf saja, itu tindakan naif binti irrasional. Lah wong pembacanya aja beda kok walaupun mungkin ada di segmentasi/kelompok yang serupa.
>
> Lalu pertanyaan yang belum anda jawab, kok beraninya cuma forward artikel ngaco dari orang kristen (dan buddhis?)? kalo memang mau jadi 'gateway' atau pencari artikel ngaco tentang budaya tionghoa, ya jangan setengah2. Gugel tuh dunia internet, pantengin tuh buku-buku dari segala macam agama/kepercayaan, rekamin tuh kutbah2 mereka juga; lalu tulis semua di milis ini. kemudian, kecam balik. Jangan setengah-setengah kalo mau mengambil peran tersebut!
>
> Emang yg menyetan2kan kebudayaan tionghoa itu cuma para kristen saja? kenapa anda diem saja terhadap tulisan ngaco diluar kristen? Kalo saya salah dalam hal ini, coba berikan pranala/link ke email anda yg berisi terusan kumpulan artikel2 ngaco dari agama/kepercayaan lain terhadap budaya tionghoa. Jangan-jangan nanti statisknya bukan dalam kurva normal (yg artinya anda condong/bias).
>
> salam,
> jimmy
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote:
> >
> > Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
> .
>
Host a free online
conference on IM.
Salah karena memandang dari sisi agama bukan dari sisi budaya. Kalo memandang dari sisi budaya trus merasa ada yg salah tentu akan mencoba mengajak diskusi di milis budaya juga, tp kalo memandang dari sisi agama pasti akan triak2 karena merasa pandangan agamanya terhadap budaya disalahkan. Dan mendorong ke arah debat kusir di sisi agama bukan budaya, berkali topik budaya berhasil dijelaskan dengan baik kok oleh para pakar disini sehingga pengetahuan yg salah bisa dibenarkan, tp hanya org2 yg merasa pandangan agamanya disalahkan yg tersinggung dan selalu mengajak pindah ke debat kusir perlu tidaknya topik itu dibawa kesini, padahal kalo berpikiran terbuka dan menjawab seperti jawaban sdr henyung bahwa yg dianggap zombie itu apa dan kenapa ada "zombie" di dalam budaya tionghoa tentu tidak akan tersinggung dan bilang itu debat agama. Kecuali emang ada agenda tersembunyi dengan terbukanya masalah2 "zombie" secara jelas maka mereka tidak bisa lagi jualan agama dengan memutar balikan fakta2 seperti "zombie" itu lg, tidak bisa lagi menakut nakuti para org awam seperti saya bahwa budaya tionghoa itu budaya iblis karena org mati aja jadi zombie. Dan pada akhirnya akan makin susah cari org yg mau pindah agama ( jadi sebenernya yg bawa agenda agama itu sapa yah).
----- Original Message -----From: agoeng_set@yahoo. comSent: Saturday, August 22, 2009 12:27 AMSubject: Re: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Hahaha. Baca yg bener forward g baru komen lg yah. Tipikal yg mengaburkan masalah yg sebenernya dengan mengangkat topik laen. Jelas2 diawal g tulis tolong dijelaskan or klarifikasi. Emang salah? Trus itu artikel g dpt nemu di website bukan milis, n g ga nyari2 jg, dr awal juga g dah blg, kalo nemu yg begitu g bawa kesini kalo engga yah ga kerajinan nyari2 tuh. G dapetnya yg kristen kok lo malah maksa banget yah suruh nyari yg laen, mau narik2 biar nyemplung semua? N yg bilang g "gateway" tukang nyari2 sapa? Lo yg gak nyambung tp nyerocos nuduh kagak karuan.
Emang sengaja mancing2 ama lempar masalah trus kabur yah?
Btw dr awal sebenernya penjelasan kayak kong PH n andreas serta HY yg diperlukan bukan pembiasan masalah dengan malah nuduh yg kagak2.
From: "tanaya.geo"
Date : Fri, 21 Aug 2009 14:20:58 -0000
To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Jadi orang nulis di koran "A", anda mencoba mencari klarifikasi di koran "B" yang gak saling hubung? Maaf saja, itu tindakan naif binti irrasional. Lah wong pembacanya aja beda kok walaupun mungkin ada di segmentasi/kelompok yang serupa.
Lalu pertanyaan yang belum anda jawab, kok beraninya cuma forward artikel ngaco dari orang kristen (dan buddhis?)? kalo memang mau jadi 'gateway' atau pencari artikel ngaco tentang budaya tionghoa, ya jangan setengah2. Gugel tuh dunia internet, pantengin tuh buku-buku dari segala macam agama/kepercayaan, rekamin tuh kutbah2 mereka juga; lalu tulis semua di milis ini. kemudian, kecam balik. Jangan setengah-setengah kalo mau mengambil peran tersebut!
Emang yg menyetan2kan kebudayaan tionghoa itu cuma para kristen saja? kenapa anda diem saja terhadap tulisan ngaco diluar kristen? Kalo saya salah dalam hal ini, coba berikan pranala/link ke email anda yg berisi terusan kumpulan artikel2 ngaco dari agama/kepercayaan lain terhadap budaya tionghoa. Jangan-jangan nanti statisknya bukan dalam kurva normal (yg artinya anda condong/bias) .
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@ yahoogroups.. com, agoeng_set@. .. wrote:
>
> Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
Find support for
Mental illnesses
Salah karena memandang dari sisi agama bukan dari sisi budaya. Kalo memandang dari sisi budaya trus merasa ada yg salah tentu akan mencoba mengajak diskusi di milis budaya juga, tp kalo memandang dari sisi agama pasti akan triak2 karena merasa pandangan agamanya terhadap budaya disalahkan. Dan mendorong ke arah debat kusir di sisi agama bukan budaya, berkali topik budaya berhasil dijelaskan dengan baik kok oleh para pakar disini sehingga pengetahuan yg salah bisa dibenarkan, tp hanya org2 yg merasa pandangan agamanya disalahkan yg tersinggung dan selalu mengajak pindah ke debat kusir perlu tidaknya topik itu dibawa kesini, padahal kalo berpikiran terbuka dan menjawab seperti jawaban sdr henyung bahwa yg dianggap zombie itu apa dan kenapa ada "zombie" di dalam budaya tionghoa tentu tidak akan tersinggung dan bilang itu debat agama. Kecuali emang ada agenda tersembunyi dengan terbukanya masalah2 "zombie" secara jelas maka mereka tidak bisa lagi jualan agama dengan memutar balikan fakta2 seperti "zombie" itu lg, tidak bisa lagi menakut nakuti para org awam seperti saya bahwa budaya tionghoa itu budaya iblis karena org mati aja jadi zombie. Dan pada akhirnya akan makin susah cari org yg mau pindah agama ( jadi sebenernya yg bawa agenda agama itu sapa yah).
----- Original Message -----From: agoeng_set@yahoo. com
Sent: Saturday, August 22, 2009 12:27 AMSubject: Re: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Hahaha. Baca yg bener forward g baru komen lg yah. Tipikal yg mengaburkan masalah yg sebenernya dengan mengangkat topik laen. Jelas2 diawal g tulis tolong dijelaskan or klarifikasi. Emang salah? Trus itu artikel g dpt nemu di website bukan milis, n g ga nyari2 jg, dr awal juga g dah blg, kalo nemu yg begitu g bawa kesini kalo engga yah ga kerajinan nyari2 tuh. G dapetnya yg kristen kok lo malah maksa banget yah suruh nyari yg laen, mau narik2 biar nyemplung semua? N yg bilang g "gateway" tukang nyari2 sapa? Lo yg gak nyambung tp nyerocos nuduh kagak karuan.
Emang sengaja mancing2 ama lempar masalah trus kabur yah?
Btw dr awal sebenernya penjelasan kayak kong PH n andreas serta HY yg diperlukan bukan pembiasan masalah dengan malah nuduh yg kagak2.
From: "tanaya.geo"
Date : Fri, 21 Aug 2009 14:20:58 -0000
To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: UPACARA KEMATIAN ORANG TIONGHOA TRADISI
Jadi orang nulis di koran "A", anda mencoba mencari klarifikasi di koran "B" yang gak saling hubung? Maaf saja, itu tindakan naif binti irrasional. Lah wong pembacanya aja beda kok walaupun mungkin ada di segmentasi/kelompok yang serupa.
Lalu pertanyaan yang belum anda jawab, kok beraninya cuma forward artikel ngaco dari orang kristen (dan buddhis?)? kalo memang mau jadi 'gateway' atau pencari artikel ngaco tentang budaya tionghoa, ya jangan setengah2. Gugel tuh dunia internet, pantengin tuh buku-buku dari segala macam agama/kepercayaan, rekamin tuh kutbah2 mereka juga; lalu tulis semua di milis ini. kemudian, kecam balik. Jangan setengah-setengah kalo mau mengambil peran tersebut!
Emang yg menyetan2kan kebudayaan tionghoa itu cuma para kristen saja? kenapa anda diem saja terhadap tulisan ngaco diluar kristen? Kalo saya salah dalam hal ini, coba berikan pranala/link ke email anda yg berisi terusan kumpulan artikel2 ngaco dari agama/kepercayaan lain terhadap budaya tionghoa. Jangan-jangan nanti statisknya bukan dalam kurva normal (yg artinya anda condong/bias) .
salam,
jimmy
--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, agoeng_set@. .. wrote:
>
> Mungkin perlu diluruskan, yg diforward adalah pandangan melecehkan terhadap budaya dan tradisi tionghoa dr sisi pandang org yg mengaku umat kristiani. Yg perlu diluruskan biar yg baca tidak salah mengerti. Dan disinilah tempatnya karena banyak yg tau n mengerti tradisi dan budaya tionghoa sebenarnya bermakna apa.
Memang saya kira banyak yg sensitive dan fanatiek. Sebetulnya ini adalah persoalan yg kita ketemukan setiap hari dan yg tidak dpt dihindarkan.
UUD negara diseluruh dunia saja sudah dikuasai agama kristen/yahudi dgn system keperikamusiahannya sejak jaman Napoleon Bonaparte. Ini juga termasuk UUD dari RI.
Kebudayaan lebih penting dari agama. ---- harap kalian jangan melupakannya.
Didalam kebudayaan Jawa mungkin kalian menduga agama islam dominant - ini hanya semacem smoke screen. Yg penting disini adalah adat istiadat Jawa. Perhatikanlah didalam bidang perniagaan siapa yg berkuasa dikeluarga ---- siIbu adalah Boss. Tanpa persetujuan dia nothing akan dpt dijalankan - sekolah anak, perkawinan, penanaman padi, penjualan hasil bumi. -- yg berkuasa disini adalah kaum hawa. Ini bertentangan dgn agama islam.
Ini sama dgn diChina ajaran Kungtze lebih dominant dari agama budha, dao, islam atau kristen sejak jaman Xia, Tsang Zhou sampai sekarang. Apa yg diajar oleh Confucius bukan ajran baru tetapi ajaran adatistiadat yg diresmikan oleh bangsa. Ini pengaruhnya demikian hebat sehingga kebudayaan Mongol jaman GengisKhan menghilang diChina dan juga kebudayaan Manchu.
Andreas
Jikalau ini terjadi dinegara Saudi pulau Jawa sekarang sudah tidak ada kaum hawa lagi.
--- On Sun, 8/23/09, danarhadi2000 <danarhadi2000@yahoo.com> wrote: |
|
|
|
|
|
|
Connect with others.