[budaya_tionghua] Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM

1,453 views
Skip to first unread message

Jimmy Okberto

unread,
Apr 5, 2006, 8:47:46 PM4/5/06
to Jimmy Friends
Bagaimana menurut anda semua ???

Salam,

Jimmy


-----Original Message-----
On Behalf Of crunchy pineapple girl

lagi-lagi orang Indonesia bikin kebodohan baru. yakni pelarangan adanya
nama marga buat akta kelahiran. dan ini sudah dibuktikan oleh pengalaman
teman dekat saya, VP. pamannya mendaftarkan anaknya di dalam akta
kelahiran,
namun petugas tidak membolehkan memasukkan nama marga keluarganya.
sehingga
jadilah nama anaknya yg tercantum hanya nama depan.

kebodohan RUU APP belum selesai, sudah datang kebodohan baru. masa
menyantumkan nama marga, nama fam tidak diperbolehkan lagi. emangnya
merugikan apa untuk negara? itu kan hak asasi masing-masing warga
negara.
kayanya slogan 'Bhineka Tunggal Ika' jadi cuma bullshit belaka?
sebenrnya
mau dibawa kemana negara kita. hukum dan undang2 aja ngga jelas
juntrungannya. mungkin yang lain ada yang tahu soal ini dan ingin
komentar?
atau ini adalah sesuatu yang wajar dan cuma saya aja yg 'ketinggalan
info'?


read this:

Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM

*http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/10/nasional/304666.htm*<http://
www.kompas.com/kompas-cetak/0305/10/nasional/304666.htm>


Jakarta, Kompas - Kebijakan pemerintah melarang pencantuman nama
marga/fam/klan pada akta kelahiran anak dianggap melanggar hak asasi
manusia. Selain itu, kebijakan tersebut merugikan sejumlah penduduk yang
berasal dari daerah yang mempunyai identitas kultural untuk menggunakan
nama
keluarga di belakang nama anaknya. Demikian pendapat yang mengemuka
dalam
dialog publik "Hak Anak Atas  Identitas Kultural" yang diselenggarakan
Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), Jumat (9/5). Dialog diikuti
sejumlah lembaga swadaya masyarakat itu menghadirkan beberapa pembicara,
seperti Rasyid Saleh (Direktur Pencatatan Sipil, Depdagri), Lies Sugondo
(Ketua Konsorsium Catatan Sipil), Syamsuddin Manan Sinaga (Direktur
Perdata,
Depkeh HAM), M Farid (Komnas HAM) dan Dian P (Koalisi Perempuan
Indonesia).

Dalam dialog tersebut terungkap, praktik pelarangan pencantuman nama
keluarga dalam akta kelahiran yang selama ini terjadi di DKI Jakarta.
*Dari
penelitian yang dilakukan LSPP periode Januari-Maret 2003, ternyata
hampir
semua catatan sipil melarang warganya menggunakan nama marga/fam pada
akta
kelahiran*. Larangan tersebut diberlakukan, meskipun warga tersebut
berasal
dari daerah yang kulturnya menggunakan fam/marga, seperti Batak, Nias,
Flores, Toraja, Maluku, Papua serta Tionghoa.

Praktik seperti ini telah berlaku sejak tahun 1974. Dasar larangan
tersebut
Reglemen tentang Catatan Sipil pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda
(Staatsblad/Stbld), yakni Stbld 1849 Nomor 25, Stbld 1917 Nomor 130,
Stbld
1920 Nomor 751, dan Stbld 1933 Nomor 75. Reglemen tersebut ditafsirkan
oleh
petugas pencatatan sipil sebagai aturan yang tidak perlu mencantumkan
nama
keluarga di belakang nama anak. Hal itu dikukuhkan oleh surat
dariDepartemen
Kehakiman (Depkeh) tanggal 21 Maret 1974 dalam bentuk pendapat hukum
(legal
opinion). Sejak saat itu, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan yang
dianggap melanggar HAM tersebut.

"Ini melanggar HAM, karena dalam Staatsblad tak ada aturan yang tegas
melarang pencantuman nama,"ujar Utama P Sandjaja, Koordinator Program
Hak
Anak Atas Identitas Kultural. (SON)



*regards*
piny





[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




YAHOO! GROUPS LINKS



melani chia

unread,
Apr 5, 2006, 11:44:39 PM4/5/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Itulah Indonesia....org2 yg pembuat/pengagas,anti mencantumkan nama marga surename,kali2 aja anak dari cap ceng,entah bapaknya yg mana,jd,buat mereka agak2 sensitif....ha..ha

Jimmy Okberto <jimmy....@suzuki.co.id> wrote:  Bagaimana menurut anda semua ???
---------------------------------

  YAHOO! GROUPS LINKS

   
    Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
   
    To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tiongh...@yahoogroups.com
   
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

   
---------------------------------
 



           
---------------------------------
Yahoo! Messenger  NEW - crystal clear PC to PC calling worldwide with voicemail

[Non-text portions of this message have been removed]




FBY

unread,
Apr 5, 2006, 11:59:24 PM4/5/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Setahu saya, larangan pencantuman nama marga itu berlaku sudah agak lama.
Soalnya Akte lahir anak saya yg th 1987 masih ada marganya dan yang 1993 tidak.
Namun walaupun di Akte tidak ada nama marganya, di paspor tetap bisa
dicantumkan.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>


--
Jual foto digital anda di internet!
http://submit.shutterstock.com/?ref=6953

Lim Wiss

unread,
Apr 6, 2006, 12:23:07 AM4/6/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Bisa jadi pelarangan nama marga di akte lahir tidak merata.

Akte anak adikku yang lahir th 2005 kemarin masih tercantum nama marga,
Jessyln Mu.

-Lim Wiss-
Yahoo! Groups Links








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

Hendra Onang Wijaya

unread,
Apr 6, 2006, 12:14:37 AM4/6/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Saya juga mengalami hal yang sama... yah saat ini masih seperti itu.. mungkin ada yang tahu mengenai UU mengenai hal ini... biar bisa diargumentasi oknum catatan sipilnya...
------------------------------------------------------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS

    a..  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
     
    b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
     budaya_tiongh...@yahoogroups.com
     
    c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.


------------------------------------------------------------------------------




[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

adipranat...@cimb-gk.com

unread,
Apr 6, 2006, 12:55:51 AM4/6/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Inilah salah satu contoh sesuatu yang berbeda, terus dilakukan oleh
kebanyakan orang, akhirnya malah tindakan itu dianggap lazim.

Dalam akte kelahiran (siapapun itu yang lahir, WNI atau WNI Keturunan atau
WNA sekalipun), tidak dicantumkan nama keluarga atau marga. Setelah
digalakkannya penggunakan nama berbau Indonesia oleh WNI Keturunan (baca
WNI Keturunan Tionghua), maka ada yang mau menuliskan nama Indonesia dalam
akta kelahiran anak-anak WNI Keturunan. Pejabat dalam dinas kependudukan
(dahulu catatan sipil) mempersulit WNI Keturunan. Bila mau murah, dalam
akta kelahiran harus dicantumkan nama keluarga. Khan jadi aneh (pada waktu
itu) ada nama-nama seperti Suryadi Yao, Johny Teo, Awaluddin Teng, dll.
Bukankah tujuan mengganti nama atau menggunakan nama berbau Indonesia
adalah supaya membaur, tapi koq harus terpaksa mencantumkan nama keluarga
? Begitulah yang terjadi. Nah bila ingin benar-benar "bersih" dalam akta
kelahiran, harus bayar mahal. Kondisi yang sama juga terjadi kalau mau
ganti nama. Bila mencantumkan nama keluarga, harganya murah. Bila mau
"bersih" biayanya jadi mahal.

Nah, lama-lama jadi terbiasa rupanya. Mencantumkan nama keluarga dianggap
sudah biasa. Ketika peraturan yang benar diterapkan dimana nama keluarga
tidak dicantumkan, malah dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar.

Salam,
Suryadi




"Lim Wiss" <lim....@sea.sojitz.com>
Sent by: budaya_...@yahoogroups.com
04/06/2006 11:23 AM
Please respond to
budaya_...@yahoogroups.com


To
<budaya_...@yahoogroups.com>
cc

Subject
RE: [budaya_tionghua] Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta    Kelahiran
Yahoo! Groups Links











Disclaimer:
This email may contain privileged and/or confidential information intended only for the use of the addressee.  If you are not the addressee, or the person responsible for delivering it to the addressee, you may not use, copy or deliver this to anyone else. If you receive this email by mistake, please immediately notify us.

Opinions contained herein may be the personal opinion of the sender and do not necessarily represent the views of the Company.  If you are in any doubt as to whether the opinions are officially endorsed by the Company, please contact our Compliance Dept at (+65) 6225 1228 for clarification.




[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



hera

unread,
Apr 7, 2006, 10:17:19 AM4/7/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Betul.... tidak merata kelihatannya.... anakku lahir 1990 dan 1992.... dua2
nya tidak boleh mencantumkan marga bapak nya.... dan ketika saya protes...
mereka bilang kan sudah otomatis marga bapak nya ketahuan dari....
penjelasan dibawah nya bahwa anak dari pernikahan nama bapak dan ibu
tercantum....
Tetapi ketika mau mencantumkan di passport susah juga...tidak boleh !....
Suami sempat protes... dan juga minta saya urus koreksi surat lahir
anak2....
Adakah yang tahu cara nya ?.... Saya mengurusnya di Jakarta Selatan..

Hera

kidyoti

unread,
Apr 6, 2006, 9:53:18 PM4/6/06
to budaya_...@yahoogroups.com
KETERLALUAANNNNNN, APA GAK ADA KERJAAN UNTUK RAKYAT YG LEBIH
PENTING:MENURUNKAN HARGA2!!!!
kd

----- Original Message -----
From: "Jimmy Okberto" <jimmy....@suzuki.co.id>
To: "Jimmy Friends" <joe.t...@gmail.com>
Sent: Thursday, April 06, 2006 7:47 AM
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>




Lim Wiss

unread,
Apr 6, 2006, 11:25:42 PM4/6/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Menurut saya untuk pengurusan surat-surat di Indonesia memang tidak jelas
hukumnya.
Walau ada yang tertulis tapi beda pelaksanaannya.

Kebetulan kami urus surat akte kelahiran anak lewat biro jasa. Bisa jadi
biro jasa kenal orang dalam jadi tidak masalah nama anak dicantumkan nama
marga. Menurut saya, nama marga itu penting sekali untuk menghindari
pernikahan sesama marga.

Banyak kejadian, anak menikah dengan saudara mereka sendiri lantaran orang
tua yang bercerai.
Setelah menikah, baru ketahuan mereka saudara beda bapak / ibu.

Saat saya urus lewat biro jasa dikenakan Rp 300,000.
Kalau adik saya, surat akte lahir urus sendiri di daerah Jakarta Barat.
Tidak jelas harganya.
SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

steeve haryanto

unread,
Apr 7, 2006, 12:15:35 PM4/7/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Dear kawan okberto,
hal tersebut dibawah adalah pelanggaran ham yang kecil
dan detail.Dengan maksud terselubung bahwa apabila
dilihat dimata internasional, NKRI tidak ada keturunan
tionghoa dan pembauran telah berhasil.
Hal tersebut pernah saya tanyakan kepada orangtua
saya, mereka menjawab, kalau memakai nama marga
pastinya akan berakhir dengan masalah kewarganegaraan
kedepannya, dan kalau perlu agama saya diganti dari
buddha menjadi islam.cuma waktu itu saya bersikeras
agar tidak sampai seperti itu.Alhasil agama ku
sekarang masih yang seperti aku minta.

...deleted...

--- Jimmy Okberto <jimmy....@suzuki.co.id> wrote:
> -----Original Message-----
> On Behalf Of crunchy pineapple girl

>  lagi-lagi orang Indonesia bikin kebodohan baru.
> yakni pelarangan adanya
> nama marga buat akta kelahiran. dan ini sudah
> dibuktikan oleh pengalaman
> teman dekat saya, VP. pamannya mendaftarkan anaknya
> di dalam akta
> kelahiran,
> namun petugas tidak membolehkan memasukkan nama
> marga keluarganya.
> sehingga
> jadilah nama anaknya yg tercantum hanya nama depan.

...deleted...

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 7, 2006, 11:13:24 PM4/7/06
to budaya_...@yahoogroups.com
----- Original Message -----
From: steeve haryanto
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Friday, 07 April, 2006 23:15
Subject: Re: [budaya_tionghua] Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM

> hal tersebut dibawah adalah pelanggaran ham yang kecil
> dan detail.Dengan maksud terselubung bahwa apabila
> dilihat dimata internasional, NKRI tidak ada keturunan
> tionghoa dan pembauran telah berhasil.
> Hal tersebut pernah saya tanyakan kepada orangtua saya,
> mereka menjawab, kalau memakai nama marga
> pastinya akan berakhir dengan masalah kewarganegaraan kedepannya,
> dan kalau perlu agama saya diganti dari buddha menjadi islam.

-----------------------------------------------

Sudah berkali-kali saya menghimbau, kalau posting berdasarkan info yang jelas.
Jangan emosional pentang bacot, ngajak perang etnis dan perang agama.
Tidak ada gunanya, tidak ada untungnya, BAHKAN MERUGIKAN upaya membina ketionghoaan dan kebhinekaan yang hendak kita galang melalui milis ini.
Contoh kecil, saya yang tadinya menaruh empati atas persoalan ini, sekarang jadi eneg, baca posting Steeeve-heng ini!

Saya sendiri, yang bukan Tionghoa dan yang Islam, pun mengalami kerancuan soal pendaftaran nama di akte kelahiran anak.
Ketika mendaftarkan anak saya yang terakhir, tidak diperbolehkan menulis nama "Saleh" di belakang dua kata yang saya pilih sebagai nama anak saya itu. Alasan petugasnya, toh nama "Saleh" itu sudah jelas nampak pada nama saya sebagai orangtua si anak yang juga tercantum di akte itu. Tetapi hal ini tidak terjadi ketika saya meng-akte-kan nama dua anak saya yang terdahulu.

Jadi persoalan kerancuan pendaftaran nama terjadi pada semua suku dan agama, tidak ada hubungannya sama sekali dengan Tionghoa atau suku apa pun dan Islam atau agama apa pun.
Bahkan kenyataan adanya inkonsistensi menunjukkan tidak adanya suatu latar belakang yang bersifat kebijakan (policy).

Sekalian bicara soal latar belakang policy dari kerancuan pemberian nama keluarga, saya juga eneg baca posting terdahulu dari siapa saya sudah lupa, yang tanpa info jelas sudah sembarangan pentang bacot mengatakan soal pelarangan pencantuman nama keluarga ini adalah policy akal-akalannya orang Jawa yang mayoritas.

Saya bukan orang Jawa (sekaligus mengkoreksi teman yang pernah menyatakan saya bersuku Jawa), tetapi saya bisa menilai bahwa bahwa orang Jawa itu suku yang paling toleran. Dalam sejarahnya, semua agama dan budaya yang datang, diterima masuk tanpa ribut oleh mereka.
Sekedar menunjukkan satu contoh, kalau mereka mau main mayoritas-mayoritasan, bahasa nasional kita dari dulu sudah bahasa Jawa, bukan bahasa Indonesia yang berasal dari suku Melayu yang populasinya kecil dan berdiam jauh di sana di daerah Riau.

Wasalam.



Nasir Tan

unread,
Apr 8, 2006, 5:02:42 AM4/8/06
to budaya_...@yahoogroups.com


Akhmad Bukhari Saleh <abs...@indo.net.id> wrote:
  
  ....................................paragrah akhir dari tulisan Pak Ahmad.................
  Tulisan di paragrah akhir adalah seperti dibawah ini  ( huruf miring ) :

    Saya bukan orang Jawa (sekaligus mengkoreksi teman yang pernah menyatakan saya bersuku Jawa), tetapi saya bisa menilai bahwa bahwa orang Jawa itu suku yang paling toleran. Dalam sejarahnya, semua agama dan budaya yang datang, diterima masuk tanpa ribut oleh mereka.
Sekedar menunjukkan satu contoh, kalau mereka mau main mayoritas-mayoritasan, bahasa nasional kita dari dulu sudah bahasa Jawa, bukan bahasa Indonesia yang berasal dari Suku Melayu yang populasinya kecil dan berdiam jauh di sana di daerah Riau.

Wasalam.

----------------batas paragraph akhir------------------

  Saya tertarik penjelasan Pak Ahmad Bukhari Saleh dan saya kira itu bisa saja terjadi dengan siapa saja. Jadi dalam hal ini bukan hanya komunitas tertentu, karena katanya Pak Ahmad juga pernah mengalami.
  Tetapi saya lebih tertarik apa yang dibicarakan oleh Pak Ahmad pada akhir paragraph seperti yang saya bold diatas.
  
  Beliau mengatakan bahwa Suku Jawa itu sangat toleran dan tidak mau misalnya hanya karena dia yang mayoritas, maka Bahasa Jawa yang akan dipakai. Kalau untuk statement ini saya berpendapat lain dengan pertimbangan ilmiah ( sosial-budaya) sebagai berikut :
  
  Pertama:
  Bahasa Melayu dipakai karena orang barat kayaknya lebih mengenal Melayu dari pada Jawa ( ini menurut saya sih) karena dilihat dari geografis sebenarnya Pulau Jawa dengan komunitasnya adalah pulau yang paling jauh  dengan dunia luar. Memang ada Benua Australia dan Selandia Baru yang memiliki penghuni tetapi itu terjadi belangan saja. Di jaman Kerjaan Madjapahit apalagi jaman Kedatuan Sriwijaya Benua Austrlia kan belum berpenghuni ( maksudnya orang-orang bule..:) kecuali Orang Aborigin saja. Des...komunitas Jawa hanya mendapatkan informasi dari luar Jawa misalnya para saudagar yang datang dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan lainnya yang lebih berhubungan dengan dunia luar atau secara praktis dengan Benua Asia. Di ukur dari mana-mana juga Pulau Jawa sangat jauh.
  Jadi dari segi bahasa yah..pasti ada unsur mengalah karena sudah menjadi suatu kebiasaan orang-orang pedalaman mengikuti pola daerah pesisir walau hal ini tidak pernah ditulis dalam sejarah tetapi memiliki nuansa seperti itu. Sebab mana mungkin saya misalnya yang sudah jauh lebih banyak bergaul dengan dunia luar dan memiliki rekor lalu mau diatur dari dalam yang serba baru mulai apalagi belum tentu bisa dibuktikan. Belum lagi harus menggunakan huruf Jawa / India yang akan memperlambat proses pengertian. Ini gawat..!!! Karena apa?? yah karena tekanan dunia luar akibat PD II dimana kita harus cepat2 menentukan bahasa nasional. Kalau huruf Jawa, pasti golongan Tionghoa akan iri soalnya huruf Mandarin kan lebih populer dan bukan suatu kemustahilan malah mempengaruhi kumunitas Melayu yang sesungguhnya Melayu dalam arti sebenar-benarnya lebih dekat denga Tionghoa. Tapi sekarang udah banyak komunitas  Tionghoa yang nama Jawa ; Winarni, Joko, Darsono, dan sebagainya.....:-))
  Belum lagi dimasa lalu daerah diluar Jawa lebih maju dari pada Jawa..jauh terutama sekali daerah Sumatera.
  Di lain pihak, walau Suku Melayu dan Jawa dari dulu berhubungan mesra, bukan berarti tidak ada persaingan. DASAR ORANG SEBERANG vs MEMANG JAWA BEGITU.
  Orang  Melayu tidak akan lupa ( walau bukan dendam ...:-) bahwa Kedatuan Sriwijaya pernah diserang oleh Jawa. Kedatuan Sriwijaya didirikan/dipimpin oleh Suku Melayu dan bernuansa Tionghoa . Terus kemudian setelah Sriwijaya runtuh digantikan oleh Kerajaan Madjapahit yang didirikan oleh Jawa dan lebih bernuansa India.
  Oh..yah di Madjapahit sendiri memang pernah ada kontak dengan Dinasti dari Cina tapi kan kemudian terjadi huru-hara....karena utusan Khubi Lai Khan di potong kupingnya....:-) Sekarang bukan kuping yang dipotong, tetapi pemotongan nama marga....urusannya menjadi ribet lagi karena rupanya bukan hanya komunitas Tionghoa saja yang kena...tetapi secara umum sudah kena.... cik cik cik..bukan main yah.
  saya lanjutkan......
  Jadi sudah jelas bahwa dua komunitas yang berbeda lalu dipengaruhi oleh budaya yang berbeda ( yang sebenarnya bersaing sengit )yang tentu saja tidak akan mudah mengalah begitu saja. Jadi saya mau mengatakan bahwa Bahasa Jawa tidak dipaksakan oleh Orang Jawa untuk menjadi Bahasa Nasional Indonesia bukan karena Orang Jawa suka mengalah atau karena kebaikan Orang Jawa, tetapi karena suatu pendekatan kultur (yang sebenarnya pilihan yang paling pahit), jangan sampai karena masalah seperti ini banyak daerah yang berpenduduk Orang Melayu menjadi tidak simpati dan malah lebih ingin bergabung atau membentuk negara sendiri yang berada dibawah koordinasi Persemakmuran seperti Malaysia, Brunai dan Singapore...iya kan. Jadi...yah apa boleh buat.....!!!
  Suku Melayu tidak berarti hanya di Riau saja Pak, tetapi hampir diseluruh Indonesia bahkan di Thailand dan Philipina dan lain-lain juga ada Suku Melayu. Yang di Thailand sudah jelas daerahnya yaitu di Pattani, sedang untuk Philipina suku Melayu adanya dibagian selatan, katanya..:-)). Trus mengenai bahasa saya berpendapat begini ; Bahasa Indonesia yang digunakan oleh Orang Indonesia yang dipengahi oleh Bahasa Melayu saja masih sering diusir oleh Malaysia yang juga berbahasa Melayu. Jadi bagaimana misalnya kalau  Bahasa Jawa yang menjadi Bahasa Nasional,..kan kemungkinan misunderstanding akan jauh lebih besar. sehingga frekuensi pengusiran akan makin tinggi.
  
  Kedua ;
  Dalam sistem administrasi pemerintahan kita umumnya diduduki oleh Orang Jawa, bukan karena mereka mayoritas tetapi karena adanya pengganjalan ditingkat administrasi. Coba kita bandingkan dua orang Jenderal Bintang Lima Dr. Abdul Harris Nasution dengan Jenderal Bintang Lima Soeharta..??? Kurang apa Pak Nas..??? tapi wakil presiden saja tidak pernah di raihnya. kan...???  Sedangkan Harto kita pilih terus menerus saja ( dengan terpaksa ) karena dukungan dari militer yang dipimpinnya. Sewaktu saya masih anak-anak saya pernah bertanya ke kakek saya begini : Mengapa bukan Nasution yang menjadi presiden kek..? Kakek saya tidak bisa menjawab mungkin karena belum ikut milis atau karena mungkin tahu banyak hal. Dia hanya menimpali : Sudah makan Tan..?  Ini pertanyaan seorang bocah yang belum belajar sejarah. Setelah saya sedikit dewasa saya malah berpikir bahwa seandainya Jenderal Besar Nasution pernah memangku jabatan presiden, maka gejolak yang pernah terjadi dengan Malaysia
ditahun 60-an seharusnya tidak tidak perlu terjadi. Sudah gitu belakangan kita malah sering diusir oleh pemerintah Malaysia karena menjadi tenaga kerja di negara yang pernah kita tentang untuk berdiri.Aneh kan..!!! hehehe...seharusnya kita lah yang harus mengusir Malaysia kalau masuk diwilayah kita menjadi tenaga kerja gelap. Jadi secara pribadi sangat memalukan kalo ingat konfrontasi Malaysia. Malaysia dengan penduduknya sebenarnya adalah berbasis agraris secara gradual diubah menjadi negara maju, dengan bersendikan Islam tanpa menutup mata terhadap berbagai  kultur, termasuk Tionghoa. Tidak heran kalau namanya bercampur baur nama-nama Islam dengan Tionghoa, seperti Datuk Hussein On, Tan Sri Ghazali Syafei dan masih banyak lagi. Yah..awalnya mereka juga ada permasalahan dalam mendaftar nama kali. yah .tapi gak berlarut-larut seperti lho.
  Nah kembali kemasalah pemerintahan..saya melihat bahwa Oang Jawa masih tetap senang menduduki kursi nomor satu dan begitu ada saingannya Melayu atau Tionghoa mulai dia bikin rumor. Supaya ini merasa tidak enak dan mengundurkan diri pelan-pelan. Padahal seandainya mereka ingin kepemimpinan ini bergulir  ada nuansa baru, tidak seperti kan..!!!. Dan selama ini Indonesia dibawah kepemimpinan Jawa gagal total.
  Dan semakin gagal lagi kalau nama marga atau apalah dihalang2i...tul gak pak..!
   Namun demikian, secara pribadi saya salut dengan Orang Jawa disamping itu juga saya memiliki banyak saudara sepupu Orang Jawa karena perkawinan dan besar di Tanah Jawa . Meski begitu, saya sendiri bukan Jawa .. Banyak  Orang Jawa,  termasuk dikalangan bawah masih berpikir sistematis, kritis,  jernih, bijak dan obyektif. Saya kira kita perlu mencontoh dan  mengembangkan ( reinventing ) sifat seperti ini kalo kita ingin menjadi bangsa besar dan disegani.
  Semoga ini bermanfaat bagi kita semua demi kemajuan Indonesia yang kita cintai.
  
  salam,
  
  
  Nasir Tan

           
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2¢/min with Yahoo! Messenger with Voice.


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

steeve haryanto

unread,
Apr 9, 2006, 5:09:22 AM4/9/06
to budaya_...@yahoogroups.com
> Jangan emosional pentang bacot,

kawan ... sabar ... kalau seandainya saya memiliki
pencerahan melebihi kasat mata dan kebutaan
pengetahuan yang berimbang dengan perkembangan zaman
pemerintahan ini, pastinya saya tidak akan membawa ke
forum ini.Cobalah melihat bahwa kita semua saling
belajar dan mencerahkan satu sama lain bukan kata -
kata itu yang dikeluarkan disaat orang tersesat dengan
pengetahuan yang dangkal.Ajarilah dan berikan
pencerahan kepada kita semua.


> Jadi persoalan kerancuan pendaftaran nama terjadi
> pada semua suku dan agama, tidak ada hubungannya
> sama sekali dengan Tionghoa atau suku apa pun dan
> Islam atau agama apa pun.

Kawan, kalau seandainya statment yang berada di awal
mail ini seperti tersebut diatas, bukankah lebih indah
dan yang lebih berharga adalah menjadi tercerahkan?




__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 9, 2006, 6:22:20 AM4/9/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Kawan... bukankah lebih indah dan lebih berharga, kalau apa yang dengan
manis disebut sebagai proses "kita semua saling belajar dan mencerahkan satu
sama lain" itu, dilakukan dengan tidak memprovokasi dimulainya suatu perang
etnis dan perang agama yang baru lagi, di milis yang seyogianya sejuk ini.

Kawan... kita sama-sama tahu itulah sikap dasar yang berulang-ulang kali
dikemukakan para moderator milis kebhinekaan ras dan kepercayaan ini, suatu
standpoint yang kita semua mutlak harus mendukung dan menggalakkannya.

Wasalam.

=======================


----- Original Message -----
From: steeve haryanto
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Sunday, 09 April, 2006 16:09
Subject: Re: Jangan asal pentang bacot (Re: [budaya_tionghua] Larangan
Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM)

> > Jangan emosional pentang bacot,

> kawan ... sabar ... kalau seandainya saya memiliki
> pencerahan melebihi kasat mata dan kebutaan
> pengetahuan yang berimbang dengan perkembangan zaman
> pemerintahan ini, pastinya saya tidak akan membawa ke
> forum ini. Cobalah melihat bahwa kita semua saling

> belajar dan mencerahkan satu sama lain bukan kata -
> kata itu yang dikeluarkan disaat orang tersesat dengan
> pengetahuan yang dangkal. Ajarilah dan berikan

> pencerahan kepada kita semua.

> > Jadi persoalan kerancuan pendaftaran nama terjadi
> > pada semua suku dan agama, tidak ada hubungannya
> > sama sekali dengan Tionghoa atau suku apa pun dan
> > Islam atau agama apa pun.

> Kawan, kalau seandainya statment yang berada di awal
> mail ini seperti tersebut diatas, bukankah lebih indah
> dan yang lebih berharga adalah menjadi tercerahkan





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



steeve haryanto

unread,
Apr 9, 2006, 10:06:46 AM4/9/06
to budaya_...@yahoogroups.com
"...Jangan emosional pentang bacot..."
Sesuaikah dengan statement "...lebih indah dan lebih
berharga,kalau apa yang dengan manis..." diatas kawan?



--- Akhmad Bukhari Saleh <abs...@indo.net.id> wrote:
> Kawan... bukankah lebih indah dan lebih berharga,
> kalau apa yang dengan
> manis disebut sebagai proses "kita semua saling
> belajar dan mencerahkan satu
> sama lain" itu, dilakukan dengan tidak memprovokasi
> dimulainya suatu perang
> etnis dan perang agama yang baru lagi, di milis yang
> seyogianya sejuk ini.
....deleted...


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com



Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 9, 2006, 12:20:33 PM4/9/06
to budaya_...@yahoogroups.com
----- Original Message -----
From: steeve haryanto
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Sunday, 09 April, 2006 21:06
Subject: Re: Jangan asal pentang bacot (Re: [budaya_tionghua] Larangan
Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM)

> "...Jangan emosional pentang bacot..."
> Sesuaikah dengan statement "...lebih indah dan lebih
> berharga,kalau apa yang dengan manis..." diatas kawan?

----------------------------------

Itu tergantung ... pada siapa yang memulai mengobarkan perang etnis dan
perang agama.

Lagipula "pentang bacot" adalah frasa yang biasa-biasa saja dalam bahasa
melayu-tionghoa (passer-maleisch) yang saya peryakinkan, jauh lebih sopan
daripada mempersomplokkan Buddha dengan Islam dalam suatu plot adu domba
yang vulgar, lebih-lebih lagi dalam konteks kekinian!

Wasalam.







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 9, 2006, 5:49:15 PM4/9/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Ada beberapa statement anda yang ingin saya pertanyakan:

1)  "Pertama:

   Bahasa Melayu dipakai karena orang barat kayaknya lebih mengenal
Melayu dari pada Jawa... "

DH : Jadi pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada
Sumpah pemuda adalah didikte Barat?
-------------------------
2) " ( ini menurut saya sih) karena dilihat dari geografis
sebenarnya Pulau Jawa dengan komunitasnya adalah pulau yang paling
jauh  dengan dunia luar.
Memang ada Benua Australia dan Selandia Baru yang memiliki penghuni
tetapi itu terjadi belangan saja. .."

DH: Dari mana paling jauh? Sulawesi lebih dekat dari sebelah barat,
daratan Asia? kalau demikian, mengapa VOC dan pemerintah Hindia
Belanda memilih Batavia dipulau Jawa sebagai ibukota?

----------------------------
3) "Des...komunitas Jawa hanya mendapatkan informasi

dari luar Jawa misalnya para saudagar yang datang dari Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan lainnya yang lebih berhubungan
dengan dunia luar atau secara praktis dengan Benua Asia. Di ukur
dari mana-mana juga Pulau Jawa sangat jauh..."

DH: informasi apa ini? Ketika Malakakka diserang Portugis pada 1511,
maka putra mahkota dari kerajaan Demak yang datang membantu.
Pangeran Pati Unus. Dari mana mana sangat jauh? dari mana? bagi
kerajaan Demak, tidak terlalu jauh mencapai pantai malakka
-------------------------

4)   "Jadi dari segi bahasa yah..pasti ada unsur mengalah karena
sudah menjadi suatu kebiasaan orang-orang pedalaman mengikuti pola
daerah pesisir walau hal ini tidak pernah ditulis dalam sejarah
tetapi memiliki nuansa seperti itu. .."

DH: orang pedalaman? kerajaan kerajaan Jawa di pantai utara Jawa
bukanlah di pedalaman. Merekalah yang menyebarkan Islam keseluruh
Nusantara, terutama ke wilayah timur, sampai Ternate dan Tidore.
mana yang lebih pedalaman, kerajaan kerajaan Jawa, termasuk
Majapahit, dan kerajaan kerajaan di Kalimantan, dan suku suku tribal
di Sulawesi, Nusa tenggara dan Sumatra, seperti Tapanuli?
Sejak kapan kerajaan kerajaan di jawa mengikuti pola daerah lain?
Anda baca dimana?
----------------------------

5) "Sebab mana mungkin saya misalnya yang sudah jauh lebih banyak
bergaul dengan dunia luar dan memiliki rekor lalu mau diatur dari
dalam yang serba baru mulai apalagi belum tentu bisa dibuktikan..."

DH: siapa yang lebih banyak bergaul dengan dunia luar? dari dalam?
dalam mana? 300 tahun kerajaan Majapahit, siapa mengatur siapa?
--------------------

6) "  Belum lagi harus menggunakan huruf Jawa / India

yang akan memperlambat proses pengertian. Ini gawat..!!! Karena
apa?? yah karena tekanan dunia luar akibat PD II dimana kita harus
cepat2 menentukan bahasa nasional. "

DH: Tekanan PD II? Anda mimpi? keputusan memakai bahasa Indonesia
sudah dilakukan pada Kongres pemuda yang melahirkan Sumpah pemuda!
jauh sebelum PDII. Anda membaca buku apa?

--------------------------
7) " Kalau huruf Jawa, pasti golongan Tionghoa akan iri soalnya huruf

Mandarin kan lebih populer dan bukan suatu kemustahilan malah
mempengaruhi kumunitas Melayu yang sesungguhnya Melayu dalam arti
sebenar-benarnya lebih dekat denga Tionghoa.."

DH: Ini theori apa lagi? Orang Tionghoa iri? Di Nusantara dizaman
Majapahit dipakai huruf Dewanagari dan bahasa Sansekerta. Tak ada
yang iri! kaum Muslim memakai tulisan Arab (Jawi), juga orang
Tionghoa tidak iri. Andaikan ada keirian, apakah yang terjadi
menurut analisa anda?

----------------------------------
8) " Belum lagi dimasa lalu daerah diluar Jawa lebih maju dari pada
Jawa..jauh terutama sekali daerah Sumatera.

DH: daerah mana dan bilamana daerah luar jawa lebih maju? Tak
tahukah anda bahwa semua sekolah tinggi dan kebanyakan sekolah
menengah dizaman Belanda ada di pulau Jawa? Pusat pemerintahan dan
perdagangan ada dipulau ini, juga pusat kekuatan militer? ini sudah
dari zaman Belanda. Anda baca dimana yang anda tulis?
-------------------

9) " Di lain pihak, walau Suku Melayu dan Jawa dari dulu berhubungan
mesra, bukan berarti tidak ada persaingan. DASAR ORANG SEBERANG vs
MEMANG JAWA BEGITU."

DH: persaingan? dalam bidang apa? Semua pemimpin etnis Melayu
dididik di pulau jawa. Sekoalh kedpokteran, sekolah tekhnik, sekolah
pertanian, sekolah hukum. Siapa yang mau menyaingi?

-----------------------------
10) "  Orang  Melayu tidak akan lupa ( walau bukan dendam ...:-)
bahwa Kedatuan Sriwijaya pernah diserang oleh Jawa. Kedatuan
Sriwijaya didirikan/dipimpin oleh Suku Melayu dan bernuansa
Tionghoa . Terus kemudian setelah Sriwijaya runtuh digantikan oleh
Kerajaan Madjapahit yang didirikan oleh Jawa dan lebih bernuansa
India"

DH: kerajaan pagarruyung diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan
Singhasari dibawah prabhu kartanegara. yang memerintah di Malayu
adalah pangeran Adtyawarman, rajamuda yang mewakili takhta Majapahit.
Dua puteri dari Minangkabau dibawa ke Jawa untuk menjadi istri raden
Wijaya, raja pertama Majapahit. saya belum pernah dengar, ada yang
masih dendam.
Kebudayaan Minangkabau lebih didominasi kebudayaan Arab daripada
kebudayaan Tionghoa. Mereka menggunakan huruf Arab.
---------------------------
11) "  Oh..yah di Madjapahit sendiri memang pernah ada kontak dengan
Dinasti dari Cina tapi kan kemudian terjadi huru-hara....karena
utusan Khubi Lai Khan dipotong kupingnya....:-) Sekarang bukan
kuping yang dipotong, tetapi pemotongan nama marga....urusannya
menjadi ribet lagi karena rupanya bukan hanya komunitas Tionghoa
saja yang kena...tetapi secara umum sudah kena.... cik cik cik..bukan
main yah."

DH: Anda mencampuradukkan sejarah dengan issue issue yang lain, dan
tak memperhatikan tehguran Akhmad heng, bahwa masalah marga tak ada
urusan dengan etnis Jawa.
--------------

12) "  Jadi sudah jelas bahwa dua komunitas yang berbeda lalu
dipengaruhi oleh budaya yang berbeda ( yang sebenarnya bersaing
sengit )yang tentu saja tidak akan mudah mengalah begitu saja. "

DH: Bersaing sengit? sejak kapan masyarakat Jawa bersaing sengit
dengan masyarakat Melayu? Anda punya data data yang dapat
diandalkan? mengalah? mengalah dalam bidang apa? komunitas berbeda
banyak di Indonesia: Batak - Minahasa; Dayak - Madura ; Sunda -
Jawa; dan banyak lagi.

Ketika ada pembrontakan di Sumatra barat, pasukan dari divisi
Diponegoro berangkat dan mendarat di Sumatra barat. Ketika tugas
elesai prajurit dari Jawa Tengah kembali ke pangkalan masing
masing..that's it
--------------------------------------
13) " Jadi saya mau mengatakan bahwa Bahasa Jawa tidak dipaksakan
oleh Orang Jawa untuk menjadi Bahasa Nasional Indonesia bukan karena
Orang Jawa suka mengalah atau karena kebaikan Orang Jawa, tetapi
karena suatu pendekatan kultur (yang sebenarnya pilihan yang paling
pahit), "

DH: pilhan pahit? Masayrakat jawa TAK pernah mempersoalkan bahasa
nasional, dan memakai bahwasa Jawa. Pilihan pahit siapa? Pada Sumpah
pemuda, pemuda emuda wakil Jawa menyetujui pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Pendekatan kultur? kultur apa?
bagaimana suku suku lain yang juga punya bahasa?
---------------------------
14) "jangan sampai karena masalah seperti ini banyak daerah yang
berpenduduk Orang Melayu menjadi tidak simpati dan malah lebih ingin
bergabung atau membentuk negara sendiri yang berada dibawah
koordinasi Persemakmuran seperti Malaysia, Brunai dan
Singapore...iya kan. Jadi...yah apa boleh buat.....!!!"

DH: Ini ocehan apa lagi? Sejak kapan masyarakat Jawa mengurus
simpati orang Melayu? Ingin berganbung dengan malaysia? Tidak
tahukah anda, bahwa ketika Jogya, ibukota sementara RI diduduki
pasikan Belanda, RI mendirikan pemerintah darurat di Padang?
tahukan anda bahwa masyarakat Melayu sangat setia pada NKRI?

Menggabung dengan Brunei? siapa yang cerita pada anda?
------------------------------------
16) "Suku Melayu tidak berarti hanya di Riau saja Pak, tetapi
hampir diseluruh Indonesia bahkan di Thailand dan Philipina dan lain-
lain juga ada Suku Melayu."

DH: ya, lalu mengapa? Lebih banyak etnis Jawa hidup diwilayah Melayu
daripada etnis Melayu yang tersebar. Pernah baca statistik?
---------------------
17) " Yang di Thailand sudah jelas daerahnya yaitu di Pattani,
sedang untuk Philipina suku Melayu adanya dibagian selatan,
katanya..:-)). Trus mengenai bahasa saya berpendapat begini ; Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh Orang Indonesia yang dipengahi oleh
Bahasa Melayu saja masih sering diusir oleh Malaysia yang juga
berbahasa Melayu."

DH: anda sudajh mulai ngelantur. Sorry.  Orang Malaysia takj
perduli, orang memakai bahasa apa, siapa yang melanggar wilayah
mereka akan diusir. Juga Angkatanlaut RI mengusir nelayan nelayan
Malaysia, Thailand atau Philippina yang memasuki perairan kita
----------------------------
18) " Jadi bagaimana misalnya kalau  Bahasa Jawa yang menjadi Bahasa

Nasional,..kan kemungkinan misunderstanding akan jauh lebih besar.
sehingga frekuensi pengusiran akan makin tinggi."

DH: Ha ha ha..frekuensi pengusiran lebih tinggi? Kalau mereka pakai
bahasa Bugis, Sunda, Bali, tidak disuir?

----------------------
19) "  Dalam sistem administrasi pemerintahan kita umumnya diduduki
oleh Orang Jawa,bukan karena mereka mayoritas tetapi karena adanya
pengganjalan ditingkat administrasi."

DH: pernakah anda dengar, untuk masuk dinas pemerintahan anda harus
bersuku Jawa?
---------------------------------------
20) "Coba kita bandingkan dua orang Jenderal Bintang Lima Dr. Abdul

Harris Nasution dengan Jenderal Bintang Lima Soeharta..??? Kurang
apa Pak Nas..??? tapi wakil presiden saja tidak pernah di raihnya.
kan...???  Sedangkan Harto kita pilih terus menerus saja ( dengan
terpaksa ) karena dukungan dari militer yang dipimpinnya."

DH: Kurang apa? Yang menggagalkan G30 S pak Harto atau Nasution?
Dukungan militer? Nasution menduduki jabatan senior militer jauh
lebih lama dari pak Harto, dia punya kesempatan. TNI berdiri
dibelakang setiap panglima TNI.
---------------------------------
21) " Setelah saya sedikit dewasa saya malah berpikir bahwa
seandainya Jenderal Besar Nasution pernah memangku jabatan
presiden, maka gejolak yang pernah terjadi dengan Malaysia
ditahun 60-an seharusnya tidak tidak perlu terjadi. .."

DH: ha ha ha ha...mules saya tertawa. Nasuition adalah panglima ABRI
ketika clash denganMalaysia terjadi. Dia memimpin misi pembelian
senjata ke Rusia untuk meyiapkan kekuatan ABRI yang mendukun setiap
politik bung Karno.

Nasution adalah panglima Abri yang MENGHAJAR pembrontakan PRRI yang
juga meliputiu sukunya sendiri. Lawannya adalah kolonel Simbolon!
-----------------

Bung, belajar dahulu sejarah Indonesia dengan seksama sebelum
menulis. Disini banyak akhli sejarah dan senior yang masih menjadi
pelaku sejarah.

Jangan menurunkan mutu  milis ini dengan tulisan yang tak didukung
fakta atau analisisi yang matang.

Salam

danardono






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



mbahwiro

unread,
Apr 9, 2006, 8:42:52 PM4/9/06
to budaya_...@yahoogroups.com

Saya setuju sekali dengan pandangan Bang Jhony Saleh, kata 'pentang bacot"
memang kata yang biasa dalam bahasa melayu-tionghoa, apalagi kalau ditujukan
untuk orang yang mau kobarkan SARA di milis ini.
Semestinya para moderator Milis Budaya-tionghoa lebih tanggap tentang
masalah seputar SARA. (Bagaimana Bung David Kwa?)
Saya kenal baik dengan Bang Jhony Saleh, dia sangat ramah, kalau orang macam
dia sampe marah, ini menandakan kalau sudah kelewatan batas masalahnya.
Saya pun berharap pembicaraan seputar SARA, apalagi menyinggung perasaan
kesukuan, keagamaan bisa dihindari dalam diskusi berikut.

Wasalam.

Tjan I.D.

PS.
Jangan lupa akan Li, Ie, Li'en, Je. kata pertama Li adalah tahu tata krama,
tahu sopan santun kalau Sopan santun, tata krama dilupakan, malu bung!



----- Original Message -----
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <abs...@indo.net.id>
To: <budaya_...@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, April 09, 2006 11:20 PM
Subject: Re: Jangan asal pentang bacot (Re: [budaya_tionghua] Larangan
Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM)

>
> ----------------------------------
>
> Itu tergantung ... pada siapa yang memulai mengobarkan perang etnis dan
> perang agama.
>
> Lagipula "pentang bacot" adalah frasa yang biasa-biasa saja dalam bahasa
> melayu-tionghoa (passer-maleisch) yang saya peryakinkan, jauh lebih sopan
> daripada mempersomplokkan Buddha dengan Islam dalam suatu plot adu domba
> yang vulgar, lebih-lebih lagi dalam konteks kekinian!
>
> Wasalam.
>
>
>
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



thangoubheng

unread,
Apr 10, 2006, 12:34:12 AM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Atas nama kaum tempayan setengah penuh, yang selama ini selalu
pentang bacot mengeluarkan aroma busuk, sehingga mengganggu ABS
Heng, Dono Heng dan banyak lagi lainnya, Thangoubheng mohon maaf yg
sebesar besarnya. Adalah tugas para datuk persilatan untuk
membukakan khi kang pat meh mereka, agar bisa melihat dunia ini
dengan lebih jernih lagi. Seringkali kita dongkol, kesal dan kadang
kadang geli melihat kaum piawsu yang mainkan gwakang, tapi merasa
seolah sudah mengerti Kian Koen Thay Lo Ie level 12.   


--- In budaya_...@yahoogroups.com, "mbahwiro" <mbahwiro-
> > .: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_tionghua@... :.
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>







odeon_cafe

unread,
Apr 10, 2006, 8:40:57 AM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
berhentilah bermimpi kawan...

Sub-Rosa II

--- In budaya_...@yahoogroups.com, "thangoubheng"
<thangoubheng@...> wrote:
>
> Atas nama kaum tempayan setengah penuh, yang selama ini selalu
> pentang bacot mengeluarkan aroma busuk, sehingga mengganggu ABS
> Heng, Dono Heng dan banyak lagi lainnya, Thangoubheng mohon maaf yg
> sebesar besarnya. Adalah tugas para datuk persilatan untuk
> membukakan khi kang pat meh mereka, agar bisa melihat dunia ini
> dengan lebih jernih lagi. Seringkali kita dongkol, kesal dan kadang
> kadang geli melihat kaum piawsu yang mainkan gwakang, tapi merasa
> seolah sudah mengerti Kian Koen Thay Lo Ie level 12.   
>
>
>








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

D.O.C 107

unread,
Apr 10, 2006, 10:28:12 AM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Kalau kayak ginian serunya dibawah ke Kampoeng (tahulah...) sebelah... Nah
itu mungkin cocok kali... :)

Sebab problemanya selalu seputar orang tionghoa & Kepelikannya...

Kalu disini, logisnya mah ngebahas about seluk beluk Tionghoa dari sisi
kultur & interaksinya dengan kultur setempat... Bukan aspek politis
tentunya...

Kalo sampe ada yg bawa2 bacot... Lalu mau pentang2 segala... Wah, ga kalah
nampaknya sama istilah Kampungan... :D Gue jadi ingat sama ibu2 yang
berantem dipasar...

Soo santai saja nampaknya... Wong saya juga pernah mengalami hal yg sama
ketika hendak didaftar sama ayah di Catatan Sipil... Ini negar besar, penuh
dengan kemajemukan.. Apalah arti sebuah nama... Wong jika ditanya jujur,
mungkin ga sedikit orang tionghoa yang tak mempermasalahkan ini... Lihat
bagaimana Hong Kong yang menerapkan sistem penamaan mereka.. Bagaimana Nama
Tionghoa dipadukan dengan nama berbau barat.. Contoh Andy Lau atau Lau Tak
Wah...

Nah... Gitu saja kok ruepot... (Ngelirik Bapak Bangsa... :P )

Toh bukankah sekarang masalah penamaan sudah tidak dipermasalahkan lagi
dengan dicabutnya peraturan yg melarang segala yg berbau Tiongkok ataupun
tionghoa... Namun apakah akan relevan mengingat keadaan diIndonesia sekarang
sudah sangat berbeda.... Apa siap nanti anak2 dinamain dengan Nama Tionghoa
sedangkan sang ayah bernama Indonesia - Contoh: A Sen (Anak) - Hansen atau
Husen (Bapak). Saya rasa anak2 juga perlu dipikirkan.. Jangan2 gara2 nama
justru malah menggangu proses interaksi & pergaulan mereka...

Salam

Darwin Tantiono aka Tan Gek Liang



--
1NTER TIAMO!
Mari Bergabung dengan milis database sepakbola milik gue...
milis gudang archieve all4one-1for...@yahoogroups.com Untuk
bergabung silakan layangkan email ke darwinter...@gmail.com atau
mising_link_...@yahoo.com
atau bergabung dimilis all4one...@yahoogroups.com
Untuk fans 1NTER garis keras bisa bergabung di:
Riot-bloo...@yahoogroups.com
Jangan lupa juga tuk ngeramaiin www.forum.interclub.or.id
Hidup Bangsa 1NTER!
Ciao...
CENTENARY... 9 Maret 2008!!!



[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

thangoubheng

unread,
Apr 10, 2006, 12:23:47 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "D.O.C 107"
<darwinternazionale@...> wrote:
>

> Kalo sampe ada yg bawa2 bacot... Lalu mau pentang2 segala... Wah, ga
kalah
> nampaknya sama istilah Kampungan... :D Gue jadi ingat sama ibu2 yang
> berantem dipasar...
>

He he he, day old chicken mungkin memang gak pernah kenal melayu pasar
atau melayoe tionghoa. Sehingga pentang bacot menjadi tabu baginya.
Alangkah baiknya bila Bung ABS, Tjan ID, atau Si Tjamboek Berdoeri 28 
ajakin dia orang dolan ke milis Tjersil dulu.
He he he. 









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



thangoubheng

unread,
Apr 10, 2006, 12:07:04 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Sudah pernah bicara dgn Ms Yin Hai Hong atau Mr. Wang Jiang Qun atau
Mr Lan Lijun?.
He he he. 

--- In budaya_...@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
<odeon_cafe@...> wrote:
>
> berhentilah bermimpi kawan...
>
> Sub-Rosa II
>
> --- In budaya_...@yahoogroups.com, "thangoubheng"

thangoubheng

unread,
Apr 10, 2006, 1:04:05 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
he he he,
John Lenon dalam lirik Imagine nya menulis:
"You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one"


--- In budaya_...@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
<odeon_cafe@...> wrote:
>
> berhentilah bermimpi kawan...
>
> Sub-Rosa II
>
> --- In budaya_...@yahoogroups.com, "thangoubheng"

D.O.C 107

unread,
Apr 10, 2006, 1:22:23 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Saya sudah dolan kok... :)
Cuman ga pernah posting...

Penggunaan bahasa Melayu Tionghoa anda saya "akui" bagus... Namun dizaman
seperti ini justru terdengar janggal & bukan aneh jika ada yg menganggapnya
kasar..

Coba jika kalimat itu didikatakan didepan lawan bicara anda saat
bertengkar..
Jika ga ngerti pasti akan dikira omong kasar...

Itu saja kok... :)
Jika saya bodoh, ya dianggap angin saja..
Jika saya angin jangan anggap saya sebagai flatus...

D.O.C 107


On 4/10/06, thangoubheng <thango...@yahoo.com> wrote:
>
> He he he, day old chicken mungkin memang gak pernah kenal melayu pasar
> atau melayoe tionghoa. Sehingga pentang bacot menjadi tabu baginya.
> Alangkah baiknya bila Bung ABS, Tjan ID, atau Si Tjamboek Berdoeri 28
> ajakin dia orang dolan ke milis Tjersil dulu.
> He he he.
>



--
1NTER TIAMO!
Mari Bergabung dengan milis database sepakbola milik gue...
milis gudang archieve all4one-1for...@yahoogroups.com Untuk
bergabung silakan layangkan email ke darwinter...@gmail.com atau
mising_link_...@yahoo.com
atau bergabung dimilis all4one...@yahoogroups.com
Untuk fans 1NTER garis keras bisa bergabung di:
Riot-bloo...@yahoogroups.com
Jangan lupa juga tuk ngeramaiin www.forum.interclub.or.id
Hidup Bangsa 1NTER!
Ciao...
CENTENARY... 9 Maret 2008!!!


[Non-text portions of this message have been removed]




ulysee

unread,
Apr 10, 2006, 1:14:09 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Memohon pengajaran manakala diucapkan dengan tulus, akan terasa
menyejukkan,
bukan tidak mungkin orang turunkan semua ilmunya tanpa bayaran.

Mohon pengajaran bilamana diucapkan dengan senyum di muka, tapi tangan
di gagang pedang
sama juga serupa tantangan, bukan alangan dikemplang habisan-habisan
sekalian.

Steeve mohon pengajaran dari pencerahan yang mana?
Walau tiada kasat mata, hati juga punya mata untuk merasa.



-----Original Message-----
From: steeve haryanto [mailto:stv7...@yahoo.com]
Sent: Sunday, April 09, 2006 4:09 PM
To: budaya_...@yahoogroups.com
Subject: Re: Jangan asal pentang bacot (Re: [budaya_tionghua] Larangan
Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM)


> Jangan emosional pentang bacot,

kawan ... sabar ... kalau seandainya saya memiliki
pencerahan melebihi kasat mata dan kebutaan
pengetahuan yang berimbang dengan perkembangan zaman pemerintahan ini,
pastinya saya tidak akan membawa ke forum ini.Cobalah melihat bahwa kita
semua saling belajar dan mencerahkan satu sama lain bukan kata - kata
itu yang dikeluarkan disaat orang tersesat dengan pengetahuan yang
dangkal.Ajarilah dan berikan pencerahan kepada kita semua.

> Jadi persoalan kerancuan pendaftaran nama terjadi
> pada semua suku dan agama, tidak ada hubungannya
> sama sekali dengan Tionghoa atau suku apa pun dan
> Islam atau agama apa pun.

Kawan, kalau seandainya statment yang berada di awal
mail ini seperti tersebut diatas, bukankah lebih indah
dan yang lebih berharga adalah menjadi tercerahkan?



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.
Yahoo! Groups Links











.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



ulysee

unread,
Apr 10, 2006, 8:29:47 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Pak,  saya anak kecil boleh ikut nimbrung diskusi ya pak.

1) kenapa Indonesia pilih pake bahasa Melayu dan bukan bahasa Jawa
Kalau menurut saya sih, lantaran founding fathers kita  memikirkan apa
yang terbaik buat negeri.
Karena bahasa melayu merupakan lingua franca (eh bener nggak nulisnya
nih) pakai huruf latin dan dari tatabahasa juga lebih mudah dipelajari
(enggak ada bahasa halus atau kasar, kromo inggil, kromo atau apa gitu)
maka diperkembangkanlah bahasa melayu sebagai bahasa nasional. (lagian
jaman majapahit juga bahasa melayu udah dikenal)
Jadi enggak ada hubungannya dengan yang Jawa terpaksa ngalah deh. Simply
because itulah yang terbaik untuk persatuan bangsa.
Alasannya mirip kayak Chin Shih Huang yang menyeragamkan huruf cina
kali.{maksa biar nyerempet budaya Tionghoa, hahaha}

2)Utusan kubilai khan yang dipotong kuping (separo bilang potong kuping,
separo bilang dilukai mukanya, ada sebagian bilang digampar doank) itu
jaman kertanegara, madjapahitnya belum berdiri waktu itu.
Setelah pemerintahan majapahit malah hubungan sama tiongkok mesra,
katanya. Maka sampai 2x kirim Adityawarman kesana.
{CMIIW, soalnya pelajaran sejarah dulu suka bolos sampe pernah berantem
ama bu guru sejarah, heheh}

3)Orang Jawa menduduki kursi nomor satu, ah khan pernah juga yang bukan
Jawa duduk disitu. Kalu soal yang kepilih Jawa lagi Jawa lagi, itu
lantaran pusat pemerintahan kita letaknya di pulau jawa kali, jadi dari
statistik juga probability nya lebih besar, hehehe.
Kalau yang di bawah pemerintahan orang jawa gagal Nggg masa sih? Sebab
menurut saya masing masing RI-1 punya keberhasilan sendiri sendiri dan
kegagalan sendiri-sendiri juga gitu.
nggg kriteria suatu pemerintahan yang gagal itu apa aja ya Pak?

-----Original Message-----
From: Nasir Tan [mailto:hitac...@yahoo.com]
Sent: Saturday, April 08, 2006 4:03 PM
To: budaya_...@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta
Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad

<skip>

  
  Beliau mengatakan bahwa Suku Jawa itu sangat toleran dan tidak mau
misalnya hanya karena dia yang mayoritas, maka Bahasa Jawa yang akan
dipakai. Kalau untuk statement ini saya berpendapat lain dengan
pertimbangan ilmiah ( sosial-budaya) sebagai berikut :
  
  Pertama:
  <skip>

  Jadi dari segi bahasa yah..pasti ada unsur mengalah karena sudah
menjadi suatu kebiasaan orang-orang pedalaman mengikuti pola daerah
pesisir walau hal ini tidak pernah ditulis dalam sejarah tetapi memiliki
nuansa seperti itu. Sebab mana mungkin saya misalnya yang sudah jauh
lebih banyak bergaul dengan dunia luar dan memiliki rekor lalu mau
diatur dari dalam yang serba baru mulai apalagi belum tentu bisa
dibuktikan. Belum lagi harus menggunakan huruf Jawa / India yang akan
memperlambat proses pengertian. Ini gawat..!!! Karena apa?? yah karena
tekanan dunia luar akibat PD II dimana kita harus cepat2 menentukan
bahasa nasional. Kalau huruf Jawa, pasti golongan Tionghoa akan iri
soalnya huruf Mandarin kan lebih populer dan bukan suatu kemustahilan
malah mempengaruhi kumunitas Melayu yang sesungguhnya Melayu dalam arti
sebenar-benarnya lebih dekat denga Tionghoa. Tapi sekarang udah banyak
komunitas  Tionghoa yang nama Jawa ; Winarni, Joko, Darsono, dan
sebagainya.....:-))

  Orang  Melayu tidak akan lupa ( walau bukan dendam ...:-) bahwa
Kedatuan Sriwijaya pernah diserang oleh Jawa. Kedatuan Sriwijaya
didirikan/dipimpin oleh Suku Melayu dan bernuansa Tionghoa . Terus
kemudian setelah Sriwijaya runtuh digantikan oleh Kerajaan Madjapahit
yang didirikan oleh Jawa dan lebih bernuansa India.
  Oh..yah di Madjapahit sendiri memang pernah ada kontak dengan Dinasti
dari Cina tapi kan kemudian terjadi huru-hara....karena utusan Khubi Lai
Khan di potong kupingnya....:-) Sekarang bukan kuping yang dipotong,
tetapi pemotongan nama marga....urusannya menjadi ribet lagi karena
rupanya bukan hanya komunitas Tionghoa saja yang kena...tetapi secara
umum sudah kena.... cik cik cik..bukan main yah.

  saya lanjutkan......
  Jadi sudah jelas bahwa dua komunitas yang berbeda lalu dipengaruhi
oleh budaya yang berbeda ( yang sebenarnya bersaing sengit )yang tentu
saja tidak akan mudah mengalah begitu saja. Jadi saya mau mengatakan
bahwa Bahasa Jawa tidak dipaksakan oleh Orang Jawa untuk menjadi Bahasa
Nasional Indonesia bukan karena Orang Jawa suka mengalah atau karena
kebaikan Orang Jawa, tetapi karena suatu pendekatan kultur (yang
sebenarnya pilihan yang paling pahit), jangan sampai karena masalah
seperti ini banyak daerah yang berpenduduk Orang Melayu menjadi tidak
simpati dan malah lebih ingin bergabung atau membentuk negara sendiri
yang berada dibawah koordinasi Persemakmuran seperti Malaysia, Brunai
dan Singapore...iya kan. Jadi...yah apa boleh buat.....!!!
<skip>


  Kedua ;
  Dalam sistem administrasi pemerintahan kita umumnya diduduki oleh
Orang Jawa, bukan karena mereka mayoritas tetapi karena adanya
pengganjalan ditingkat administrasi. <skip>


  Nah kembali kemasalah pemerintahan..saya melihat bahwa Oang Jawa masih
tetap senang menduduki kursi nomor satu dan begitu ada saingannya Melayu
atau Tionghoa mulai dia bikin rumor. Supaya ini merasa tidak enak dan
mengundurkan diri pelan-pelan. Padahal seandainya mereka ingin
kepemimpinan ini bergulir  ada nuansa baru, tidak seperti kan..!!!. Dan
selama ini Indonesia dibawah kepemimpinan Jawa gagal total.
  Dan semakin gagal lagi kalau nama marga atau apalah dihalang2i...tul
gak pak..!
   Namun demikian, secara pribadi saya salut dengan Orang Jawa disamping
itu juga saya memiliki banyak saudara sepupu Orang Jawa karena
perkawinan dan besar di Tanah Jawa . Meski begitu, saya sendiri bukan
Jawa .. Banyak  Orang Jawa,  termasuk dikalangan bawah masih berpikir
sistematis, kritis,  jernih, bijak dan obyektif. Saya kira kita perlu
mencontoh dan  mengembangkan ( reinventing ) sifat seperti ini kalo kita
ingin menjadi bangsa besar dan disegani.
  Semoga ini bermanfaat bagi kita semua demi kemajuan Indonesia yang
kita cintai.
  
  salam,
  
  
  Nasir Tan


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Shinjai Hayashi

unread,
Apr 10, 2006, 10:26:37 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>

> 1)  "Pertama:
>   Bahasa Melayu dipakai karena orang barat kayaknya lebih mengenal
> Melayu dari pada Jawa... "
>
> DH : Jadi pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada
> Sumpah pemuda adalah didikte Barat?
*************
Mungkin lebih baik menggunakan kata "pemilihan dengan alasan praktis".

Ketika kekuasaan Hindia Belanda memerlukan administrasi yang lebih
bagus, mereka harus bisa berkomunikasi dengan penduduk setempat.
Bahasa Melayu dipilih, selain mudah, juga sudah dipakai sebagai
lingua franca tidak resmi. Jadi pemerintahan Hindia Belanda memilih
bahasa Melayu, dan seterusnya untuk diperkenalkan kepada calon2
pegawai negeri dari Belanda yang akan bertugas ke Indonesia.

Untuk mencapai tujuan itu, maka diperlukan:
1. Latinisasi Bahasa Melayu, yaitu penulisan bahasa Melayu dengan huruf
    Latin sehingga mudah dibaca oleh orang Belanda. Pada waktu itu, bahasa
    Melayu ditulis dalam abjad Arab Melayu.
2. Pembuatan kamus Melayu.
3. Pembakuan tata bahasa Melayu.
4. Promosi bahasa Melayu untuk dipergunakan lebih luas.

Tugas untuk 1 s/d 3, dilakukan oleh Charles van Ophuysen. Dia yang
membuat ejaan Bahasa Melayu dalam abjad Latin. Kemudian dia
membuat kamus alphabet pertama bahasa Melayu, yaitu Kitab Logat
Melajoe. Ditambah kemudian dia menulis buku tentang Tata Bahasa
Melayu dalam bahasa Belanda untuk dipergunakan sebagai pengajaran
Bahasa Melayu untuk orang Belanda.

Untuk promosi Bahasa Melayu, maka dibentuk Balai Pustaka, yang
bertujuan untuk mempromosikan, menerbitkan buku2 Melayu. Dengan
demikian Bahasa Melayu kemudian dipakai secara lebih luas, dan
merupakan bahasa Nusantara pertama yang mendapat perlakuan
secara modern.

Sumpah Pemuda mengambil keputusan praktis untuk mengadopsi apa
yang sudah bagus, karena itu pilihan yang bagus, toh Melayu adalah
salah satu bahasa Nusantara juga.


steeve haryanto

unread,
Apr 10, 2006, 10:21:43 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Baiklah kawan akhmad bukhari saleh.
Saya terima pendapat anda mengenai bahasa dan
'ketergantungan' nya.
Cuma saya tidak akan pernah silent kog, kalau memang
ada yang mengganjal, walaupun tidak ada bukti pastinya
saya akan bawa ke forum.

--- Akhmad Bukhari Saleh <abs...@indo.net.id> wrote:

> ----- Original Message -----
> From: steeve haryanto
> To: budaya_...@yahoogroups.com
> Sent: Sunday, 09 April, 2006 21:06
> Subject: Re: Jangan asal pentang bacot (Re:
> [budaya_tionghua] Larangan
> Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar
> HAM)
>
> > "...Jangan emosional pentang bacot..."
> > Sesuaikah dengan statement "...lebih indah dan
> lebih
> > berharga,kalau apa yang dengan manis..." diatas
> kawan?
>
...deleted...


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



ismanto setiawan

unread,
Apr 10, 2006, 9:07:23 PM4/10/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Dear all....
  
  
  Haiiyaa... owe yang sudah lama mengasingkan diri jadi tertarik turun lagi kedunia Kang Auw.. melihat adanya pibu dari beberapa perguruan silat...Coba owe mainkan penggalan jurus Burung merak kibaskan ekor ... owe mau liat para eng hiong bisa pecahkan owe punya jurus itu... owe tunggu.... haiiiyaa... owe gin kang dulu
  
  
  tabik
---------------------------------

  YAHOO! GROUPS LINKS

   
    Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
   
    To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tiongh...@yahoogroups.com
   
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

   
---------------------------------
 



           
---------------------------------
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.


[Non-text portions of this message have been removed]




Nasir Tan

unread,
Apr 11, 2006, 1:37:14 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com


RM Danardono HADINOTO <rm_dan...@yahoo.de> wrote:    Bung, belajar dahulu sejarah Indonesia dengan seksama sebelum
menulis. Disini banyak akhli sejarah dan senior yang masih menjadi
pelaku sejarah.

Jangan menurunkan mutu  milis ini dengan tulisan yang tak didukung
fakta atau analisisi yang matang.

Salam

danardono

Trima kasih Pak Danardono atas penjelasannya, untuk itu saya ingin informasi dari Pak Danardono, buku-buku apa saja yang perlu dibaca sehubungan dengan penjelasan yang bapak berikan. Saya ingin sekali membaca  buku yang menyangkut tentang penjelasan yang bapak berikan.  Bilamana bapak tidak keberatan, saya sekali-sekali ingin hadir dalam suatu pertemuan / konferensi dimana bapak merupakan salah satu pembicara/nara sumbernya sehingga saya bisa bertanya langsung  kasus per kasus.
  Terima kasih.
  
  
  salam,
  
  
  Nasir T

           
---------------------------------
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low  PC-to-Phone call rates.


[Non-text portions of this message have been removed]

King Hian

unread,
Apr 11, 2006, 10:08:56 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Sdr Chris,
  
  Ada yang terlewat: Lie Kim Hok, yang menulis dan menerbitkan 'Kitab Malajoe Batawi' pada tahun 1884. Sementara, van Ophuysen menulis 'Kitab Logat Melajoe' pada tahun 1901.
  Sebelum diberlakukannya ejaan van Ophuysen, banyak orang (sebagian besar adalah orang Tionghoa) yang telah menggunakan bahasa Melayu dan huruf latin.
  
  Sebelum didirikannya Balai Pustaka, telah banyak penulis dari kalangan Bumiputra dan Tionghoa yang banyak menulis dengan menggunakan bahasa Melayu Pasar (Melayu Rendah) yang isinya membuat panas telinga petinggi2 Hindia Belanda. Karena itu, untuk menyingkirkan para penulis tsb dan mengontrol bacaan yang akan dibaca oleh masyarakat luas, didirikanlah Balai Pustaka.
  
  Dalam perkembangannya sastra Melayu rendah ini lebih banyak didominasi oleh orang2 Tionghoa dan tidak dianggap sebagai bagian dari kesusastraan Indonesia Modern. Sampai seorang peneliti Perancis Claudine Salmon menulis tentang Sastra Melayu Tionghoa, 'Literature in Malay by the Chinese of Indonesia' barulah beberapa orang mulai memperhatikan Sastra Melayu Tionghoa.
  
  Salam,
  KH
  

Shinjai Hayashi <bibola...@yahoo.ca> wrote:    -- deleted --

  Untuk mencapai tujuan itu, maka diperlukan:
1. Latinisasi Bahasa Melayu, yaitu penulisan bahasa Melayu dengan huruf
    Latin sehingga mudah dibaca oleh orang Belanda. Pada waktu itu, bahasa
    Melayu ditulis dalam abjad Arab Melayu.
2. Pembuatan kamus Melayu.
3. Pembakuan tata bahasa Melayu.
4. Promosi bahasa Melayu untuk dipergunakan lebih luas.

Tugas untuk 1 s/d 3, dilakukan oleh Charles van Ophuysen. Dia yang
membuat ejaan Bahasa Melayu dalam abjad Latin. Kemudian dia
membuat kamus alphabet pertama bahasa Melayu, yaitu Kitab Logat
Melajoe. Ditambah kemudian dia menulis buku tentang Tata Bahasa
Melayu dalam bahasa Belanda untuk dipergunakan sebagai pengajaran
Bahasa Melayu untuk orang Belanda.

Untuk promosi Bahasa Melayu, maka dibentuk Balai Pustaka, yang
bertujuan untuk mempromosikan, menerbitkan buku2 Melayu. Dengan
demikian Bahasa Melayu kemudian dipakai secara lebih luas, dan
merupakan bahasa Nusantara pertama yang mendapat perlakuan
secara modern.

Sumpah Pemuda mengambil keputusan praktis untuk mengadopsi apa
yang sudah bagus, karena itu pilihan yang bagus, toh Melayu adalah
salah satu bahasa Nusantara juga.



                 
---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.


[Non-text portions of this message have been removed]


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

odeon_cafe

unread,
Apr 11, 2006, 8:04:21 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Tak dapat dipungkiri bahwa Jawa adalah suku dengan tenaga produktif
paling tinggi apabila dibandingkan dengan suku-suku lain di
Nusantara. Jawa dengan jumlah persentase 40% dari total suku-suku
Indonesia memiliki potensi terbesar sebagai tenaga gerak. Sehingga
tidak mengherankan pabila suku Jawa tampil sebagai pemimpin
Nusantara.

Peradaban Jawa merupakan perabadan paling tinggi di seantero
Nusantara. Tingkat budaya Jawa menduduki tingkat tertinggi dalam
kasanah peradaban. Ilmu politik Jawa telah berlangsung sejak abad ke
9. karena pengaruh Jawa sajalah, Islam dapat berkembang di
Nusantara. Khasanah literatur dikuasai oleh Jawa pra-islam dengan
kedalaman filosofi timur yang sulit dimengerti oleh rasionalisme
materialistik barat. Jawa adalah sebuah peradaban yang sangat
terbuka dan toleran.  

Contoh betapa terbukanya masyarakat Jawa terhadap pergaulan external
adalah dengan cepatnya Brawijaya dan Majapatih mengadobsi tehnologi
persenjataan modern yang dibawa tentara Mongolia. Disamping telah
memiliki teknologi sekaligus seni pembuatan keris yang menakjubkan
dengan pilihan logam yang tidak dikenal oleh metode logam
konvensional.

Tidak seperti Sumatera yang terabsorbsi oleh Islam, justeru Islam
terabsorbsi dengan klenik Jawa. Maka hanya di Jawa saja dikenal
komunitas abangan dan sunan-sunan Jawa yang berhasil dianggap
sebagai "Wali-Allah". Baru di era modern dengan ekspansi Timur
Tengah sajalah aliran-aliran `murni' islam masuk ke tanah Jawa dan
sampai saat ini masih bertarung dengan kaum abangan. Ketinggian
peradaban Jawa itu dapat dilihat dari kehalusan ekspresi budaya.
Maha Barata dapat dimodifikasi sedemikian rupa di tanah Jawa dengan
kemunculan tokoh-tokoh semar, petruk, gareng, bagong yang tidak
terdapat dalam versi asli India-nya. 

budhisme pun pernah dan sempat di-Jawa-kan. matera-matera budhistik
berlafal sanskrit pun di-Jawa-kan. buktinya, dapat ditemukan sampai
sekarang pada lafal-lafal komunitas budhis tengger yang tidak
memiliki hubungan langsung dengan dunia budhis modern yang pekat
dengan unsur-unsur thailand, tibet dan Tiongkok.

Dibandingkan suku-suku lain di Nusantara, Jawa memiliki kadar
otentisitas paling tinggi. Jawa tidak terpengaruh oleh akulturasi
budaya secara masif seperti kalangan melayu yang malas. Suatu saat
nanti, mungkin akan kita temukan figura Jesus memakai blangkon dan
membawa keris.

Jawa memainkan peran penting dalam pembentukan NKRI. Jawa merupakan
sentrum gerakan perlawan anti-kolonialisme. Arti penting Jawa dapat
dilihat dari peperangan melawan Inggris dan berbagai agresi Belanda
yang terpusat di Jawa. Seorang Nasution yang Batak bisa menjadi
petinggi pasukan Siliwangi yang sunda. Dan dari dulu, kerajaan Sunda
itu adalah `adik muda' ke-prabuan Jawa.

Sampai saat ini pun, ke 4 divisi kodam yang memegang kunci terdapat
di Jawa. 2 presiden `terbesar' sepanjang sejarah modern Indonesia
adalah keturunan-keturunan Jawa dan menerapkan pola kepemimpinan
dengan Jawa centris cukup tinggi.

Siapakah yang paling pantas memimpin Indonesia? Sudah tentu
kolaborasi antara Jawa-Tionghoa.
     
Sub-Rosa II


--- In budaya_...@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO"
SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 11, 2006, 10:12:51 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, Nasir Tan <hitaci2002@...>
wrote:

>
>
>
> Trima kasih Pak Danardono atas penjelasannya, untuk itu saya ingin
informasi dari Pak Danardono, buku-buku apa saja yang perlu dibaca
sehubungan dengan penjelasan yang bapak berikan. Saya ingin sekali
membaca  buku yang menyangkut tentang penjelasan yang bapak
berikan.  Bilamana bapak tidak keberatan, saya sekali-sekali ingin
hadir dalam suatu pertemuan / konferensi dimana bapak merupakan
salah satu pembicara/nara sumbernya sehingga saya bisa bertanya
langsung  kasus per kasus.
>   Terima kasih.
>   
>   
>   salam,
>   
>   
>   Nasir T

-------------------------

DH: Apa yang kita diskusikan, dapat anda baca disetiap pustaka,
mungkin anda baca di Perpustakaan di Museum Jakarta, atau di
perpustakaan UI. Tetapi di buku pelajaran sejarah SMA juga dapat
dibaca. Mengenai bagian dimasa pendudukan Belanda, tentu di
perpustakaan Universitas Rotterdam lebih komplit.

Waktu saya cuti di Jakarta yang baru lalu, saya adakan pertemuan
dengan teman teman dari Budaya Tionghoa. Hadir juga mas David Kwa,
juga mas King Hian. saya undang sebagai pembicara kala itu, pak Dr.
Lembong, ex ketua INTI.

Di Vienna, Austria juga di Hamburg saya adakan bebrapa kali
pertemuan dengan masyarakat akademis disini mengenai sejarah
Indonesia.

Salam

danardono






>
>            
> ---------------------------------
> How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low  PC-to-Phone
call rates.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

King Hian

unread,
Apr 11, 2006, 10:53:27 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Sdr Nasir Tan,
  Yang ditulis oleh Pak Danardono bisa Anda baca dari buku2 sejarah yang bisa dicari di perpustakaan dan di toko buku. Kalau kita mau sedikit membaca buku sejarah SD-SMU, tentu kita bisa membedakan bahwa utusan Kubilai Khan itu bukan terjadi di jaman Majapahit.
  
  Itulah maksud dari tulisan Pak Danardono.
  
  salam,
  KH

 
Nasir Tan <hitac...@yahoo.com> wrote:
 

RM Danardono HADINOTO <rm_dan...@yahoo.de> wrote:    Bung, belajar dahulu sejarah Indonesia dengan seksama sebelum
menulis. Disini banyak akhli sejarah dan senior yang masih menjadi
pelaku sejarah.

Jangan menurunkan mutu  milis ini dengan tulisan yang tak didukung
fakta atau analisisi yang matang.

Salam

danardono

Trima kasih Pak Danardono atas penjelasannya, untuk itu saya ingin informasi dari Pak Danardono, buku-buku apa saja yang perlu dibaca sehubungan dengan penjelasan yang bapak berikan. Saya ingin sekali membaca  buku yang menyangkut tentang penjelasan yang bapak berikan.  Bilamana bapak tidak keberatan, saya sekali-sekali ingin hadir dalam suatu pertemuan / konferensi dimana bapak merupakan salah satu pembicara/nara sumbernya sehingga saya bisa bertanya langsung  kasus per kasus.
  Terima kasih.
  
  
  salam,
  
  
  Nasir T

           

           
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2¢/min with Yahoo! Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 11, 2006, 10:52:58 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:
>
>
> Mungkin lebih baik menggunakan kata "pemilihan dengan alasan
praktis".
>
> Ketika kekuasaan Hindia Belanda memerlukan administrasi yang lebih
> bagus, mereka harus bisa berkomunikasi dengan penduduk setempat.
> Bahasa Melayu dipilih, selain mudah, juga sudah dipakai sebagai
> lingua franca tidak resmi. Jadi pemerintahan Hindia Belanda memilih
> bahasa Melayu, dan seterusnya untuk diperkenalkan kepada calon2
> pegawai negeri dari Belanda yang akan bertugas ke Indonesia.
>
> Untuk mencapai tujuan itu, maka diperlukan:
> 1. Latinisasi Bahasa Melayu, yaitu penulisan bahasa Melayu dengan
huruf
>     Latin sehingga mudah dibaca oleh orang Belanda. Pada waktu
itu, bahasa
>     Melayu ditulis dalam abjad Arab Melayu.
> 2. Pembuatan kamus Melayu.
> 3. Pembakuan tata bahasa Melayu.
> 4. Promosi bahasa Melayu untuk dipergunakan lebih luas.
>
> Tugas untuk 1 s/d 3, dilakukan oleh Charles van Ophuysen. Dia yang
> membuat ejaan Bahasa Melayu dalam abjad Latin. Kemudian dia
> membuat kamus alphabet pertama bahasa Melayu, yaitu Kitab Logat
> Melajoe. Ditambah kemudian dia menulis buku tentang Tata Bahasa
> Melayu dalam bahasa Belanda untuk dipergunakan sebagai pengajaran
> Bahasa Melayu untuk orang Belanda.

---------------------



DH: Memang, pemilihan bahasa Melayu, yang kemudian menjadi bahasa
Indonesia, adalah karena dasar yang praktis. Bahasa ini, sudah
dipakai oleh penduduk pantai untuk berkomunikasi dengan bangsa
bangsa asing, seperti Spanyol, Portugis, kemudian belanda. Bahkan
juga dengan pedanag dari Arab, India dan Tiongkok.

Hasil dari komunikasi ini, timbul penyerapan bahasa bahasa tersebut
dalam bahasa Melayu.

Pemerintah Indonesia, segera mengganti ejaan van Ophuizen dengan
ejaan Suwandi (kala itu mentri Pendidikan dan Kebudayaan kita).
Ejaan "oe" hilang, diganti u.

Di era Balai Pustaka, banyak sekali peran penulis penulis dari
Sumatra barat, seperti Nur Sutan Iskandar, Takdir Alisjahbana, Datuk
Madjoindo, Marah Rusli, dll.

Bahasa Jawa yang lengkap, dipelihara dikalangan ningrat, dan tak
dipakai luas oleh masyarakat. Bahasa sastra dalam masyarakat Jawa,
bukan bahasa Jawa yang diupakai se-hari hari, namun bahasa Kawi
(misalnya dalam pertunjukan wayang). dalam bahasa Jawa yang lengkap,
dengan tiga tingkatan "ngoko", "kromo madyo" dan "kromo inggil", tak
mungkin meluaskan bahasa ini kepelosok Nusantara.

Hampir semua masyarakat Jawa dipesisir menguasai bahasa Melayu, yang
tentu saja, tak sempurna, dan di-campur campur. Pengaruh bahasa
bahasa pendatang sangat sarat mempengaruhi bahasa Melayu. terutama
istilah istilah Tionghoa, Arab dan India.

Ketika Soempah Pemoeda pada Oktober 1928 dicetuskan, para wakil
organisasi pemuda memilih baghasa Indonesia sebagai bahasa negara
yang akan dibentuk.

Peran warga Tionghoa tidak kecil pada saat historis itu. saya kutip:

------------
"Mewujudkan Sumpah Pemuda


Memotret Peran Sejarah Etnis Tionghoa
Warga Tionghoa di negeri ini sering distereotipkan kelompok
masyarakat yang senantiasa bermotivasi mengejar uang saja. Bahkan,
Dahlan Iskan ketika mengomentari banyaknya caleg Tionghoa pada
pemilu legislatif lalu sempat bertanya, "Uang gambar apa lagi yang
dicari mereka." Penulis percaya, Pak Dahlan hanya bercanda.

Tapi, yang tidak bisa kita buat canda adalah stereotip-stereotip
negatif bahwa etnis Tionghoa tidak memiliki keinginan atau kesadaran
untuk bermasyarakat. Salah satu yang jarang diungkapkan di media
massa ialah stereotip berkaitan dengan penilaian etnis Tionghoa
hanya merusak bahasa Indonesia.

Nah, berkaitan dengan stereotip tersebut, benarkah stereotip yang
sudah bergenerasi, mengendap di benak banyak orang Indonesia,
termasuk orang Tionghoa, itu? Kiranya tidak. Salah satu faktor yang
mendorong langgengnya stereotip seperti itu ialah penyakit amnesia
sejarah. Karena itu, lewat tulisan ini, penulis mengajak kita
kembali ke masa lalu. Bukan bermaksud untuk menonjolkan peran warga
Tionghoa.

Penulis hanya ingin stereotip tersebut hilang, sehingga kita bisa
mengimplementasikan semangat Sumpah Pemuda, walau berbeda ras, warna
kulit, agama, dan lain-lain, kita sepakat bertanah air satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Sewaktu momen Sumpah Pemuda, warga Tionghoa juga tak mau ketinggalan
berpartisipasi, seperti "kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia jang
berdasarkan kebangsaan, dengan namanja Jong Java, Jong Soematra
(Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong
Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, dan
Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia; Memboeka rapat pada
tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri Djakarta;
Sesoedahnja menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan
ini; Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan.

Pertama: kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah
darah jang satu, tanah Indonesia.

Kedoea: kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa jang
satu, bangsa Indonesia.

Ketiga: kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.

Yang menarik, warga Tionghoa juga aktif memfasilitasi momentum
paling signifikan dalam sejarah bangsa kita tersebut. Itu terbukti
dengan dihibahkannya gedung Soempah Pemoeda oleh Sie Kong Liong.
Selain itu, ada beberapa nama dari kelompok Tionghoa yang duduk
dalam kepanitiaan, di antaranya Kwee Tiong Hong dan tiga pemuda
Tionghoa yang lain.

Khusus berkaitan dengan bahasa, tentu dalam bahasa Indonesia, kita
mengenal sejarah perkembangannya. Bahasa yang dulu disebut bahasa
Melayu itu ternyata juga sudah lama menjadi bahasa warga Tionghoa
negeri ini.

Linguis asal Surabaya Dede Oetomo pernah menulis bahwa semula etnis
Tionghoa di Jawa khususnya lebih menyukai bahasa Jawa, tetapi sebuah
keputusan yang diambil pemerintah Belanda dengan sistem tanah paksa
(1830-70) akhirnya memutuskan sistem pas (passenstelsel) yang
praktis memisahkan orang Tionghoa dengan orang Jawa. Nah, praktis,
sejak saat itu, warga Tionghoa mulai memakai bahasa Melayu yang
menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.

Lalu, dengan terdongkraknya status sosial orang-orang peranakan
golongan atas, mereka pun mulai mengembangkan sifat dan minat
golongan atas, termasuk sastra dan tata pergaulan sosial. Kekayaan
mereka juga mendorong untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke
sekolah Belanda berbahasa Melayu yang didirikan pemerintah kolonial
sejak 1854.

Anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah itu, tentu saja, mulai
menulis dalam bahasa Melayu, baik wartawan maupun sastrawan.
Apalagi, surat kabar berbahasa Melayu juga mulai dicetak di
percetakan yang hampir semuanya milik etnis Tionghoa, seperti Soerat
Kabar Bahasa Melayoe (1856) dan Bintang Soerabaja (1860). Di awal
abad 20, terbit koran besar Pewarta Soerabaia, Sin Tit Po, dan Sin
Po. Sin Po malah merupakan koran pertama yang memakai istilah
Indonesia untuk mengganti "Nederlandsch-Indie" atau Hindia Belanda.

Tanpa disadari, pers yang dikelola komunitas Tionghoa tersebut
kemudian berkembang menjadi sarana efektif dalam penyebarluasan
berbagai berita perjuangan nasionalisme.

Sin Tit Po, Matahari, dan Sin Po, misalnya, merupakan harian-harian
yang giat menyampaikan aspirasi perjuangan kemerdekaan. Tulisan-
tulisan para tokoh seperti Soekarno, Hatta, dan Tjipto Mangunkusumo
kerap dimuat. Bahkan, Lagu Indonesia Raya kali pertama diterbitkan
Sin Po.

Nah, dari gambaran itu, terlihat, sembari mengimplementasikan
semangat berbahasa, bahwa etnis Tionghoa juga mengamalkan dua spirit
Sumpah Pemuda yang lain, yakni semangat bertanah air dan berbangsa
Indonesia.

Malah, menjelang proklamasi kemerdekaan, Djia Kie Siong
memperkenankan rumahnya dipakai untuk rapat mempersiapkan
kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada 16 Agustus 1945.
Dalam badan penyelidik usaha persiapan proklamasi kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD 1945, terdapat lima warga
Tionghoa, yaitu Liem Koen Hia, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey
Tjong Jauw, dan Drs Yap Tjwan Bing.

Puncak implementasi Sumpah Pemuda adalah ketika beberapa warga
Tionghoa juga berani mati membela martabat negeri ini, seperti yang
dilakukan Laksamana John Lie dari angkatan laut kita.

Sayang, setelah tragedi 1965 dan gara-gara penilaian atas Baperki,
semua warga Tionghoa seperti dipersalahkan, sehingga sejarah seperti
yang dikemukakan itu tenggelam atau dilupakan begitu saja.

Syukur, sejak Reformasi 1998, upaya penggalian sejarah terus
berlangsung. Dengan demikian, belakangan ini, banyak mata mulai
terbelalak bahwa ternyata ada peran warga Tionghoa sebagai bagian
bangsa ini, sama seperti peran yang ditunjukkan warga atau etnis
lain di negeri ini."

* Tomy Su, koordinator Masyarakat Pelangi Pecinta Indonesia,
Sementara Tinggal di Perth.

---------------

Kalau kita pelajari sejarah dengan seksama, kita akan ketahui bahwa
masyarakat di Jawa ya pengguna bahasa Jawa tak pernah merasakan
perlunya memakai bahasa ini untuk dipakai sebagai bahasa pergaulan
di Indonesia.

Salam

danardono











Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 11, 2006, 11:02:04 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
> > ----- Original Message -----
> > From: Nasir Tan
> > To: budaya_...@yahoogroups.com
> > Sent: Saturday, 08 April, 2006 16:02
> > Subject: [budaya_tionghua] Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad


> > > Bahasa Melayu dipakai karena orang barat
> > > kayaknya lebih mengenal Melayu dari pada Jawa
> > > (ini menurut saya sih) karena dilihat dari geografis
> > > sebenarnya Pulau Jawa dengan komunitasnya
> > > adalah pulau yang paling jauh dengan dunia luar.

---------------------------------------------------------------------------------------------------


> ----- Original Message -----
> From: RM Danardono HADINOTO
> To: budaya_...@yahoogroups.com
> Sent: Monday, 10 April, 2006 04:49
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad


> > DH : Jadi pemilihan bahasa Indonesia
> > sebagai bahasa persatuan pada Sumpah pemuda
> > adalah didikte Barat?

---------------------------------------------------------------------------------------------------


----- Original Message -----
From: Shinjai Hayashi
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, 11 April, 2006 09:26
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad


*************

> Mungkin lebih baik menggunakan kata "pemilihan dengan alasan praktis".
>
> Ketika kekuasaan Hindia Belanda memerlukan administrasi yang lebih
> bagus, mereka harus bisa berkomunikasi dengan penduduk setempat.
> Bahasa Melayu dipilih, selain mudah, juga sudah dipakai sebagai
> lingua franca tidak resmi. Jadi pemerintahan Hindia Belanda memilih
> bahasa Melayu, dan seterusnya untuk diperkenalkan kepada calon2
> pegawai negeri dari Belanda yang akan bertugas ke Indonesia.

---------------------------------------------

Penjelasan Hayashi-san, wlaupun mengandung kebenaran, tetapi kelihatannya out of context.

Sebetulnya yang dimaksud Nano looheng dalam penjelasannya pada Nasir lauwtee adalah pemilihan bahasa Indonesia (Melayu) sebagai bahasa persatuan oleh bangsa Indonesia sendiri (yang notabene mayoritasnya suku Jawa).
Dan bukannya pemilihan bahasa Indonesia (Melayu) oleh daulat Hindia Belanda untuk penggunaan mereka dalam administrasi kekuasaannya.

Kalau Belanda memilih pakai bahasa Indonesia/Melayu untuk administrasinya, memang betul itu karena alasan praktis, sebab bahasa itu, seperti kata Hayashi-san sendiri di atas ini, sudah menjadi lingua franca pilihan orang Indonesia sendiri, jadi mereka (Belanda) 'terpaksa' tidak punya pilihan lain daripada memakai bahasa itu.

Tetapi bangsa Indonesia, ketika pada Sumpah Pemuda menegaskan pilihannya pada bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa persatuan, yang mereka lakukan adalah sekedar suatu penegasan akan praktek yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun sebelumnya di antara suku-suku di Nusantara. Sama halnya seperti penegasan akan pilihannya pada bendera Sang Merah Putih yang sudah ratusan tahun menjadi simbol persatuan.


Kemudian juga, di samping hal itu, yang dimaksud dengan "orang Barat" oleh Nasir lauwtee, jelas bukan kekuasaan administratif Hindia Belanda (yang lokasinya di Pulau Jawa), tetapi 'orang-orang Barat'  (who ever he means they are) yang secara geografis jauh habitat-nya dari pulau Jawa.

Selain secara geografis Nasir lauwtee bukan mengacu pada kekuasaan administratif Hindia Belanda jaman dahulu itu, secara kerangka waktu (time frame), kelihatannya Nasir lauwtee juga mengacu kepada jaman lain, mungkin jaman sekarang. Walau ini sulit dipastikan mengingat acak-adul-nya time frame dari analisis kita punya lauwtee ini.


Wasalam.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

King Hian

unread,
Apr 11, 2006, 11:45:04 AM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Saya bermaksud sedikit mengoreksi penulisan nama tokoh Tionghoa yang disebutkan dalam tulisan Tommy Su.
  
  Banyak kesulitan untuk menuliskan nama Tionghoa dlm huruf latin, antara lain krn perbedaan dialek serta banyaknya variasi ejaan di daerah yang berbeda.
  
  Peserta Sumpah Pemuda: Kwee Thiam Hong (bukan: Kwee Tiong Hong). Tiga orang perserta lainnya adalah: Ong Kay Siang, John Liauw Tjoan Hok, dan Tjio Jin Kwie.
  
  Pemilik rumah di Rengasdengklok yang dipakai untuk kediaman Soekarno Hatta adalah Djiauw Kie Siong (bukan: Djia Kie Siong).
 
Anggota BPUPKI adalah: Liem Koen Hian (bukan Liem Koen Hia), Oey Tiang Tjoei (bukan: Oey Tiang Tjoe), Mr. Tan Eng Hoa, Oei Tjong Hauw (bukan: Oei Tjong Jauw), dan Drs. Yap Tjwan Bing.
  
  salam,
  KH

  
 
RM Danardono HADINOTO <rm_dan...@yahoo.de> wrote:
    -- deleted --
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2¢/min with Yahoo! Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]

Shinjai Hayashi

unread,
Apr 11, 2006, 12:46:37 PM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Bung King Hian,

Iya, Anda benar.. Salah satu faktor penting yang bagi keputusan pemerintah
Hindia Belanda untuk menggunakan Melayu, adalah penggunaan oleh orang
tionghoa, dan orang tionghoa ini tersebar dimana2. Orang tionghoa Indonesia
bisa dikatakan sebagai katalisator bagi popularitas bahasa Melayu. Sesudah itu
muncul juga penulis2 dari Sumatera Barat seperti yang sudah dikatakan oleh bung
Danardono, dengan tambahan artikel yang bagus itu.

Pengadopsian Bahasa Melayu oleh para pemuda itu karena alasan praktis. Tidak
ada alasan untuk menolak Bahasa Melayu yang sudah dikembangkan jauh pada tahun
1928 tersebut. Selain itu, para pencetus Soempah Pemuda adalah para pembaharu
modern yang melihat ke depan daripada ke belakang. Banyak dari organisasi pemuda
kedaerahan menggunakan kata JONG, seperti Jong Java, Jong Celebes, itu
dipengaruhi oleh aura pembaharuan yang mengangkat martabat mereka yang muda
usia. Secara tradisional dulu mereka yang lebih tua lebih dihormati, dan
dianggap lebih berpengalaman. Yang muda dianggap masih hijau. Sejak Revolusi di
Perancis muncul satu semangat baru, yaitu yang muda dianggap sumber pembaharuan
berasal. Karena itu di Turki, mereka mereka yang mendobrak tradisionalisme
Ottoman itu dikenal sebagai Young Turk (Turki Muda, atau Pemuda Turki).
Bandingkan dengan Jong Java, Jong Celebes, etc.

Karena itu mereka tidak lagi terikat pada apa yang dianggap berlaku waktu itu,
dan Bahasa Melayu pun dinobatkan, diganti nama menjadi Bahasa Indonesia.
Istilah Indonesia itu sendiri istilah baru, tidak terdapat dalam sejarah tempo
dulu di Nusantara. Bahasa Indonesia juga mencerminkan ciri modernitas,
demokratis, yang mereka cari2 selama ini.

Bagi kelompok tionghoa, sebagai warga yang sudah tercabut dari tempat asalnya
dulu di China, dengan semangat revolusioner yang sudah terjadi duluan di China,
cocok sekali dengan habitat baru pembaharuan dengan wadah yang bernama
Indonesia ini.





----- Original Message -----
From: "King Hian" <king...@yahoo.com>
To: <budaya_...@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, April 11, 2006 7:08 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta
Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad


> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 11, 2006, 12:53:47 PM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, King Hian <king_hian@...>
wrote:

>
> Saya bermaksud sedikit mengoreksi penulisan nama tokoh Tionghoa
yang disebutkan dalam tulisan Tommy Su.
>   
>   Banyak kesulitan untuk menuliskan nama Tionghoa dlm huruf latin,
antara lain krn perbedaan dialek serta banyaknya variasi ejaan di
daerah yang berbeda.
>   
>   Peserta Sumpah Pemuda: Kwee Thiam Hong (bukan: Kwee Tiong Hong).
Tiga orang perserta lainnya adalah: Ong Kay Siang, John Liauw Tjoan
Hok, dan Tjio Jin Kwie.
>   
>   Pemilik rumah di Rengasdengklok yang dipakai untuk kediaman
Soekarno Hatta adalah Djiauw Kie Siong (bukan: Djia Kie Siong).
>  
> Anggota BPUPKI adalah: Liem Koen Hian (bukan Liem Koen Hia), Oey
Tiang Tjoei (bukan: Oey Tiang Tjoe), Mr. Tan Eng Hoa, Oei Tjong Hauw
(bukan: Oei Tjong Jauw), dan Drs. Yap Tjwan Bing.
>   
>   salam,
>   KH
>   
------------------

DH: wahhhh matur nuwun mas King Hian. Gimana nihh di Bogor? hujan
terus ya? Kirim salam hangat pada teman teman, juga pada suhu Jimmy
serta sobat sobat dari vihara Ekayana..

Salam

danardono






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 11, 2006, 1:03:50 PM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
<odeon_cafe@...> wrote:
>
-------------

DH: Bukan main, angkat topi untuk pengetahuan anda yang dalam dalam
sejarah Jawa dalam masa kebangkitan nasionalisme maupun masa
Majapahit.

Jangan kita lupakan, kiprah tokoh tokoh Tionghoa dalam kebangkitan
bangsa ini juga terjadi di pulau Jawa, dan banyak diantara mereka
adalah Tiongho Jawa. Misalnya ayah pak Kwik Kian Gie.

Interaksi antara budaya Tionghoa dan Jawa terutama diwilayah
kesultanan kesultanan di pantai utara Jawa, dari Banten, Mataram
sampai Kalianget di Madura, tak dapat dianggap enteng. Dan pastilah
tak kurang daripada pengaruh budaya Tionghoa pada budaya Melayu,
seperti dituturkan bung Nasir tan.

Jangan lupa, melebarnya Mahayana di Jawa bukan karena orang India,
namun dipengaruhi bikkhu bikkhu dari Tiongkok.

Salam

danardono






Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 11, 2006, 12:15:35 PM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
> ----- Original Message -----
> From: Shinjai Hayashi
> To: budaya_...@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, 11 April, 2006 09:26
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad

> > Untuk promosi Bahasa Melayu, maka dibentuk Balai Pustaka,
> > yang bertujuan untuk mempromosikan, menerbitkan buku2 Melayu.
> > Dengan demikian Bahasa Melayu kemudian dipakai secara lebih luas,
> > dan merupakan bahasa Nusantara pertama yang mendapat perlakuan
> > secara modern.

------------------------------------------------------------------------


----- Original Message -----
From: RM Danardono HADINOTO
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, 11 April, 2006 21:52
Subject: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad

> Apalagi, surat kabar berbahasa Melayu juga mulai dicetak
> di percetakan yang hampir semuanya milik etnis Tionghoa,
> seperti Soerat Kabar Bahasa Melayoe (1856) dan Bintang
> Soerabaja (1860).
> Di awal abad 20, terbit koran besar Pewarta Soerabaia,
> Sin Tit Po, dan Sin Po.
> Sin Po malah merupakan koran pertama yang memakai istilah
> Indonesia untuk mengganti "Nederlandsch-Indie" atau Hindia Belanda.
>
> Tanpa disadari, pers yang dikelola komunitas Tionghoa tersebut
> kemudian berkembang menjadi sarana efektif dalam penyebarluasan
> berbagai berita perjuangan nasionalisme.
>
> Sin Tit Po, Matahari, dan Sin Po, misalnya, merupakan harian-harian
> yang giat menyampaikan aspirasi perjuangan kemerdekaan.
> Tulisan-tulisan para tokoh seperti Soekarno, Hatta, dan Tjipto
> Mangunkusumo kerap dimuat.

==================================

Sementara analis berpendapat bahwa pendirian Balai Pustaka (BP), yang dengan kekuatan dan kewenangan penuh mempromosikan bahasa Melayu yang BERBEDA, adalah karena kecemasan gubernemen Hindia Belanda akan popularitas bahasa Melayu Tionghoa yang telah menjadi bahasa perjuangan!

Seperti kita tahu bahasa Melayu yang dipromosikan BP itu berbeda dari bahasa yang dipakai rakyat sehari-hari.
Dan untuk mendiskreditkan bahasa yang umum dipakai rakyat, maka bahasa Melayu versi BP itu dinamai "Melayu Tinggi", sedangkan bahasa Melayu Tionghoa yang sudah luas dipakai di kalangan rakyat dinamainya "Melayu Rendah" atau "Melayu Pasar"!

Bahasa Melayu Tinggi itu memang di-design lebih sulit daripada bahasa Melayu Tionghoa, tetapi penggunaannya digalakkan, bahkan dipaksakan, berlakunya pada semua dokumen resmi serta buku-buku terbitan BP. Dan buku-buku BP di-'gerojok'-kan ke masyarakat pada semua strata umur dan golongan.
Dengan begitu, di-skenario-kan oleh pemerintah Hindia Belanda bahwa penyebar-luasan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui media cetak berbahasa Melayu Tionghoa alias Melayu Pasar alias Melayu Rendah, tanpa terasa, akan terhambat.

Wasalam.



Shinjai Hayashi

unread,
Apr 11, 2006, 11:10:04 PM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <abs...@indo.net.id>
> Bahasa Melayu Tinggi itu memang di-design lebih sulit daripada bahasa Melayu
> Tionghoa, tetapi penggunaannya digalakkan, bahkan dipaksakan, berlakunya pada
> semua dokumen resmi serta buku-buku terbitan BP. Dan buku-buku BP
> di-'gerojok'-kan ke masyarakat pada semua strata umur dan golongan.
> Dengan begitu, di-skenario-kan oleh pemerintah Hindia Belanda bahwa
> penyebar-luasan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui media cetak
> berbahasa Melayu Tionghoa alias Melayu Pasar alias Melayu Rendah, tanpa
> terasa, akan terhambat.
******************
Saya agak menyangsikan hal ini.

Kolonialisme Belanda di Indonesia itu sudah jelas bukan hal bagus,
dan banyak kebijakan pemerintah Hindia Belanda itu jelek.
Tetapi tidak semua tindakan pemerintah Hindia Belanda itu jelek
dan selalu mendasarkan diri pada skenario penindasan.

Pada awal abad ke-20, bisa dikatakan situasi di Indonesia relatif
stabil. Dan kita lihat di Belanda sendiri mengalami perubahan.
Mereka banyak mempertanyakan keabsahan pemerintahan
kolonial dan kebijakan pemerintah Belanda di Indonesia.
Cara pandang liberalisme mulai tumbuh disana.

Banyak orang Belanda, termasuk politisi Belanda, yang bersimpati
kepada Indonesia. MIsalnya Pieter Brooshooft dan van Deventer,
memperjuangkan untuk memperhatikan nasib pribumi. Sehingga
pada awal abad ke-20, dimulailah apa yang dinamakan dengan
Politik Etis, dengan program Trias Politica.

Sejak itulah didirikan sekolah2, baik untuk kaum priyayi dan rakyat
biasa. Dan pada tahun2 itulah, Bahasa Melayu diadopsi, dan
dimulai komisi untuk penerbitan bacaan rakyat dengan mencetak
karya2 terjemahan dan karya2 penulis Indonesia, yaitu ya.. kita
kenal dengan nama Balai Pustaka.

Pengaruh politik etis ini sangat terasa, termasuk banyaknya pelajar2
Indonesia yang bersekolah di Belanda, dan menjadi elite2 politik
modern  pertama dengan pendidikan tinggi dari Indonesia.  Mereka2
inilah yang kemudian merintis kemerdekaan Indonesia. Beberapa
dari antara mereka diangkat menjadi anggota parlemen negeri
Belanda sendiri, seperti Rustam Effendi dan LN Palar (LN Palar
kemudian menjadi duta besar pertama Indonesia di PBB, yang
memperjuangkan RI secara diplomatis disana).

Menteri Belanda, JH Abendanon misalnya adalah pendukung besar
dari politik Etis ini, dan kita juga mengenalnya dalam usahanya
mengumpulkan surat2 RA Kartini, dan menerbitkannya dalam
buku Habis Gelap Terbitlah Terang.



ChanCT

unread,
Apr 11, 2006, 11:06:04 PM4/11/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Dalam tulisan Bondan Winarno "Meluruskan Sejarah", disinggung juga peranan Tionghoa dalam mempromosikan bahasa Indonesia yang selama ini tidak disinggung atau dilupakan dalam catatan sejarah Indonesia. Baik penulis-penulis yang etnis Tionghoa maupun dan terutama peranan koran, surat kabar yang diusahakan peranakan Tionghoa dalam bahasa Melayu-Tionghoa.

Rupanya ketika grup Pemuda berkumpul dalam Kongres Pemuda-II tahun 28 itu, para utusan yang tentunya intelektuil masih lebih suka menggunakan bahasa Belanda, dan, ... hanya Moh. Yamin, dari suku Minang yang menggunakan bahasa Melayu. Sayang tidak dijelaskan bagaimana pertimbangan dalam Kongkres Pemuda-II itu memutuskan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Indonesia.

Saya tidak berhasil menemukan tulisan yang menyatakan, bahwa bahasa Melayu ketika itu adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa antar pedagang anatara Malaya, Singapore, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Jadi, bahasa Melayu itulah yang sudah lebih populer digunakan dikawasan Nusantara dan Malaya oleh pedagang-pedagang yang saling menjual-belikan barang dagangannya. Sedang orang Jawa yang sekalipun dari jumlah merupakan moyoritas, tapi karena mempunyai tradisi menjauhi usaha dagang yang dianggapnya "penipu", jadi tidak berhasil merebut mayoritas dikalangan pedagang. Dengan demikian bahasa Jawa cukup hanya dikenal oleh orang Jawa saja, yang tidak mungkin dijadikan bahasa nasional yang harus dikuasai suku-suku lain.

Salam,
ChanCT

----- Original Message -----
From: HKSIS
Sent: Thursday, 23 September, 2004 20:52
Subject: Meluruskan Sejarah


SUARA PEMBARUAN DAILY
--------------------------------------------------------------------------------

Titik Pandang

Meluruskan Sejarah


Bondan Winarno

SIAPA PUN yang sebentar lagi akan memimpin bangsa ini, saya hanya minta satu hal. Mari kita luruskan sejarah.

Saya sendiri bukan ahli sejarah. Saya hanya tahu, ada banyak ketidakbenaran dalam sejarah yang sekarang diajarkan melalui sistem pendidikan kita. Bukankah ada pemeo yang mengatakan bahwa pena bisa lebih tajam daripada pedang? Sejarah memang selalu merupakan sebuah pertempuran tersendiri.

Siapa pun rezim yang memegang kekuasaan, mereka selalu mempunyai versi sejarahnya masing-masing. Sampai hadir rezim lain yang membawa sejarahnya sendiri. Karena itu, setiap pergantian rezim selalu membuka peluang untuk mengubah sejarah - kalaupun bukan untuk meluruskannya.

Salah satu sejarah "kecil" yang saya minta diluruskan adalah tentang peran kaum Tionghoa dalam kehidupan kebangsaan kita. Misalnya, mengapa sampai terjadi pembunuhan besar-besaran (massacre) terhadap kaum Tionghoa di Indonesia - setidak-tidaknya dua kali dalam era kolonial Hindia-Belanda, dan masih terjadi pula dalam masa kemerdekaan? Mengapa kejadian itu hanya disebut secara sambil lalu dalam pelajaran sejarah kita? Apakah karena yang terbunuh itu "hanyalah" orang-orang Tionghoa?

Contoh yang lain adalah tentang peran kaum Tionghoa dalam menyebarluaskan agama Islam di Tanah Jawa. Kebetulan tahun depan akan diselenggarakan perayaan 600 tahun muhibah Laksamana Cheng Ho.

Berbagai catatan sejarah menyebut bahwa Cheng Ho melakukan public diplomacy dalam tujuh ekspedisinya ke negara-negara Asia dan Afrika -jadi, tidak hanya sekadar berdagang - dan membawa serta ulama-ulama Islam dalam lawatannya itu. Kalau hal ini benar, maka sejarah yang selama ini hanya menyebut para saudagar dari Gujarat sebagai pembawa syi'ar Islam haruslah dikoreksi.

Telah beberapa kali, dalam berbagai kesempatan, saya mencoba meminta perhatian orang terhadap peran - kalau bukan keperintisan dan kepeloporan - kaum Tionghoa dalam mempromosikan bahasa Indonesia.

u

PADA Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tahun 1928, salah satu butir bahasan adalah tentang perlunya menetapkan bahasa Indonesia sebagai medium pendidikan. Ironisnya, pembicaraan berlangsung alot, karena ternyata para pemuda yang hadir pada kongres itu - notabene: semuanya pribumi - tidak banyak yang lancar berbahasa Indonesia. Kebanyakan pidato politik tentang kebangsaan justru disampaikan dalam bahasa Belanda. Hanya Mohamad Yamin yang ketika itu dianggap paling piawai dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Maka, lahirlah Sumpah Pemuda! Suatu kesadaran baru ditanamkan dalam jiwa bangsa Indonesia. Kesadaran tentang satunya tanah air, bangsa, dan bahasa - di tengah keragaman kesukuan yang ada. Sumpah Pemuda adalah antitesis terhadap politik divide et impera yang dijalankan penjajah. Anehnya, di masa kemerdekaan justru kita kembali lagi memakai politik segregasi dalam berbagai selubung.

Tetapi, di kalangan etnis Tionghoa djadoel (djaman doeloe), ternyata bahasa Melayu justru sudah luas dipakai. Berbagai karya sastra pengarang etnis Tionghoa bertarikh akhir abad ke-19 sudah banyak yang memakai bahasa Indonesia.

Sejak hilangnya huruf Arab dan aksara Jawi (huruf Arab gundul) digantikan oleh huruf Latin pada pertengahan abad ke-19, etnis Tionghoa di Indonesia justru menjadi pendahulu dalam penggunaan bahasa Melayu. Beberapa buku cerita berbahasa Melayu karangan para penulis Tionghoa mulai bermunculan.

Demikian pula suratkabar berbahasa Melayu mulai dicetak di percetakan-percetakan yang hampir semuanya milik etnis Tionghoa, antara lain Soerat Kabar Bahasa Melaijoe (1856), Soerat Chabar Betawi (1858), Selompret Melajoe (1860), dan Bintang Soerabaja (1860).

Proliferasi kesastraan Melayu dan suratkabar dalam bahasa Melayu semakin mekar pada awal abad ke-20. Buku-buku cerita silat Tionghoa dalam bahasa Melayu yang diterbitkan langsung laris manis. Tetapi, banyak pula cerita roman yang ditulis sastrawan Tionghoa dengan nuansa lokal, seperti Boenga Roos dari Tjikembang, Dengen Doea Cent Djadi Kaja, Tjarita Njai Soemirah, Tjerita Tjan Yoe Hok atawa Satoe Badjingan Millioenair, dan banyak lagi.

Di awal abad ke-20 itu terjadi pula proliferasi koran yang sebagian terbesar diselenggarakan oleh kaum Tionghoa. Beberapa jurnalis kawakan kita yang sekarang masih hidup bisa dirunut sejarahnya dari dua koran besar pada masa itu, Keng Po dan Sin Po.

Pada masa gerakan kebangsaan, Sin Po yang nasionalis (berorientasi pada paham Dr Sun Yat Sen) bahkan menjadi penyemangat para nasionalis Indonesia meraih kemerdekaan sebagai bangsa berdaulat. Sin Po bahkan adalah surat kabar pertama yang memakai istilah Indonesia untuk menggantikan nomenklatur Nederlandsch-Indie atau Hindia-Olanda.

Tetapi, mengapa dalam kitab-kitab yang dipakai sebagai bahan pengajaran di sekolah-sekolah kita saat ini peran etnis Tionghoa dalam kesastraan dan jurnalistik tidak pernah tersurat? Seolah-olah sastra dan pers Indonesia muncul begitu saja dari sebuah ruang hampa?

u

DALAM kaitan dengan keperintisan para penulis Tionghoa, saya baru saja selesai membaca sebuah buku yang diterbitkan ulang atas prakarsa Ben Anderson baru-baru ini. Buku itu berjudul Indonesia dalem Api dan Bara, karya Tjamboek Berdoeri (baca: Cambuk Berduri, seterusnya TB). Buku itu aslinya terbit pada tahun 1947 di Malang. Tentu saja, TB adalah nama samaran, seperti banyak dilakukan oleh para penulis perjuangan pada masa itu.

Siapa Tjamboek Berdoeri itu? Pertanyaan itu menghantui Ben Anderson yang menemukan buku itu di tukang loak pada tahun 1963. Ia terkejut ketika membaca betapa kritisnya si TB itu. Ben bahkan menilai karya Tjamboek Berdoeri sebagai "jagoan prosa bahasa Melayu yang terhebat sesudah Pramoedya Ananta Toer". Anehnya, tak seorang pun mengetahui siapa sebenarnya penulis itu.

Hampir 40 tahun, melalui sebuah penelitian yang pantang menyerah, akhirnya Ben Anderson menemukan bahwa TB adalah seorang yang bernama asli Kwee Thiam Tjing (KTT). Sayangnya, ketika "ditemukan", KTT sudah lama meninggal. Ia meninggal pada tahun 1974, tanpa seorang pun tahu bahwa seorang kolumnis besar telah tiada. Maklum, kecuali kepada keluarganya yang sangat dekat, KTT merahasiakan jatidiri si TB.

TB yang lahir pada tahun 1900, mulai menulis kolom secara freelance pada sekitar tahun 1922. Ia kemudian sempat beberapa kali bekerja secara full time sebagai redaktur surat kabar, bahkan pernah pula menerbitkan koran sendiri dengan nama Pembrita Djember. Anehnya lagi, beberapa tahun sebelum kematiannya, ia sempat pula menjadi kolumnis di harian Indonesia Raya.

Pertanyaan besarnya di sini adalah: mengapa seorang besar seperti KTT ini bisa lenyap begitu saja dari perhatian kita? Seolah-olah tak pernah ada dalam sejarah bangsa ini?

Salah satu penyebabnya adalah karena KTT terlalu kritis. Ia bahkan sangat kritis terhadap kaumnya sendiri. Maka, demikianlah, paku yang mencuat harus diketok supaya tidak melukai orang. Dan, dengan demikian pula, nama KTT dilenyapkan dari sejarah.

Alangkah ironisnya! *



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 23/9/04
  Yahoo! Groups Links




  




[Non-text portions of this message have been removed]



tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 12, 2006, 4:29:23 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Ini toelisan toean RM danardono Hadinoto sanget tjetek sekali ia ponja
pemikiran, saja sangsi ini toean soedah batja atawa taoe dari kabar
-kabar boerong jang setahoe dari mana bisa seboet Harian Mata-hari
meroepakan koran jang sanget memperhatiken aspirasi rakjat melajoe,
poen dengen ia seboet sin Po dan pewarta soerabaia jang awalnja milik
toean kommer jang djoega soeka piara binatang2 boewas jang sekarang
mendjadi kebon binatang di soerabaia,
disaat awal-awal abab 20 hanja Soeara Poeblik dan Sin Tit Po jang
sewaktoe dipegang oleh Liem Koen Hian jang meroepaken satoe soerat
kabar jang sanget berani sekalipoen moesti berhadepan dengen toean
Kandjeng sekalipoen, laen koran meroepaken koran lembek jang sang
journalisnja tida aken mampir di Sawahaan Soerabaia oentoek ketemoe
oleh hakim landraad.
bahken kami oesoel agar Pewarta Soerabaia lebi tjotjok berada di djawa
central jang oedaranja aden ajem dari pada di djawa wetan jang panas
aken segala hal.
ach saja tida aken pendjang lebar djengekin saoedara darmono eh salah
saoedara Danardono H, tjoeman saja saranin itoe batjot jang ia
toeangken dalem ini toelisan kaloe belon poenja bahan dan belon batja
djangan terlaloe meretjet keloearnja, saja tida taoe ia toelis oentoek
kepentingan siapa? jang pasti oentoek pembatja dan sobat milis ini
djangan tjepet2 pertjaja.
dan oentoek boekti aken saja salinken dibawah ini satoe dari ratoesan
toelisan baek dari Soeara Poeblik maoepoen dari Sin tit PO.
silahken nikmati ini toelisan.




Jang ketjil selamanja tengik !!!!!!!!!!!!!!!!!!!
15 Agoestoes 1925
Segala jang ketjil memang selaloe membawa tingkah-lakoe jang tengik,
jang tida nanti terdapet di orang jang betoel² besar, itoe tabeat
boekan sadja terdapet diantara manoesia, hanja binatangpoen djoega
begitoe.
Sebage peroempamaan saja ambil sadja doea andjing jang besar, sedeng
jang kedoea ada satoe andjing jang ketjil.
Itoe doea binatang djalan sama² di straat. Tida lama ada jang
mendatengin satoe orang. Sekarang pembatja djangan lantas kira. Bahwa
itoe andjing jang besar lantas sadja oendjoeken giginja dan teroes
gigit pahanja itoe orang jang dimaksoedken diatas. Tida, hanja ia
tinggal diem sadja sembari toendjoeken matanja kebawah. Tapi itoe
andjing jang lebi ketjil segera kasih denger soearanja jang tengik,
sambil tjoba oendjoeken giginja jang masih belon lengkep betoel
djoemlahnja, serta lebi djaoeh membawa tingkah-lakoe jang bisa bikin
itoe orang jang ia maoe bikin takoet boekannja dengen terbirit-birit
lari sekoeat-koeatnja, tapi tinggal mesem sadja.
Apa sekarang bisa dibilang, bahwa itoe andjing jang besar tjoema besar
toeboehnja sadja, tapi njalinja ketjil, mempoenjain ketabahan hati
jang besar? Tida, djika itoe andjing jang besar soedah tida maoe
ganggoe itoe orang. Sebab ia taoe sampe dimana adanja ia poenja
kekoeatan; mala laen dari itoe, ia djoega taoe, jang djika tida perloe
ia tida gila boeat bermoesoeh pada itoe orang lantaran boekan sadja
belon karoean ia bisa menang, tapi tendangan ia soeda pasti dapet.
Maar si keffer ketjil menggonggong sekoeat-koeatnja dengen pengharepan
kalo² itoe orang mampan boeat di gertak, tapi begitoe lekas itoe orang
kasih denger ia poenja "Ssssst! Hoess!" begitoe lekas si keffer
toetoep batjotnja sembari lari sekentjeng-kentjengnja.
Peroempamaan terseboet gampang sekali ditebak maksoednja sedjati oleh
pembatja jang betoel² bisa batja, boekan sadja dengen mata, tapi
djoega sama pikirannja.
Bila masih belon mengerti, saja rasa redactie ini soerat-kabar tentoe
soeka tjapeken diri boeat kasih mengerti, apa sebetoelnja jang saja
maksoedken dengen soegoehken pada pembatja itoe peroempamaan dari
andjing ketjil dan andjing besar.
Disebelah sananja dari pegoenoengan Oeral, dipesisir barat dari Europa
ada sebidang tanah sawah jang loeasnja tjoema ada tiga poeloeh tiga
riboe lebi sedikit KM persegi. Dari sebab tinggi boleh dibilang sama
rata sama aer dilaoet, maka djoega itoe sebidang tanah sawah orang
namaken Nederland.
Djika loeasnja itoe tanah sawah jang dinamaken Nederland orang maoe
bandingken sama loeasnja antero doenia, saja tida taoe peroempamaan
jang lebi djitoe dari pada bandingken besarnja satoe koetoe boesoek
jang lagi mentjelok dibadannja satoe kerbo. (djadi inget sama om ben
jang soeka ini peroempamaan jang terangken saja sembari matanja
mendelik dibarengin senjoem poewas).
Pada soeatoe hari, didalem mana God van Nederland (sebab boeat itoe
sebidang tanah jang loeasnja tjoema tiga poeloeh tiga riboe lebi
sedikit KM, sadja roepanja orang sediaken, selainnja ia poenja
Internationale God, djoega sematjem Nasionale God sendiri, sebegimana
bisa diliat dalem boekoe hikajat jang dongengken pada pembatjanja
tentang kemenangan besar jang katanja soedah moesti diperoleh oleh
itoe tanah sawah dilapangan Waterloo) tidoer mendadak itoe tanah sawah
didatengin oleh angin taoefan jang heibat.
Lantaran "Sadjek-doemblek" belon pernah bisa tarik perhatiannja ia
poenja tetangga² (laen² negeri jang besar dari sebab tida pentingnja),
maka itoe angin taoefan soedah diboeat gaman aken itoe tanah sawah
meratap dan menarik perhatiannja antero doenia, sampe soepaia
effectnja djangan mendjadi goerem, pendoedoek dari itoe tanah sawah
tida segan boeat tjeritaken, begimana itoe angin taoefan soedah tjoema
sembilan bidji poehoen sadja, sedeng jang laen tergelatak ditanah,
tjagak² telefoon dan kawat pada roeboeh, sedeng semoea ketel², pantji²
dan tenong² disala satoe waroeng pada roesak dan pesok.
Ha, orang maoe tarik perhatiannja doenia dan mengemis pendoedoek dari
laen² negeri poenja rasa kesian dengen tjeritaken tentang ambroeknja
poehoen², roeboehnja tjagak² telefoon dan kawat serta roesak dan
pesoknja segala ketel, pantji dan tenong dari satoe waroeng ?? HOE
TOCH TERLALOE GILA BOEKAN?
Tapi pembatja djangan heran itoe kegilaan memang ada mendjadi
bawaannja segala benda jang ketjil. Seperti djoega satoe orang jang
selama hidoepnja selaloe miskin sadja dan dengen mendadak di pinggir
straat dapet satoe perak, walllah! Tentoe sadja laga²nja maoe tiroe²
orang jang mampoe (tida perloe jang hartawan).
Begitoe djoega satoe negeri jang ketjil seperti itoe sebidang tanah
sawah jang dinamaken Nederland, jang selama idoepnja selaloe dianggep
sebage barang jang tida berfaedah apa², mendadak lantas goenaken sadja
itoe angin taoefan sebage sematjem besi-sembrani jang moesti tarik
doenia poenja perhatian, satoe perbanan jang ia selamanja belon pernah
dapetken. Tida heran, djika Nederland sekarang lagi "KEMAROOK" (rakoes).
Itoe angin taoefan jang soedah memboenoeh beberapa djiwa dan
roeboehken beberapa roemah dan roesaken doea tiga ketel dan pantji
dianggep sebage satoe kadjadian jang heibat, jang bisa bikin antero
doenia koetjoerken aer-mata tertjampoer darah.
Tapi saja bisa soegoehken pada pembatja satoe tjerita, jang betoel²
soedah kadjadian di Tiongkok, satoe riwajat dari peloeroe jang
temboesin daging manoesia! Ini ada lebi heibat dan lebi ngeri dari
pada itoe segala poehoen jang roeboeh dan pantji jang pesok.
Maski begitoe orang soedah rasa perloe boeat larang aken satoe
saoedara kasi bantoean  pada saoedaranja sendiri. Maka tida oesah
diboeat heran, djika kita djoega tida soedih memberi pertoeloengan
apa² pada laen mahloek jang boekan mendjadi kita poenja saoedara. Apa
lagi djika tjoema lantaran melajangnja beberapa djiwa, roeboehnja
beberapa poehoen dan pesoknja beberapa pantji sadja !!.
Dalem "Soeara Publiek" jang terbit kemaren dengen pake kalimat "KALO
SOBAT JAPAN"!!, saja batja djoega koetiban dari redactienja ini soerat
kabar tentang verslag dari itoe receptie, jang diadaken oleh consul
Japan, jang dianggep sebage djembatan atawa samboengan lidah Olanda
boeat djilat bagian belakang toeboeh Japan.
Diantara laen² pengoempakan saja djoega batja, begimana resident
Jordaan soedah moesti poedji pada hongo siansing ²itoe consul jang
dimaksoedken diatas) sebage satoe orang jang bisa sekali mendjadi
professor dalem bahasa Olanda di Imerial Unversity di Tokio.
Tapi itoe semoea ada ompakan jang kosong belaka pembatja! Boektinja
bangsa Japan terkenal sebage satoe bangsa jang soesah sekali bisa
pahamken bahasa asing. Satoe Student jang taonan tinggal di Europa dan
siang malem bertjampoer gaoel sama orang² Europa, toch ia itoe tida
bisa bitjara dengen sedikit pokrol dalem bahasanja itoe negeri, dimana
ia tinggal. Dan sekarang resident Jordaan maoe bilang jang itoe Hongo
siansing, seorang Japan totok, haroes dapet poedjian, lantaran ia
"neretjet" bolehnja ngomong Belanda? Ach....!
Berhoeboeng dengen ini, maka saja kombali inget pada satoe kadjadian
kira² satoe taon berselang. Di itoe masa Hindia kedatengan leden dari
Parlement Japan dan burgemeester Dijkerman soedah oendang mereka
disatoe perdjamoean, jang dibikin dilapangan dari Jaarmarkt. Diantara
laen² tetamoe djoega saja poenja satoe sobat toeroet dioendang. Tentoe
sadja orang² Olanda jang diitoe waktoe toeroet berhadir keloearken
mereka poenja keringet boeat bikin seneng pada itoe semoea
sobat-tetamoe. Tida berdjaoehan dari tempat doedoek saja ada seorang
Japan, jang mendjadi anggota dari parlementnja itoe negeri, pada siapa
roepa²nja bangsa Olanda takoet setengah mati. Sala satoe
hoofdredacteur dari satoe soerat kabar Olanda, jang doedoek
berdampingan sama itoe lid parlement, soeda tanja pada jang terseboet
blakangan, apa ia ini pernah dateng di Hindia, pertanjaan mana oleh
itoe hoofdredacteur dibikin dalem bahasa Inggris.
Saja berani bertaro sama pembatja jang ia tida nanti bisa tebak, apa
jang itoe lid parlement soedah djawab atas itoe pertanjaan, biarpoen
pembatja saja kasi tempo boeat toenggoe sampe ramboetnja berwarna doea
dan djoemlahnja tjoetjoenja bertambah setaoe berapa dosin.
Itoe tetamoe Japan (lid dari parlement nota bene) dengen zonder soekan
atawa koeping merah djawab dengen enak : "Yes Sir T o m o r r o w!"
(besok pagi).
Saja poenja sobat poen denger dalem perdjamoean makan, itoe Hongo
siansing berpidatoe dalem bahasa Olanda jang satoe anak  H.C.S klas
lima bisa oetjapken lebih genah.
En, toch orang Olanda maoe bikin orang pertjaja, itoe Hongo siansing
paham betoel bahasa Olanda!.
Djika sembarang orang Japan di akoe oleh orang Olanda mengerti dan
paham betoel bahasa Olanda, saja bisa oendjoek satoe toekan potong
ramboet, seorang Japan, jang djoega bisa bilang : "Hoeijee morgen
meneer! Danki oewel, meneer!" dan apa orang ini djoega bisa dikataken
: "ia itoe orang Japan pande. Ia bisa goenaken bahasa Olanda dengen
lantjar sekali!!".
Maar de heele kwestie zit ni hierin, heeren! Peloeroe² Japan bisa
keloear dari moeloetnja meriem dan senapan dengen lantjar sekali!!
Saja tjeritaken ini perkara boekan boeat djengekin orang Japan tida
bisa omong pokrok dalem bahasa asing, saja taoe berapa soesahnja orang
beladjar bahasa asing, hanja sekedar boeat oendjoeken, apa sadja orang
tida sanggoep berboeat, djikaloe disoeroeng oleh keinginan keras boeat
mengoempak dan ambil hati.

Diantara begitoe banjak pekerdjaan jang saja taoe, melainken ada doea
sadja jang saja anggep paling soesah, kesatoe mendjadi redacteur dari
satoe soerat kabar dan kedoea mendjadi Soehoe!.
Sebage djoega satoe redacteur kepaksa moesti djawab segala pertanjaan,
tida perdoeli jang tjeng lie atawa jang bootjeng lie dari
pembatja-pembatjanja, begitoe djoega satoe soehoe moesti kasi
penjaoetan atas segala pertanjaan dari moerid²nja atawa orang² jang
pertjaja sama kesaktiannja si empe soehoe.
Tida oesah ditegesin lagi, jang satoe pertanjaan jang bootjeng lie
tentoe sadja dapet djawaban jang bootjeng lie, laen djlan tida ada.
Didepan saja ada satoe soerat jang dikirim oleh soehoe Oen Liang Hoet
Tjo, jang sebagian besar dari ini pembatja soerat kabar tentoe soeda
kenal.
Itoe ada balesan atas satoe pertanjaan dari satoe hoedjin, jang saja
seboet sadja `ntjim Kiem Khoen. Ini `ntjim Kiem Khoen boekan sadja ada
satoe perempoean jang sanget pande dalem ilmoe gojang lidah, hanja ia
djoega mendjadi satoe istri jang sanget tjemboeroean. `ntjik Kiem
Khoen tida boleh tida keliatan sebentar sadja, atawa orang bisa denger
`ntjim Kiem Khoen kaokin boedjangnja:
"He, Yatminten! Baboejoet ono endih-endih! Tjoba intjengen endih
enggon neh baboejoet seblah kono!".
Pada soeatoe hari `Ntjik kita moesti berpergian keloear kota.
Kebetoelan ada satoe hoedjin (jang tinggal tida beberapa djaoeh dari
roemahnja `ntjim Kiem Khoen) djoega tida keliatan mata idoengnja,
hingga itoe membikin sanget tida enak hati `ntjim Kiem Khoen jang
lantas sadja doega bahwa soeaminja asik bikin perhoeboengan loear
tanggoengan burgelijken stand sama itoe perempoean.
Tersoeroeng oleh rasa tjemboeroeannja, maka sebab kepotoesan akal
`ntjim Kiem Khoen mendadak inget bahwa dikolong doenia ini masih
terdapet sematjem manoesia jang loear biasa, mahloek mana dapet
djoeloekan Oen Liang Hoet Tjo alias Proboretno Hardhohoetomo!.
Dengen lekas `ntjim kita toelis sepoetjoek soerat boeat tanja pada
itoe siansing soehoe, apa betoel jang `ntjik Kiem Khoen soeda pegi
dengen bawa sekali itoe ronggeng? Saja tida begitoe beroentoeng boeat
bisa liat, bagemana si siansing soehoe oesoet djenggotnja dari
beberapa lembar, koetika ia moesti djawab itoe pertanjaan jang soesah
djawabannja. Tapi masa satoe soehoe, satoe orang tapaan, satoe
setengah malekat zonder sajap , nanti bisa kekoerangan akal?
Itoe keboet di gojang², moeloetnja tjoemak-tjamik sembari liang-king
"O mito hoet! Djie Lay Hoet! Tjwiemie boo pangsit!", lantas sadja ia
poenja dajang bisa oendjoekin pada si siansing soehoe satoe lobang
boeat lolosken dirinja dari itoe pertanjaan jang bisa djiret
"kesaktiannja".
Liatlah begimana si meneer de soehoe soeda djawab:
Saja rasa itoe ronggeng dibawa oleh laen orang , tapi djika betoel
`nsoo poenja soeami jang bawa, ja, apa boleh boeat, anggep sadja
sebage koeasa maoe tjoba `nsoo poenja kesabaran hati! Mijn God!
Djika saja taoe, jang pekerdjaannja satoe soehoe ada begitoe gampang,
saja tida nanti soedih tjapeken hati dan pikiran saja boeat mendjadi
satoe Journalist!.
Apa lagi tjaranja satoe soehoe bertapa boeat mendjadi satoe dewa jang
sakti ada lain sekali dari pada tjaranja satoe Journalist jang maoe
mendjadi penoelis jang pande, sebab, djika satoe soehoe poenja tempat
bertapa satoe gedong jang indah, boeat si Journalist ini berarti
masoek keloear pendjara.
Tapi, ach, soedatah, barang soeda kasep. Djika tida, saja ingin sekali
moelain lagi dengen madjoeken diri saja sebage candidaat boeat bisa
reboet itoe soehoe schap, jang djoega bisa diseboet
rentenierschap-zonder-kapital.
Bila saja soedah mendjadi soehoe jang tjia, pada siapa saja boeat
pertama kali tjoba oedji saja poenja kesaktian?
Tida lebih tida koerang pada saja poenja tio-em sendiri, jang saja
maoe "gendam" dengen tjara begitoe roepa sampe ia boeat selamanja
idoep tida soeka ngemoot soesoer lagi dan tida semprotken loedah
sirihnja disembarang tempat.
TJAMBOEK BERDOERI.
SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 12, 2006, 5:41:52 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "tjamboek_berdoeri28"
<tjamboek_berdoeri28@...> wrote:


>
> Ini toelisan toean RM danardono Hadinoto sanget tjetek sekali ia
ponja
> pemikiran, saja sangsi ini toean soedah batja atawa taoe dari kabar
> -kabar boerong jang setahoe dari mana bisa seboet Harian Mata-hari
> meroepakan koran jang sanget memperhatiken aspirasi rakjat melajoe,
> poen dengen ia seboet sin Po dan pewarta soerabaia jang awalnja
milik
> toean kommer jang djoega soeka piara binatang2 boewas jang sekarang
> mendjadi kebon binatang di soerabaia,
> disaat awal-awal abab 20 hanja Soeara Poeblik dan Sin Tit Po jang
> sewaktoe dipegang oleh Liem Koen Hian jang meroepaken satoe soerat
> kabar jang sanget berani sekalipoen moesti berhadepan dengen toean
> Kandjeng sekalipoen, laen koran meroepaken koran lembek jang sang
> journalisnja tida aken mampir di Sawahaan Soerabaia oentoek ketemoe
> oleh hakim landraad.
-----------------

DH: sodara tjamboek ini kalo batja roepanja tidak teliti. Toelisan
itu adalah dari penoelis lain, jang saja hadirken, untuk membahas
peran orang Tionghwa dalam masa Soempah Pemoeda. Toelisan itu
menjinggoeng masalah partisipatie orang Tionghwa sebagai penggoena
bahasa Melajoe..

Saja hanja memoewat tulisan itu, tetapi tidak bertanggoengjawab aken
isinja.

Waktoe saja ketjil, kaluwarga saja lengganan madjalah Sinpo, jang
laen laen, courant Tionghwa tidak saja kenal, jang saja kenal,
courant berbahasa Belanda, Javabode...

Djadi sodara marah marah tapi salah alamat.

Salam

Danardono







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



ChanCT

unread,
Apr 12, 2006, 5:35:15 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Ijinkanlah saya ikut menanggapi masalah Harian Matahari yang saya ketahui. Seandainya pegangan bung Tjambuk adalah Liem Koen Hian, tentu Harian Matahari yang terbit di Semarang itu juga bisa digolongkan surat kabar yang berani berdiri didepan ikut mempropagandakan perjuangan Kemerdekaan RI. Saya kutipkan tulisan Siauw Giok Tjhan "RENUNGAN" sehubungan deengan beberapa Harian yang diusahakan peranakan Tionghoa:

    Saya kutip: "Sengaja diajukan terbitnya pers Tionghoa-Melayu, karena menghadapi perkembangan pikiran dan berdirinya partai-partai politik dengan sendirinya pandangan pers mempunyai peranan yang sangat penting. Ketika Budi Utomo berusaha mengadakan gerakan "Indie Weerbaar", yaitu "Indie Mampu Mempertahankan Diri Sendiri", yang menganjurkan adanya usaha dimiliki rakyat, Sin Po yang ketika itu dipimpin oleh Kwee Hing Tjiat mengadakan aksi menolak "Indie Weerbaar". Kemudian penolakan ini dijadikan alasan untuk tidak memperbolehkan Kwee kembali ke Indonesia. Kwee baru bisa kembali ke Indonesia di tahun 1934 untuk mendirikan harian "Mata Hari", yang bertujuan ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan modal dari Oei Tiong Ham Concern.

Malaise yang mengamuk hebat di Indonesia menimbulkan polemik keras tentang kedudukan orang Tionghoa di Indonesia. Sin Tit Po yang dipimpin Liem Koen Hian dengan dibantu oleh Junus D. Syaramanual (putra Maluku), tegas berpendirian bahwa, peranakan Tionghoa yang lahir di Indonesia dan dibesarkan di Indonesia dan akan dikubur di Indonesia pula, wajib berdiri tegak memihak saudara-saudara yang menurut Indische Staatsregeling tergolongan sebagai "Inlanders". Perbaikan nasib peranakan Tionghoa hanya dapat dicapai dengan tercapainya Indonesia Merdeka!



Disamping harian Sin Tit Po di Surabaya, dan Sin Po di Jakarta, di Semarang juga diterbitkan harian "Mata Hari", dibawah pimpinan Kwee Hing Tjiat, yang talisan-tulisannya dalam aksi menentang "Indie Weerbaat" berakibat dia harus gentanyangan diluarnegeri, dan baru bisa pulang kembali ditahun 1934 dengan tanggungan Oei Tjong Hauw dari Oei Tiong Ham Cocern, dengan memberi modal untuk penerbitan harian "Mata Hari". Harian yang diterbitkan sejak tgl. 1 Agustus 1934 ini harus berakhir diterpa "malaise" yang segera menarik perhatian PID, karena didalam daftar nama pengurus terdapat nama-nama dr. Tjipto Mangunkusumo, mr. Iwa Kusumasumantri, mr. Achmad Subardjo, Ir. Soekarno, drs. Moh. Hatta, anggota Raad van Indie, Djadiningrat (kakak Prof. Heisein Djadiningrat), mr. Moh. Yamin, mr. Sjarifudin dllnya. nama lagi. Salah satu tanda yang menjadi perhatian PID, ternyata pintu kantor harian "Mata Hari" dicat merah." Kutipan selesai.



Salam,

ChanCT


  ----- Original Message -----
  From: tjamboek_berdoeri28
  To: budaya_...@yahoogroups.com
  Yahoo! Groups Links



  



[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



odeon_cafe

unread,
Apr 12, 2006, 7:04:44 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Sdr. Tjamboek Berdoeri 28,

saya tidak tau siapa sebenarnya manusia yang
memakai nama kebesaran sesepuh masyarakat
Tionghoa yang bernama Kwee Thiam Tjing yang
berjuluk "Tjamboek Berdoeri" ini.

tetapi siapa pun saudara, harap belajar lebih
banyak lagi tentang karisma dan kebesaran ayahanda
Kwee Thiam Tjing dalam melontarkan kritik,
membangun kesadaran komunitas dan perjuangan
politiknya.

Ben Anderson itu sangat menghormati Kwee Thiam
Tjing. anda jangan mencemarkan nama besar beliau
dengan arogansi semberono yang berdasarkan
asal cuap dan pengetahuan minim langsung
semerta-merta menghardik seseorang. saya yakin,
bung Ben Anderson tidak akan simpati melihat
tingkah anda.

Kwee Thiam Tjing dikenal sebagai orang yang
kritis bahkan terhadap komunitasnya sendiri yaitu
komunitas Tionghoa. tetapi dengan tujuan membangun
dan jauh dari motive merusak. dan tampilannya
pun tidak se-destruktif gaya arogan anda.


saya harap anda dapat bersikap santun kepada
seorang senior spt Bpk. Danardono. kalau tidak
saya akan jadi lawan anda juga.


Sub-Rosa II

PS: Tolong baca lagi posting bung Chan CT perihal
media-media massa Tionghoa yang anda anggap
sebagai media lembek itu. seakan-akan anda itu
punya media revolusioner saja!!!



--- In budaya_...@yahoogroups.com, "tjamboek_berdoeri28"
<tjamboek_berdoeri28@...> wrote:
>

tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 12, 2006, 6:14:53 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com

> DH: sodara tjamboek ini kalo batja roepanja tidak teliti. Toelisan
> itu adalah dari penoelis lain, jang saja hadirken, untuk membahas
> peran orang Tionghwa dalam masa Soempah Pemoeda. Toelisan itu
> menjinggoeng masalah partisipatie orang Tionghwa sebagai penggoena
> bahasa Melajoe..
>
> Saja hanja memoewat tulisan itu, tetapi tidak bertanggoengjawab aken
> isinja.
>
> Waktoe saja ketjil, kaluwarga saja lengganan madjalah Sinpo, jang
> laen laen, courant Tionghwa tidak saja kenal, jang saja kenal,
> courant berbahasa Belanda, Javabode...
>
> Djadi sodara marah marah tapi salah alamat.
>
> Salam
>
Tjamboek Berdoeri :
Opsss maap, saja boekan marah tapi ini satoe peringetan jang saja rasa
bergoena boeat toean dan saja pribadi.
maksoednja apabila saoedara ada kesalahan jang tida disadari bisa
dosanja diampoenin karena soeda di tjatji maki oleh seseorang,
demikian poen saja sekiranja itoe toelisan saja betoel pasti Toehan
Allah tida bodoh oentoek kasih saja persen (hehehehe)
tjoeman saja langsoeng bereaksi toelisan jang anda koetib lagi dari
jang katanja toelisan orang laen.
soalnja oentoek selandjoetnja saja aken moentjoelken toelisan2 dari
Opa Kwee jang sanget baek oentoek kemadjoean kita sebage bangsa,
oentoek permoelaan sebage letjoetan saja tampilin toelisan Opa Kwee
jang berdjoedoel Ketjil selamanja tengik, moengkin saoedara DH soedi
membatjanja.
sekali lagi saja boekan marah







tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 12, 2006, 7:20:19 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@...> wrote:
>
> Ijinkanlah saya ikut menanggapi masalah Harian Matahari yang saya
ketahui. Seandainya pegangan bung Tjambuk adalah Liem Koen Hian,

Tjambuk ???????
heheh djadi inget tjerita om ben jang jengkelnja boekan maen, namanja
ditoelis salah sama salah satoe penerbit di Indonesia.

`nko Koen Hian dipengangin ????
orang tinggi besar kaja itoe binatang risetnja toean darwin di Afrika
dinamaken gorilla, kenapa moesti dipegangin hehehe

maap toean ChanCT ini sekedar betjanda semata.

nga ada salahnja toean koendjoengin ini doea alamat jang mana taoe
pikiran anda bisa terboeka lebar, djangan bisa nja bikin
pelemboeng-pelemboeng dada seperti kotak dalem soemoer.

ops... ini alamatnja : http://tjamboek28.multiply.com/ atawa maoe rada
serioes ke :http://djaminodjoliteng.blogspot.com/

salam dari saja







tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 12, 2006, 6:39:31 AM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@...> wrote:
>
Tjamboek Berdoeri :
sebetoelnja saja tida maoe berpolemik, tapi ada satoe siangsing jang
roepanja tida poeas dengen pendjelasan saja. kepaksa saja moesti
keloearken toelisan saja di Harian Mata Hari jang hoofredactoernja
masih satoe sehh dengen saja jakni `nko Kwee Hing Tjiat, tapi moengkin
beberapa hari kedepan karena saja perloe tempo oentoek ketik mana mana
jang pada awalnja itoe koran sanget membela kepentingan belanda, kalo
anda SGC toelis ttg keberanianja dia oentoek oesoeng melawan kandjeng
goebernemen, kenapa itoe siansing ampe lari terbirit birit ke malang
menghinbari peloekannja Kempetai ? dasar Oportoenis!!!!
saja poen tida sampe 1 taon bantoe itoe `nko Kwee, boekan dapet
sindiriran dari temen2 djoernalis, melainken tiap pagi saja liat ini
djidat makin lama makin kereng bergoerat hingga tertoelis Oportunis,
maka tampa ha he hoe lagi sama tan pek liang itoe dewa2 Oei Tiong Ham
concern saja tinggalken setelah permisi sama `nko Kwee.
oenotek Siansing ChanCT jang banjak batja boekoe atawa laen2 toelisan
sepertinja koedoe pande2.
sebetoelnja saja njesel toelis ini jang sesama bangsa poenja tabeat
sanget boetjenglie:
pasti siansing chan kenal ini pribahasa :
""djangan sekali-kali djemoer pakean dan tjelana kolor kita sendiri
didepan halaman kita poenja roemah.""
tapi itoe pribahasa aken itoe pribahasa tida berlakoe oleh saja bahken
aken saja tjoetji sampe bersih jang kemoedian djemoer didepan roemah
saja jang tida ketoetoep poehoe2 soepaia itoe sinar sang soerja
keringken saja ponja pakean dan kolor jang PALING KOTOR
laen kali toelisan saja samboeng






Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 12, 2006, 1:48:22 PM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
> From: "Akhmad Bukhari Saleh" abs...@indo.net.id

> > Bahasa Melayu Tinggi itu memang di-design lebih sulit daripada bahasa Melayu
> > Tionghoa, tetapi penggunaannya digalakkan, bahkan dipaksakan, berlakunya pada
> > semua dokumen resmi serta buku-buku terbitan BP. Dan buku-buku BP
> > di-'gerojok'-kan ke masyarakat pada semua strata umur dan golongan.
> > Dengan begitu, di-skenario-kan oleh pemerintah Hindia Belanda bahwa
> > penyebar-luasan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui media cetak
> > berbahasa Melayu Tionghoa alias Melayu Pasar alias Melayu Rendah, tanpa
> > terasa, akan terhambat.


----- Original Message -----
From: Shinjai Hayashi
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 12 April, 2006 10:10
Subject: Re: Bahasa Melayu Tionghoa (Re: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph terakhir Pak Ahmad)

> Saya agak menyangsikan hal ini.

Tentu sah-sah saja Hayashi-san agak menyangsikan hal ini.
Karena memang saya katakan bahwa soal BP ini pendapat sementara analis.
Bagaimana yang sebenarnya, perlu pendapatnya para linguist cum historian, sementara saya sekedar seorang engineer saja.

Tetapi yang berpendapat seperti yang saya kemukakan itu, bahwa BP dibentuk untuk menghambat popularitas bahasa Melayu Tionghoa, antara lain adalah Goenawan Mohamad (GM), sebagai mana di-quote oleh Nano Danardono lauwheng dalam posting-nya yang justru dikirimkan sebelum posting saya itu, dimana GM mengatakan:
                           "Ikhtiar untuk membuatnya "murni", seperti yang dicoba
                           pemerintah kolonial Belanda melalui sekolah dan Balai Pustaka
                           dengan menghalau bahasa "Melayu Pasar" (atau "Tionghoa"), gagal.
                           Tulisan dan pidato Bung Karno yang memukau orang itu
                           justru banyak dipengaruhi bahasa yang "tak murni" itu.

Tokoh lain yang juga pernah mengatakan hal itu pada saya adalah Prof. Leo Suryadinata.
Kebetulan hari Minggu mendatang ini kami, perkumpulan Masyarakat Tjersil, akan ada pertemuan dengan Leo thayhaksoe yang datang berkunjung dari Singapura, kalau kesempatan memungkinkan, akan saya konfirmasikan lagi padanya mengenai Melayu Tinggi-nya BP versus Melayu Tionghoa ini.

- - - - - - - - - - - - -


> Pada awal abad ke-20, bisa dikatakan
> situasi di Indonesia relatif stabil.

Ya memang, stabil itu relatif.
Justru Belanda menjadi cemas karena perkembangan di Timur Jauh menjadi tidak menguntungkan bagi kesinambungan penjajahan oleh bangsa Barat. Asia Reveille berupa kemenangan Jepang atas Rusia (1905) memulainya. Kemudian di Hindia Belanda perjuangan kemerdekaan memperoleh momentum baru dalam bentuk nasionalisme Indonesia (bukan lagi suku per suku, daerah per daerah), sejak Budi Utomo (1908), lalu Sumpah Pemuda (1928)

- - - - - - - - - - - - -


> Dan kita lihat di Belanda sendiri mengalami perubahan.
> Mereka banyak mempertanyakan keabsahan
> pemerintahan kolonial dan kebijakan
> pemerintah Belanda di Indonesia.
> Cara pandang liberalisme mulai tumbuh di sana.

Yang disebut "Mereka banyak" itu sebetulnya minoritas saja. Tetapi menimbulkan kecemasan pada mayoritas yang tetap ingin menjajah, karena yang minoritas itu 'satu angin' dengan angin baru yang sedang bertiup di Eropa Timur, yang dimulai dengan revolusi Bolsyewik.
Karena itu justru di Hindia Belanda dilakukan berbagai usaha yang lebih canggih, lebih halus, lebih nampak manis, untuk melanggengkan kolonialismenya. Jangan lupa bahwa di jaman itulah dibentuknya PID, diadili dan dipenjarakannya tokoh-tokoh pergerakan, diciptakannya Boven Digul, dan tindakan-tindakan represif modern lainnya.

- - - - - - - - - - - - -


> Sejak itulah didirikan sekolah2,
> baik untuk kaum priyayi dan rakyat biasa.

Sebetulnya ini termasuk cara canggih, halus dan manis tersebut, untuk menyiapkan sumberdaya pribumi, yang mudah, murah, dan selamat/safe, bagi upaya melanggengkan kolonialisme.
Dokter Jawa diciptakan untuk dikirim ke pelosok-pelosok yang dijangkiti malaria, pes, dan wabah-wabah menular lainnya, yang dokter Belanda enggan menanggulanginya. Dengan catatan dokter Stovia atau Nias itu di-rotasi terus, tidak boleh lebih dari 2 tahun bertugas di suatu tempat, karena popularita seorang dokter pribumi di kalangan penduduk setempat adalah berbahaya bagi gubernemen.
Di TH (ITB) sejak awal dibuka jurusan Teknik Kimia, mendahului Mesin dan Elektro, suatu hal yang menherankan, tetapi menjadi jelas setelah lulusannya ternyata diperlukan di pabrik-pabrik gula, cash cow yang lucrative saat itu bagi pundi-pundi gubernemen

- - - - - - - - - - - - -


> Dan pada tahun2 itulah, Bahasa Melayu diadopsi, dan
> dimulai komisi untuk penerbitan bacaan rakyat
> dengan mencetak karya2 terjemahan dan
> karya2 penulis Indonesia,
> yaitu ya.. kita kenal dengan nama Balai Pustaka.

Yaitu ya... dengan catatan bahwa bahasa yang dipakai terbitan BP berbeda dengan bahasa yang dipakai rakyat, dipakai media cetak yang populer (yang umumnya diterbitkan orang Tionghoa), dan yang dipakai para orator tokoh-tokoh perintis kemerdekaan.
Sekali lagi, suatu bagian dari skenario lebih canggih, halus dan manis untuk melanggengkan kolonialisme.

- - - - - - - - - - - - -


> Menteri Belanda, JH Abendanon misalnya adalah pendukung besar
> dari politik Etis ini, dan kita juga mengenalnya dalam usahanya
> mengumpulkan surat2 RA Kartini, dan menerbitkannya dalam
> buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Kalau kita perhatikan lebih cermat, tokoh-tokoh yang kita anggap sebagai pahlawan, ketika kita baru mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda di awal tahun 1950-an, sebetulnya banyak di antaranya yang dipopulerkan sebagai tokoh oleh pihak Belanda sendiri. RA Kartini dipuji-puji sebagai tokoh kemajuan wanita, padahal kinerja Dewi Sartika dan Rasuna Said dalam pendidikan wanita jauh lebih besar, tetapi tidak pernah disebut-sebut oleh pihak Belanda. Karena bedanya Dewi Sartika dan Rasuna Said berjuang secara non-cooperatie terhadap Belanda, sedangkan Kartini senantiasa berada dalam lingkup daulat Hindia Belanda.
Lagi-lagi, upaya yang lebih canggih, lebih halus dan lebih manis untuk melanggengkan kolonialisme.

- - - - - - - - - - - - -

Kalau kita cermat membaca tulisan-tulisan para tokoh pergerakan saat itu, seperti "Di Bawah Bendera Revolusi"-nya Bung Karno, banyak dapat disimak bagaimana mereka membongkar trick-trick kolonialis yang semacam itu.

Wasalam.


Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 12, 2006, 12:43:17 PM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Tempo hari, ketika wabah virus belum menyerang hebat kita punya milis ini, kita bisa memakai HTML mode, sehingga bisa dengan jelas kita bedakan mana yang kita quote dari pendapatnya orang lain, dan mana yang pendapat kita sendiri.
Misalnya dengan beda warna huruf/font, beda jenis huruf/font, beda ukuran huruf/font, ataupun pembedaan dengan huruf/font italic dan bold.

Tetapi sehubungan serangan wabah virus itu, moderator milis kita ini telah menempuh kebijakan merubah setting milis menjadi hanya bisa plain text mode saja, di mana pembedaan quotes dan pendapat sendiri sukar dilakukan dengan jelas.

Karena itu menjadi kewajiban para pengirim posting yang banyak meng-quote orang lain dan yang posting-nya panjang-panjang untuk membikin posting-nya benar-benar jelas.

Yang paling 'basic' adalah memberi tanda quote (tanda: ">") satu kali untuk reply derajat pertama dan dua kali (">  >") untuk reply derajat kedua, dst. untuk reply-reply derajat selanjutnya.

Lalu, kalau pendapat yang kita quote memakai bahasa, katakanlah, Inggris, maka pandangan kita sendiri pakailah bahasa Indonesia. Kalau artikel yang kita quote memakai bahasa Melayu Tionghoa, maka pendapat kita sendiri pakailah bahasa Indonesia baku.

Kemudian, kalau yang kita quote, katakanlah, memakai ejaan lama (van Ophuysen atau Soewandi), maka opini kita pakailah EYD.
(Dengan catatan, kalau sudah memilih ejaan, tolong konsisten, cermat dan akurat, jangan misalnya ketika memakai ejaan lama, satu kali pakai "oe", lain kali pakai "u")

Dan masih banyak cara-cara lain, yang kendati dalam keterbatasan plain text mode, en toch bisa membuat pembedaan yang jelas antara artikel hasil quote dan pandangan sendiri.

Khusus untuk tjamboek_berdoeri28 looheng yang gemar meng-quote Tjamboek Berdoeri yang tokoh jaman dulu, tolonglah memilih nama pedengan yang lain, supaya jelas antara nama orang yang meng-quote dan nama orang yang di-quote.
Saya paham pilihan nama pedengan yang sama dengan sang tokoh adalah dikarenakan kekaguman pada sang tokoh, tetapi akibatnya lantas menimbulkan kerancuan pemahaman pada para pundak rata seanteronya...

Wasalam.

==========================================


----- Original Message -----
From: tjamboek_berdoeri28
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 12 April, 2006 17:39
Subject: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Melayu Tionghoa ==> Harian "Mata Hari"

> --- In budaya_...@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@...> wrote:
> >
> > Ijinkanlah saya ikut menanggapi masalah Harian Matahari yang saya
> > ketahui. Seandainya pegangan bung Tjambuk adalah Liem Koen Hian, tentu
> > Harian Matahari yang terbit di Semarang itu juga bisa digolongkan
> > surat kabar yang berani berdiri didepan ikut mempropagandakan
> > perjuangan Kemerdekaan RI. Saya kutipkan tulisan Siauw Giok Tjhan
> > "RENUNGAN" sehubungan deengan beberapa Harian yang diusahakan
> > peranakan Tionghoa:
> >
> > Salam,
> >
> > ChanCT

-----------------------------------------------------------------


> Tjamboek Berdoeri :
> sebetoelnja saja tida maoe berpolemik, tapi ada satoe siangsing jang
> roepanja tida poeas dengen pendjelasan saja. kepaksa saja moesti
> keloearken toelisan saja di Harian Mata Hari jang hoofredactoernja
> masih satoe sehh dengen saja jakni `nko Kwee Hing Tjiat, tapi moengkin
> beberapa hari kedepan karena saja perloe tempo oentoek ketik mana mana
> jang pada awalnja itoe koran sanget membela kepentingan belanda, kalo
> anda SGC toelis ttg keberanianja dia oentoek oesoeng melawan kandjeng
> goebernemen, kenapa itoe siansing ampe lari terbirit birit ke malang
> menghinbari peloekannja Kempetai ? dasar Oportoenis!!!!
> saja poen tida sampe 1 taon bantoe itoe `nko Kwee, boekan dapet
> sindiriran dari temen2 djoernalis, melainken tiap pagi saja liat ini
> djidat makin lama makin kereng bergoerat hingga tertoelis Oportunis,
> maka tampa ha he hoe lagi sama tan pek liang itoe dewa2 Oei Tiong Ham
> concern saja tinggalken setelah permisi sama `nko Kwee.
> oenotek Siansing ChanCT jang banjak batja boekoe atawa laen2 toelisan
> sepertinja koedoe pande2.


Shinjai Hayashi

unread,
Apr 12, 2006, 9:24:51 PM4/12/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <abs...@indo.net.id>
> Tokoh lain yang juga pernah mengatakan hal itu pada saya adalah Prof. Leo
> Suryadinata.
> Kebetulan hari Minggu mendatang ini kami, perkumpulan Masyarakat Tjersil, akan
> ada pertemuan dengan Leo thayhaksoe yang datang berkunjung dari Singapura,
> kalau kesempatan memungkinkan, akan saya konfirmasikan lagi padanya mengenai
> Melayu Tinggi-nya BP versus Melayu Tionghoa ini.
*****************
Iya, tolong dipertanyakan, dan kalau sempat, share untuk kita.

Ini masalah menarik. Melayu Pasar bukan hanya digunakan oleh golongan
tionghoa, tetapi juga Indo-Eropa. Sedangkan penulis Melayu Tinggi banyak
berasal dari Minangkabau.

Memang saya menyangsikan jika semua ini sepertinya merupakan
Grand Scenario dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Karena ada
alasan untuk merangkul Melayu Tinggi lebih mudah diterima tanpa
banyak kontradiksi, yaitu  karena pemilihan itu besar dipengaruhi
oleh pendapat oleh para linguist, dan para linguist, terutama linguist
jaman dulu yang suka bahasa yang lebih teratur dan terstruktur,
memilih bahasa Melayu Tinggi.

BP, sebagai lembaga yang didirikan pemerintah Hindia Belanda,
sudah wajar untuk menyeleksi karangan yang tidak bersifat anti
pemerintah Hindia Belanda. Dan karangan dari kelompok tionghoa
memang lebih berani dan lebih "revolusioner". Tetapi apakah gara2
ini menjadi faktor utama dalam pemilihan Melayu Tinggi? Pertanyaan
nya kembali, jika faktor menanggulangi sikap revolusioner dan
pemberontakan penulis ini yang menjadi tujuan utama, maka apakah
pemilihan Melayu Tinggi, yang notabene lebih dikuasai oleh para
cerdik pandai Minang itu, berarti intelektual Minang dianggap lebih
jinak dan lebih mudah berkoloborasi dengan Belanda ketimbang
warga keturunan tionghoa?

Faktor lain, misalnya pendapat bahwa karena Melayu Pasar lebih
egaliter dan lebih merakyat, maka dari itu dipilih Melayu Tinggi karena
bahasa itu lebih rumit dan lebih "aristokratis". Pertanyaannya kembali,
kalau diperlukan bahasa yang lebih rumit dan lebih "aristokratis",
kenapa tidak sekalian dipilih Bahasa Jawa? Sekalian mengentalkan
sikap aristokratis masyarakat lewat penggunaan bahasa halus.


Saya tidak menyangkal bahwa memang ada masalah dengan
publikasi kalangan tionghoa yang suka anti-power, dan pasti
ada keinginan dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengatasi
masalah ini, sekalian melakukan proses pemisahan kelompok
tionghoa dengan kelompok pribumi sehingga tidak muncul
kerjasama yang berbahaya dari pemerintah Belanda. Kenyataan
bahwa Belanda (waktu itu masih VOC) dua abad sebelumnya
terusir dari Formosa gara2 disikut oleh orang tionghoa membekas.
Dan juga kasus perjuangan kemerdekaan di Filipina, dimana
golongan peranakan tionghoa menjadi unsur pendorong
pemberontakan (Dr. Jose Rizal sendiri masih berdarah tionghoa,
demikian juga banyak president2 Filipina sesudahnya).

Tetapi, apakah benar ini faktor utama dalam pemilihan Melayu
Tinggi oleh pemerintah Hindia Belanda? Bukankah mungkin
pemerintah Belanda sendiri was not that "sophisticated"
dalam menyusun "grand scenario" yang sudah melihat banyak
sekali faktor2 di masa mendatang (dan itupun salah ramal,
karena gerakan kearah independensi tetap saja berjalan).

Saya sendiri lebih prefer pada penjelasan yang lebih sederhana,
misalnya pemilihan berdasarkan hal praktis. Memang kita selalu
harus kritis dan curiga pada skenario tertentu, tetapi terkadang
kecurigaan terlalu banyak menjurus ke pandangan "big-brotherism",
dimana ada Big-Brother yang mengatur semuanya, menyusun
scenario rumit untuk mengatur semua anggota masyarakat,
dan semua itu bisa diterangkan dengan banyak Conspiracy Theories.

Walau gimana, saya terbuka untuk mendengar pendapat2 lain.







RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 13, 2006, 4:36:12 AM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:


>--------------Tetapi, apakah benar ini faktor utama dalam pemilihan
Melayu Tinggi oleh pemerintah Hindia Belanda? Bukankah mungkin
pemerintah Belanda sendiri was not that "sophisticated"
dalam menyusun "grand scenario" yang sudah melihat banyak
sekali faktor2 di masa mendatang (dan itupun salah ramal,
karena gerakan kearah independensi tetap saja berjalan).

Saya sendiri lebih prefer pada penjelasan yang lebih sederhana,
misalnya pemilihan berdasarkan hal praktis. Memang kita selalu
harus kritis dan curiga pada skenario tertentu, tetapi terkadang
kecurigaan terlalu banyak menjurus ke pandangan "big-brotherism",
dimana ada Big-Brother yang mengatur semuanya, menyusun
scenario rumit untuk mengatur semua anggota masyarakat,
dan semua itu bisa diterangkan dengan banyak Conspiracy Theories.----
---

DH: Mungkin saya dapat membantu dengan pengalaman hidup saya. Karya
balai Poestaka mengiringi kehidupan saya dari kanak kanak sampai
SMA, masa kehidupan sampai awal tahun 60an. Dari lahir sampai tahun
1949 saya tak menguasai bahasa Indonesia samasekali (kala itu kami
namakan bahasa Melayu).

Sampai kini, saya dan juga banyak generasi saya, masih didominasi
gaya bahasa Balai Poestaka, dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Sampai kini saya masih "ngeres" mendengar
kata "membohongin", "dibilangin", dsb.
Karena mengakar dalam kesadaran, dalam tatabahasa Indonesia tak ada
akhiran "in".

Di kelas ada teman yang mengatakan "Akbar bilang dia sakit perut, bu
guru". Maka ini akan segera dikoreksi, dengan mengatakan bahwa si
Akbar "mengatakan", tidak "bilang", karena "bilang" artinya
adalah "menghitung". "Bilangan" adalah synonim dari "angka".

Dengan penguasaan gayabahasa Melayu tinggi, muncul kesadaran
elitair. Kaum akademisi dan terpelajar, yang tak berbicara bak
rakyat di pasar.

Entah, apakah ini disengaja atau tidak, tetapi ada indikasi
kebenaran apa yang Akhmad looheng dan pak Gunawan Mohammad katakan.
Penanaman kesadaran elite. Dan para elite memang dekat dengan kaum
penguasa.

Dalam kelompok Tionghoa, Belanda menanamkan kesadaran elite melalui
pemakaian bahasa Belanda. Orang Tionghoa elite kala itu, sampai awal
50an, tak menggunakan bahasa Melayu (pasar) ataupun bahasa Tionghoa
dirumah dan dalam mendidik anak anak. Hampir semua teman teman main
Tionghoa saya yang segenerasi berbahasa Belanda dirumah, sampai
kini, kami kalau ketemu, masih memakai bahasa Belanda dicampur Jawa.

Jadi, memang melalui politik budaya, pemerintah Hindia Belanda
menciptakan kelompok elitair, baik dikalangan "boemipoetra"
(pribumi), Tionghoa maupun Arab.

Gerakan revolusionair selalu merakyat. Dan mereka yang jauh dari
rakyat, tidak berbahaya bagi penguasa.

Salam

danardono









tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 13, 2006, 6:18:05 AM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Terima kasih, saja tida banjak taoe tentang doenia internet ini tapi
saja sanget menghargain toean poenja maoe
Biar saja seboet saja Nama saja Asnawi Tanudjaja kebeneran SH boleh
panggil saja awie sadja.







tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 13, 2006, 7:59:40 AM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com

> Dalam kelompok Tionghoa, Belanda menanamkan kesadaran elite melalui
> pemakaian bahasa Belanda. Orang Tionghoa elite kala itu, sampai awal
> 50an, tak menggunakan bahasa Melayu (pasar) ataupun bahasa Tionghoa
> dirumah dan dalam mendidik anak anak. HAL INI IK BAROE TAOE, Terima
kasih ( kata orang tionghoa kamsia)


Hampir semua teman teman main
> Tionghoa saya yang segenerasi berbahasa Belanda dirumah, sampai
> kini, kami kalau ketemu, masih memakai bahasa Belanda dicampur Jawa.

Jang ini BETOEL 100% besok saja tida loepa oentoek kasih tjerita jang
menoedjoeken perkataan DH betoel. malahan tjerita sanget loetjoe





tjamboek_berdoeri28

unread,
Apr 13, 2006, 7:40:41 AM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "odeon_cafe" <odeon_cafe@...>
wrote:
>
> Sdr. Tjamboek Berdoeri 28,
>
> saya tidak tau siapa sebenarnya manusia yang
> memakai nama kebesaran sesepuh masyarakat
> Tionghoa yang bernama Kwee Thiam Tjing yang
> berjuluk "Tjamboek Berdoeri" ini.
>
> tetapi siapa pun saudara, harap belajar lebih
> banyak lagi tentang karisma dan kebesaran ayahanda
> Kwee Thiam Tjing dalam melontarkan kritik,
> membangun kesadaran komunitas dan perjuangan
> politiknya.
>
> Ben Anderson itu sangat menghormati Kwee Thiam
> Tjing. anda jangan mencemarkan nama besar beliau
> dengan arogansi semberono yang berdasarkan
> asal cuap dan pengetahuan minim langsung
> semerta-merta menghardik seseorang. saya yakin,
> bung Ben Anderson tidak akan simpati melihat
> tingkah anda.
>

> saya harap anda dapat bersikap santun kepada
> seorang senior spt Bpk. Danardono. kalau tidak
> saya akan jadi lawan anda juga.
>
>
Tjamboek Berdoeri :
Maap ternjata ini siansing moenjoel djoega.
djadi lawan???? BOLEH !!!!!!
Om Ben : ah terlaoe naif oentoek bitjarain saja poenja sobat ( kaloe
odeon berninat tanja ama itoe manosia beramboet poetih berbangsa irish
saja sanget soedi kasi alamat email itoe orang pada anda.
perkara santoen atawa tida apa moesti dieotjapken dikata-kata?
menecemarken ???? maap moekin Opa Kwee lebih soeka ditjemarken atawa
di tjatji maki dari pada dipendem seola-olah dia tida pernah ada
jang.... ah jang koeboerannja nisannja  poen ampe rela ini pengoeasa
goesoer ? ntah saran siapa, saja tida taoe.
uch amper darah djaminodjoliteng saja mengoetjoer keloear pembatja, maap.
apalagi satoe siansing maoe lawan saja, ketjil itoe ibarat satoe
timoen diadoeken ke boeah doeren!
saja tida pedoeli siapa itoe Prof Ben, djerangkong ini dan itoe
apalagi satoe siansing jang saja belon kenal.
rasanja betoel kata orang toea doeloe tjari temen sanget soelit
dibandingken tjari satoe sobat kentel.
makanja saja ini kali maoe oendang pembatja ini milis bahken siasing
diatas jang saja maksoedken oentoek dateng ke alamat web saja jang
pernah saja toelis pada toean chan.
oentoek toean tjam saja aken kirimken saja poenja cop koran MATAHARI
tertanggal 17 agoestoes 1935, semoga anda senang dan bisa dikasih
oendjoek pada Siauw thiong djien (maap kaloe saja salah seboet itoe
nama) jang pasti ia poetranja sang mentri di era bangsa ini masih
sanget moeda





ChanCT

unread,
Apr 13, 2006, 8:26:10 AM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Tidak! Cerita DH ini hanya bisa dikatakan betul 50% saja. Artinya, hanya betul 100% untuk pergaulan dalam lingkungan DH yang tergolong elite, dimana baik yang Tionghoa maupun yang dinamakan pribumi dan juga peranakan Arab, lebih suka menggunakan bahasa Belanda.

Tapi, tentunya tidak bagi yang hidup dilapisan menengah bawah, yang terutama tergabung dalam PTI (Partai Tionghoa Indonesia), yang ketika itu dikatakan golongan cikar, mereka sudah lebih suka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan. Juga bagi Tionghoa yang tergolong totok, tidak menggunakan bahasa Belanda, tapi tetap menggunakan bahasa Tionghoa, bahkan logak Hokkian atau Khek.

Salam,
ChanCT

  ----- Original Message -----
  From: tjamboek_berdoeri28
  To: budaya_...@yahoogroups.com
  Sent: Thursday, April 13, 2006 7:59 PM
  Subject: Bahasa Melayu Tionghoa (Re: [budaya_tionghua] Re: Larangan Pencantuman Nama Ma



  > Dalam kelompok Tionghoa, Belanda menanamkan kesadaran elite melalui
  > pemakaian bahasa Belanda. Orang Tionghoa elite kala itu, sampai awal
  > 50an, tak menggunakan bahasa Melayu (pasar) ataupun bahasa Tionghoa
  > dirumah dan dalam mendidik anak anak. HAL INI IK BAROE TAOE, Terima
  kasih ( kata orang tionghoa kamsia)

   Hampir semua teman teman main
  > Tionghoa saya yang segenerasi berbahasa Belanda dirumah, sampai
  > kini, kami kalau ketemu, masih memakai bahasa Belanda dicampur Jawa.

  Jang ini BETOEL 100% besok saja tida loepa oentoek kasih tjerita jang
  menoedjoeken perkataan DH betoel. malahan tjerita sanget loetjoe







  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.
  Yahoo! Groups Links



  



[Non-text portions of this message have been removed]




Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Apr 13, 2006, 8:10:00 AM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
----- Original Message -----
From: tjamboek_berdoeri28
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 13 April, 2006 17:18
Subject: Bikin biar jelas (Re: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Melayu Tionghoa ==> Harian

> Biar saja seboet saja Nama saja Asnawi Tanudjaja kebeneran SH
> boleh panggil saja awie sadja.

----------------------------

Banban kamsia Awie-heng sama looheng punya pengajaran soal namanya.
Ya maklum sudah ada umur, kalau baca posting-an, saya suka bingung mana yang dimaksudkan sebagai kata-katanya Tjamboek Berdoeri alm. dan mana yang kata-katanya <tjamboek_berdoeri28> atawa Awie-heng sendiri.




odeon_cafe

unread,
Apr 13, 2006, 1:11:33 PM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
saya tidak berkata bahwa saya hendak
mengubur Opa Kwee Thiam Tjing seakan-akan
beliau tidak pernah ada. bukan begitu.

saya sangat mendukung gerakan untuk
mengembalikan martabat para opa di masa
lalu. kalau bukan kita, maka siapa lagi
yang akan menghargai para kiprah dan
kebesaran para opa kita itu? apakah
kebesaran mereka akan dicatat di buku
pelajaran sejarah? TENTU TIDAK.

bukan hanya sosok dan kiprah Opa Kwee
Thiam Tjing yang harus kita kembalikan,
tetapi juga tokoh-tokoh panutan masa lalu
yang, spt kata anda, digusur oleh para
penguasa. padahal, komunitas Tionghoa ini
banyak melahirkan orang besar. masak kita
ketinggalan dari bung Ben ANderson dalam
hal ini.

Opa Koen Hian itu orang besar. Kwee An Say,
Kwee Tek Hoay, Si Pan Djiang dll. saya baru
mendengar adanya sosok dengan nama
Ho Siauw Im, salah seorang dari ke-empat
pendekar gunung tidar. menurut cucu beliau,
Siauw Im ini adalah salah satu guru silat
Jenderal Soedirman. sampai di mana kebenaran
kisah-kisah ini adalah tugas generasi saat ini
untuk menemukan kembali kebesaran Tionghoa.

bukankah sudah tidak banyak lagi yang tau
kalau kuda putih tunggangan Pangeran Diponegoro
itu adalah pemberian Tan Djin Sing yang sangat
dekat dengan perjuangan golongan progresif
keraton Jogja.

saya hanya mempertanyakan ucapan-ucapan
anda terhadap seorang senior spt Pak Danardono.
anda sendiri tau bahwa "mencari sobat
seperjuangan" itu bukan main sulitnya.
nah, Pak Danardono itu, dari beberapa
opininya, jelas berpihak pada stand-point
persamaan posisi golongan Tionghoa. apakah
bijak saat anda berkata bukan-bukan tentang
beliau??

lantas asumsi anda mengenai media-media
"lembek" tionghoa itu pun terlalu berlebihan.

setau saya, dalam sebuah gerakan, terdapat
kawan-kawan yang berada dalam satu garis.
perihal beda nama, beda taktis, beda kompartement
adalah perbedaan yang tidak substansial.
nah, adalah tidak bijak pula mengatakan
kawan-kawan 'satu garis' itu dengan berbagai
asumsi menyesatkan yang hanya akan membangun
opini keliru.

tentu saja, sikap kritis Opa Thiam Tjing bukan
berarti 'asal main serang'. memang terdapat
golongan bandit sosial dalam komunitas tionghoa,
tetapi, saya kira, kita harus berhati-hati benar
dalam mengindentifikasi mereka. jangan sampe
salah serang.

saya harap keterangan ini lebih bisa menjelaskan.
bahkan pilihan nick name anda saja sudah membuat
saya senang.

Sub-Rosa II



--- In budaya_...@yahoogroups.com, "tjamboek_berdoeri28"
<tjamboek_berdoeri28@...> wrote:
> >

Shinjai Hayashi

unread,
Apr 13, 2006, 1:31:14 PM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>

> Jadi, memang melalui politik budaya, pemerintah Hindia Belanda
> menciptakan kelompok elitair, baik dikalangan "boemipoetra"
> (pribumi), Tionghoa maupun Arab.
*****************
Ada beberapa hal yang membuat saya menyangsikan hal tersebut,
dengan demikian memang saya juga menyangsikan conjecture
dari Gunawan Muhammad. Selain, yang sudah saya tulis dalam posting
sebelumnya, ada beberapa fakta yang menarik sbb:

Para tokoh Indonesia pada jaman pra-kemerdekaan, banyak berasal
dari Jawa dan Sumatra. Yang menarik adalah, yang berasal dari Sumatera
memang lebih banyak berasal dari kelompok elite masyarakat, tetapi yang
menarik, elite Jawa ternyata tidak banyak menjadi tokoh. Yang menjadi
tokoh dari Jawa berasal dari elite pinggiran, misalnya anak lurah, etc..
Jarang ada anak bupati atau sultan. Ini dulu diamati oleh Ong Hok Kham.

    Padahal di Jawa, elite2 tertinggi di Jawa lebih bersedia mengalami
    "belandanisasi" daripada yang di Sumatera. Ini bisa dilihat dari pemakaian
     attribute2 kebangsawanan Eropa pada kraton2 Jawa, misalnya pesta yang
     diadakan, yang mirip dengan pesta di Eropa, kereta kencana yang merupakan
     modifikasi dari kereta bangsawan Eropa, etc.

Nah, jika pemerintah Hindia Belanda benar2 ingin menciptakan masyarakat
yang tersrata dari segi elite2 yang berlapis2 dan saling terpisah, maka
kandidat  paling bagus adalah Bahasa Jawa. Pertama, Bahasa Jawa itu bahasa
aristokratis  dengan penggunaan kata yang berdasarkan strata sosial masyarakat.
Kedua, aristokrat Jawa pada waktu itu sudah "dijinakkan", dan bahkan mengadopsi
cara Belanda. Ketiga, pengguna Bahasa Jawa itu terbanyak, dan umumnya orang
tionghoa di Jawa juga bisa berbahasa Jawa, jadi tidak perlu banyak usaha
promosi lagi.

JIka Bahasa Jawa digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda, dan dipromosikan
ke seluruh Nusantara (seperti halnya yang terjadi pada bahasa Melayu), dan
penerbitan menerbitkan tulisan2 dari sastrawan Jawa ketimbang sastrawan
Minang,  aka akan terjadi Jawanisasi yang cepat dari seluruh Nusantara.

Tetapi itu tidak dilakukan, dan dipilih Bahasa Melayu. Apa akibatnya?
Pertama, muncul elite-elite Melayu yang lebih egaliter dari elite Jawa.

Dan  apa yang terjadi di Jawa sendiri? Jestru kebijakan ini mengisolasi
partner penting pemerintah Belanda,  yaitu elite2 tertinggi Jawa, yaitu kelangan
dekat kraton, dan melahirkan  elite2 pinggiran yang lebih egaliter.
Soekarno itu sendiri berasal dari elite pinggiran, dia bukan keluarga kraton.
Dan kemudian munculnya elite2 pinggiran ini membawa ide2
pembaharuan yang lebih radikal daripada yang bisa diterima elite2 kraton.

Alih-alih menciptakan elite yang terisolir, jestru kebijakan pemerintah Belanda
mengadopsi Melayu Tinggi ini menciptakan elite2 yang lebih egaliter.
Pertanyaannya menjadi, kan tetap muncul elite?

Kemunculan elite dalam masyarakat itu tak terhindarkan. Ini namanya kelas
borjuis, yaitu kelas kelompok menengah. Apapun bahasa yang digunakan,
jika pendidikan digalakkan, akan muncuk kelas elite yang berpendidikan.
Bahwa sekarang bahasa Melayu Tinggi terasa "tinggi" dan melayu Pasar
terasa "pasaran", itu karena bahasa Melayu "tinggi" mengalami standardisasi.
Ke-tinggi-an itu bukan karena pada dasarnya tinggi, tetapi karena diperlakukan
tinggi.

Hal lain yang membuat saya menyangsikan conjecture GM dkk tersebut adalah,
coba dipikirkan, APA YANG TERJADI, JIKA PEMERINTAH HINDIA
BELANDA MENGADOPSI MELAYU TIONGHOA (MELAYU PASAR)
sebagai BAHASA RESMI YANG DIPROMOSIKAN?

Pertanyaan ini mengacu pada pertanyaan selanjutnya, apakah akan muncul elite
yang lebih egaliter dengan kebijakan ini?

Nah, pemakai bahasa Melayu Pasar waktu itu adalah kelompok tionghoa dan Indo
Eropa.

Jika kebijakan ini diterapkan, maka elite2 yang muncul, dan penulis2 yang banyak
dipromosikan akan banyak dari kelompok tionghoa dan Indo-Eropa. Dan apa yang
akan terjadi pada sang bahasa? Bahasa itu akan distandardisasikan, dan kemudian
Melayu-tionghoa itu akan berubah dan dinamakan Melayu Tinggi, bahasa Melayu
gaya Riau dan Minang akan menjadi Melayu kampung. Kebetulan di Batavia banyak
tinggal penduduk tionghoa, jadi sekalian bahasa Melayu tionghoa asal Batavia
menjadi bahasa yang paling bergengsi.

Bahasa apapun yang dipakai secara resmi dan distandardisasikan akan berubah
menjadi bahasa yang lebih bergaya elite, dan menciptakan kelompok pemakai
elite. Sehingga jika penggunaan Melayu Riau menciptakan elite, maka itu terutama
bukan karena Melayu Riau-nya, tetapi faktor pemilihan bahasa resmi dan
standardisasi bahasa. Kalau saat itu dipilih bahasa Sunda sekalipun, maka bahasa
Sunda akan menjadi bahasa yang mendapat perlakuan modern dan mengalami
standarisasi dan menjadi bahasa elite.















.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 13, 2006, 4:39:57 PM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:


Dan  apa yang terjadi di Jawa sendiri? Jestru kebijakan ini mengisolasi
partner penting pemerintah Belanda,  yaitu elite2 tertinggi Jawa,
yaitu kelangan dekat kraton, dan melahirkan  elite2 pinggiran yang
lebih egaliter.
Soekarno itu sendiri berasal dari elite pinggiran, dia bukan keluarga
kraton. Dan kemudian munculnya elite2 pinggiran ini membawa ide2
pembaharuan yang lebih radikal daripada yang bisa diterima elite2
kraton.

------------------

DH: Benarkah?

1. Sukarno menjadi elite tidak karena Belanda, namun dalam rangka
perjuangannya mempersiapkan kemerdekaan RI. Sukarno dkk didukung
pimpinan militer jepang dalam memeprsiapkan kemerdekaan. Kalau Hindia
Belanda masih ada, tak mungkin Sukarno menjabat jabatan tinggi.

2. Pada masa pra kemerdekaan, semua elite kala itu adalah putra bupati.
mereka yang memegang tampuk pemerintahan pamong praja, juga sarjana
sarjana pertama kita.  Bapak ilmu Hukum kita, prof Dr. Supomo SH,
misalnya, bukan anak "pinggiran". Pendiri Taman Siswa, Ki Hajar
Dewantara adalah putra sri Pakualam, nama sebenarnya adalah pangeran
Suwardi Suryaningrat. Bukan "anak pinggiran".

Tokoh tokoh pra kemerdekaan lain adalah RM Mr Pringgodigdo, Mr R
Subarjo, Mr. R. Sumanang, Mr. RM Djodi Gondokusumo. Kepala kepolisian
negara RI pertama adalah RM Sukanto.
Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
(Badan yang menyiapkan proklamasi kemerdekaan) adalah RM Dr. Radjiman
Wediodiningrat. Semuanya bukan "anak pinggiran".

3. Pemerintah RI di Jogyakarta (1947 - 1949) adalah sebagai tamu dan
dibiayai oleh Sri Hamengku Buwono ke IX. Otak TNI kala itu antara
lain, adalah Let.kol. R. Urip Sumohardjo, bekas mayor KNIL, bukan
jendral Sudirman. Pimpinan TNI yang kala itu bernama TKR dipegang oleh
Mr. R. Muhammad Sulyoadikusumo (mantan Daidanco Peta).

Tanpa dukungan para elite ini, bung Karno tak mungkin membangun negara
ini, membangun administrasi pemerintahan. Mereka adalah lulusan
pendidikan tinggi, baik di Batavia maupun di Negeri Belanda.

Untuk kita ketahui, Indonesia tak pernah mengenal elite yang egaliter,
apakah dia berasal dari "pinggiran" seperti anda sebutkan, atau memang
berasalusul. Juga elite elite dari Sumatra TIDAK egaliter. Mereka
semua menghormati hierarki kepemimpinan. Juga Mr. Moh. Yamin.

Pak Harto sampai pertengangan tahun 60an BUKAN siapa siapa. Juga pak
Harto tidak egaliter.

Salam

danardono













.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Shinjai Hayashi

unread,
Apr 13, 2006, 5:47:26 PM4/13/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
> 1. Sukarno menjadi elite tidak karena Belanda, namun dalam rangka
> perjuangannya mempersiapkan kemerdekaan RI. Sukarno dkk didukung
> pimpinan militer jepang dalam memeprsiapkan kemerdekaan. Kalau Hindia
> Belanda masih ada, tak mungkin Sukarno menjabat jabatan tinggi.
************
Sudah tentu Soekarno tidak menjadi elite gara2 Belanda, tetapi
dia muncul sendiri karena pemikiran2nya. Dan dia tidak berasal
dari kalangan elite kraton. Soekarno sudah menjadi tokoh sebelum
Jepang datang. Soekarno sudah menjadi pimpinan PNI, sebelum
Sumpah Pemuda 1928.



From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
> 2. Pada masa pra kemerdekaan, semua elite kala itu adalah putra bupati.
> mereka yang memegang tampuk pemerintahan pamong praja, juga sarjana
> sarjana pertama kita.  Bapak ilmu Hukum kita, prof Dr. Supomo SH,
> misalnya, bukan anak "pinggiran". Pendiri Taman Siswa, Ki Hajar
> Dewantara adalah putra sri Pakualam, nama sebenarnya adalah pangeran
> Suwardi Suryaningrat. Bukan "anak pinggiran".
****************
Tentunya ada dari sisi kraton bung Danardono, tetapi kita melihat dari
secara umum jumlahnya. Saya juga dulu baru sadar hal ini setelah membaca
karangan Ong Hok Ham tentang Elite Politik 45 Indonesia. Menurut OHH,
List elite politik itu disusun oleh Muhammad Hatta, menjelang kekalahan
Jepang, pemerintah Jepang meminta Muhammad Hatta untuk menyusun
semacam daftar Who is Who Indonesia dikalangan cendekiawan Indonesia,
daftarnya dikatakan tidak memuat lebih dari 1000 orang. Nah, dari latar
belakang list itulah Ong Hok Ham mengambil kesimpulan tersebut, bahwa
ada semacam homogentias angkatan yang disebut angkatan 45 (yang
dikatakan juga disebut sebagai Angkatan 28, karena mereka dewasa
secara politik dengan adanya Sumpah Pemuda 1928).
(sumber: artikel  "Sumpah Pemuda dan Elite Politik Indonesia", OHH).




> 3. Pemerintah RI di Jogyakarta (1947 - 1949) adalah sebagai tamu dan
> dibiayai oleh Sri Hamengku Buwono ke IX.
**************
Iya, Sri HB IX berjasa besar.. tetapi itu sudah era lain bung Danardono,
jaman post kemerdekaan. Sri HB itu sendiri dinobatkan tahun 1940.
Peranan HB IX dalam pergerakan nasional itu dimulai setelah 1945.
Tidak bisa disangkal, bahwa HB IX itu berpikiran progresif. Hanya
beda satu hari sesudah 17/8/45, dia mengirim telegram ke Jkt untuk
mengucap selamat atas terbentuknya RI, dan mendukungnya.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

melani chia

unread,
Apr 14, 2006, 12:00:25 AM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Mua komplin nih moderator,kenapa ya pada suka berantem,kedua,sy susah baca tulisan ejaan2 yg dulu2,jd sayangkan kalau sy delete melulu.
  
  salam

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]




als

unread,
Apr 14, 2006, 1:10:31 AM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Berantem termasuk budaya kita yang sebenarnya tidak perlu kita banggakan
lagi. Dari zaman pertama kali film jenis kungfu atau silat diluncurkan
sampai zaman para bintang film kita dipakai oleh Hollywood, tidak pernah ada
khan film jenis ini yang tak ada berantemnya? :-)

Keluhan kedua mengenai pemakaian bahasa 'obsolete' di milis abad ke-21 ini
memang perlu dicarikan pemecahannya. Meskipun para penulisnya dan beberapa
pembaca tampak sangat menikmati pemakaian bahasa Indonesia dengan ejaan lama
dan struktur bahasa yang dipakai para penulis cersil non-KPH, tapi saya kira
lebih banyak lagi para pemilis di sini yang agak terganggu kelancaran
membacanya (termasuk saya). Mungkinkah para tetua di sini sedikit mengalah
untuk memakai bahasa Indonesia sebagaimana yang umumnya kita pakai sekarang
ini?


Andy

> -----Original Message-----
> From: melani chia [mailto:chiam...@yahoo.co.uk]
> Sent: Friday, April 14, 2006 11:00 AM
> To: budaya_...@yahoogroups.com
> Subject: Re: Bikin biar jelas (Re: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Melayu
> Tionghoa ==> Harian
>
> Mua komplin nih moderator,kenapa ya pada suka berantem,kedua,sy susah baca
> tulisan ejaan2 yg dulu2,jd sayangkan kalau sy delete melulu.
>
>   salam
>

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 14, 2006, 4:31:27 AM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:

> ************
> Sudah tentu Soekarno tidak menjadi elite gara2 Belanda, tetapi
> dia muncul sendiri karena pemikiran2nya. Dan dia tidak berasal
> dari kalangan elite kraton. Soekarno sudah menjadi tokoh sebelum
> Jepang datang. Soekarno sudah menjadi pimpinan PNI, sebelum
> Sumpah Pemuda 1928.
>

DH: Sukarno adalah tokoh perjuangan sejak tahun 20an. Yes. Dia
sendiri bukan berasal dari kaum elite. Namun ia muncul dipangkuan
kaum elite kala itu, ialah sebagai anak asuh HOS Cokroaminoto.
Dimasa itu juga perjuangan kemerdekaan telah dirintis oleh elite
dari daerah. Misalnya dari Minahasa. Elite Minahasa terutama
dipangku oleh tiga keluarga/marga: Maramis, Palar dan Ratulangie.
dari Sumatra: Agus Salim. Dukungan bagi perjuanganSukarno datang
dari kaum elite kala itu. Mengapa?

Hanya kaum elite yang mampu menumpu idee baru, dan untuk menjadi
elite, kita harus menguasai pendidikan, dan pendidikan kala itu
hanya diakses kaum elite. Juga dari saudara saudara Tionghoa maupun
Arab. Pak Kwik senior, pak Tonny Wen, pak Yap Tian Hin dan keluarga
elite kala itu, yakni keluarga Han, keluarga Leiem dari Liem Wan
Seng concern, dll. Para elite Tionghoa adalah dari keluarga capitein
dan majoor der Chinesen.


> Tentunya ada dari sisi kraton bung Danardono, tetapi kita melihat
dari  secara umum jumlahnya. Saya juga dulu baru sadar hal ini
setelah membaca karangan Ong Hok Ham tentang Elite Politik 45
Indonesia. Menurut OHH, List elite politik itu disusun oleh Muhammad
Hatta, menjelang kekalahan  Jepang, pemerintah Jepang meminta
Muhammad Hatta untuk menyusun semacam daftar Who is Who Indonesia
dikalangan cendekiawan Indonesia, daftarnya dikatakan tidak memuat
lebih dari 1000 orang. Nah, dari latar belakang list itulah Ong Hok
Ham mengambil kesimpulan tersebut, bahwa ada semacam homogentias
angkatan yang disebut angkatan 45 (yang dikatakan juga disebut
sebagai Angkatan 28, karena mereka dewasa secara politik dengan
adanya Sumpah Pemuda 1928). (sumber: artikel  "Sumpah Pemuda dan
Elite Politik Indonesia", OHH).

DH: Begini mas Hayashi. Dalam taraf persiapan kemerdekaan, elite
yang menumpu idee kemerdekaan Indonesia adalah mereka yang sudah
menjadi elite dizaman Belanda. Bahkan pendiri pendiri TNI adalah
mereka yang dizaman Belanda sudah menikmati pendidikan perwira KNIL,
ini hanya mungkin kalau mereka dari keluarga elite.
Satu diantaranya adalah yang saya sebut: col. R Urip Sumohardjo,
yang sudah menyandang pangkat mayor KNIL. Pendiri Siliwangi dan
Kopassus (dahulu RPKAD), adalah elite Minahasa, col. Kawilarang,
yang sudah memangku pangkat perwira KNIL juga. pemimpin militer pada
pra kemerdekaan, bahkan pra Jepang adalah dari anggauta Resimen
Kraton Mangkunegaran.

Nah, kemudian Jepang datang. Para pimpinan militer pra Jepang banyak
yang mengundurkan diri dari karir militer, kecuali beberapa,
diantaranya juga jendral pangeran Jatikusumo (yang mendarat di
Sumatra memadamkan PRRI). Pak Urip dll, menggabungkan diri, dan
masuk dalam pasukan pribumi dalam balatentara Jepang.

Jepang memunculkan tokoh tokoh militer baru, dari generasi 1940an,
yang turut serta dalam pasukan Jepang melawan Sekutu. Nah disinilah
muncul peran bung Karno, bung Hatta, Ki Bagus Hadikusumo dan RM Dr
Radjiman Wediodiningrat yang kemudian oleh Jepang diundang memimpin
Badan Persiapan Kemerekaan Indonesia.
Disini muncul tokoh tokoh militer dari kalangan rakyat, terutama
yang menggabung dalam Hizbullah. Yang lain, seperti Suharto, muncul
dari korps pasukan pembantu balatentara Jepang, seperti PETA dsb.
Suharto sempat sebentar, direkrut Belanda dalam pasukan KNIL, tetapi
sebagai prajurit dengan pangkat terendah. ia kemudian memasuki
pasukan pembantu tentara Jepang. Bayangkan, para elite kala itu
sudah menjadi perwira.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Sukarno membentuk pemerintahan, Dari
mana dia mau merekrut pimpinan negara, kalau bukan dari kalangan
akademsisi (dokter, sarjana hukum, sarjana ekonomi), yang adalah
kaum elite dari zaman Belanda. Prof Mr RM Supomo, pembentuk system
undang undang RI, RM Sukanto, kepala kepolisian negara RI, Mr RM
Sumanang, dll. Semua posisi puncak RI mereka isi. Tak ada satupun
apa yang anda sebut "anak pinggiran".

Baru, ditahun 50an, muncul tokoh tokoh yang bukan dari elite zaman
Belanda. Antara lain Dr Ibnu Sutowo, dan terutama pimpinan TNI, Dr.
Subandrio, Adam Malik, Chaerul Saleh, dll.


> **************
> Iya, Sri HB IX berjasa besar.. tetapi itu sudah era lain bung
Danardono, jaman post kemerdekaan. Sri HB itu sendiri dinobatkan
tahun 1940. Peranan HB IX dalam pergerakan nasional itu dimulai
setelah 1945. Tidak bisa disangkal, bahwa HB IX itu berpikiran
progresif. Hanya beda satu hari sesudah 17/8/45, dia mengirim
telegram ke Jkt untuk mengucap selamat atas terbentuknya RI, dan
mendukungnya.

DH: Era lain? Kita bicara mengenai proses kemerdekaan Indonesia.
Sampai tahun 1945, dia adalah seorang calon akhli waris takhta
kerajaan Jogyakarta, yang masih exist sampai tahun 1945, dan
kedaulatannya diakui Belanda maupun Jepang.
Dengan sukarela dia menyerahkan takhta Jogya dan meleburkan diri
dalam RI. Dia tidak saja berjasa, dialah yang mengakomodasi
pemerintah RI antara 1947 - 1949. Kalau tidak siapa menggaji
anggauta pemerintahan?

Kesimpulan: tokoh tokoh perjuangan RI yang pertama, muncul dari
kalangan elite dizaman Belanda, karena hanya mereka yang menikmati
pendidikan tinggi. Juga tokoh tokoh ini adalah pejabat dizaman
Belanda, bahkan sebagian anggauta dewan ligislative di negeri
Belanda, seperti Mr Alexander Maramis.

Tak ada satu tokohpun dalam masa perintis kemerdekaan, jadi pra
Jepang, yang datang dari kalangan, yang anda sebut "pinggiran". Tak
satupun.

Tak adanya peran kaum "pinggiran" seperti yang anda sebut,
disebabkan karena kunci untuk muncul sebagai pemimpin, adalah
PENDIDIKAN. Dan jangan lupa, bahasa pendidikan kala itu adalah
bahasa Belanda.

Salam

danardono







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Steeve Haryanto

unread,
Apr 14, 2006, 5:30:56 AM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Perlu ditambahkan juga kawan als, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
telah membawa pembaharuan untuk penggunaan bahasa.Walau kadang
maknanya adalah sangat halus untuk zaman di nenek moyang kita hidup
tetapi disaat di zaman sekarang bisa membuat kita lain dan sangat
kasar.Penggunaan bahasa dalam komunikasi sangat penting sekali membuat
perasaan orang merasa nyaman dalam menerima nya.Bukan begitu kawan als.
Semoga bermanfaat,
Steeve

--- In budaya_...@yahoogroups.com, "als" <als@...> wrote:
...deleted...>
> Keluhan kedua mengenai pemakaian bahasa 'obsolete' di milis abad
ke-21 ini
> memang perlu dicarikan pemecahannya. Meskipun para penulisnya dan
beberapa
> pembaca tampak sangat menikmati pemakaian bahasa Indonesia dengan
ejaan lama
> dan struktur bahasa yang dipakai para penulis cersil non-KPH, tapi
saya kira
> lebih banyak lagi para pemilis di sini yang agak terganggu kelancaran
> membacanya (termasuk saya). ...deleted...







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Steeve Haryanto

unread,
Apr 14, 2006, 5:34:24 AM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
:) jangan dianggap berantem kawan chia,
Berbeda pendapat dalam diskusi adalah indah sekali karna semangkin
banyak yang mendebatkan pendapat kita di public berarti memang kita
dianggap 'ada' dan dari sana kita bisa lihat ke diri kita sendiri,
'apa sudah benar pola pikir kita?'.

--- In budaya_...@yahoogroups.com, melani chia <chiamelani@...>
wrote:

>
> Mua komplin nih moderator,kenapa ya pada suka berantem,kedua,sy
susah baca tulisan ejaan2 yg dulu2,jd sayangkan kalau sy delete melulu.
>   
>   salam








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

ulysee

unread,
Apr 14, 2006, 1:07:57 PM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Berantem? Wah belon tau yang bener-bener "berantem" dimilis tuh yang
kayak apa ya, huehuehuehue.
Sejauh yang saya amati, di milis ini perbedaan pendapat masih terhitung
adu argumen, debat, sampai debat kusir. Belon ada yang "berantem". Soja
buat team moderatornya yang kata gue sih oke punya deh. {biarpun satu
dua ada yang gualakkk, wekk}

Aiyaaa, gaya bahasa yang kayak gitu tuh yang masih pake Oe dan tj itu
termasuk nostalgia khasanah budaya yang asyik buat disimak.
Dalam berbudaya kadang kita pengen bernostalgia, jadi yaaa gimana kalu
yang muda aja yang ngalah. Toh enggak banyak yang gandrung sama gaya
bahasa demikian.

Kalu enggak sanggup mengerti, ya skip, delete.

Yang pengen belajar ya spend waktu agak lama untuk memelototi, apa sih
artinya. Enggak sulit kok, khan masih pake bahasa indonesia biarpun
bukan EYD. Kalau udah pake bahasa daerah atau hurup cacing, nah itu baru
pusing, hihihihi.

Ps: gue masih muda lhoh, tapi enjoy aja tuh sama yang ajaib-ajaib itu.
Asyik malah, serasa quantum leap, balik ke masa lalu, ke jaman kaum
pejuang-pahlawan-persilatan huehuehuehue.
Yahoo! Groups Links









Shinjai Hayashi

unread,
Apr 14, 2006, 2:15:48 PM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
> Hanya kaum elite yang mampu menumpu idee baru, dan untuk menjadi
> elite, kita harus menguasai pendidikan, dan pendidikan kala itu
> hanya diakses kaum elite.
**************
Setuju bung Dono.... Dan elite "pinggiran" itu tetap elite, dan relatif
kaya, sehingga bisa mengecap pendidikan. Elite pinggiran yang
dimaksud itu bukan rakyat kawula, tetapi elite non kalangan
dekat kraton dan non priyayi. Seperti Soekarno itulah..Dan semua
elite tionghoa  tidak bisa dikatakan sebagai elite priyayi waktu itu,
walaupun anak capiten.

Tentunya ada dari elite kraton yang menjadi tokoh nasional
seperti yang sudah Anda sebut, RM Suryadi Suryaningrat, yang
kemudian lebih suka dipanggil Ki Hajar Dewantoro untuk lebih
"merakyat".




From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
> DH: Era lain? Kita bicara mengenai proses kemerdekaan Indonesia.
> Sampai tahun 1945, dia adalah seorang calon akhli waris takhta
> kerajaan Jogyakarta, yang masih exist sampai tahun 1945, dan
> kedaulatannya diakui Belanda maupun Jepang.
*******************
Era 1945 dan sesudahnya sudah era dimana perjuangan politik
untuk kemerdekaan diganti dengan perang kemerdekaan.

Dalam kaitan dengan pemunculan elite politik pertama kalinya
di Indonesia (yang kita bahasa dalam hubungan dengan bahasa),
itu jaman sebelumnya. Karena kita tahu pertama kali pemilihan
Bahasa Melayu itu adalah awal abad ke-20. Pendirian Balai Pustaka
pada 1908, lalu mencapai kulminasi ketika Bahasa persatuan yang
dipilih para pemuda itu tahun 1928. Generasi yang ada hidup pada
masa peralihan bahasa ini adalah generasi Soekarno dan Hatta.
Mereka yang mencapai kedewasaan politik pada tahun 1920an,
dan pada tahun 1945 sudah menjadi kalangan "senior".Tokoh2
muda yang muncul pada tahun 1945 itu sendiri lahir dimana
pemakaian Bahasa Melayu sudah menjadi norma yang cukup
banyak dipraktekan.

Peranan kalangan dekat kraton Jawa memang muncul dengan
deras sesudah 1945, terutama lewat jalur Militer. Ini memang
menjadi kontrast dengan mereka yang berasal dari Minang,
yang lebih berkiprah di jalur intelektual dan diplomatik pada
waktu itu.



From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
>Dengan sukarela dia menyerahkan takhta Jogya dan meleburkan diri
>dalam RI. Dia tidak saja berjasa, dialah yang mengakomodasi
>pemerintah RI antara 1947 - 1949. Kalau tidak siapa menggaji
>anggauta pemerintahan?
******************
Tanpa mengurangi jasa dari Sri HB IX, saya ingin coba mengajak
melihat lebih jauh, faktor apa yang membuat Sri HB IX cepat sekali
mendukung RI.

Pertama2 saya rasa harus dilihat dari sikap progresif Sri HB IX yang
dia dapatkan dari pendidikan di Belanda dan pengertiannya soal
pergerakan nasional.

Kedua, kita harus ingat Jogjakarta by no means independent dalam
arti berdaulat penuh. Daerah itu ya harus bertanggung jawab ke
pemerintah Hindia Belanda. Sri HB IX sendiri baru bisa dinobatkan
dengan persetujuan dari Governor General. Dan pada waktu
penobatan, Governor General duduk di sebelahnya di tahta
sebagai tanda bahwa sharing authority.

Dia sendiri mendapat masalah sebelum penobatannya dalam
negosiasi yang panjang (kurang lebih 4 bulan) dengan Governor
General Lucien Adam, sebelum akhirnya Adam menyetujui Dorodjatun
sebagai sultan Jogya. Jadi kita tahu, pada awal pemerintahan Sri HB IX
itupun, dia sudah merasakan tekanan politik dari Batavia.

Dan dia tidak serta merta menyerahkan tahta Jogya pada RI.
Kronologisnya sbb:

17 Agustus 1945: Republic Indonesia diproklamasikan
18 Agustus 1945: Sri HB IX mengirimkan  kawat ucapan selamat atas
terbentuknya RI kepada Soekarno - Hatta.
19 Agustus 1945: Presiden Soekarno mengirim kawat penetapan bahwa
Sri HB IX pada kedudukannya sebagai pemangku tahta Jogya, dengan
kepercayaan bahwa Sri HB IX akan membantu RI dalam kedudukannya
sebagai sultan Jogya.
20 Agustus 1945: Sri HB IX mengirimkan kawat mendukung pemerintahan
RI, dan sanggup berdiri dibawah pimpinan RI.

Dari segi perspective Jogya, pemindahan kekuasaan tingkat pusat
dari tangan Hindia Belanda, ke Jepang, ke RI itu seperti ganti manager.
Dan dari fakta lalu lalang kawat2 yang dikirimkan, terjadi komunikasi
dan diplomasi yang akhirnya menghasilkan kesepakatan bahwa Jogya
akan menjadi bagian RI dan tahta Jogya dipertahankan.




Petrus Gunadi Omas

unread,
Apr 14, 2006, 11:01:13 PM4/14/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Dear Fellas,




Berantem? Wah belon tau yang bener-bener "berantem" dimilis tuh yang
kayak apa ya, huehuehuehue.
=== Berantem ? hehehhe kita semua anak baek baek kok, sorry yah berantem
ngak lepel.


Sejauh yang saya amati, di milis ini perbedaan pendapat masih terhitung
adu argumen, debat, sampai debat kusir. Belon ada yang "berantem". Soja
buat team moderatornya yang kata gue sih oke punya deh. {biarpun satu
dua ada yang gualakkk, wekk}
==== Siapa yah Modie yang galak :D ayo demo turunkan => Provokator mode on
=> Kabur mode On.


Aiyaaa, gaya bahasa yang kayak gitu tuh yang masih pake Oe dan tj itu
termasuk nostalgia khasanah budaya yang asyik buat disimak.
Dalam berbudaya kadang kita pengen bernostalgia, jadi yaaa gimana kalu
yang muda aja yang ngalah. Toh enggak banyak yang gandrung sama gaya
bahasa demikian.
=== Jujur aja awalnya sih seneng liat gaya bahasa tempoe doeloe, tapi lama
lama puyeng bacanya jadi ngak mudeng lagi. Lah pas ngebacanya musti
ditranslate lagi diotak, otak butuh 2x kerja. Butuh waktu ngebacanya lama
lama tombol delete ditekan. Musti ada Tempoe Doeloe Co-Processor diotak neh.


Kalu enggak sanggup mengerti, ya skip, delete.

Yang pengen belajar ya spend waktu agak lama untuk memelototi, apa sih
artinya. Enggak sulit kok, khan masih pake bahasa indonesia biarpun
bukan EYD. Kalau udah pake bahasa daerah atau hurup cacing, nah itu baru
pusing, hihihihi.
=== Cacing emang bisa nulis ???  :D


Ps: gue masih muda lhoh, tapi enjoy aja tuh sama yang ajaib-ajaib itu.
Asyik malah, serasa quantum leap, balik ke masa lalu, ke jaman kaum
pejuang-pahlawan-persilatan huehuehuehue.
=== Lho listrik aja blom ada gimana inet-an, ehh iyakan lagi menghayal yah
:D

Regards

Petrus Gunadi Omas




[Non-text portions of this message have been removed]

als

unread,
Apr 15, 2006, 12:41:42 AM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Sungguh tepat tambahan Anda, kawan. Dunia iptek telah berkembang sedemikian
rupa sehingga kosakata dan cara pemakaian bahasa mau tidak mau mengikuti
perkembangan zaman, seiring dengan perkembangan pikiran dan cara berpikir
pemakainya. Yang saya tahu, ada sebuah penerbit di Amrik sana yang menangkap
peluang ini dengan menerbitkan kembali buku-buku non-fiksi (filsafat,
mistisisme, dsb) yang pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris sekitar tahun
1888-an ke dalam bahasa Inggris modern yang dipakai orang-orang abad ke-21
ini tanpa mengubah isi yang hendak disampaikan. Saya sudah coba sendiri,
bahwa dengan membaca buku berbahasa Inggris dengan kosa-kata dan tatabahasa
ketinggalan zaman itu, enerji otak saya banyak yang terbuang sia-sia,
sedangkan membaca buku baru yg diterbitkan oleh penerbit 'inovatif'
tersebut, isi buku dapat terserap dengan lebih cepat dan lebih baik.:-)

Andy


> -----Original Message-----
> From: Steeve Haryanto [mailto:stv7...@yahoo.com]
> Sent: Friday, April 14, 2006 4:31 PM
> To: budaya_...@yahoogroups.com
> Subject: Bikin biar jelas (Re: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Melayu
> Tionghoa ==> Harian
>
> Perlu ditambahkan juga kawan als, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
>  telah membawa pembaharuan untuk penggunaan bahasa.Walau kadang
> maknanya adalah sangat halus untuk zaman di nenek moyang kita hidup
> tetapi disaat di zaman sekarang bisa membuat kita lain dan sangat
> kasar.Penggunaan bahasa dalam komunikasi sangat penting sekali membuat
> perasaan orang merasa nyaman dalam menerima nya.Bukan begitu kawan als.
> Semoga bermanfaat,
> Steeve
>

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 15, 2006, 4:25:14 AM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:


>Setuju bung Dono.... Dan elite "pinggiran" itu tetap elite, dan
relatif kaya, sehingga bisa mengecap pendidikan. Elite pinggiran yang
dimaksud itu bukan rakyat kawula, tetapi elite non kalangan
dekat kraton dan non priyayi. Seperti Soekarno itulah..Dan semua
elite tionghoa  tidak bisa dikatakan sebagai elite priyayi waktu itu,
walaupun anak capiten.

Tentunya ada dari elite kraton yang menjadi tokoh nasional
seperti yang sudah Anda sebut, RM Suryadi Suryaningrat, yang
kemudian lebih suka dipanggil Ki Hajar Dewantoro untuk lebih
"merakyat".
----------------------------

DH: Thema diskusi kita bersama Akhmad looheng dan pak Gunawan
Mohammad adalah bahwa pemerintah Belanda membentuk kaum elite
melalui bahasa dan pendidikan (melayu tinggi vs Melayu pasar).

Peran keraton bukanlah thema disini. Bung Karno, dalam diksi diskusi
kita adalah "tokoh" bukan "elite" seperti yang dimaksud dalam
definisi diskusi.
Elite yang dibangun Belanda, bisa para priyayi Jawa, elite bumiputra
lain, elite Tionghoa dan Arab. Elite elite inilah yang kemudian
memunculkan tokoh tokoh perjuangan.

Ini adalah suasana pra kemerdekaan.

Salam

danardono





ulysee

unread,
Apr 15, 2006, 3:08:31 AM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Kaum elite khan ada terbagi-bagi.
Ada elite feodal
Ada elite akademia
Ada elite agama
Ada elite politik
Ada elite penguasa

Ada kaum ELIT = E-konomi suLIT

Nah ini yang mau diomongin elite yang mana?
Kalu asal nyebut elite doank entar  rancu jadi debat kusir siapa yang
elite, siapa yang ELIT, berabe.

-----Original Message-----
From: Shinjai Hayashi [mailto:bibola...@yahoo.ca]
Sent: Friday, April 14, 2006 4:47 AM
To: budaya_...@yahoogroups.com
Subject: Re: Bahasa Melayu Tionghoa (Re: [budaya_tionghua] Re: Larangan
Pencantuman Nama Marga di Akta Kelahiran Langgar HAM).........Paragraph
terakhir Pak Ahmad)


From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
> 1. Sukarno menjadi elite tidak karena Belanda, namun dalam rangka
> perjuangannya mempersiapkan kemerdekaan RI. Sukarno dkk didukung
> pimpinan militer jepang dalam memeprsiapkan kemerdekaan. Kalau Hindia
> Belanda masih ada, tak mungkin Sukarno menjabat jabatan tinggi.
************
Sudah tentu Soekarno tidak menjadi elite gara2 Belanda, tetapi
dia muncul sendiri karena pemikiran2nya. Dan dia tidak berasal dari
kalangan elite kraton. Soekarno sudah menjadi tokoh sebelum Jepang
datang. Soekarno sudah menjadi pimpinan PNI, sebelum Sumpah Pemuda 1928.




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Steeve Haryanto

unread,
Apr 15, 2006, 4:51:32 AM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com

--- In budaya_...@yahoogroups.com, "ulysee" <ulysee@...> wrote:
...deleted...
> Ps: gue masih muda lhoh, tapi enjoy aja tuh sama yang ajaib-ajaib itu.
> Asyik malah, serasa quantum leap, balik ke masa lalu, ke jaman kaum
> pejuang-pahlawan-persilatan huehuehuehue.
Mendingan masih muda tetapi sudah bergelut dengan yang tua, usia muda
seperti pengakuan anda, membawa astmosfir baru dalam perubahan pola
pikir seorang tua.Welcome aboard kawan.








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Shinjai Hayashi

unread,
Apr 15, 2006, 1:09:37 PM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
> DH: Thema diskusi kita bersama Akhmad looheng dan pak Gunawan
> Mohammad adalah bahwa pemerintah Belanda membentuk kaum elite
> melalui bahasa dan pendidikan (melayu tinggi vs Melayu pasar).
*****************
Kalau ini saya setuju, bung Danardono. Pemerintah Belanda memang
bertujuan meningkatkan edukasi lewat point ketiga dalam program
Politik Etis yang dilancarkan, dan pendidikan tinggi sudah jelas pasti
akan membentuk elite.

Tulisan saya cuma mengklarify penyangsian saya atas pendapat bahwa
pemilihan itu diskenariokan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
menghambat semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia (coba
baca posting2 thread terdahulu sebelum ini).

Disini saya melihat banyak yang tak masuk akal dengan alasan2
saya sebutkan dalam posting2 berikutnya. Lebih masuk akal, imho
bahwa pemilihan Melayu Riau itu dilakukan dengan alasan praktis
dan akademis (oleh para ahli linguistic).

Pembentukan elite itu sendiri bukan terjadi karena apa "bahasa"-nya,
tetapi program standardisasi yang dilakukan. Bahasa apapun, kalau
sudah distandardisasi, akan menjadi bahasa elite dan menjadi bahasa
"tinggi".

Dengan demikian, sebenarnya saya merasa tidak ada pentingnya
untuk mempertentangkan "melayu tinggi" dan "melayu pasar". Dalam
setiap bahasa yang sudah diperlakukan modern, selalu muncul
"standard language" dan "colloquial language", bahkan dalam bahasa
English misalnya, terjadi berjenis2 "bahasa pidgin".

Tetapi jika pemilihan bahasa itu bersifat praktis dan akademis,
penggunaan bahasa memang sering mengalami politisasi, terutama
lewat penciptaan istilah. Itu bisa terjadi dalam bahasa apa saja,
dalam arti independent terhadap bahasa yang digunakan, walaupun
ada bahasa yang lebih mudah dan ada yang lebih sulit. Bahasa
Melayu jestru sebenarnya lebih sulit.

Politisasi penggunaan bahasa itu seperti penggunaaan "doublespeak",
dimana kata2 dirancukan artinya. Kemudian terjadi euphemisme yang
berlebihan, dan istilah2 yang sudah ada diganti dengan istilah2 ciptaan
baru yang merancukan arti yang ingin disampaikan.

Karena agak sulit menggunakan bahasa Melayu untuk tujuan penghalusan
bahasa,  maka di Indonesia, terutama sesudah tahun 70an, digunakan
Bahasa Sansekerta. Misalnya, gelandangan dinamakan "tunawisma", etc.
Sebaliknya ada juga istilah yang diciptakan jestru dengan tujuan sebaliknya,
yaitu untuk memperlihatkan arti jelek, seperti kelompok separatis dikatakan
sebagai "GPK: gerakan pengacau keamanan", etc..









Shinjai Hayashi

unread,
Apr 15, 2006, 1:26:06 PM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "ulysee" <uly...@cbn.net.id>

> Kaum elite khan ada terbagi-bagi.
> Ada elite feodal
> Ada elite akademia
> Ada elite agama
> Ada elite politik
> Ada elite penguasa
*****************
Iya, benar... Dalam situasi jaman sekarang ini, memang strata masyarakat
sudah menjadi semakin horisontal, sehingga pembagian elitepun sudah lebih
horizontal sifatnya.

Dalam jaman kolonial, dimana warga negara pun ada tingkatannya, maka
maka konotasi elite itu lebih pada "darimana seseorang berasal", daripada
"dalam tingkat apa seseorang berkarya".  Iya, seperti istilah yang anda
sebutkan diatas, adalah elite dalam ruang feodal.

Pembagian masyarakat jelas... elite politik yang menjadi elite tertinggi
itu adalah elite kolonialis, kemudian diikuti dengan elite priyayi. Kelompok
tionghoa dipusatkan di daerah pecinan dengan capiten2nya. 

Social mobility antar elite dalam ruang feodal itu tidak secepat sekarang,
dan setiap kotak elite itu cenderung bergaul dalam ruang lingkupnya,
dan bahkan kawin mengawin dalam batas lingkungannya.

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 15, 2006, 4:27:47 PM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
Setuju. Mungkin, apakah ada niat pemerintah Hindia Belanda
mempertentangkan Melayu tinggi versus Melayu pasar, baik kita
serahkan pada analisa para linguist.

Untuk hal ini, saya mempunyai suatu pendapat:



--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:


>Karena agak sulit menggunakan bahasa Melayu untuk tujuan penghalusan
bahasa,  maka di Indonesia, terutama sesudah tahun 70an, digunakan
Bahasa Sansekerta. Misalnya, gelandangan dinamakan "tunawisma", etc.
Sebaliknya ada juga istilah yang diciptakan jestru dengan tujuan
sebaliknya,yaitu untuk memperlihatkan arti jelek, seperti kelompok
separatis dikatakan sebagai "GPK: gerakan pengacau keamanan", etc..

------------

Kalau kita perhatikan sejarah persiapan kemerdekaan Indonesia,
sedikitnya dari sisi konsep, maka, kita lihat adanya penggunaan
falsafah jawa kuno, melalui Kitab Pararaton dan Negarakrtagama, baik
oleh pemimpin elite asal jawa, maupun Sumatra, seperti Mr. Moh.
Yamin, untuk mengisi falsafah negara baru ini dengan falsafah Jawa
dengan penggunaan bahasa Sansekerta/Kawi.

Mulai dari pemilihan Garuda, untuk logo negara kita, kata "bhineka
tunggal ika", yang sejiwa dengan "El Pluribus Unum" di USA, symbol
dari semua angkatan: Kartika Eka Paksi untuk AD, Jalesveva jaya mahe
untuk AL. Juga penamaan strata pangkat prajurit: dari tamtama,
bintara sampai perwira. Purnayuddha untuk veteran; Pramuka (praja
muda karana) untuk boy scout; Jaksa untuk penuntut umum, dari
adyaksa; bhayangkara untuk sebutan kehormatan polisi; anumerta untuk
phostum; dan banyak lagi lainnya.

Ini sudah terjadi SEBELUM kemerdekaan, dan pada hari hari pertama
kemerdekaan, bukan sejak 70an.

Anda benar, sejak 70an, waktu pak Harto madeg narendro (menjadi
penguasa), timbul pemasukan istilah Jawa kuno kedalam khazanah
bahasa Indonesia, yang sangat meruwetkan saya, seorang generasi
Balai Pustaka, yang terbiasa berbahasa dan begrammatika Malayu.

Waktu kecil saya masih memakai istilah "kereta angin" untuk sepeda,
dan "kereta" untuk kendaraan, "bilik" untuk kamar berdinding kayu
atau bambu. Genta untuk lonceng, menghela untuk menarik, ketela
untuk singkong, membilang untuk menghitung, bisa untuk racun (bukan
dalam arti "tidak bisa"), dst.

Istilah tunawisma lebih indah daripada tanparumah. Tunarungu untuk
tanpapendengaran. Tunasusila untuk tanpasusila. Walau kata "tanpa,
juga berasal dari bahasa Jawa.

Mungkin anda akan katakan saya agak angkuh, tetapi saya rasakan
berkali kali kesulitan, menterjemahkan bahasa Jerman ker bahasa
Indonesia, apalagi bahasa Melayu. Saya pernah diminta menterjemahkan
text sebuah undang undang dari bahasa Jerman ke bahasa Malaysia
(yang saya juga kuasai) oleh kementrian luar negeri. Terutama dari
bidang kesusastraan atau falsafah. Beberapa kali, saya pakai sitilah
Jawa kuno/Kawi. By the way, istilah mentri juga dari bahasa
Kawi "adimantri". Juga perdana mentri, the first minister.

Sampai kini saya kesulitan menterjemahkan, kata kata "Dasein", Das
Sein", "Das Sollen", "Menschwerdung Kristi", "Götterdämmerung".

Juga kata bahasa Jawa tak mudah kita transfer ke bahasa Indonesia,
seperti "tut wuri handayani", "manunggal ing gusti", "pamrih", dsb.

Marilah kita baca seksama terjemahan Injil dalam bahasa Indonesia,
terutama bagian Perjanjian lama. Beberapa istilah ada yang kita tak
kenal lagi, misalnya "sida sida".

Kini, saya sedang menterjemahkan pustaka mengenai Dharma dalam
bahasa Jerman ke bahasa Indonesia, seringkali saya minta bantuan
teman dari Tiongkok yang memberitahu istilah tertentu dalam bahasa
Jerman, yang berasal dari bahasa Pali. Dia menerangkan makna istilah
Pali itu, dari bahasa Mandarin ke bahasa Jerman.

Disinilah penting kita gali kembali kesusastraan bahasa Indonesia,
termasuk Melayu Tionghoa, yang banyak dipakai dalam berbagai
penerbitan. Antara lain sebuah buku yang saya baca, terjemahan dari
buku Madame du Camelia dari bahasa Belanda kebahasa Melayu Tionghoa
(sayang saya lupa nama penyadurnya).

salam sastra

Danardono




















.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 15, 2006, 4:35:43 PM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "ulysee" <ulysee@...> wrote:
>
> Kaum elite khan ada terbagi-bagi.
> Ada elite feodal
> Ada elite akademia
> Ada elite agama
> Ada elite politik
> Ada elite penguasa
>
> Ada kaum ELIT = E-konomi suLIT
>
> Nah ini yang mau diomongin elite yang mana?
> Kalu asal nyebut elite doank entar  rancu jadi debat kusir siapa yang
> elite, siapa yang ELIT, berabe.

DH: Tidak perlu berabe. Elite dalam thema diskusi adalah elite
kemasyarakatan, dan dia ini selalu sama. Dalam masa Hindia Belanda,
elite adalah kaum yang oleh Rosco Pound, akhli ilmu politik,
dimasukkan dalam the ruling class.

Ciri ciri mereka adalah sama, apakah mereka dari kalangan Eropa,
Bumiputra, Tionghoa atau Arab, dalam kalangan masing masing mereka ini
termasuk the ruling class.

Paradigma utama disini yang sangat relevant adalah : pendidikan,
sekali lagi pendidikan. Ini dimungkinkan oleh karena posisi ekonomi
politis si ortu. That's it. tak perlu dibuat rumit.

Salam

danardono




Shinjai Hayashi

unread,
Apr 15, 2006, 5:50:50 PM4/15/06
to budaya_...@yahoogroups.com
From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_dan...@yahoo.de>
Kalau kita perhatikan sejarah persiapan kemerdekaan Indonesia,
sedikitnya dari sisi konsep, maka, kita lihat adanya penggunaan
falsafah jawa kuno, melalui Kitab Pararaton dan Negarakrtagama, baik
oleh pemimpin elite asal jawa, maupun Sumatra, seperti Mr. Moh.
Yamin, untuk mengisi falsafah negara baru ini dengan falsafah Jawa
dengan penggunaan bahasa Sansekerta/Kawi.
****************
Iya, apa yang sebenarnya tidak dilakukan waktu jaman
kolonial, jestru dilakukan pasca kemerdekaan, yaitu sakralisasi
simbol2 administrasi kenegaraan, yang dilakukan dengan penggunaan
atribut2 Jawa, karena memang di antara semua budaya di Nusantara,
budaya Jawa yang paling sophisticated dalam mengembangkan
strata dalam masyarakat, dan penciptaan suasana sakral. Dan
itu terutama dipelopori oleh Muhammad Yamin yang bukan
orang Jawa. Muhammad Yamin menggali mitos kejayaan
Mojopahit yang dikatakan menyatukan Nusantara. Bahkan
dalam urusan bendera Merah Putih, dia mengklaim sejarah
Merah Putih sampai 6000 tahun. Padahal, jangankan sejarah
Jawa, itu kitab Veda orang Hindu saja tidak sampai setua itu,
bahkan mengalahkan kepurbaan sejarah Ibrani dan China.
Kemudian Merah Putih pun mendapat tingkat kesakralan
sebagai Pusaka, sehingga dijuluki Sang Saka.

Semangat egaliter dan kebangsaan rasional yang terjadi pada
waktu Sumpah Pemuda 1928, lambat laun luntur, jestru
pada era dimana kedaulatan ada di tangan pemuda Indonesia.
Sakralisasi menjadikan banyak hal tak boleh dipertanyakan,
ideologi negarapun menjadi hal sakral, dan mencapai kulminasi
pada era Orde Baru. Dan bahasapun berubah mengikuti
arus jaman.

Dengan mengganti kata "gelandangan" menjadi tunawisma,
maka unsur paling penting dalam konsep gelandangan, yaitu
bahwa ada manusia yang tertinggal dalam proses pembangunan
ekonomi, bahwa masih ada ketidakadilan sosial, akhirnya
terlupakan, dan kata itupun menjadi kata yang enak didengar,
dengan nuansa bahasa sakral, yaitu tunawisma. Akhirnya
pengangguran disebut tunakarya, "penggusuran" menjadi
"penertiban", etc. Ini adalah peng-kromo-an bahasa.

Lucunya, jestru dalam era dimana kratonisasi sistem administrasi
pemerintahan ini terjadi, terjadi penggusuran unsur2 yang jestru
merupakan ini spiritualisme jawa, seperti praktek kajawen,
kepercayaan berlandaskan manunggaling kawula gusti, etc.

Bentuk2 luar dari budaya jawa, yang kemudian dibilang
sebagai bentuk2 "adiluhung" diekspolotasi sedemikian rupa,
tetapi inti spiritualitas jawa jestru dikorbankan. Borobudur
diperkenalkan sebagai kehebatan dan tingginya pencapaian
masyarakat Jawa tempo dulu, tetapi hal yang paling penting
dari Borobudur hampir terlupakan, yaitu spiritualitas Buddhist.









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 16, 2006, 4:06:58 AM4/16/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Steeve Haryanto"
<stv75_id@...> wrote:
>
> Mendingan masih muda tetapi sudah bergelut dengan yang tua, usia muda
> seperti pengakuan anda, membawa astmosfir baru dalam perubahan pola
> pikir seorang tua.Welcome aboard kawan.
>
----------------

DH: Dalam proses pendewasaan manusia, mana yang terutama terjadi:
perobahan pola hidup orang tua oleh anak muda, atau pembentukan pola
hidup anak muda oleh generasi tua?

Bagaimana dalam hidup anda sendiri. Banyakkah anda merobah pola hidup
orang tua anda? Atau sebaliknya yang terjadi?

Salam

Danardono





RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 16, 2006, 5:43:29 PM4/16/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Shinjai Hayashi"
<bibolaginkgo@...> wrote:
>
------------

Lucunya, jestru dalam era dimana kratonisasi sistem administrasi
pemerintahan ini terjadi, terjadi penggusuran unsur2 yang jestru
merupakan ini spiritualisme jawa, seperti praktek kajawen,
kepercayaan berlandaskan manunggaling kawula gusti, etc.

Bentuk2 luar dari budaya jawa, yang kemudian dibilang
sebagai bentuk2 "adiluhung" diekspolotasi sedemikian rupa,
tetapi inti spiritualitas jawa jestru dikorbankan. Borobudur
diperkenalkan sebagai kehebatan dan tingginya pencapaian
masyarakat Jawa tempo dulu, tetapi hal yang paling penting
dari Borobudur hampir terlupakan, yaitu spiritualitas Buddhist.

----------------

DH: Dizaman ORBA kebudayaan Jawa sekedar dipakai sebagai kulit luar
yang melegitimasikan kekuasaan.

Tetapi tak seorangpun dari elte masa itu, walau sebagian Jawa, benar
benar memahami essensi kebudayaan Jawa, yang berakar dalam budaya
Hindu Buddha. Mereka komat kamitkan kata "Pancasila" tanpa memahami
maknanya.

Spiritualitas Buddhisme dibalik Borobudur memang sengaja didesak
kebelakang, untuk mengecilkan sumbangsih agama ini dan
mengedapankan  kinerja rakyat Jawa. Padahal, kebudayaan Jawa
mencapai puncaknya dimasa Shailendra dan Majapahit. Kebudayaan Jawa
takkan sedemikian jaya tanpa kerangka budaya Hindu Buddha.

Inilah tragedi nasional yang terbesar.

Segera setelah rakyat Jawa meninggalkan budaya leluhur yang ratusan
tahun mengantar mereka kepuncak kejayaan itu, pada masa akhir
Majapahit, timbul kerajaan kerajaan kecil di pantai utara, yang
saling memerangi, sampai akhirnya mereka kehabisan nafas, dan jatuh
ketangan VOC.

Salam

Danardono









steeve haryanto

unread,
Apr 17, 2006, 4:26:09 AM4/17/06
to budaya_...@yahoogroups.com
> DH: Dalam proses pendewasaan manusia, mana yang
> terutama terjadi:
> perobahan pola hidup orang tua oleh anak muda, atau
> pembentukan pola
> hidup anak muda oleh generasi tua?

Disaat anak terlahir dari hasil kedua orangtuanya,
terlepas dari sah nya atau tidak, maka yang terjadi
adalah anak akan mengikuti orantuanya 100%, kemudian
disaat anak itu beranjak dewasa dan mulai bergaul
dengan lingkungan dimana mereka ditempatkan, baik itu
sekolah atau diluar keluarga, maka dia akan berusaha
mencari jati diri yang menurutnya 'enak', setelah dia
mendapatkan hal tersebut diatas, dia akan membawa
pulang ke keluarganya, maka terjadilah yang namanya
orangtua di kritik oleh anak.Karna bagaimana pun juga
keluarga adalah tempat studi banding dengan keadaan
diluar.


>
> Bagaimana dalam hidup anda sendiri. Banyakkah anda
> merobah pola hidup
> orang tua anda? Atau sebaliknya yang terjadi?

Merubah sesuatu yang salah menjadi benar dan
meluruskan sesuatu yang benar menjadi pencerahan
adalah suatu dana.
Demikian semoga tercerahkan,
Steeve

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 17, 2006, 5:51:23 AM4/17/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, steeve haryanto
<stv75_id@...> wrote:

....setelah dia mendapatkan hal tersebut diatas, dia akan membawa

pulang ke keluarganya, maka terjadilah yang namanya orangtua di
kritik oleh anak.Karna bagaimana pun juga keluarga adalah tempat
studi banding dengan keadaan diluar...

--------
DH: anak mengkritik orang tua terjadi setiap hari, disetiap rumah
tangga. tapi, apakah ini berarti sianak merubah pola hidup orang tua?

Saya juga sering mengkritik orang tua saya, tetapi tetaplah beliau
yang membentuk pola hidup saya. Dalam menjawab secara sabar dan
penuh kebijaksanaan, beliau mencerahkan saya, bahwa tak semua kritik
saya benar. Keluarga memang tempat study banding, namun dalam
kalangan keluarga yang tertata rapi, dimana orang tua mampu
menunjukkan jalan, maka keluarga juga tempat menimba ilmu..

Orang tua yang bijak dan penuh kasih sayang dan perhatian pada anak
didik (bukan bapak didik lho ha ha ha), maka ia akan mampu membentuk
anak menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab.

Salam

danardono






steeve haryanto

unread,
Apr 17, 2006, 9:22:39 PM4/17/06
to budaya_...@yahoogroups.com
> DH: anak mengkritik orang tua terjadi setiap hari,
> disetiap rumah
> tangga. tapi, apakah ini berarti sianak merubah pola
> hidup orang tua?

Kembali lagi ke orangtuanya masing - masing secara
individu kawan.Bisakah mereka menerima perubahan
disaat menyadari bahwa kritik dari anaknya adalah
baik, kl misalkan kritik tersebut salah, orangtua
berperan untuk mencerahkan nya, saling mengisi kawan.


>
> Saya juga sering mengkritik orang tua saya, tetapi
> tetaplah beliau
> yang membentuk pola hidup saya. Dalam menjawab
> secara sabar dan
> penuh kebijaksanaan, beliau mencerahkan saya, bahwa
> tak semua kritik
> saya benar. Keluarga memang tempat study banding,
> namun dalam
> kalangan keluarga yang tertata rapi, dimana orang
> tua mampu
> menunjukkan jalan, maka keluarga juga tempat menimba
> ilmu..

Sependapat kawan DH. Orangtua adalah tempat pendidikan
pertama untuk anak once anak itu terlahir melalui
rahim ibunya.


> Orang tua yang bijak dan penuh kasih sayang dan
> perhatian pada anak
> didik (bukan bapak didik lho ha ha ha), maka ia akan
> mampu membentuk
> anak menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab.

Indah sekali ... kasih ibu sepanjangan masa, kasih
anak sepanjang asa.Orangtua kaya, anak jadi
raja.Demikian ungkapan pepatah kuno cuma aku pelintir
dikit :)




__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

RM Danardono HADINOTO

unread,
Apr 18, 2006, 8:54:32 AM4/18/06
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, steeve haryanto
<stv75_id@...> wrote:
>
>
> Kembali lagi ke orangtuanya masing - masing secara
> individu kawan.Bisakah mereka menerima perubahan
> disaat menyadari bahwa kritik dari anaknya adalah
> baik, kl misalkan kritik tersebut salah, orangtua
> berperan untuk mencerahkan nya, saling mengisi kawan.
>

DH: interaksi yang terbaik, adalah yang memungkinkan dialog dua
arah. Banyak hal hal, yang generasi muda layak dengar dari
pengalaman yang tua, ada pemikiran generasi muda, yang generasi tua
layak dengar. Tetapi, saya tetap meragukan, bila dengan kritik
generasi muda, maka pola hidup generasi tua berubah.



> Sependapat kawan DH. Orangtua adalah tempat pendidikan
> pertama untuk anak once anak itu terlahir melalui
> rahim ibunya.

DH: sepanjang pengalaman saya, yang juga telah mendidik anak sampai
selesai, orang tua mengiringi anak sampai ajal tiba. Jadi tidak
sekali anak itu lahir. Untuk menjadi spiritually dewasa (jadi tidak
hanya sekedar dewasa secara sexual), anak muda membutuhkan waktu
yang lama. Terutama dalam memahami tradisi dan budaya leluhur.


> Indah sekali ... kasih ibu sepanjangan masa, kasih
> anak sepanjang asa.Orangtua kaya, anak jadi
> raja.Demikian ungkapan pepatah kuno cuma aku pelintir
> dikit :)
>
>
DH: juga tradisi budaya Tionghoa ini, yang sudah berabad abad,
diwariskan dari generasi ke generasi. Kita punya beberapa akhli
dalam milis ini, yang mampu menceritakan pada anggauta milis yang
muda, bagaimana budaya Tionghoa itu. Tanpa belajar dan mendengar,
bagaimana generasi muda tiba tiba mahir akan budayanya?

Salam

danardono





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.



Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages