[budaya_tionghua] Sejarah Asal Mula Nama Daerah2 di Jakarta

720 views
Skip to first unread message

Christian Kusnady

unread,
Oct 22, 2008, 11:02:28 PM10/22/08
to Smurf2, duk...@hotmail.com, Xian Bing, SinpanRaja Raja, Merlinda Zhulingyu, Doni Ho, Hasni, Susana Sayago, Dalip Wuwungan, Suryadi, Slamet, Ay, Martinus Christianto, Eric Hendrikus Siman, Hartono Hasian, Cika, Tono Setiadi, Susiane Ho, Airlangga Giamsyah, Eveline Lybianto, yuli...@yahoo.com, William, Shianty Ravenska, Cindi Bogor, Budianto Tandjono, rus...@gmail.com, kyru...@yahoo.com, SMAK/SMUK 3, samagg...@yahoogroups.com, berhen....@gmail.com, bos...@hotmail.com, guyon...@yahoogroups.com, budaya_...@yahoogroups.com, choc...@hotmail.com, Dessy Effendi, Aina Gunavati, Wong Santosa Andresta, Ranie Anggraeni, Jayadi, Tedy GM, Teddy gunawan Mored, Tedy (Denny Boboy), Gunadi Lauw, Caecilia Magdalena, Andry Mulyono, Cindy Carmelia Chen, Livinna Gozali, Yuni (Livina), Darwin Sugiri, Leny Medan RenDa, Imelda, Kurnia Basuki, Deborah Tjandra, Vera Syarkawi, Vonny Li, Aning Bogor, Xiao Jun Salatiga(Sanwei), Eni Tirta, Novita Santoso, hwei_s...@hotmail.com, Fenty You Jgmao-Malang, parengkwan sim santi, cahyo...@hotmail.com, wang...@yahoo.com, mangal...@yahoogroups.com, Diown Shi, Denny Kuswanto, Erron Jack



Kota Jakarta adalah jantung ibukota dari negara Republik Indonesia di mana pusat perekonomian beserta berjuta permasalahannya ada di kota kecil padat penduduk ini. Di balik nama beberapa daerah di Jakarta tersimpan kisah, cerita dan sejarah dari mana nama itu muncul.
Berikut di bawah ini adalah beberapa asal-muasal nama daerah terkenal di DKI Jakarta :
A. Glodok
Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh dari pancuran air. Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali ciliwung. Orang tionghoa dan keturunan tionghoa menyebut grojok sebagai glodok karena orang tionghoa sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang pribumi.
B. Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam. Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si kwi tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai kwitang.
C. Senayan
Dulu daerah senayan adalah milik seseorang yang bernama wangsanaya yang berasal dari Bali. Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan wangsanayan yang berarti tanah tempat tinggal atan tanah milik wangsanaya. Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama wangsanayan menjadi senayan.
D. Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak pohon buah-buahan. Karena banyak pohon buah menteng orang menyebut wilayah tersebut dengan nama kampung menteng. Setelah tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda maka daerah itu disebut menteng.

Quote:
Originally Posted by trey234
kalo jalan jaksa... krn dulu daerah sana tempat nge-kost-nya pelajar2 asal endonesia yg sekolah hukum belanda...
kemaren ada juga di elshinta tipi..
Quote:
Originally Posted by kabei
klo ane taunya daerah matraman dulu merupakan tempat basisnya sultan agung yang mau menyerang batavia. nah karena sltan agung drai mataram maka tempat tersebut dikenal dengan mataraman....lama2 sebutan tersebut berubah jadi matraman
Quote:
Originally Posted by nocamal
bro, dulu gw pernah baca di majalah tempo kalo ga salah, waktu itu pas peringatan 100 tahun bung karno, katanya senayan itu awalnya dari kata snijen(yang pengucapannya: senayen) dalam bahasa Belanda, yang disebut bung karno begitu dia lewat di daerah senayan, kalo ga salah juga bung karno bilang gitu secara ga sadar, waktu dia baru bangun tidur
CMIIW
Quote:
Originally Posted by ardhe2
betawi emang jago dah kalo jadiin nama .. asal goblek aja ..

Tanah Abang awalnya tenabang
Pademangan yang bersebelahan dengan Kemayoran adalah dua daerah yang dipimpin oleh Demang Betawi (lokal) dan Mayor (londo)..
Kebayoran dulunya tanah Tuan Bayor Belanda
trus Betawi tempo dulu juga banyak puun (pohon) jati .. makanya skrg banyak daerah nyang menggunakan nama jati atawa sebutan lokal untuk pohon jati .. kayak .. Jati Padang (orang sono dulu nyebut pohon jati sebagai pohon Padang).. Jati Pulo.. Jati Waringin.. Ciganjur (Ganjur merupakan sebutan pohon jati bagi orang sono dulunye)..
Quote:
Originally Posted by Uthe18
Klau Karet Tengsin dulunya adalah Perkebunan karet milik etnis China bernama Tieng Shin, karna orang pribumi susah nyebutnya jadi Tengsin aja.

Kuningan adalah dulunya tempat menetapnya seorang Pangeran dari Cirebon bernama Pangeran Koeningan.

Tanah Abang dulunya tanah sekitar situ berwarna merah (abang dlm bhs jawa klau gk salah). Sekarang berwarna "emas" karena mahalnya tanah disana
Quote:
Originally Posted by Uthe18
Buncit : dulunya di jalan buncit raya sekarang ada pedagang kelontong China berperut gendut (Buncit) yg terkenal.

Bangka : dulunya disana banyak ditemukan mayat (bangke/bangkai) orang yg dibuang di kali krukut.

Cilandak : konon di sana pernah ditemukan seekor landak raksasa

Tegal Parang : di sana banyak ditemukan alang2 tinggi (tegalan) yg di potong dgn parang(golok).

Blok A/M/S : dulunya sekitar situ tempat pembukaan perumahan baru yg ditandai dgn blok, mulai A-S. Sayang yg tersisa tinggal 3 blok doang.

Pasar Rumput: dulunya tempat berkumpulnya tukang rumput yg menjualnya untuk kalangan meneer Belanda yg tinggal di kampung elit, Menteng.
Quote:
Originally Posted by googol
Nambahin gan
Kalimalang
Karena kali/sungai yg mengalir di spanjang jalan tersebut
tidak mengarah kelaut(utara)
melainkan kearah barat(silang/malang)
Jadi dinamain dech tuch kalimalang
Quote:
Originally Posted by mansstuffs
gw taunya Lebak Bulus...
dulu, kata guru SMP gw,, Lebak artinya kolam, Bulus artinya penyu or kura2,,
dinamain lebak bulus soalnya dulu disini jd sentral penjualan penyu or kura2 yg di taro di kolam2 gt.... seinget gw sih kaya gt...
Quote:
Originally Posted by seggaf
Bulungan terinspirasi dari nama salah satu kesultanan terbesar di Kalimantan Timur.
Sekarang Bulungan selain menjadi nama sebuah kawasan di Jakarta juga merupakan nama sebuah Kabupaten di Kalimantan Timur
Quote:
Originally Posted by S3pT1ma
nambahin yah..

daerah di belakang stasiun gondangdia, menteng, sering disebut daerah Boplo. bahkan ada yg namanya pasar Boplo, gado-gadio Boplo dll..

asalnya dari nama perusahaan kontraktor Belanda NV De Bouwploeg..

sama orang Betawi akhirnya jadi Boplo...
Quote:
Originally Posted by dhyasu hansamu
gue tambahin nih gan :

Kampung Ambon. Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, nama Kampung
Ambon sudah ada sejak tahun 1619. Pada waktu itu JP Coen sebagai
Gubernur Jenderal VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.
Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu
merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara. Pasukan dari
Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah
Rawamangun, Jakarta Timur. Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan
Kampung Ambon.

Sunda Kelapa. Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan di
teluk Jakarta. Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam
tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma
Oriental. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu
adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah
kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda
Kelapa.

Pondok Gede. Sekitar tahun 1775 daerah Pondok Gede merupakan lahan
pertanian dan peternakan yang disebut onderneming. Di daerah
pertanian dan peternakan milik tuan tanah bernama Johannes Hoojman
yang kaya raya itu terdapat sebuah Landhuis, atau rumah besar tempat
tinggal dan sekaligus tempat pengurus usaha pertanian dan
peternakan. Karena besarnya bangunan Landhuis itu, masyarakat
pribumi sering menyebutnya Pondok Gede.

Pasar Senen. Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck.
Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser
(pasar Vinck). Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka
hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen
(disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering menyebut
Senen ketimbang Senin). Namun seiring kemajuan dan pasar Senen
semakin ramai, maka sejak tahun l766 pasar ini pun buka pada hari-
hari lain.

Pasar Rumput. Pasar rumput adalah nama pasar yang berlokasi di Jalan
Sultan Agung, Jakarta Selatan. (catatan : yang tepat adalah di
Jakarta Pusat). Pasar ini sekarang telah menyatu dengan pasar
Manggarai. Asal mula penyebutannya Pasar Rumput berasal dari adanya
para pedagang yang menjual rumput di kawasan ini. Para pedagang
rumput terpaksa berjualan di lokasi ini karena mereka tidak
diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng. Saat itu penghuni
daerah Menteng banyak yang memakai sado sebagai sarana angkutan.
Seperti diketahuai, sado adalah kendaraan yang ditarik oleh beberapa
ektor kuda, nah banyaknya sado yang keluar masuk lingkungan Menteng
inilah yang menjadi incaran para penjual rumput. Walaupun para
pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasar rumput,
masyarakat Jakarta sangat akrab dengan sebutan nama Pasar Rumput.
Update ke-2 by dhyasu hansamu (thanks Bro,..)
QUOTE=dhyasu hansamu;49123027]gue tambahin baru lagi gan :

1. Karet Tengsin

Nama daerah yang kini termasuk kawasan segitiga emas kuningan ini berasal dari nama orang cina yang kaya raya dan baik hati. Orang itu bernama Tan Teng Sien. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampung, maka Teng Sien cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Teng Sien. Karena pada waktu itu banyak pohon karet, maka daerah itu dikenal dengan nama Karet Tengsin.

2. Kebayoran

Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya “tempat penimbunan kayu bayur”. Kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatanya serta tahan terhadap rayap.

3. Lebak Bulus

Daerah yang terkenal dengan stadion dan terminalnya diambil dari kata “lebak” yang artinya lembah dan “bulus” yang berarti kura-kura. Jadi lebak bulus dapat disamakan dengan lembah kura-kura. Kawasan ini memang kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di kali Grogol dan kali Pesanggrahan-dua kali yang mengalir di daerah tersebut-memang terdapat banyak sekali kura-kura alias bulus.

4. Kebagusan

Nama kebagusan-daerah yang menjadi tempat hunian mantan presiden megawati-berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang. Konon, kecantikan gadis keturunan kesultanan banten ini membuat banyak pemuda ingin meminangnya. Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu,ia akhirnya memilih bunuh diri. Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu Bagus.

5. Ragunan

Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang di sandang tuan tanah pertama kawasan tersebut berna Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolhnya dari sultan banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Pasar Rumput

Dulu, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang pribumi yang menjual rumput. Para pedagang rumput terpaksa mangkal dilokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit menteng. Saat itu, sado adalah sarana transportasi bagi orang-orang kaya sehingga hampir sebagian besar penduduk menteng memelihara kuda.

7. Paal Meriam

Asal usul nama daerah yang berada diperempatan Matraman dengan jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813. Pada waktu itu pasukan artileri meriam inggris yang akan menyerang batavia, mengambil daerah itu untuk meletakan meriam yang sudah siap ditembakan. Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakay sekitar dan menyebut nama daerah ini paal meriam (tempat meriam disiapkan)

8. Cawang

Duku, ketika belanda berkuasa, ada seorang letnan melayu yang mengabdi pada kompeni, bernama Ende Awang. Letnan ini bersama anak buahnya bermukim di kawasan yang tak jauh dari jatinegara. Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.

9. Pondok Gede

Sekitar Tahun1775, Lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut dengan onderneming. Di sana terdapat sebuah rumah yang sangat besar milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman. Karena Merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut, banguna itu sangat terkenal. Masyarakat pribumi pun menjulukinya “Pondok Gede”

10. Condet Batu Ampar dan Balekambang

Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri, namanya pangeran geger dan nyai polong, memiliki beberapa orang anak. Salah satu anaknya, perempuan, di beri nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Pangeran Astawana, anak pangeran Tenggara atau Tonggara asal makassar pun tertarik melamarnya.

Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan diatas empang, dekat kali ciliwung, yang harus selesai dalam satu malam. Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda, esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale disebuah empang dipinggir kali ciliwung. Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga pangeran tenggara , dibuat jalan yang diampari (dilapisi) Batu.

Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu itu selanjutnya disebut batu ampar, dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas air itu di sebut Balekambang.

sumber : TKP QUOTE=dhyasu hansamu;49123027]gue tambahin baru lagi gan :

1. Karet Tengsin

Nama daerah yang kini termasuk kawasan segitiga emas kuningan ini berasal dari nama orang cina yang kaya raya dan baik hati. Orang itu bernama Tan Teng Sien. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampung, maka Teng Sien cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Teng Sien. Karena pada waktu itu banyak pohon karet, maka daerah itu dikenal dengan nama Karet Tengsin.

2. Kebayoran

Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya “tempat penimbunan kayu bayur”. Kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatanya serta tahan terhadap rayap.

3. Lebak Bulus

Daerah yang terkenal dengan stadion dan terminalnya diambil dari kata “lebak” yang artinya lembah dan “bulus” yang berarti kura-kura. Jadi lebak bulus dapat disamakan dengan lembah kura-kura. Kawasan ini memang kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di kali Grogol dan kali Pesanggrahan-dua kali yang mengalir di daerah tersebut-memang terdapat banyak sekali kura-kura alias bulus.

4. Kebagusan

Nama kebagusan-daerah yang menjadi tempat hunian mantan presiden megawati-berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang. Konon, kecantikan gadis keturunan kesultanan banten ini membuat banyak pemuda ingin meminangnya. Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu,ia akhirnya memilih bunuh diri. Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu Bagus.

5. Ragunan

Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang di sandang tuan tanah pertama kawasan tersebut berna Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolhnya dari sultan banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Pasar Rumput

Dulu, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang pribumi yang menjual rumput. Para pedagang rumput terpaksa mangkal dilokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit menteng. Saat itu, sado adalah sarana transportasi bagi orang-orang kaya sehingga hampir sebagian besar penduduk menteng memelihara kuda.

7. Paal Meriam

Asal usul nama daerah yang berada diperempatan Matraman dengan jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813. Pada waktu itu pasukan artileri meriam inggris yang akan menyerang batavia, mengambil daerah itu untuk meletakan meriam yang sudah siap ditembakan. Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakay sekitar dan menyebut nama daerah ini paal meriam (tempat meriam disiapkan)

8. Cawang

Duku, ketika belanda berkuasa, ada seorang letnan melayu yang mengabdi pada kompeni, bernama Ende Awang. Letnan ini bersama anak buahnya bermukim di kawasan yang tak jauh dari jatinegara. Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.

9. Pondok Gede

Sekitar Tahun1775, Lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut dengan onderneming. Di sana terdapat sebuah rumah yang sangat besar milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman. Karena Merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut, banguna itu sangat terkenal. Masyarakat pribumi pun menjulukinya “Pondok Gede”

10. Condet Batu Ampar dan Balekambang

Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri, namanya pangeran geger dan nyai polong, memiliki beberapa orang anak. Salah satu anaknya, perempuan, di beri nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Pangeran Astawana, anak pangeran Tenggara atau Tonggara asal makassar pun tertarik melamarnya.

Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan diatas empang, dekat kali ciliwung, yang harus selesai dalam satu malam. Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda, esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale disebuah empang dipinggir kali ciliwung. Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga pangeran tenggara , dibuat jalan yang diampari (dilapisi) Batu.

Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu itu selanjutnya disebut batu ampar, dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas air itu di sebut Balekambang.

sumber : TKP[/quote]

Quote:
Originally Posted by kiekie4rsui
Kali pasir dulunya dipinggir kali cilwungnya banyak pasir... (sekarang banyak sampah)
Pasar minggu dulunya pasar yang rame setiap malem minggu, sekarang tiap malem
Kemang dulunya banyak buah ato pohon kemang, skarang ga ada 1 pun
Depok dulunya depo kereta api (garasi) sekarang dah jadi kota..
Quote:
Originally Posted by doan
Warung Buncit : Dulu pernah ada warga keturunan yang punya warung kelontongan,orangnya perutnya buncit...
Quote:
Originally Posted by untestudio
kebantenan(cilincing) : dulunya tempat orang2 banten
kebon jahe/kebon sirih/kebon kacang (tanah abang) : emang dulunya kebon...
kampung bali : dulunya bnyk orang2 bali..
sama aja kampung ambon, kampung melayu, etc.
Quote:
Originally Posted by bruc333
bintaro
karena di perumahan bintaro dan sekitarnya memang bnyak ditumbuhi pepohonan yg bernama pohon bintaro, dan buahnya sering di konsumsi masyarakat setempat
Quote:
Originally Posted by k3bot
ane tambahin dech bro..

Taman Anggrek berawal dr keinginan bu Tien untuk mengambil kebon anggrek milik juragan tanah sunda bernama Rasman, yg di kenal orang2 skitar dgn nama H. Rasman karna dia memiliki tanah ber-hektar2 di Cipete. Jadi bu Tien mengambil bunga2 anggrek tersebut dgn niat membeli (tapi namun tidak di bayar) yg akhirnya di pindahkan ke daerah jakarta barat situh yg skrg jd Mall Taman Anggrek.

Kmudian di pindahkhan lagi ke yg skrg smua orang ketahui ada di Taman Mini Indonesia Indah.

Walopun bunga2 anggreknya dah gak ada, namun Jl Kebon Anggrek masih ada jg sampe skrg. Lokasinya di cipete (sbrang SMA Cendrawasih)

pgn berbagi ajach karna ane bagian dr sejarah ituh
 
Quote:
Originally Posted by berukburuk
Grogol berasal dari bahasa Sunda (g a r o g o l) yang artinya perangkap terdiri dari tombak-tombak yang digunakan untuk menangkap hewan liar yang banyak terdapat di hutan. Nama Garogol dipasang sebagai nama sebuah desa di Limo Depok.

Dahulu kawasan ini memang masih hutan liwang-liwung yang kata pak dalang “jalma mara-jalma mati” alias menyeramkan. Sudah barang tentu di kawasan ini banyak terdapat hewan liar dan buas sehingga penduduk setempat memburunya dengan memasang perangkap (garogol). Hewan yang masuk ke perangkap mirip ciptaan “geek” alias soldadu Vietnam dijamin akan mati tertembus ujung tombak yang menganga didasar lubang. Tapi belum jelas apakah jaman dulu ada keresahan masyarakat bahwa kambing mereka pada tewas karena darahnya dihisap oleh “mahluk misterius” yang sekarang kian marak di Depok.

Konsekwensinya kali yang melewati desa ini juga dinamai kali Garogol. Penduduk Betawi yang main gampang saja, setiap ada desa dilalui kali ini langsung di beri stempel desa Grogol, kampung Grogol.

Repotnya pada peta keluaran tahun 1903, ada kampung bernama Grogol di kawasan Pal Merah. Dari Pal Merah, kali Grogol meliwati Taman Anggrek untuk menuju ke kawasan Pluit (jalan Latumeten) dan tiba pada satu daerah yang kini disebut Grogol- Negeri Tanah Tumpah Darah Anak Beta. Kalau yang memberi nama orang jaman sekarang bisa-bisa namanya “Grogol Perjuangan.”

Pada 1928, sebagian Kali Grogol diuruk oleh Kumpeni. Pasalnya volume air yang mengalir di banding kapasitas kali sering tidak memadai. Dan ini bisa mengancam kehidupan kastil sehingga harus dialirkan keluar kawasan kastil.

Pada 1950-an kawasan Grogol menjadi populer. Karena tercatat terlanggar banjir bandang yang merendam kelurahan ini. Untuk pengendalian banjir di bangun pula waduk Grogol yang letaknya di jalan dr. Semeru (Sumeru) sekarang ini. Di tengah waduk ada air muncrat yang memang agak indah tetapi meresahkan masyarakat. Pasalnya air yang muncrat tadi kualitasnya kurang bagus sering ketika butiran air yang menjulang tinggi lalu di tiup angin pantai, maka banyak baju penduduk yang sedang dijemur tiba-tiba saja diberi tambahan noda kuning dan berbau got. Bertepatan dengan alat pompa yang sering ngadat, maka pemandangan air muncrat sudah nyaris tidak dipertunjukkan.

Soal nama jalan juga unik. Nama jalan disini mengambil nama pahlawan seperti Latumeten, Sumeru, Mawardi, Susilo. Semeru adalah nama dari Dokter Sumeru salah satu tokoh pejuang bangsa Indonesia, disamping nama Dokter Mawardi, Dr. Susilo. Lalu lidah Jawa mulai mengubahnya menjadi Semeru dan seperti keahlian bangsa ini, nama inipun di utak-atik lagi sehingga menjadi suatu statement bahwa S(u)meru adalah nama Gunung. Nama dokter Mawardi cuma kepleset sedikit menjadi dr. Muwardi.

Banyak surat pos datang kepada saya dengan alamat Jalan Gunung Semeru, Grogol (dulu). Untung saja pak pos paham akan kesalahan dimana lokasi daerah dengan Kode Pos 11400 (ini pentingnya menulis Kode Pos dalam setiap surat, kalau terjadi kebingungan nama bisa merujuk ke kode pos).

Tahun 1960, Grogol menjadi ngetop lagi sekalipun rada minir, sebab disana di bangun Rumah Sakit Jiwa sehingga konotasi “dasar Orang Grogol” sering berarti orang yang kurang satu strip lantaran kabel hijau (masa) di otaknya ada yang lepas.

Pada 1970, nama Grogol kembali menjadi buah bibir pembicaraan orang karena dibangun Terminal Bis yang besar di sana. Belakangan terminal yang sangat ramai ini di pindahkan ke KaliDeres yang bisnya sering menyingkat plang trayek sebagai “X-deres”. Sekali tempo ada orang mendapat kecelakaan dijalan raya sehingga napasnya sudah tinggal satu-satu saat dibawa ke RS Sumber Waras. Karena tidak ada keluarga yang menunggunya, seorang suster membisikkan kata “nyebut Bang” - sebuah tradisi untuk melafalkan nama Tuhan ketika seseorang dalam keadaan koma. Si abang nampaknya mengerti, mulutnya lirih menyebut sesuatu sebelum meninggal “g a r o g o l, g a r o g o l” - Kernet bis rupanya dia.
 
 
Quote:
Originally Posted by berukburuk
1. Senayan

Senayan berasal dari bahasa betawi “ Senenan “, Yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda. Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan.

2. Petamburan

Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatar belakangi penamaan daerah ini. Peristiwa itu meninggalnya seorang penabuh tambur daerah didaerah ini dan dimakamkan di bawah pohon jati, sehingga nama kampung ini sebenarnya Jati Petamburan

3. Tanah Abang

Nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang mataram yang berkubu di situ dalam rangka penyerbuan kota Batavia tahun 1628. Ada kemungkinan pasukan Mataram ini yang memberikan nama ini. Karena tanahnya berwana merah ( merah dalam bahasa jawa adalah Abang ). Kemungkinan lain adalah bahwa nama itu diberikan oleh orang-orang banten yang bekerja pada Pho Bingham, waktu membuka hutan di kawasan tersebut.

4. Gondangdia

Nama Gondangdia cukup di kenal oleh kalangan masyarakat asli jakarta karena sering di sebut dalam lagu Betawi “Cikini di Gondangdia, badan begini lantaran dia”.

Ada beberapa versi asal penamaan gondangdia. Versi Pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk belanda untuk membangun kawasan menteng, Yaiutu NV Gondangdia. Versi Kedua, berasal dari nama kakek yang terkenal dan disegani di kampung tersebut. kakek tersebut sering di sebut kyai kondang. Karena terkenal, nama kyai itu sering disebut-sebut dan dikaitkan dengan nama daerah tersebut. Akhirnya nama tersebut dikenal Gondangdia ( kakek dia yang tersohor )

5. Kwitang

Nama Kwitang berasal dari nama orang cina yang kaya raya bernama Kwik Tang Kiam. Dia seorang tuan tanah yang memiliki semua tanah di kawasan tersebut.

6. Petojo

Berasal dari nama seorang pimpinan orang-orang Bugis yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju. Oleh betawi, petuju diucapkan Petojo

7. Krukut

Asal usul nama Krukut mempunyai beberapa versi. Versi Pertama, Krukut berasal dari sindiran yang diberikan pada orang yang hidupnya sangat hemat atau pelit ( Krokot ). Orang betawi menyebut orang-orang arab yang banyak tinggal di kampung tersebut dengan Krukut, dengan mengubah kata krokot menjadi krukut.

Versi Kedua, Krukut berasal dari bahasa belanda kerkhof yang berarti kuburan. Pada masa lalu kampung tersebut memang merupakan tempat kuburan orang-orang betawi.

8. Glodok

Ada dua pendapat mengenai asal usul nama kawasan ini. Ada yang mengatakan berasal dari kata “grojok”, suara kucuran air dari pancuran. Lidah orang tionghoa mengubah kata grojok menjai Glogok. Dulu, disana terdapat semacam waduk penampungan air dari kali ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran dari kayu dengan ketinggian sekitar 10 kaki.

Keterangan lainya menyebutkan, bahwa kata glodok di ambil dari sebutan terhadap jembatan yang melintas kali besar (ciliwung) di kawasan itu, yaitu jembatan Glodok. di sebut demikian karena dahulu diujungnya terdapat tangga yang menempel pada tepi kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci oleh penduduk sekitarnya. Dalam bahasa sunda, tangga semacam itu di sebut Glodok.

9. Pinangsia

Nama jalan di dekat pertokoan Glodok ini berasal dari bahasa Belanda “financien ” yang artinya keuangan. Ada juga yang mengatakan di tempat ini dulunya ada departement van financien, alias departemen keuangan. Oleh lidah orang betawi, kata financien berubah menjadi pinagsia.

10. Kali Angke

Kata angke berasal dari bahasa cina. Ang = darah, ke = sungai. Kata ini didasarkan pada peristiwa pembantaian orang-orang etnis cina oleh belanda di tahun 1740. Mayat orang-orang cina yang bergelimpangan dihanyutkan di kali yang ada di dekat peristiwa itu. Sehingga kali yang penuh dengan mayat itu berganti nama dengan kali angke. Sebelum peristiwa tersebut terjadi, kampung tersebut bernama kampung bebek, hal ini dikarenakan orang cina yang tinggal dikawasan tersebut banyak yang beternak bebek.

11. Pluit

Sekitar tahun 1660, di pantai sebelah timur muara kali angke diletakan sebuah Fluitschip (kapal panjang ramping), bernama Het Witte Paert, yang tidak layak melaut. Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu benteng Vijhoek yang terletak dipinggir kali grogol, sebelah timur kali angke, dalam menanggulangi serangan-serangan sporadis yang dilakukan oleh pasukan bersenjata kesultanan banten. kubu tersebut dikenal dengan sebutan De Fluit.

12. Marunda

Marunda berasal dari kata “merendah”. Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini memang baik hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang agama.

Nama Vegetasi

Jakarta dulunya kaya akan berbagai pohon dan buah-buahan. Buktinya, beberapa tempat dinamakan sesuai dengan pohon yang banyak ditemukan di tempat itu. Misalnya saja daerah yang banyak pohon jatinya, di beri nama dengan kata “Jati”. Misalnya saja Jatinegara, Jatipadang, Kramatjati, dan lain-lain. Ada juga yang menggunakan nama buah-buahan, Misalnya Pedurenan, Kampung Rambutan, Menteng, Kebon Jeruk, kebon Kacang.

Nama Suku

Dari dulu, jakarta adalah tempat persinggahan para pendatang dari berbagai daerah. Para pendatang tersebut biasanya hidup berkelompok sesuai dengan suku ayau etnisnya, sehingga lama-kelamaan terbentuk menjadi kampung. Nama kampung pun diambil dari suku/etnis mereka misalnya Kampung Melayu, Kampung Arab, Kampung Bali, Kampung Bugis, Manggarai, Pekojan, Pejambon.

Rawa-Rawa

Banyak nama daerah di jakarta menggunakan kata rawa. Misalnya saja Rawamangun, Rawajati, Rawasari, dan Rawabelong. Ini menunjukan bahwa daerah tersebut dulunya rawa-rawa. Juga ada pula dengan “pulo”, yang menunjukkan bahwa dulunya daerah tersebut dikitari oleh pulo (air). Contohnya Pulogadung, Kampung Pulo, Pulomas.
 
Quote:
Originally Posted by dentul
Gw tambahin gan...

Utan Kayu
dulunya memang berbentuk hutan disamping basis prajurit Mataram mau menyerang Batavia. Hutan ini sumber kayu dari perumahan-perumahan maupun perkampungan para pengepung batavia maupun benteng belanda jaman dulu. Saking lebatnya hutan ini yang disertai rawa-rawa kemudian saat pembangunan daerah ini, mulai disebut Hutan Kayu yang kemudian dipersingkat menjadi Utan Kayu. Sisa kejayaan dari hutan ini masih dirasakan hingga saat ini dimana kawasan ini masih cukup hijau dan sejuk meski bukan termasuk dalam kawasan mewah seperti halnya Menteng.

Rawamangun
Melanjutkan cerita mengenai Utan Kayu, hutan yang sangat lebat disertai yang didalamnya terdapat banyak rawa-rawa yang kemudian setelah masa perang dengan mataram selesai dan perluasan kota batavia, mulai diterabas untuk pembangunan wilayah perumahan. Struktur tanah yang sifatnya rawa-rawa asalnya, membuat banyak pembangunan yang menggunakan pondasi ekstra dalam untuk wilayah ini, dan seperti halnya sifat rawa-rawa yang selalu berada ditengah hutan dan mirip halnya daerah Utan Kayu, Rawamangun juga masih relatif lebih hijau.

Hek
Tempat yang terletak antara Kantor Kecamatan Kramatjati dan kantor Polisi Resor Kramatjati, sekitar persimpangan dari jalan Raya Bogor ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terus ke Pondokgede, dikenal dengan nama Hek.

Rupanya, nama tersebut berasal dari bahasa Belanda. Menurut Kamus Umum Bahasa Belanda – Indonesia (Wojowasito 1978:269), kata hek berarti pagar. Tetapi menurut Verklarend Handwoordenboek der Nederlandse Taal (Koenen- Endpols, 1946:388), kata hek dapat juga berarti pintu pagar (“..raam-of traliewerk…”). Dari seorang penduduk setempat yang sudah berumur lanjut, diperoleh keterangan, bahwa di tempat itu dahulu memang ada pintu pagar, terbuat dari kayu bulat, ujung – ujungnya diruncingkan, berengsel besi besar – besar, bercat hitam. Pintu itu digunakan sebagai jalan keluar – masuk kompleks peternakan sapi, yang sekelilingnya berpagar kayu bulat. Kompleks peternakan sapi itu dewasa ini menjadi kompleks Pemadam Kebakaran dan Kompleks polisi Resort Keramatjati. Sampai tahun tujuh puluhan kompleks tersebut masih biasa disebut budreh, ucapan penduduk umum untuk kata boerderij, yang berarti kompleks pertanian dan atau peternakan.

Kompleks peternakan tersebut merupakan salah satu bagian dari Tanah Partikelir Tanjoeng Oost, yang pada masa sebelum Perang Dunia Kedua terkenal akan hasil peternakannya, terutama susu segar untuk konsumsi orang – orang Belanda di Batavia. (Sumber: De Haan 1935: Van Diesen 1989).

Jalan Cengkeh
Jalan Cengkeh terletak di Kota Tua Jakarta sebelah utara Kantor Pos, di samping sebelah timur Pasar Pisang.

Dahulu jaman penjajahan Belanda, Jalan itu bernama Princenstraat, tetapi umum juga disebut Jalan Batutumbuh, mungkin karena disana terdapat batu bertulis. Kawasan sekitar batu prasasti Purnawarman, di Tugu juga biasa disebut Kampung Batutumbuh.

Pada tahun 1918, di dekat tikungan Jalan Cengkeh ke Jalan Kalibesar Timur, yang waktu itu bernama Groenestraat, ditemukan batu bertulis peninggalan orang – orang Portugis, yang biasa disebut padrao. Padrao itu dipancangkan oleh orang – orang Portugis, menandai tempat akan dibangun sebuah benteng, sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara Raja Sunda dengan perutusan Portugis yang dipimpin oleh Henriquez de Lemme, yang menurut Sukamto ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522. Batu bertulis itu diberi ukiran berupa lencana. Raja Immanuel. Rupanya de Leme beserta rombongannya belum mengetahui bahwa raja Portugal tersebut telah meninggal tanggal 31 Desember 1521.

Dalam perjanjian tersebut disepakati bahwa Portugis akan mendirikan benteng di Banten dan Kalapa. Untuk itu tiap kapal Portugis yang datang akan diberi muatan lada yang harus ditukar dengan barang – barang keperluan yang diminta oleh pihak Sunda. Mulai saat benteng dibangun pihak Sunda akan menyerahkan 1.000 karung lada tiap tahun untuk ditukarkan dengan barang – barang yang dibutuhkan (Sumber: Hageman 1867: Soekamto 1956: Danasasmita 1983)

Japat
Japat terletak di sebelah tenggara Pelabuhan Sunda Kalapa, termasuk wilayah Kelurahan Ancol Utara, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

Nama kawasan tersebut berasal dari kata jaagpad. Ada yang mengatakan, kata jaagpad berarti “Jalan setapak yang biasa digunakan untuk berburu” . Katanya jaag, dari jagen, artinya “berburu” Pad, artinya “jalan setapak” padahal, kata jaagpad tidak ada sangkut pautnya dengan berburu, melainkan sebuah istilah dalam pelayaran perahu. Pada alur sungai atau terusan yang dangkal, perahu yang melaluinya baru dapat bergerak maju, kalo ditarik. Pada jaman Kompeni Belanda, bahkan beberapa dasawarsa sebelum pelabuhan Tanjungpriuk dibuat, kapal – kapal (layar) yang cukup besar bila berlabuh dipelabuhan Batavia, yang sekarang menjadi Pelabuhan Sunda Kalapa, tidak merapat seperti sekarang, melainkan biasa membuang sauh masih jauh dilaut lepas. Pengangkutan orang dan barang dari kapal biasa dilakukan dengan perahu. Untuk mempermudah pendaratan, di sebelah rimur Pelabuhan Sunda Kalapa sekarang dibuat terusan khusus untuk perahu – perahu pendarat. Terutama
di musim hujan, terusan tersebut biasa menjadi dangkal, dipenuhi lumpur dari darat bercampur pasir dari laut sehingga perahu kecil pun sulit melewatinya. Apalagi perahu besar, berlunas lebar, sarat muatan, agar bisa bergerak maju harus dihela beberapa kuda atau sejumlah orang yang berjalan di depan perahu, sebelah kiri dan kanan terusan.

Terusan tersebut diuruk pada abad ke- 19, sehingga sekarang sulit untuk melacaknya. Yang tersisa hanya sebutannya jaagpad yang berubah menjadi japat, sebagai nama dari kawasan tersebut.

Jatinegara
Jatinegara dewasa ini menjadi nama sebuah Kecamatan. Kecamatan Jatinegara, Kotamadya Jakarta Timur, salah satu pusat Kota Jakarta yang multipusat itu.

Nama Jatinehara baru muncul pada kawasan tersebut, sejak tahun 1942, yaitu pada awal masa pemerintahan pendudukan balatentara Jepang di Indonesia, sebagai pengganti nama Meester Cornelis yang berbau Belanda.

Sebutan Meester Cornelis mulai muncul ke pentas sejarah Kota Jakarta pada pertengahan abad ke-17, dengan diberikannya izin pembukaan hutan dikawasan itu kepada Cornelis Senen adalah seorang guru agama Kristen, berasal dari Lontor, pulau Banda. Setelah tanah tumpah – darahnya dikuasai sepenuhnya oleh kompeni, pada tahun 1621 Senen mulai bermukim di Batavia, ditempatkan di kampung Bandan. Dengan tekun ia mempelajari agama Kristen sehingga kemudian mampu mengajarkannya kepada kaum sesukunya. Dia dikenal mampu berkhotbah baik dalam bahasa Melayu maupun dalam bahasa Portugis (kreol) Sebagai guru, ia biasa dipanggil mester, yang berarti “tuan guru”. Hutan yang dibukanya juga dikenal dengan sebutan Mester Cornelis, yang oleh orang – orang pribumi biasa disingkat menjadi Mester. Bahkan sampai dewasa ini nama itu nampaknya masih umum digunakan oleh penduduk Jakarta, termasuk oleh para pengemudi angkot (angkutan kota).

Kawasan hutan yang dibuka oleh Mester Cornelis Senen itu lambat laun berkembang menjadi satelit Kota Batavia. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah oleh Pemerintah Hindia Belanda dibentuklah Pemerintahan Gemeente (kotapraja) Meester Cornelis, bersamaan dengan dibentuknya Gemeente Batavia. Kemudian, mulai tanggal 1 Januari 1936 Gemeente Meester Cornelis digabungkan dengan Gemeente Batavia.

Disamping kedudukannya sebagai gemeente, pada tahun 1924 Meester Cornelis dijadikan nama kabupaten, Kabupaten Meester Cornelis, yang terbagi menjadi 4 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Meester Cornelis, Kebayoran, Bekasi, dan Cikarang (Kolonial Tidschrifft, Maart 1933:1).

Pada jaman Jepang pemerintah pendudukan jepang, nama Meester Cornelis diganti menjadi Jatinegara, bersetatus sebagai sebuah Siku, setingkat kewedanaan, bersama – sama dengan Penjaringan, Manggabesar, Tanjungpriuk, Tanahabang, Gambir, dan Pasar Senen.

Ketika secara administrative Jakarta ditetapkan sebagai Kotapraja Jakarta Raya, Jatinegara tidak lagi menjadi kewedanaan, karena kewedanaan dipindahkan ke Matraman, dengan sebutan Kewedanaan Matraman. Jatinegara menjadi salah satu wilayah Kecamatan Pulogadung, Kewedanaan Matraman (The Liang Gie 1958:144)

Jatinegara Kaum
Jatinegara Kaum dewasa ini menjadi sebuah kelurahan, Kelurahan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulogadung, Kotamadya Jakarta Timur. Disebut Jatinegara Kaum, karena di sana terdapat kaum, dalam hal ini rupanya kata kaum diambil dari bahasa Sunda, yang berarti “tempat timggal penghulu agama beserta bawahannya” (Satjadibrata, 1949:149). Sampai tahun tigapuluh abad yang lalu, penduduk Jatinegara Kaum umumnya berbahasa Sunda (Tideman 1933:10).

Dahulu Jatinegara Kaum merupakan bagian dari kawasan Jatinegara yang meliputi hamper seluruh wilayah Kecamatan Pulogadung sekarang. Bahkan di wilayah Kecamatan Cakung sekarang, terdapat sebuah kelurahan yang bernama Jatinegara, yaitu Kelurahan Jatinegara.

Dari mana asal nama Jatinegara serta kapan kawasan tersebut bernama demikian, belum dapat dinyatakan dengan pasti. Yang jelas nama kawasan tersebut baru disebut – sebut pada tahun 1665 dalam catatan harian (Dagh Register) Kastil Batavia, waktu diserahkan kepada Pangeran Purbaya beserta para pengikutnya. Pangeran Purbaya adalah salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Banten yang digulingkan dari tahtanya oleh putranya sendiri, Sultan Haji, dengan bantuan kompeni Belanda pada tahun 1682. Setelah tertawan, Pangeran Purbaya beserta saudara – saudaranya yang lain, seperti Pangeran Sake dan Pangeran Sangiang, ditempatkan di dalam benteng Batavia. Kemudian , ditugaskan untuk memimpin para pengikutnya, yang ditempatkan dibeberapa tempat, seperti Kebantenan, Jatinegara, Cikeas, Citeurep, Ciluwar, dan Cikalong.

Orang – orang Banten yang bermukim di Jatinegara, awalnya dipimpin oleh Pangeran Sangiang. Karena dianggap terlibat dalam pemberontakan Kapten Jonker, kekuasaan Pangeran Sangiang di Jatinegara ditarik kembali, dan pada tahun 1680 diserahkan kepada Kiai Aria Surawinata, mantan bupati Sampora, kesultanan Banten (T.B.G. XXX:138) yang setelah menyerah kepada kompeni diangkat menjadi Letnan, di bawah Pangeran Sangiang. Sampai tahun 1689.Surawinata masih bermukim di Luarbatang . Setelah Kiai Aria Surawinata wafat, berdasarkan putusan Pimpinan Kompeni Belanda di Batavia tertanggal 27 Oktober 1699, sebagai penggantinya adalah putranya, Mas Muhammad yang Panca wafat, sebagai penggantinya ditunjuk salah seorang putranya, Mas Ahmad. Pada waktu para bupati Kompeni diwajibkan untuk menanam kopi di wilayahnya masing – masing, penyerahan hasil pertanian itu dari tahun 1721 sampai dengan tahun 1723. tercatat atas nama Mas Panca. Baru pada tahun 1724 tercatat atas
nama Mas Ahmad. Pada tahun 1740 rupanya Mas Ahmad masih menjadi bupati Jatinegara atas nama Mas Ahmad berjumlah 2.372,5 pikul, kurang lebih 14.650 kg.

Kebantenan
Kawasan Kebantenan, atau kebantenan, dewasa ini termasuk wilayah Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara.

Dikenal dengan sebutan Kebantenan, karena kawasan itu sejak tahun 1685 dijadikan salah satu tempat pemukiman orang – orang Banten, dibawah pimpinan Pangeran Purbaya, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa. Tentang keberadaan orang – orang Banten dikawasan tersebut, sekilas dapat diterangkan sebagai berikut.

Setelah Sultan Haji (Abu Nasir Abdul Qohar ) mendapat bantuan kompeni yang antara lain melibatkan Kapten Jonker, Sultan Ageng Tirtayasa terdesak, sampai terpaksa meninggalkan Banten, bersama keluarga dan abdi – abdinya yang masih setia kepadanya. Mereka berpencar, tetapi kemudian terpaksa mereka menyerahkan diri, Sultan Ageng di sekitar Ciampea, Pangeran Purbaya di Cikalong kepada Letnan Untung (Untung Surapati).

Di Batavia awalnya mereka ditempatkan didalam lingkungan benteng. Kemudian Pangeran Purbaya beserta keluarga dan abdi – abdinya diberi tempat pemukiman, yaitu di Kebantenan, Jatinegara, Condet, Citeureup, dan Cikalong.

Karena dituduh terlibat dalam gerakan Kapten Jonker, Pangeran Purbaya dan adiknya. Pangeran Sake, pada tanggal 4 Mei 1716 diberangkatkan ke Srilangka, sebagai orang buangan. Baru pada tahun 1730 kedua kakak beradik itu diizinkan kembali ke Batavia. Pangeran Purbaya meninggal dunia di Batavia tanggal 18 Maret 1732.

Perlu dikemukakan, bahwa disamping Kabantenan di Jakarta Utara itu, ada pula Kabantenan yang terletak antara Cikeas dengan Kali Sunter, sebelah tenggara Jatinegara, atau sebelah barat daya Kota Bekasi. Di salah satu rumah tempat kediaman Pangeran Purbaya yang berada di barat daya Bekasi itu ditemukan lima buah prasasti berhuruf Sunda kuno, peninggalan jaman kerajaan Sunda, yang ternyata dapat sedikit membuka tabir kegelapan sejarah Jawa Barat.

Kampung Ambon
Merupakan penyebutan nama tempat yang ada di Rawamangun, Jakarta Timur. Nama ini sudah ada sejak tahun 1619. Pada waktu itu JP. Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon mencari bantuan dengan menambah pasukan dari masyarakat Ambon. Pasukan Ambon yang dibawa Coen dimukimkan orang Ambon itu lalu kita kenal sebagai kampung Ambon, terletak di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.

Kampung Bali
Di wilayah Propinsi DKI Jakarta terdapat beberapa kampung yang menyandang nama Kampung Bali, karena pada abad ketujuhbelas atau kedelapanbelas dijadikan pemukiman orang – orang Bali, yang masing – masing dipimpin kelompok etnisnya. Untuk membedakan satu sama lainnya, dewasa ini biasa dilengkapi dengan nama kawasan tertentu yang berdekatan, yang cukup banyak dikenal. Seperti Kampung Bali dekat Jatinegara yang dulu bernama Meester Corornelis, disebut Balimester, Kecamatan Jatinegara, Kotamadya Jakarta Timur.

Balimester tercatat sebagai perkampungan orang – orang Bali sejak tahun 1667.

Kampung Bali Krukut, terletak di sebelah barat Jalan Gajahmada sekarang yang dahulu bernama Molenvliet West. Di sebelah selatan, perkampungan itu berbatasan dengan tanah milik Gubernur Reineir de Klerk (1777 – 1780), dimana dibangun sebuah gedung peristirahatan, yang dewasa ini dijadikan Gedung Arsip Nasional.

Kampung Bali Angke sekarang menjadi kelurahan Angke, Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Disana terdapat sebuah masjid tua, yang menurut prasasti yang terdapat di dalamnya, dibangun pada 25 Sya’ban 1174 atau 2 April 1761. Dihalaman depan masjid itu terdapat kuburan antara lain makam Pangeran Syarif Hamid dari Pontianak yang riwayat hidupnya ditulis di Koran Javabode tanggal 17 Juli 1858. Dewasa ini mesjid tersebut biasa disebut Masjid Al- Anwar atau Masjid Angke.

Pada tahun 1709 di kawasan itu mulai pula bermukim orang – orang Bali di bawah pimpinan Gusti Ketut Badulu, yang pemukimannya berseberangan dengan pemukiman orang – orang Bugis di sebelah utara Bacherachtsgrach, atau Jalan Pangeran Tubagus Angke sekarang . Perkumpulan itu dahulu dikenal dengan sebutan Kampung Gusti (Bahan: De Haan 1935,(I), (II):Van Diesen 1989).

Kampung Bandan
Merupakan penyebutan nama Kampung yang berada dekat pelabuhan Sunda Kelapa atau masih dalam Kawasan Kota Lama Jakarta (Batavia) Berdasarkan informasi yang dapat dikumpulkan terdapat beberapa versi asal – usul nama Kampung Bandan.

1-Bandan berasal dari kata Banda yang berarti nama pulau yang ada di daerah Maluku. Kemungkinan besar pada masa lalu ( periode kota Batavia) daerah ini pernah dihuni oleh masyarakat yang berasal dari Banda. Penyebutan ini sangatlah lazim karena untuk kasus lain ada kemiripannya, seperti penyebutan nama kampung Cina disebut Pecinan. Tempat memungut pajak atau cukai (bea) disebut Pabean dan Pekojan sebagai perkampungan orang Koja (arab), dan lain – lain.

2-Banda berasal dari kata Banda ( bahasa Jawa) yang berarti ikatan Kata Banda dengan tambahan awalan di (dibanda) mempunyai arti pasif yaitu diikat. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya peristiwa yang sering dilihat masyarakat pada periode Jepang, yaitu pasukan Jepang membaw pemberontak dengan tangan terikat melewati kampung ini menuju Ancol untuk dilakukan eksekusi bagi pemberontak tersebut.

3-Banda merupakan perubahan ucapan dari kataPandan. Pada masa lalu di kampung ini banyak tumbuh pohon, sehingga masyarakat menyebutnya dengan nama Kampung Pandan.

Quote:
Originally Posted by Pornpass
gunung sahari kaga coi?
kata guru gue ntu tempat jadi tempat buangan mayat2 etnis cina yang dibantai belanda.
dalam sehari tu mayat dah menggunung.

makanya dinamain gunung sahari.
 
ASAL KATA BETAWI

Ada suku yang sangat unik, metropolis, mengenal budaya kota jauh lebih dulu ketimbang New York yang urban, suku itu adalah suku Betawi, bagi kita yang tinggal di Jakarta suku betawi sesungguhnya tidak asing bahkan menjadi bagian budaya dari orang-orang yang lahir dan besar di Jakarta. Betawi bagi sementara orang merupakan hal yang identik dengan Jakarta.

Namun sejak pembangunan besar-besaran kota Jakarta yang dimulai sejak terselenggaranya Asian Games 1962 dan Ganefo, juga runtuhnya pemerintahan Sukarno yang menaikkan Suharto di tahun 1967 berakibat banyak sekali terhadap suku asli Betawi. Faktor lokasi-lah yang menyebabkan suku betawi menjadi semakin berjarak dengan Jakarta.

Asal muasal nama Betawi bukanlah nama yang sesungguhnya di berikan kepada suku ini, nama Betawi merupakan turunan kata/ penyesuaian lidah dari Batavia. Nama Batavia-pun ada di Negara Bagian New York. Bahkan kota Batavia pernah menjadi role model bagi Belanda untuk membangun New Amsterdam sebuah kota di pinggir sungai Hudson, setelah ditaklukkan Inggris kota itu berubah nama menjadi New York.

Portugis yang mengincar pelabuhan-pelabuhan dagang Banten di tahun 1520-an, bekerja sama dengan kekuasaan Pajajaran-Hindu untuk membendung gerakan politik Banten-Islam. Namun pada tahun 1590, Banten mengirim seorang panglima perang bernama fatahillah yang baru saja datang dari Malaka, Fatahillah bersama para jawara dari Banten dan dibantu dengan pasukan dari Cirebon berhasil mengusir Portugis dan membangun benteng pertahanan di sekitar pantai Sunda Kelapa, sejak saat itu oleh Fatahilllah pantai Sunda Kelapa dijadikan pelabuhan dagang, namun keramaiannya tetap kalah dengan pelabuhan Banten.

Ketika pelabuhan sunda kelapa sudah ramai, datanglah armada dagang Belanda dan membangun loji-loji dagang di sekitar Sunda Kelapa, pada awalnya kedatangan Belanda ini disukai oleh Pangeran Jayawikarta penguasa Sunda Kelapa dan menamakan wilayah kekuasaannya sebagai Jayakarta, tetapi atas desakan dari Banten yang pada waktu itu sudah tidak menyukai kehadiran Belanda akibat politik campur tangan di Kesultanan Banten, Pangeran Jayawikarta di paksa untuk melawan Belanda. Pada saat itu pemimpin dagang dan bersenjata Belanda bernama Jan Pieter Zoen Coen yang oleh orang-orang Betawi di kenal sebagai Murjangkung, nah JP Zoen Coen melakukan tindakan penyerangan ke arah benteng-benteng di tepi pelabuhan Sunda Kelapa, pada awalnya Pangeran Jayawikarta mampu bertahan dan berharap ada bantuan dari Banten dan Cirebon, namun Belanda dengan cerdik melakukan pengepungan dengan memblokir jalan-jalan yang kemungkinan di lalui pasukan bala bantuan. Pada tahun 1614 Pangeran
Jayawikarta memutuskan untuk meloloskan diri dari pengepungan yang berbulan-bulan lamanya.

Ia bersama lima ratus orang pasukannya menyingkir ke daerah rawa-rawa yang kini dikenal sebagai Sunter, Pangeran-pun mendirikan pusat-pusat perlawanan gerilya. Pada awal tahun 1618, pasukan Banten berhasil menyusup ke Jayakarta dari arah Bogor, dan mereka membangun markasnya di sekitar hutan Jati yang sangat lebat (kini bernama Jatinegara). Pangeran Jayawikarta-pun bergabung dengan pasukan Banten dan menyusun serangan, namun JP Zoen Coen memutuskan untuk menggempur habis-habisan pasukan Banten-Jayakarta, sebelum datangnya pasukan yang jauh lebih besar Mataram-Sultan Agung. Intelijen JP Zoen Coen mendengar bahwa pasukan Mataram akan melakukan penyerbuan-penyerbuan ke wilayah pesisir dan pada saat itu sedang bertarung di wilayah priangan untuk menaklukkan bekas wilayah Pajajaran-Hindu yang dikuasai raja-raja kecil Islam.

Menurut hitung-hitungan JP Zoen Coen, lambat tapi pasti Mataram akan menyerang Jayakarta untuk membangun pelabuhan dagangnya yang dekat dengan pelabuhan Malaka. Untuk itu dia membereskan separatis Betawi di tanah-tanah yang diakui sebagai hak VOC.

Hitungan JP Zoen Coen ternyata sangat tepat, ia berkonsentrasi menghabisi pasukan Banten-Jayakarta untuk itu ia mengambil ratusan tentara bayaran dari Jerman dan beberapa budak yang didatangkan dari Bali, Bugis dan Ambon untuk menyerbu markas Pangeran Jayakarta. Pada tahun 1620, markas pangeran jayakarta diserbu oleh JP Zoen Coen dan sejarah membuktikan Pangeran tu mengalami kekalahan, Pada saat pasukan Belanda mengepung masjid yang digunakan Pangeran untuk berlindung, Pangeran masuk ke dalam sumur yang berada di dalam masjid, dan Belanda mengira Pangeran sudah mati di dalam sumur itu, Masjid itu kini bernama Masjid Salafiyah yang berdiri di wilayah Jatinegara.

Setelah beres dengan perlawanan dari unsur Banten, Zoen Coen menghadapi pasukan Mataram yang berada dibawah pimpinan Sura Agul-Agul dan beberapa senopati perang lainnya yang dibantu orang-orang Priangan. Namun taktik penghancuran logistik terhadap sawah-sawah yang menjadi sumber makanan pasukan Mataram dan diracunnya sungai Ciliwung menjadi kunci kemenangan VOC.

Kota Jayakarta-pun diganti nama menjadi Batavia oleh Zoen Coen nama ini diambil dari kata Bataafs, sebuah dinasti yang menguasai Belanda dan Jerman Utara.Dan orang-orang asli yang menempati wilayah Batavia disebut juga Betawi Banyak orang yang mengira asal-usul suku asli Batavia adalah budak-budak Zoen Coen, namun perkiraan ini banyak salahnya daripada betulnya, suku Betawi merupakan suku yang memiliki sifat uniknya sendiri, mereka sangat apolitis, dan menghindar dari struktur kekuasaan, walaupun ada juga orang Betawi yang ‘keningrat-ningratan dengan menggunakan gelar Raden, Raden betawi beda dengan Raden Sunda atau Raden Jawa yang hanya terdiri huruf ‘R’, penulisan gelar Raden Betawi ditulis ‘Rd’ misalnya : Rd. Mochtar, aktor jaman baheula.

Orang Betawi sendiri mungkin berasal dari Melayu atau orang Jawa yang tinggal di pesisir namun menolak bagian dari suku pedalaman, ini sama saja dengan kaum Melayu di Kalimantan yang merasa bukan bagian dari Dayak, atau Melayu di Sumatera Utara yang menihilkan suku Batak. Sedari awal kita sudah lihat pemegang-pemegang kekuasaan di Sunda kelapa atau batavia adalah orang-orang pendatang seperti : Pajajaran-Hindu, Banten, Portugis dan Belanda. Saking sering konflik dengan Pajajaran Bogor, orang Betawi sampai sekarang kalau mengumpat berkata “Dasar Pejajaran!”

Orang-orang asli Betawi seakan-akan tidak peduli siapa pemegang kekuasaannya.Itulah yang dapat menjelaskan mengapa suku betawi jarang sekali menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan kotanya sendiri, jabatan yang paling disenangi orang Betawi adalah jabatan-jabatan yang berhubungan dengan agama, makanya banyak sekali dari orang-orang Betawi yang terdidik bekerja di Departemen Agama.

Untuk menjawab mengapa Betawi sangat berjarak dengan kekuasaan, mungkin jawaban yang paling tepat adalah orientasi budaya. Budaya betawi sangat unik dibanding budaya-budaya urban di kota-kota besar dunia pada jamannya seperti Huan Long (Vietnam) atau Kyoto (Jepang). Biasanya budaya urban mendorong kegiatan niaga kepada penduduk aslinya, namun untuk kasus Betawi mereka tidak menyukai dunia dagang, hidup mereka di orientasikan pada agama Islam. Untuk menjelaskan cara hidup Betawi, cara pandang Islam merupakan jawaban tepat. Bagi orang-orang Betawi kehidupan dunia tidak memiliki arti apa-apa, cita-cita terbesar orang Betawi adalah naik haji, dan bergelar Haji.

Bagi orang Betawi pendidikan harus diorientasikan ke pendidikan agama bukan pendidikan cara Belanda, berbeda dengan suku-suku lain seperti Banten, Sunda dan Jawa yang perlahan menganggap pendidikan sekuler sangat penting, suku betawi sampai saat ini melihat pendidikan sekuler kalah penting ketimbang pendidikan agama.

Jika kita menonton sinetron si Doel ada sebuah kesalahan fatal dari penilaian Rano Karno (sebagai penulis ide cerita) yang menganggap betawi itu sebagai orang-orang yang terbelakang secara pendidikan, karena disini Rano Karno melihat cara pendidikan Betawi dari kaca mata orang yang dididik dan dibesarkan dalam pendidikan sekuler dan ala barat. Orang-orang Betawi sangat berpendidikan bahkan beberapa orang kaya Betawi (contohnya Betawi Kuningan dan Betawi Tenabang) menyekolahkan anaknya ke Mesir dan Irak, banyak dari mereka bermukim di Mekkah untuk menimba ilmu agama, ratusan madrasah-madrasah dibangun untuk menampung anak-anak betawi,
nah disinilah letak perbedaan orientasi, bagi suku-suku Batak, Minang, Sunda, Jawa dan Bugis (suku yang paling mendominasi arus intelektual di Indonesia), pendidikan ala barat merupakan patokan kecerdasan dan tingkat intelektualitas seseorang yang diperoleh melalui kapital simbolik ijazah sekolah barat yang sekuler. Lain ladang lain belalang bagi orang Betawi keberhasilan adalah bagaimana ia menyelesaikan pendidikan agama dan menjalani hidup dengan irama yang ia yakini, berorientasi pada alam akhirat dengan mengambil pahala banyak-banyak sesuai apa yang mereka yakini.

Perbedaan orientasi inilah yang kerap menimbulkan salah paham bahwa orang-orang betawi sangat tidak menghargai pendidikan. Mereka justru sangat menghargai dasar-dasar pendidikan, hanya orang Betawi-lah yang mengenal kultur ‘Pagi belajar di SD, Siang ke Ibtidaiyah’. Pandangan mereka pendidikan haruslah holistik bukan kompartemental yang berakibat tidak seimbangnya nalar dan hati.

Orang Betawi terkenal senang menerima pendatang. Banyak dari pendatang-pendatang luar Jakarta yang modalnya buntelan menjadi sukses di Jakarta, waktu susah banyak ditolong orang Betawi di gang-gang sempit atau toleran terhadap bayaran rumah kontrakan. Rasa bertetangga mereka sangat tinggi, bahkan banyak ketika orang pendatang itu pindah ke tempat yang lebih jauh dan lebih nyaman dari awal dia hidup masih sering berhubungan dengan ‘kerabat-kerabat betawi-nya yang dulu pernah menolong’. Orang Betawi terkenal blak-blakan, kalau bicara seperti orang nyanyi. Bahasa Betawi adalah bahasa Melayu yang terkenal dengan akhiran huruf e. Kalau orang Melayu mengucapkan huruf e itu dengan mengayun lembut, orang Betawi membunyikannya dengan lempeng. Bahasa Betawi adalah bahasa yang paling berpengaruh dalam ruang pergaulan informal anak muda, kini seluruh radio-radio di seantero Nusantara menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek Betawi sebagai bagian dari proses
‘Jakartanisasi’.

Suku Betawi adalah satu-satunya suku di Jakarta yang paling awet menerima gempuran budaya urban, suku-suku lain seperti Jawa, Sunda dan Bugis mengalami kekalahan yang hebat dan mundur ke wilayah-wilayah pedalaman, pesisirnya dikuasai Belanda dan orang-orang timur asing (Vreemde Osterlingen) seperti Cina dan Arab. Berbagai macam pengaruh yang mencampuri keragaman budaya Betawi bahkan darah suku-suku Betawi tidak murni lagi sebagai sebuah ras, orang-orang Betawi adalah campuran dari cina, eropa dan arab. Bagi saya pribadi pernah membagi-bagi fisiognomi-geografi orang-orang Betawi, untuk ras yang di dominasi oleh ras Arab berdiam di sekitar wilayah-wilayah pusat dan utara kota Jakarta, orang-orang Betawi Ancol, Sunter, Tanah Abang, Slipi, Pekojan, dan sekitar Kampung Melayu dan Jatinegara merupakan betawi yang memiliki tekstur arab secara khas, mereka banyak yang keturunan arab. Sedangkan betawi-betawi yang berdiam di sekitar Kuningan, Mampang, Buncit,
Pejaten, Kemang dan wilayah-wilayah tengah banyak yang berkulit putih bersih dan bermata sipit, mereka ini banyak keturunan dari ulama-ulama besar Islam keturunan Cina, sedangkan untuk wilayah Depok, ada sebuah keunikan, suku-suku betawi ini di bagi
dua kelompok besar yaitu :
keturunan Belanda dan keturunan sisa-sisa laskar Mataram yang tidak berani pulang ke asalnya karena takut dihukum.

Untuk yang keturunan Belanda terlihat sekali tingginya, bila anda datang ke wilayah-wilayah Jagakarsa, Ciganjur, Depok lama maka sesekali terlihat wajah-wajah indo yang tinggi badannya sekitar 180-an cm yang bicaranya ‘ngapak-ngapak’, namun jenis ras indo ini tidak banyak, keturunan Mataram-lah yang banyak, mereka sendiri tidak mengetahui atau tidak mau mengetahui keturunan lasykar-lasykar Mataram, tapi bila dilihat dari namanya sungguh nama-nama itu adalah nama yang berasal dari Jawa; seperti Wiro, Tole, Bagor, Diro, Pulung dll yang bukan merupakan ciri khas nama Sunda atau Banten yang lebih banyak terpengaruh nama-nama Islam. Karena merupakan suku melting pot yang terus menerus berbaur bisa dikatakan wanita Betawi itu cantik-cantik.

Ada juga betawi-betawi yang menyimpang dari arus besar komunitas, dan membentuk subkultur yang pertama, adalah keturunan Betawi-Portugis yang berdiam di sekitar wilayah Tugu dekat Tanjung Priok, agama mereka bukan Islam tetapi Kristen Protestan, pada awalnya mereka beragama Katolik tapi atas paksaan VOC yang anti Katolik dan penganut protestan Calvinis, mereka dipaksa masuk Protestan oleh Belanda dan sampai sekarang agama mereka protestan, mereka memiliki budaya sendiri seperti lempar-lempar bedak pada hari natal atau yang paling populer adalah musik keroncong, di tahun 1930-an orang-orang Tugu banyak menjadi buaya-buaya keroncong terkenal. Yang kedua subkultur Betawi “Belanda-Depok”.

Dulu disekitar wilayah Depok berdiri sebuah perkebunan besar yang dibangun oleh Cornelis Chastelein, pejabat penting VOC, wilayah ini mencakup Depok, Cinere dan sebagian kecil wilayah Jakarta Selatan. Luasanya sekitar 1285 hektar (hitungannya sekarang mungkin mencakupi 6 kecamatan). Pada tahun 1696 menjelang Chastelein pensiun ia membeli tanah tersebut dan tahun 1714 tanah tersebut di wariskan oleh budak-budak yang dimerdekakannya, budak-budak itu diperkirakan ada 12 orang, nama-nama mereka adalah Leander, Loen, Jacob, Laurens, Joseph, Jonathans, Bacas, Soedira, Isakh, dan Zadokh. Keturunan-keturunan mereka banyak menguasai tanah-tanah di Depok, agama mereka kebanyakan Kristen Protestan, untuk nama belakang Zadokh saat ini tidak ditemukan lagi, .........................
kemungkinan karena beberapa generasi setelah Zadokh tidak ada lagi keturunan pria.

________________________________

__._,_.___
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Recent Activity
Visit Your Group
New business?

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

w/ John McEnroe

Join the All-Bran

Day 10 Club.

.

__,_._,___

Liquid Yahoo

unread,
Oct 25, 2008, 6:49:05 AM10/25/08
to budaya_...@yahoogroups.com, Smurf2, duk...@hotmail.com, Xian Bing, SinpanRaja Raja, Merlinda Zhulingyu, Doni Ho, Hasni, Susana Sayago, Dalip Wuwungan, Suryadi, Slamet, Ay, Martinus Christianto, Eric Hendrikus Siman, Hartono Hasian, Cika, Tono Setiadi, Susiane Ho, Airlangga Giamsyah, Eveline Lybianto, yuli...@yahoo.com, William, Shianty Ravenska, Cindi Bogor, Budianto Tandjono, rus...@gmail.com, kyru...@yahoo.com, SMAK/SMUK 3, samagg...@yahoogroups.com, berhen....@gmail.com, bos...@hotmail.com, guyon...@yahoogroups.com, choc...@hotmail.com, Dessy Effendi, Aina Gunavati, Wong Santosa Andresta, Ranie Anggraeni, Jayadi, Tedy GM, Teddy gunawan Mored, Tedy (Denny Boboy), Gunadi Lauw, Caecilia Magdalena, Andry Mulyono, Cindy Carmelia Chen, Livinna Gozali, Yuni (Livina), Darwin Sugiri, Leny Medan RenDa, Imelda, Kurnia Basuki, Deborah Tjandra, Vera Syarkawi, Vonny Li, Aning Bogor, Xiao Jun Salatiga(Sanwei), Eni Tirta, Novita Santoso, hwei_s...@hotmail.com, Fenty You Jgmao-Malang, parengkwan sim santi, cahyo...@hotmail.com, wang...@yahoo.com, mangal...@yahoogroups.com, Diown Shi, Denny Kuswanto, Erron Jack, Christian Kusnady

Tambahan dari oom "Sumar Sastrowardoyo" yang berumur 79 tahun.

Saya tambahkan bahwa nama Rawamangun berasal dari jenazah para prajurit
Mataram, yang kebetulan banyak memakai nama "Mangun" dan karena masa perang
tidak ada waktu lagi. dibuang di rawa-rawa sana.

Depok, seperti sudah ditulis, banyak orang yang beragama Kristen, adalah
karena semula memang tempat yang disediakan untuk mereka oleh perkumpulan
yang bermama "De Eerste Protestantsche Onderneming van Kristenen" (disingkat
menjadi DEPOK). Artinya adalah "badan usaha kristen protestan pertama").

Manggarai, dulu yang pertama menempati daerah itu adalah orang-orang
dari Manggarai, NTB.

Selain dari sado (dari perkataan Portugis "dos-a-dos" yang artinya
belakang-membelakangi, karena sempitnya ruangan) ada juga kendaraan berkuda
yang dinamakan EBRO, singkatan dari "Eerste Bataviaasche Rijtuig
Onderneming"("badan usaha kendaraan di Jakarta yang pertamma").

----- Original Message -----
From: "Christian Kusnady" <kmd9658@yahoo.com>
To: "Smurf2" <neng_xiu@yahoo.com>; <dukkho@hotmail.com>; "Xian Bing"
<xian_bing@yahoo.com>; "SinpanRaja Raja" <sraja23@yahoo.com>; "Merlinda
Zhulingyu" <zhu_lingyu@yahoo.com>; "Doni Ho" <heshurong@hotmail.com>;
"Hasni" <has2x@yahoo.com>; "Susana Sayago" <susana@huawei.com>; "Dalip
Wuwungan" <dalip006@yahoo.com>; "Suryadi" <telorkuda@yahoo.com>; "Slamet"
<xla_s@yahoo.com>; "Ay" <ay_sday@yahoo.com>; "Martinus Christianto"
<martinuschristianto@yahoo.com>; "Eric Hendrikus Siman"
<brakula54@yahoo.com>; "Hartono Hasian" <hartonohasian@yahoo.com>; "Cika"
<pyo_77@yahoo.com>; "Tono Setiadi" <tomthio09@yahoo.com>; "Susiane Ho"
<susiane_ho@yahoo.com>; "Airlangga Giamsyah" <airchilacture@yahoo.co.id>;
"Eveline Lybianto" <elybianto@hotmail.com>; <yulitanu@yahoo.com>; "William"
<w11_11am@yahoo.com>; "Shianty Ravenska" <shianty.ravenska@yahoo.com>;
"Cindi Bogor" <cindi_santio@yahoo.ie>; "Budianto Tandjono"
<budianto.tandjono@sampoerna.com>; <ruslim@gmail.com>; <kyruslim@yahoo.com>;
"SMAK/SMUK 3" <smak3-96@yahoogroups.com>; <samaggiphala@yahoogroups.com>;
<berhen.widjaja@gmail.com>; <boscha@hotmail.com>;
<guyon-yook@yahoogroups.com>; <budaya_tionghua@yahoogroups.com>;
<chocomin@hotmail.com>; "Dessy Effendi" <dessye@hotmail.com>; "Aina
Gunavati" <sapina_wow@yahoo.com>; "Wong Santosa Andresta"
<kyo_san_kai@yahoo.com>; "Ranie Anggraeni" <piggy2005pinky@yahoo.com>;
"Jayadi" <c_jayadi1979@yahoo.com>; "Tedy GM" <padmaviriya@hotmail.com>;
"Teddy gunawan Mored" <padmaviriya@yahoo.com>; "Tedy (Denny Boboy)"
<smile_lez@yahoo.com>; "Gunadi Lauw" <gunadi.lauw@gmail.com>; "Caecilia
Magdalena" <beautifulwind.li@gmail.com>; "Andry Mulyono"
<andry_ken@yahoo.com>; "Cindy Carmelia Chen" <cubesz@gmail.com>; "Livinna
Gozali" <liv_gozali@hotmail.com>; "Yuni (Livina)" <ytrisno@hotmail.com>;
"Darwin Sugiri" <sagitariusgoatyear@yahoo.com>; "Leny Medan RenDa"
<virgotoy@yahoo.com>; "Imelda" <immelz@yahoo.com>; "Kurnia Basuki"
<n1a_5m1l3@yahoo.com>; "Deborah Tjandra" <deb3003@hotmail.com>; "Vera
Syarkawi" <xiao_juan2003@yahoo.com>; "Vonny Li" <vonny_li@yahoo.com>; "Aning
Bogor" <wang_chuining@hotmail.com>; "Xiao Jun Salatiga(Sanwei)"
<w_xiao_jun@yahoo.com>; "Eni Tirta" <y82uan@hotmail.com>; "Novita Santoso"
<novsan03@hotmail.com>; <hwei_sien_lie@hotmail.com>; "Fenty You
Jgmao-Malang" <joefenty@yahoo.com>; "parengkwan sim santi"
<santi_9ps@yahoo.com.sg>; <cahyo_indra@hotmail.com>; <wangcien@yahoo.com>;
"SMAK/SMUK 3" <smak3-96@yahoogroups.com>; <mangala_utama@yahoogroups.com>;
<samaggiphala@yahoogroups.com>; "Diown Shi" <diown2005@yahoo.com>; "Denny
Kuswanto" <hau_sing@yahoo.com>; "Erron Jack" <jack_erron2001@yahoo.com>
Sent: Thursday, 23 October, 2008 10:02
Subject: [budaya_tionghua] Sejarah Asal Mula Nama Daerah2 di Jakarta

------------------------------------

..: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

..: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

..: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

..: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

__._,_.___
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Recent Activity
Visit Your Group
Moderator Central

An online resource

for moderators

of Yahoo! Groups.

Ads on Yahoo!

Learn more now.

Reach customers

searching for you.

Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

.

__,_._,___

Liquid Yahoo

unread,
Oct 26, 2008, 2:09:46 AM10/26/08
to budaya_...@yahoogroups.com, Smurf2, duk...@hotmail.com, Xian Bing, SinpanRaja Raja, Merlinda Zhulingyu, Doni Ho, Hasni, Susana Sayago, Dalip Wuwungan, Suryadi, Slamet, Ay, Martinus Christianto, Eric Hendrikus Siman, Hartono Hasian, Cika, Tono Setiadi, Susiane Ho, Airlangga Giamsyah, Eveline Lybianto, yuli...@yahoo.com, William, Shianty Ravenska, Cindi Bogor, Budianto Tandjono, rus...@gmail.com, kyru...@yahoo.com, SMAK/SMUK 3, samagg...@yahoogroups.com, berhen....@gmail.com, bos...@hotmail.com, guyon...@yahoogroups.com, choc...@hotmail.com, Dessy Effendi, Aina Gunavati, Wong Santosa Andresta, Ranie Anggraeni, Jayadi, Tedy GM, Teddy gunawan Mored, Tedy (Denny Boboy), Gunadi Lauw, Caecilia Magdalena, Andry Mulyono, Cindy Carmelia Chen, Livinna Gozali, Yuni (Livina), Darwin Sugiri, Leny Medan RenDa, Imelda, Kurnia Basuki, Deborah Tjandra, Vera Syarkawi, Vonny Li, Aning Bogor, Xiao Jun Salatiga(Sanwei), Eni Tirta, Novita Santoso, hwei_s...@hotmail.com, Fenty You Jgmao-Malang, parengkwan sim santi, cahyo...@hotmail.com, wang...@yahoo.com, mangal...@yahoogroups.com, Diown Shi, Denny Kuswanto, Erron Jack, Christian Kusnady

Tambahan lagi dari oom Sumar Sastrowardoyo yang berusia 79 tahun.

*******

Saya sekarang tambah sedikit. Nama Jayakarta sebenarnya adalah
terjemahan dari nama yang diberikan oleh Fatahillah dalam bahasa
Arab, yaitu "FATHAN MUBINAM," yang dikutip dari Al Quran, dan artinya
adalah: "kota ini telah dimenangkan" karena Fatahillah telah
mengalahkan armada Portugis di dekat Pasar Ikan. Oleh karena penduduk
masih beragama Hindu belum banyak yang beragama Islam, nama Arab tsb
itu mereka minta supaya diterjemahkan dalam bahasa Sansekerta, JAYAKARTA,
atau juga disebut SURAKARTA.
Mengenai Fatahillah atau Falatehan menurut ucapan Portugis, lain kali
saya ceritakan pendapat sarjana-sarjana sejarah, apakah Fatahillah dan
Falatehan orangnya sama, apakah nama dua orang. Ceritanya agak panjang,
harus saya lihat-lihat di buku yang pernah saya baca yang ada di koleksi
saya yang kecil di rumah.

Yang disebut Batavia, sebenarnya adalah yang sekarang dinamakan
Jakarta Kota, yang didirikan oleh Jan Pieterszoon Coen. Karena suasana alam
kurang baik bagi kesehatan, sehingga banyak pegawai kumpeni yang sakit, maka
kota dipindahkan ke selatan yang sekarang namanya Jakarta Pusat, di sekitar
Lapangan Banteng dan daerah Senen. Pada waktu itu, ada sebuah istana tuan
tanah, yang ia namakan "Weltevreden" artinya "sangat memuaskan," nama itu
kemudian dipakai untuk seluruh daerah Jakarta Pusat dan setasiun Gambir yang
namanya Weltevreden diganti menjadi Batavia Koningsplein (Koningsplein
adalah nama Medan Merdeka sekarang, yang dulu juga disebut Lapangan Gambir)
menjelang Perang Dunia II. Batavia diberikan oleh Coen untuk mengenang
nenek-moyang bangsa Belanda, Batavieren, yang serumpun dengan bangsa Jerman
sekarang. Bahasa Belanda juga dinamakan bahasa Jerman rendah (Nederduitsch),
karena itu ada sedikit kemiripan antara dua bahasa tsb.

Mungkin untuk keterangan yang lebih lengkap dapat dicari di Arsip Nasional.



----- Original Message -----
From: "Liquid Yahoo"
Sent: Saturday, 25 October, 2008 17:49

> Tambahan dari oom "Sumar Sastrowardoyo" yang berumur 79 tahun.
>
> Saya tambahkan bahwa nama Rawamangun berasal dari jenazah para prajurit
> Mataram, yang kebetulan banyak memakai nama "Mangun" dan karena masa
> perang
> tidak ada waktu lagi. dibuang di rawa-rawa sana.
>
> Depok, seperti sudah ditulis, banyak orang yang beragama Kristen,
> adalah
> karena semula memang tempat yang disediakan untuk mereka oleh perkumpulan
> yang bermama "De Eerste Protestantsche Onderneming van Kristenen"
> (disingkat
> menjadi DEPOK). Artinya adalah "badan usaha kristen protestan pertama").
>
> Manggarai, dulu yang pertama menempati daerah itu adalah orang-orang
> dari Manggarai, NTB.
>
> Selain dari sado (dari perkataan Portugis "dos-a-dos" yang artinya
> belakang-membelakangi, karena sempitnya ruangan) ada juga kendaraan
> berkuda
> yang dinamakan EBRO, singkatan dari "Eerste Bataviaasche Rijtuig
> Onderneming"("badan usaha kendaraan di Jakarta yang pertamma").

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Recent Activity
Visit Your Group
Moderator Central

Yahoo! Groups

Get the latest news

from the team.

New web site?

Drive traffic now.

Get your business

on Yahoo! search.

10 Day Club

on Yahoo! Groups

Share the benefits

of a high fiber diet.

.

__,_._,___
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages