Bahh..
mantap kali ulasan mr. Harry ini...
makasih bro...
tapi, percayalah ulasan anda ini pasti disanggah mati2xan oleh para pembenci Cina eeeh... salah Tionghoa,,,...
terutama yang berperilaku menyimpang/bengkok
selamat sore saudaraku yang baik
JS
|
Contohnya si Bernard Souw
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Halo rekan2 sekalian,
Pada prinsipnya, istilah Cina tidak berarti penghinaan secara intrinsik, asal tidak sengaja digunakan dengan maksud melecehkan, seperti halnya dengan kata negro untuk orang2 kulit hitam di Amerika. Sebab kata negro itu sendiri artinya yah hitam.
Menurut hemat saya, dan sesuai dengan pakar2 sejarah barat, nama China itu berasal dari Dynasty Qin (Kaisar Qin Shih Huangdi) yang termasur dengan penggalian arkeologi dari tentara terracotta (lihat foto di Situs Private website pribadi <http://www.bernardsouw.com>).
Kaisar Qin Shih Huangdi ini adalah Kaisar yang pertama kali mempersatukan Tiongkok menjadi negara kesatuan yang besarnya kira2 separo dari Kerajaan Han, yang juga kira2 separo dari Tiongkok hari ini:
<http://www.hceis.com/chinabasic/history/Qin%20dynasty%20history.htm>
The Qin Dynasty(Wade-Giles Ch'in; 221 BC - 207 BC) was preceded by the Zhou Dynasty and followed by the Han Dynasty in China. Qin, which has a pronunciation similar to the English word "chin," is a possible origin of the word "China" (see China in world languages).
-------------
Sayangnya masyarakat Indonesia, bahkan juga para Profesornya, sampai hari ini masih lebih suka mengacu dan percaya pada dongeng dan sumber2 info yang patut diragukan kebenarannya. Makanya sudah umur 60 tahun masih tidak maju2, bahkan bisa dibilang masih belum dewasa. Seperti dulu saya meragukan kemampuan BJ Habibie dan Profesor Slamet Mulyana, saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata. Baca misalnya, <http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-247-dari-cincai-sampai-siomay.html>
Padahal Mahabharata itu samasekali BUKAN buku ataupun catatan sejarah, melainkan buku DONGENG (epic, epos atau legenda). Tambahan lagi, Mahabharata yang sekarang pun (entah sudah berapa kali dirobah/ditambah) cuma mengetahui bahwa sukubangsa Chinas itu berkulit kuning dan berasal dari utara, serta termasuk dalam tentara Assam (bukan Tiongkok):
<http://en.wikipedia.org/wiki/Chinas>
In the epic of the Mahabharata, the Chinas appear together with the Kiratas among the armies of king Bhagadatta of Pragjyotisa (Assam). In the Sabhaparvan, the same king is said to be surrounded the Kiratas, and the Cinas. Also in the Bhismaparvan, the army of Bhagadatta is said to consist of the Kirtas and the "yellow-colored" Cinas.
Bhishamaparva of Mahabharata also lists the Cinas with the Mlechha tribes of the north like the Yavanas, Kambojas, Kuntalas, Hunas, Parasikas, Darunas, Ramanas, Dasamalikas [3]. These verses date to fifth century AD when the Hunas came into contact with Sassanian dynasty of Persia
--------------
Sepertinya perbedaan yang SEPELE, tetapi dalam perspektif jangka waktu yang lama salah-pengertian ini bisa punya maksud tendensius yang tersembunyi, yaitu meng-SAH-kan dan mengabadikan kata Cina sebagai makian, sama seperti kata "negro" di Amerika yang sebenarnya artinya "hitam". Karena adanya konotasi penghinaan ini, maka kita harus dan wajib menolaknya mentah2, dan hanya mau menerima kata Cina sebagai berasal dari Dinasti Qin dari Kaisar Qin Shih Huangdi, salah satu dari dua kaisar Tiongkok yang terbesar (yang lainnya adalah Kaisar Li Shihmin dari dinasti Tang).
Kita tidak boleh sekali2 mandah saja dengan ajaran yang pseudo ilmiah (pseudo-scientific) tetapi punya maksud tersembunyi yang mau mendiskriminasi kita sebagai warga kelas dua atau bahkan kelas tiga. Sebaliknya kita harus menganggap diri kita sebagai warga dunia kelas wahid, yaitu sebagai keturunan rakyatnya Kaisar Qin Shih Huangdi.
Salam,
Bernard Souw
<http://www.bernardsouw.com>
--- In budaya_...@yahoogroups.com, Harry Adinegara <sans_culotte_30@...> wrote:
>
>
>
>
>
>
>   Re: Istilah "Cina", "China" dan “Tionghoa†:
> Â
> Perlu disimak lebih lanjut urusan yang aktuil ini, urusan sebuah panggilan yang tertuju
> ke etnis Tionghoa, yang bisa dikatakan mulai mencuat keluar dalam era Orba, dan sampai
> sekarangpun belum terlihat ada penuntasan-nya. Urusan sebutan Tionghoa jadi Cina, Tiongkok
> jadi Cina, yang perlu dihayati karena dalam zaman maju/modern saat ini, perkara menghina,
> apalagi menghina golongan tertentu, dan lebih2 penghinaan ini sepertinya direstui oleh, mula2
> oleh Orba bahkan dituangkan dalam sebuah UU rupanya sangat dis-esalkan.
>
> Mudah2-an dengan banyaknya suara yang ingin memberikan kontribusi-nya demi penuntasan
> urusan sebutan yang derogatip ini, dihilangkan-nya kendala ini, demi pembangunan negara,
> mudah2-an dalam waktu dekat bisa dilestarikan semua idaman2 golongan yang progresip
> agar kerukunan antar etnis bisa terjaga demi kemajuan negara dan keadilan bagi semua.
>
> Selain pikran penulis, juga disimak disini tulisan2 yang dijadikan reference bagi kelanjutan
> tulisan saya, saya ambil beberapa tema yang dikemukan oleh penulis2 Bpk. Leo Suryadinata
> dan Bpk Charles Coppel.
>
> Â Sudah sejak penjajahan Belanda/masa kemerdekaan/ masa Orla dan masa Orba,
> Â golongan etnis Tionghoa itu memangnya tidak homogin. Ada tiga blok yang hidup di era
> penjajahan, ada yang berkiblat ke Tiongkok, ada yang berkiblat ke
> Belanda (Hindia Belanda) dan juga ada yang berkiblat ke Indonesia.
> Di era kemerdekaan, tinggal dua golongan yang berkiblat ke Tiongkok
> dan yang berkiblat ke Indonesia. Yang berkiblat ke Indonesia pun dalam
> era Orla sudah pecah; ada yang secara tidak langsung berkiblat ke
> Tiongkok karena hubungan eratnya dengan PKI, seperti Baperki. Sebagai
> saingan-nya LPKB yang visinya dalam pembangunan negara ingin
> memberikan peranan kepada etnis Tionghoa dengan catatan, etnis
> Tionghoa bisa ikut serta dalam kehipan negara dengan cara membaur
> total, atau dengan asimilasi.
>
> Yang jadi pertanyaan kenapa begitu sukarnya etnis Tionghoa ini dalam
> karier-nya sebagai warga negara dalam kinerjanya ikut sama2 membangun
> negara? Sudah diketahui dalam sejarah masa pendudukan Belanda, bahwa
> etnis Tionghoa diberikan tugas sebagai perantara dalam bidang ekonomi
> menjembatani kehidupan ekonomi antara Belanda dan Pribumi. Jadi secara
> tidak langsung Belanda sudah meng-aplikasikan politik "divide and
> rule", sehingga etnis Tionghoa itu tumbuh sebagai kekuatan ekonomis
> kelas menengah , dengan ciri2 seperti yang selalu di-sebut2 sebagai
> golongan eksklusip dan mandiri dalam segi kulturil/sosio.
>
> Menengok sejarah yang lampau di era bangkitnya Orba, approach
> pemerintah Suharto rupanya tidak mengenai sasaran-nya yang hendak di
> harapkan yakni mem-baurkan etnis Tionghoa ini dalam masyarakat luas.
> Per-tama2 pemerintah Orba merangkul LPKB yang punya policy
> pembauran/asimilasi dan per-tama2 di aktipkan step urusan ganti
> menghilangkan rasa inferior, tidak dimulai dengan suatu tindakan
> dengan cara melemparkan ungkapan derogatip yang menghina dengan
> sebutan ....Cina itu. Sudah di paparkan dalam tulisan Bpk Eddie
> Lembong atas asal usul kata2 Tionghoa, Tiongkok seperti dibawah.
> Runtutan selanjutnya urusan etnis Tionghoa ini bisa kita baca
> ungkapan-nya Maj.Sumitro...." menekankan agar wn Indonesia menarik
> dengan tegas garis antara yang WNI dan yang WNA......sekalipun mereka
> anggota keluarga sendiri" Disini bisa kita lihat adanya suatu
> kebencian kepada Tiongkok di era itu. Imbuhan-nya (Maj.Sumitro: keturunan
> Tionghoa tidak perlu tersinggung disebut Cina ,karena keturunan
> Tionghoa sudah berada dalam keluarga besar orang
> Indonesia.....seterusnya beliau meneruskan dengan cara yang tidak
> rasionil dengan lanjutan ......"kami tidak dapat melihat lagi adanya
> klenteng itu, demikian juga dengan petilasan2 yang dihiasi dengan
> gambar2 yang berbau Cina. Kami akan mengembalikan kepada yang asli,
> dan tindakan kami ini supaya diterima. Perayaan Imlek tidak perlu
> diadakan lagi kecuali oleh WN asing...."
>
> Budaya, kultur seseorang itu tidak bisa dijadikan ukuran akan
> orientasi individu itu akan tertuju kemana. Yang diperlukan untuk
> memicu seorang individu itu bisa menyumbangkan kiprahnya yalah
> membangkitkan rasa nasionalismenya , dalam wacana ,dengan membina
> hukum yang baik bagi semua warga negara dalam suatu negara.
>
> Jadi achirurkalam, ujung2nya kata2 Cina itu dirumuskan, menurut
> sumbernya ya tidak lain dipicu oleh perasaan dengki , dengan
> sendirinya bila suatu tindakan ini didorong oleh perasan dengki, maka
> hasilnya akan counter productive. Apa yang bisa dikerjakan oleh
> pemerintah selanjutnya, ya benahi hukum, atur urusan wn tidak pandang
> warna kulit, cabut aturan warisan rezim2 lampau yang berbau
> rasialistis.
>
> Harry Adinegara
>
Sayangnya masyarakat Indonesia, bahkan juga para Profesornya, sampai hari ini masih lebih suka mengacu dan percaya pada dongeng dan sumber2 info yang patut diragukan kebenarannya. Makanya sudah umur 60 tahun masih tidak maju2, bahkan bisa dibilang masih belum dewasa. Seperti dulu saya meragukan kemampuan BJ Habibie dan Profesor Slamet Mulyana, saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata.
====================
Yah kumat lagi , si Bernard Souw , makanya dia sampai berpuluh2 tahun juga ndak ada kemajuan ..selain mendiskreditkan Habibie dstnya
Negro memang artinya hitam , contohnya Montenegro , monte = mount , negro = black ,
J.L. Dillard points out, even nigger was not offensive to Blacks until whites used it in a derogatory way (1977, 96)
In his piece (mentioned above) of September 1936, Guo Moruo (who knew Japanese well) argued that the expression
Shina was not evil in and of itself, nor did it have pernicious origins. But, when used by Japanese, it was comparable, indeed worse,than the derogatory way in which Europeans often spoke the word "Jew"(or "Juif" or "Jude")[Joshua Fogel]
Phd apa Phd sih ? tau pergeseran makna gak sih ? yankee ajah berubah2 makna seiring sejarahnya .....Jadi maaf ajah kalau saya meragukan kemampuan anda , karena keliatannya kurang literatur sebagai ciri kaum berpendidikan .....
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Bernard" <bernard.souw@...> wrote:
>
>
>
> Halo rekan2 sekalian,
>
> Pada prinsipnya, istilah Cina tidak berarti penghinaan secara intrinsik, asal tidak sengaja digunakan dengan maksud melecehkan, seperti halnya dengan kata negro untuk orang2 kulit hitam di Amerika. Sebab kata negro itu sendiri artinya yah hitam.
>
> Menurut hemat saya, dan sesuai dengan pakar2 sejarah barat, nama China itu berasal dari Dynasty Qin (Kaisar Qin Shih Huangdi) yang termasur dengan penggalian arkeologi dari tentara terracotta (lihat foto di Situs Private website pribadi <http://www.bernardsouw.com>).
>
> Kaisar Qin Shih Huangdi ini adalah Kaisar yang pertama kali mempersatukan Tiongkok menjadi negara kesatuan yang besarnya kira2 separo dari Kerajaan Han, yang juga kira2 separo dari Tiongkok hari ini:
>
> <http://www.hceis.com/chinabasic/history/Qin%20dynasty%20history.htm>
> The Qin Dynasty(Wade-Giles Ch'in; 221 BC - 207 BC) was preceded by the Zhou Dynasty and followed by the Han Dynasty in China. Qin, which has a pronunciation similar to the English word "chin," is a possible origin of the word "China" (see China in world languages).
> -------------
>
> Sayangnya masyarakat Indonesia, bahkan juga para Profesornya, sampai hari ini masih lebih suka mengacu dan percaya pada dongeng dan sumber2 info yang patut diragukan kebenarannya. Makanya sudah umur 60 tahun masih tidak maju2, bahkan bisa dibilang masih belum dewasa. Seperti dulu saya meragukan kemampuan BJ Habibie dan Profesor Slamet Mulyana, saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata. Baca misalnya, <http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-247-dari-cincai-sampai-siomay.html>
>
> Padahal Mahabharata itu samasekali BUKAN buku ataupun catatan sejarah, melainkan buku DONGENG (epic, epos atau legenda). Tambahan lagi, Mahabharata yang sekarang pun (entah sudah berapa kali dirobah/ditambah) cuma mengetahui bahwa sukubangsa Chinas itu berkulit kuning dan berasal dari utara, serta termasuk dalam tentara Assam (bukan Tiongkok):
>
> <http://en.wikipedia.org/wiki/Chinas>
> In the epic of the Mahabharata, the Chinas appear together with the Kiratas among the armies of king Bhagadatta of Pragjyotisa (Assam). In the Sabhaparvan, the same king is said to be surrounded the Kiratas, and the Cinas. Also in the Bhismaparvan, the army of Bhagadatta is said to consist of the Kirtas and the "yellow-colored" Cinas.
> Bhishamaparva of Mahabharata also lists the Cinas with the Mlechha tribes of the north like the Yavanas, Kambojas, Kuntalas, Hunas, Parasikas, Darunas, Ramanas, Dasamalikas [3]. These verses date to fifth century AD when the Hunas came into contact with Sassanian dynasty of Persia
> --------------
>
> Sepertinya perbedaan yang SEPELE, tetapi dalam perspektif jangka waktu yang lama salah-pengertian ini bisa punya maksud tendensius yang tersembunyi, yaitu meng-SAH-kan dan mengabadikan kata Cina sebagai makian, sama seperti kata "negro" di Amerika yang sebenarnya artinya "hitam". Karena adanya konotasi penghinaan ini, maka kita harus dan wajib menolaknya mentah2, dan hanya mau menerima kata Cina sebagai berasal dari Dinasti Qin dari Kaisar Qin Shih Huangdi, salah satu dari dua kaisar Tiongkok yang terbesar (yang lainnya adalah Kaisar Li Shihmin dari dinasti Tang).
>
> Kita tidak boleh sekali2 mandah saja dengan ajaran yang pseudo ilmiah (pseudo-scientific) tetapi punya maksud tersembunyi yang mau mendiskriminasi kita sebagai warga kelas dua atau bahkan kelas tiga. Sebaliknya kita harus menganggap diri kita sebagai warga dunia kelas wahid, yaitu sebagai keturunan rakyatnya Kaisar Qin Shih Huangdi.
>
>
>
> Salam,
> Bernard Souw
> <http://www.bernardsouw.com>
>
Pantesan muridnya seperti itu, wong gurunya ngajarnya ngawur! Tapi bisa saja apa yg diomongin sang guru salah ditangkap si murid! Sang guru ngomong di Mahabarata ada istilah Sina, menunjukkan bhw di India di zaman itu sdh dikenal negeri Sina. Si murid menangkapnya lain! Yg bodo si murid atau si guru?
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
waduh, seolah2 yg pakar2 barat itu bener ya ? hmm itu yg bilang kata China dari dinasti Qin adalah pastor jesuit Martino Martin di abad ke 17 toh. Sayangnya banyak pakar2 barat maen jeplak anggep itu kata bener.
Karena ada org yg hobby maen wikipedia, nah ini jg dari wikipedia
´ÇÔ´
¡°Ö§ÄÇ¡±Ò»´Êһ˵À´×ÔÓ¡¶ÈµÄèóÎÄ£¬ÔÚèóÎĵľµäÖÐÒÔchin£¨èóÎÄ£ºचीन£©³ÆºôÖйú£»Í¨³£ÈÏΪÀ´Ô´ÓÚ¡°ÇØ¡±·¢ÒôµÄת±ä£¬Ò²¿ÉÄÜÀ´×Ô¡°½ú¡±£¨chin£©[À´Ô´ÇëÇó]¡£¡¶´Çº£¡·½â£º¡°èóÓïνÖйúΪ֧ÄÇ£¬Òà×÷Ö¬ÄÇ¡¢Õ𵩡¢Õ浤¡¢Õ浩¡¢Õñµ©¡¢Éñµ¤µÈ¡±¡£
<http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%94%AF%E9%82%A3 >
Nah kalu sumber yg dicomot ama Bernard itu khan nulis "Qin, which has a pronunciation similar to the English word "chin," is a possible origin of the word "China" (see China in world languages)." <http://www.hceis.com/chinabasic/history/Qin%20dynasty%20history.htm >
Nah kalu nurut wikipedia yg dikutip ame Bernard jg nulis "The name Cina is commonly believed to have been derived from either the Qin (Tsin or Chin) dynasty which rule in China from 221 BC[1] or the earlier Qin state which later became the Qin dynasty. The Greco-Romans referred to China as Sina, or Sinae." <http://en.wikipedia.org/wiki/Chinas>
Nah kita liat arti kata possible dan believe, mungkin dan dipercaya.
Dalam sejarah, dituliskan salah satu komoditas ekspor yg utama dari jaman Chun Qiu dan Zhaguo trus sampe pertengahan dinasti Qing itu adalah sutra.
So, krn doeloe transportasi gak segampang sekarang dan perdagangan itu melalui banyak pedagang perantara, makanya gak aneh sebutan org Yunani buat negara penghasil sutra ( daratan Tiongkok ) adalah seres atau sinica yg berasal dari kata ½z si /sutra.
Nah porselein itu waktu jaman Chunqiu dan Zhanguo bukan komoditas ekspor, nah kenapa china itu artinya porselein ? Emangnya jaman Qin Shihuang udah ekspor porselein ?
Nah maen2 lage wikipedia, moga2 aja dianggap sahih kalu aye yg kutip ama bernard.
< http://en.wikipedia.org/wiki/Seres >
Seres (Gr. ¦²ῆ¦Ñ¦Åς, Lat. S¨¥r¨¥s) was the ancient Greek and Roman name for the inhabitants of eastern Central Asia, but could also extend to a number of other Asian people in a wide arc from China to India.[1] It meant "of silk," or people of the "land where silk comes from." The country of the Seres was Serica.
The name is thought to derive from the Chinese word for silk, si (Traditional Chinese: ½z; Simplified Chinese: Ë¿; pinyin: s¨©). It is itself at the origin of the Latin for "silk", s¨¥rĭcă.
Neh dikasih tulisan Ji Xianlin, tapi as usual, kalu kata bernard yg bener mah pakar sejarah barat wekekekekekeke.
<<< Catatan yang menulis detail tentang sutra dari Tiongkok ada dalam buku Arthasastra yang ditulis oleh Kautiliya, pada masa pemerintahan Candra Gupta. Artinya minimal pada abad ke 4 BCE sudah ada sutra disana dan bisa pada masa sebelumnya sudah ada. Tulisannya berbunyi sbb: ¡°kauseyam cinapattasca cinabhumijah¡±.
Nah kata cinapatta itu terdiri dari 2 kata yaitu cina dan patta, arti kata patta adalah gulungan. Kauseyam artinya kepompong, yang waktu itu orang Yunani sendiri belum tahu sutra terbuat dari apa. China bumijah artinya produk dari Tiongkok.
Dalam bahasa Sansekerta ada banyak kata yg artinya sutra, misalnya kitaja, krmija, kitasutra,kitajasutra,kitakosa dsbnya. Arti dari kita, krmi adalah ulat. Kitaja, krmija artinya yang dihasilkan ulat. Selain itu ada kata lain yaitu kauseya yg berasal dari kata kosa yg artinya kepompong.>>>>
So kalu ada anggapan mesti dinasti Qin yg besar yg didiriin ama Qin Shihuang, pernah diitung gak itu dinasti Qin berkuasa brp taon setelah menaklukkan 6 negara laen ? Kalu jg diitung dari masa berkuasanya toh gak lama dan dinasti Qin gak isa mempertahankan posisinya kayak dinasti Han pengganti dinasti Qin. Oke anggep aja wilayah Qin gede dan pengaruh kuat diantara wilayah2 negara lain pada masa dinasti Zhou itu, toh tetep jualannya barang Qin gak isa ekspor langsung ke Yunani, Roma, India tanpa pedagang perantara yg notabene bukan org Qin, org Zhou, org Zhao etc. Yg disebut itu ya barang jualannya toh.
Tapi ah sapa gw ya, yg kena diskualifikasi ama bernard, gara2 gw ngebantahin dongengan dia soal Xue Rengui. wekekekekekekeke
P.S: kalu bernard anggep gw ngehina dia, ya terserah. Sapa yg gak pernah direndahin ama bernard seh disini ?
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Bernard" <bernard.souw@...> wrote:
>
>
>
> Halo rekan2 sekalian,
>
> Pada prinsipnya, istilah Cina tidak berarti penghinaan secara intrinsik, asal tidak sengaja digunakan dengan maksud melecehkan, seperti halnya dengan kata negro untuk orang2 kulit hitam di Amerika. Sebab kata negro itu sendiri artinya yah hitam.
>
> Menurut hemat saya, dan sesuai dengan pakar2 sejarah barat, nama China itu berasal dari Dynasty Qin (Kaisar Qin Shih Huangdi) yang termasur dengan penggalian arkeologi dari tentara terracotta (lihat foto di Situs Private website pribadi <http://www.bernardsouw.com>).
>
> Kaisar Qin Shih Huangdi ini adalah Kaisar yang pertama kali mempersatukan Tiongkok menjadi negara kesatuan yang besarnya kira2 separo dari Kerajaan Han, yang juga kira2 separo dari Tiongkok hari ini:
>
> <http://www.hceis.com/chinabasic/history/Qin%20dynasty%20history.htm>
> The Qin Dynasty(Wade-Giles Ch'in; 221 BC - 207 BC) was preceded by the Zhou Dynasty and followed by the Han Dynasty in China. Qin, which has a pronunciation similar to the English word "chin," is a possible origin of the word "China" (see China in world languages).
> -------------
>
> Sayangnya masyarakat Indonesia, bahkan juga para Profesornya, sampai hari ini masih lebih suka mengacu dan percaya pada dongeng dan sumber2 info yang patut diragukan kebenarannya. Makanya sudah umur 60 tahun masih tidak maju2, bahkan bisa dibilang masih belum dewasa. Seperti dulu saya meragukan kemampuan BJ Habibie dan Profesor Slamet Mulyana, saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata. Baca misalnya, <http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-247-dari-cincai-sampai-siomay.html>
>
> Padahal Mahabharata itu samasekali BUKAN buku ataupun catatan sejarah, melainkan buku DONGENG (epic, epos atau legenda). Tambahan lagi, Mahabharata yang sekarang pun (entah sudah berapa kali dirobah/ditambah) cuma mengetahui bahwa sukubangsa Chinas itu berkulit kuning dan berasal dari utara, serta termasuk dalam tentara Assam (bukan Tiongkok):
>
> <http://en.wikipedia.org/wiki/Chinas>
> In the epic of the Mahabharata, the Chinas appear together with the Kiratas among the armies of king Bhagadatta of Pragjyotisa (Assam). In the Sabhaparvan, the same king is said to be surrounded the Kiratas, and the Cinas. Also in the Bhismaparvan, the army of Bhagadatta is said to consist of the Kirtas and the "yellow-colored" Cinas.
> Bhishamaparva of Mahabharata also lists the Cinas with the Mlechha tribes of the north like the Yavanas, Kambojas, Kuntalas, Hunas, Parasikas, Darunas, Ramanas, Dasamalikas [3]. These verses date to fifth century AD when the Hunas came into contact with Sassanian dynasty of Persia
> --------------
>
> Sepertinya perbedaan yang SEPELE, tetapi dalam perspektif jangka waktu yang lama salah-pengertian ini bisa punya maksud tendensius yang tersembunyi, yaitu meng-SAH-kan dan mengabadikan kata Cina sebagai makian, sama seperti kata "negro" di Amerika yang sebenarnya artinya "hitam". Karena adanya konotasi penghinaan ini, maka kita harus dan wajib menolaknya mentah2, dan hanya mau menerima kata Cina sebagai berasal dari Dinasti Qin dari Kaisar Qin Shih Huangdi, salah satu dari dua kaisar Tiongkok yang terbesar (yang lainnya adalah Kaisar Li Shihmin dari dinasti Tang).
>
> Kita tidak boleh sekali2 mandah saja dengan ajaran yang pseudo ilmiah (pseudo-scientific) tetapi punya maksud tersembunyi yang mau mendiskriminasi kita sebagai warga kelas dua atau bahkan kelas tiga. Sebaliknya kita harus menganggap diri kita sebagai warga dunia kelas wahid, yaitu sebagai keturunan rakyatnya Kaisar Qin Shih Huangdi.
>
>
>
> Salam,
> Bernard Souw
> <http://www.bernardsouw.com>
>
Orang Tionghoa ogah disebut Cina. Karena, katanya, Cina itu kata yang menghina, atau setidaknya mengingatkan mereka pada penghinaan yang dilakukan Jepang sebelum dan setelah Sino-Japanese War. Saya tanya kepada rekan-rekan Tionghoa yang saya kenal baik; apa sebutan di kalangang orang Tionghoa untuk pribumi? Dari sekian belas orang, hanya satu yang mau bicara. Itu pun hanya satu kata; yaitu huanna. Belakangan saya ketahui, ada tiga kata lagi; fan kui, cuo kui, dan tiko. Saya cari arti keempat kata itu. Ternyata; huanna (orang tak beradab), fan kui (manusia iblis), cuo kui (manusia jahat), dan tiko (babi hutan/babi hitam). Fan kui, kata wikipedia, digunakan luas oleh orang Tionghoa di Asia Tenggara, tapi tak dimengerti oleh banyak pribumi. Saya coba tanya lagi kepada rekan-rekan saya masih berbahasa Hokkien, Mandarin, Teochiu. Semuanya membantah, lebih tepatnya menyembunyikan kebenaran arti kata-kata itu. Saya katakan kepada yang lain, barangkali jika saya tanya kepada seribu orang, semuanya akan membantah. Adakah diantara kalian yang tidak ingin berusaha jujur? Semua diam saja. Siapakah sebenarnya yang paling rasis. Jika pribumi hanya menggunakan satu kata; cina -- kata itu pun menjadi pejoratif setelah diber muatan politik oleh Orde Baru -- sedangkan orang Tionghoa menggunakan empat. Kawan saya menambahkan, bukan empat tapi lima. Ada satu kata lagi, yang ia lupa, dan artinya budak. Lalu saya bertanya dalam hati; betapa rendahnya Tionghoa memandang pribumi. Saya tidak ingin mengatakan semua ini kepada orang banyak, juga kepada orang-orang dekat saya, karena khawatir menanamkan kebencian. Lalu saya berpikir, bukankah keluarga-keluarga Tionghoa itu mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk memanggil pribumi dengan sebutan fan kui, cuo kui, huanna, dan tiko. --- Pada Sen, 22/8/11, Ardian <ardi...@yahoo.co.id> menulis: |
Saya tidak ingin mengatakan semua ini kepada orang banyak, juga kepada orang-orang dekat saya, karena khawatir menanamkan kebencian. Lalu saya berpikir, bukankah keluarga-keluarga Tionghoa itu mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk memanggil pribumi dengan sebutan fan kui, cuo kui, huanna, dan tiko.
Saya lahir dalam keluarga Tionghoa, dan orang tua saya maupun kerabat tidak ada satupun yang mengajarkan untuk memanggil pribumi dengan sebutan seperti yang anda katakan itu. Malah beberapa kata tersebut saya baru tahu dari anda di sini. Selama saya hidup, juga tidak pernah mendengar ada orang Tionghoa yang memanggil pribumi dengan kata2 tadi secara frontal. Dan saya juga yakin kalau tidak hanya kata 'cina' saja yang digunakan oleh pribumi untuk menghina orang keturunan Tionghoa, hanya saja yang sering dan frontal diucapkan hanya kata itu.
Saudara Aditya,
Istilah untuk pribumi adalah "inni ren" yg artinya orang Indonesia.
Salam.
Sent from my BlackBerry Wireless Handheld
Powered by Gee! from StarHub
hmmm ada kesalahan pengertian disini, terserah dianggep bela diri or jg artiin yg salah.
-kata fan ·¬ emang mengacu kearah arti barbar, tidak beradab or orang asing. Kata fan ini digunakan utk menyebut bangsa2 diluar tiongkok jaman dulu. Berhubung adanya konsep central dan menganggap bangsa2 disekitarnya itu peradaban rendah, maka kata ·¬ bisa diartikan barbar. Tapi ini adalah pandangan lumrah pada jaman lampau krn Romawi jg berprinsip sama. Selain itu jg Roma dan Tiongkok doeloe itu menghadapi masalah yg sama, gangguan dari suku2 perbatasannya.
-huanna fanzai ·¬×Ð itu adalah bahasa minnan/dialek hokian, nah disini ada uniknya kata ·¬ fan itu memiliki bbrp arti dalam bahasa minnan, arti pertama itu kata ·¬ itu artinya asia tenggara, disebutnya ·¬Æ¬ fanpian utk asia tenggara atau lautan selatan ÄÏÑó/nanyang, arti lain asing dan barbar/tidak berbudaya/perampok. Nah org2 minnan yg merantau ke asteng itu disebutnya fan khe ·¬¿Í oleh org2 yg berada diwilayah fujian terutama wilayah minnan. Fanzai/huana kata2 ini awalnya digunakan utk org2 Eropa dan Jepang yg menyerbu Tiongkok,tidak khusus ditujukan pada pribumi di Asteng. Uniknya dalam perkembangan di daerah Fujian, kata fanzai /huana jg akhirnya ditempel kepada org2 fujian/minnan yg menjadi pengacau atau perampok yg meresahkan rakyat setempat. Kadang jg utk menyebut barang2 import, misalnya semen disebut fanzaihui ·¬×лÒ, contoh laen itu tomat disebut ·¬ÇÑ fan qie£¬ubi disebut ·¬Êí.
-kalu fan gui/fankui banyak org salah arti krn kesamaan bunyi antara ·¬¹í dengan ·¬²z, gui ¹í ini artinya setan dan ²z gui ini artinya gelap. Kata gui ¹í setan sering dipakai utk mrk yg dianggap barbar, misalnya yanggui Ñó¹í utk org barat, tapi utk fan gui bisa disalah artikan, dari yg berarti gelap menjadi setan. Juga bisa diganti kata gelap jadi kata setan.
-tiko dan tibo Øi¸ç Øiĸ itu artinya bukan babi hutan tapi kakak babi dan babi betina, nah ini jelas2 makian kasar dan menghina.
-kalu cuo kui gak pernah denger dipake buat pribumi, suer , tapi kalu artinya biang rese ya aye pernah denger itu kata cuo kui tapi itu gak ama pribumi aja tapi jg ke sesama tionghoa jg kadang dipake, kata laennya yg aye inget itu tukang tiaocok alias tukang bikin kacau, nah itu jg gak kenal suku, yg rese tukang ngaco ya dipanggilnya getu.
-yg kelima ngkale yg dipake itu kata pu ren ƒWÈË alias pembantu, nah kalu itu kata ya di rrt sono jg artinya sama pembantu, kalu budak ya sebutannya beda Å« nu.
Nah disini kita bisa liat arti kata fan ·¬ tidak selalu negatif, bisa diartikan org asing/lain suku hingga yg negatif seperti barbar dan yang jelas2 ngehina itu adalah tiko dan tibo.
Nah seiring dgn jaman, kata2 itu jg jarang dipake, biasanya dipake itu tu ren ÍÁÈË artinya pribumi, tapi umumnya dipake dikalangan ya kelas pelajar alias yg berpendidikan, terutama di RRT dan Taiwan sono dalam banyak tulisan yg membahas masalah Tionghoa di Asteng dan mrk para pelajar itu gak pernah pake kata2 fanzai ·¬×Ð, fangui ·¬²z utk menyebut pribumi. Tapi gak dipungkirin diantara org Tionghoa banyak yg pake kata2 seperti huana, fan/hoan kui itu buat memandang rendah dan ngehina. Kayaknya doeloe jg pernah dibahas dimilist ini dah dan emang dianjurkan jgn dipake. Salah satunya yg ngebahas dan menganjurkan itu apeq Liang U. Tapi gaung milist ini khan terbatas ya.
--- In budaya_...@yahoogroups.com, Aditya Ramadhan <adirama2006@...> wrote:
>
>
> Orang Tionghoa ogah disebut Cina. Karena, katanya, Cina itu kata yang menghina, atau setidaknya mengingatkan mereka pada penghinaan yang dilakukan Jepang sebelum dan setelah Sino-Japanese War.
>
> Saya tanya kepada rekan-rekan Tionghoa yang saya kenal baik; apa sebutan di kalangang orang Tionghoa untuk pribumi? Dari sekian belas orang, hanya satu yang mau bicara. Itu pun hanya satu kata; yaitu huanna.
>
> Belakangan saya ketahui, ada tiga kata lagi; fan kui, cuo kui, dan tiko. Saya cari arti keempat kata itu. Ternyata; huanna (orang tak beradab), fan kui (manusia iblis), cuo kui (manusia jahat), dan tiko (babi hutan/babi hitam).
>
> Fan kui, kata wikipedia, digunakan luas oleh orang Tionghoa di Asia Tenggara, tapi tak dimengerti oleh banyak pribumi.
>
> Saya coba tanya lagi kepada rekan-rekan saya masih berbahasa Hokkien, Mandarin, Teochiu. Semuanya membantah, lebih tepatnya menyembunyikan kebenaran arti kata-kata itu. Saya katakan kepada yang lain, barangkali jika saya tanya kepada seribu orang, semuanya akan membantah.
>
> Adakah diantara kalian yang tidak ingin berusaha jujur? Semua diam saja. Siapakah sebenarnya yang paling rasis. Jika pribumi hanya menggunakan satu kata; cina -- kata itu pun menjadi pejoratif setelah diber muatan politik oleh Orde Baru -- sedangkan orang Tionghoa menggunakan empat.
>
> Kawan saya menambahkan, bukan empat tapi lima. Ada satu kata lagi, yang ia lupa, dan artinya budak. Lalu saya bertanya dalam hati; betapa rendahnya Tionghoa memandang pribumi.
>
> Saya tidak ingin mengatakan semua ini kepada orang banyak, juga kepada orang-orang dekat saya, karena khawatir menanamkan kebencian. Lalu saya berpikir, bukankah keluarga-keluarga Tionghoa itu mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk memanggil pribumi dengan sebutan fan kui, cuo kui, huanna, dan tiko.
>
>
>
>
> --- Pada Sen, 22/8/11, Ardian <ardian_c@...> menulis:
>
> Dari: Ardian <ardian_c@...>
> Judul: [budaya_tionghua] Re: Istilah "Cina","China" dan "Tionghoa"
> Kepada: budaya_...@yahoogroups.com
> Tanggal: Senin, 22 Agustus, 2011, 9:47 AM
>
>
>
>
>
>
>
> Â
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> waduh, seolah2 yg pakar2 barat itu bener ya ? hmm itu yg bilang kata China dari dinasti Qin adalah pastor jesuit Martino Martin di abad ke 17 toh. Sayangnya banyak pakar2 barat maen jeplak anggep itu kata bener.
>
>
>
> Karena ada org yg hobby maen wikipedia, nah ini jg dari wikipedia
>
>
>
> ´ÇÃ"´
>
>
>
> ¡°Ö§ÄÇ¡±Ã'»´ÊÃ'»ËµÀ´×Ã"Ã"¡¶ÈµÄèóÎÄ£¬Ã"ÚèóÎĵľÂµäÖà Ã'Ã"chin£¨èóÎÄ£ºचीन£©³ÆºôÖà ¹ú£»à ¨³£Èà ΪÀ´Ã"´Ã"Ú¡°ÇØ¡±·¢Ã'ôµÄת±ä£¬Ã'²¿ÉÄÜÀ´×Ã"¡°½ú¡±£¨chin£©[À´Ã"´ÇëÇó]¡£¡¶´Çº£¡·½â£º¡°èóÃ"ïνÖà ¹úΪ֧ÄÇ£¬Ã'à ×÷Ö¬ÄÇ¡¢Õ𵩡¢Õ浤¡¢Õ浩¡¢Õñµ©¡¢Éñµ¤µÈ¡±¡£
>
> <http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%94%AF%E9%82%A3 >
>
>
>
> Nah kalu sumber yg dicomot ama Bernard itu khan nulis "Qin, which has a pronunciation similar to the English word "chin," is a possible origin of the word "China" (see China in world languages)." <http://www.hceis.com/chinabasic/history/Qin%20dynasty%20history.htm >
>
>
>
> Nah kalu nurut wikipedia yg dikutip ame Bernard jg nulis "The name Cina is commonly believed to have been derived from either the Qin (Tsin or Chin) dynasty which rule in China from 221 BC[1] or the earlier Qin state which later became the Qin dynasty. The Greco-Romans referred to China as Sina, or Sinae." <http://en.wikipedia.org/wiki/Chinas>
>
>
>
> Nah kita liat arti kata possible dan believe, mungkin dan dipercaya.
>
>
>
> Dalam sejarah, dituliskan salah satu komoditas ekspor yg utama dari jaman Chun Qiu dan Zhaguo trus sampe pertengahan dinasti Qing itu adalah sutra.
>
> So, krn doeloe transportasi gak segampang sekarang dan perdagangan itu melalui banyak pedagang perantara, makanya gak aneh sebutan org Yunani buat negara penghasil sutra ( daratan Tiongkok ) adalah seres atau sinica yg berasal dari kata ½z si /sutra.
>
> Nah porselein itu waktu jaman Chunqiu dan Zhanguo bukan komoditas ekspor, nah kenapa china itu artinya porselein ? Emangnya jaman Qin Shihuang udah ekspor porselein ?
>
>
>
> Nah maen2 lage wikipedia, moga2 aja dianggap sahih kalu aye yg kutip ama bernard.
>
> < http://en.wikipedia.org/wiki/Seres >
>
>
>
> Seres (Gr. ¦²ῆ¦Ã`¦Åς, Lat. S¨¥r¨¥s) was the ancient Greek and Roman name for the inhabitants of eastern Central Asia, but could also extend to a number of other Asian people in a wide arc from China to India.[1] It meant "of silk," or people of the "land where silk comes from." The country of the Seres was Serica.
>
>
>
> The name is thought to derive from the Chinese word for silk, si (Traditional Chinese: ½z; Simplified Chinese: Ë¿; pinyin: s¨©). It is itself at the origin of the Latin for "silk", s¨¥rĭcă.
>
>
>
> Neh dikasih tulisan Ji Xianlin, tapi as usual, kalu kata bernard yg bener mah pakar sejarah barat wekekekekekeke.
>
> <<< Catatan yang menulis detail tentang sutra dari Tiongkok ada dalam buku Arthasastra yang ditulis oleh Kautiliya, pada masa pemerintahan Candra Gupta. Artinya minimal pada abad ke 4 BCE sudah ada sutra disana dan bisa pada masa sebelumnya sudah ada. Tulisannya berbunyi sbb: ¡°kauseyam cinapattasca cinabhumijah¡±.
> > >   Re: Istilah "Cina", "China" dan â€Å"Tionghoa�:
>
> > > ÂÂ
>
> > > Perlu disimak lebih lanjut urusan yang aktuil ini, urusan sebuah panggilan yang tertuju
>
> > > ke etnis Tionghoa, yang bisa dikatakan mulai mencuat keluar dalam era Orba, dan sampai
>
> > > sekarangpun belum terlihat ada penuntasan-nya. Urusan sebutan Tionghoa jadi Cina, Tiongkok
>
> > > jadi Cina, yang perlu dihayati karena dalam zaman maju/modern saat ini, perkara menghina,
>
> > > apalagi menghina golongan tertentu, dan lebih2 penghinaan ini sepertinya direstui oleh, mula2
>
> > > oleh Orba bahkan dituangkan dalam sebuah UU rupanya sangat dis-esalkan.
>
> > >
>
> > > Mudah2-an dengan banyaknya suara yang ingin memberikan kontribusi-nya demi penuntasan
>
> > > urusan sebutan yang derogatip ini, dihilangkan-nya kendala ini, demi pembangunan negara,
>
> > > mudah2-an dalam waktu dekat bisa dilestarikan semua idaman2 golongan yang progresip
>
> > > agar kerukunan antar etnis bisa terjaga demi kemajuan negara dan keadilan bagi semua.
>
> > >
>
> > > Selain pikran penulis, juga disimak disini tulisan2 yang dijadikan reference bagi kelanjutan
>
> > > tulisan saya, saya ambil beberapa tema yang dikemukan oleh penulis2 Bpk. Leo Suryadinata
>
> > > dan Bpk Charles Coppel.
>
> > >
>
> > >  Sudah sejak penjajahan Belanda/masa kemerdekaan/ masa Orla dan masa Orba,
>
> > >  golongan etnis Tionghoa itu memangnya tidak homogin. Ada tiga blok yang hidup di era
>
> > > penjajahan, ada yang berkiblat ke Tiongkok, ada yang berkiblat ke
>
> > > Belanda (Hindia Belanda) dan juga ada yang berkiblat ke Indonesia.
>
> > > Di era kemerdekaan, tinggal dua golongan yang berkiblat ke Tiongkok
>
> > > dan yang berkiblat ke Indonesia. Yang berkiblat ke Indonesia pun dalam
>
> > > era Orla sudah pecah; ada yang secara tidak langsung berkiblat ke
>
> > > Tiongkok karena hubungan eratnya dengan PKI, seperti Baperki. Sebagai
>
> > > saingan-nya LPKB yang visinya dalam pembangunan negara ingin
>
> > > memberikan peranan kepada etnis Tionghoa dengan catatan, etnis
>
> > > Tionghoa bisa ikut serta dalam kehipan negara dengan cara membaur
>
> > > total, atau dengan asimilasi.
>
> > >
>
> > > Yang jadi pertanyaan kenapa begitu sukarnya etnis Tionghoa ini dalam
>
> > > karier-nya sebagai warga negara dalam kinerjanya ikut sama2 membangun
>
> > > negara? Sudah diketahui dalam sejarah masa pendudukan Belanda, bahwa
>
> > > etnis Tionghoa diberikan tugas sebagai perantara dalam bidang ekonomi
>
> > > menjembatani kehidupan ekonomi antara Belanda dan Pribumi. Jadi secara
>
> > > tidak langsung Belanda sudah meng-aplikasikan politik "divide and
>
> > > rule", sehingga etnis Tionghoa itu tumbuh sebagai kekuatan ekonomis
>
> > > kelas menengah , dengan ciri2 seperti yang selalu di-sebut2 sebagai
>
> > > golongan eksklusip dan mandiri dalam segi kulturil/sosio.
>
> > >
>
> > > Menengok sejarah yang lampau di era bangkitnya Orba, approach
>
> > > pemerintah Suharto rupanya tidak mengenai sasaran-nya yang hendak di
>
> > > harapkan yakni mem-baurkan etnis Tionghoa ini dalam masyarakat luas.
>
> > > Per-tama2 pemerintah Orba merangkul LPKB yang punya policy
>
> > > pembauran/asimilasi dan per-tama2 di aktipkan step urusan ganti
> > > menghilangkan rasa inferior, tidak dimulai dengan suatu tindakan
>
> > > dengan cara melemparkan ungkapan derogatip yang menghina dengan
>
> > > sebutan ....Cina itu. Sudah di paparkan dalam tulisan Bpk Eddie
>
> > > Lembong atas asal usul kata2 Tionghoa, Tiongkok seperti dibawah.
>
> > > Runtutan selanjutnya urusan etnis Tionghoa ini bisa kita baca
>
> > > ungkapan-nya Maj.Sumitro...." menekankan agar wn Indonesia menarik
>
> > > dengan tegas garis antara yang WNI dan yang WNA......sekalipun mereka
>
> > > anggota keluarga sendiri" Disini bisa kita lihat adanya suatu
>
> > > kebencian kepada Tiongkok di era itu. Imbuhan-nya (Maj.Sumitro: keturunan
>
> > > Tionghoa tidak perlu tersinggung disebut Cina ,karena keturunan
>
> > > Tionghoa sudah berada dalam keluarga besar orang
>
> > > Indonesia.....seterusnya beliau meneruskan dengan cara yang tidak
>
> > > rasionil dengan lanjutan ......"kami tidak dapat melihat lagi adanya
>
> > > klenteng itu, demikian juga dengan petilasan2 yang dihiasi dengan
>
> > > gambar2 yang berbau Cina. Kami akan mengembalikan kepada yang asli,
>
> > > dan tindakan kami ini supaya diterima. Perayaan Imlek tidak perlu
>
> > > diadakan lagi kecuali oleh WN asing...."
>
> > >
>
> > > Budaya, kultur seseorang itu tidak bisa dijadikan ukuran akan
>
> > > orientasi individu itu akan tertuju kemana. Yang diperlukan untuk
>
> > > memicu seorang individu itu bisa menyumbangkan kiprahnya yalah
>
> > > membangkitkan rasa nasionalismenya , dalam wacana ,dengan membina
>
> > > hukum yang baik bagi semua warga negara dalam suatu negara.
>
> > >
>
> > > Jadi achirurkalam, ujung2nya kata2 Cina itu dirumuskan, menurut
>
> > > sumbernya ya tidak lain dipicu oleh perasaan dengki , dengan
>
> > > sendirinya bila suatu tindakan ini didorong oleh perasan dengki, maka
>
> > > hasilnya akan counter productive. Apa yang bisa dikerjakan oleh
>
> > > pemerintah selanjutnya, ya benahi hukum, atur urusan wn tidak pandang
>
> > > warna kulit, cabut aturan warisan rezim2 lampau yang berbau
>
> > > rasialistis.
>
> > >
>
> > > Harry Adinegara
>
> > >
>
> >
>
Tambahan kalau kita mengacu kata ·¬ fan sebagai nanyang ÄÏÑó /asia tenggara, maka kalau pakai kata ·¬²z fangui disini bisa diartikan penduduk asia tenggara yg berkulit gelap/sawo, tapi kalau ditulis fangui ·¬¹í fangui/setan di nanyang, maka jelas artinya sudah negatif dan menghina.
BTW semua encoding pakai font traditional
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Ardian" <ardian_c@...> wrote:
>
> hmmm ada kesalahan pengertian disini, terserah dianggep bela diri or jg artiin yg salah.
>
> -kata fan ·¬ emang mengacu kearah arti barbar, tidak beradab or orang asing. Kata fan ini digunakan utk menyebut bangsa2 diluar tiongkok jaman dulu. Berhubung adanya konsep central dan menganggap bangsa2 disekitarnya itu peradaban rendah, maka kata ·¬ bisa diartikan barbar. Tapi ini adalah pandangan lumrah pada jaman lampau krn Romawi jg berprinsip sama. Selain itu jg Roma dan Tiongkok doeloe itu menghadapi masalah yg sama, gangguan dari suku2 perbatasannya.
>
> -huanna fanzai ·¬×Ð itu adalah bahasa minnan/dialek hokian, nah disini ada uniknya kata ·¬ fan itu memiliki bbrp arti dalam bahasa minnan, arti pertama itu kata ·¬ itu artinya asia tenggara, disebutnya ·¬Æ¬ fanpian utk asia tenggara atau lautan selatan ÄÏÑó/nanyang, arti lain asing dan barbar/tidak berbudaya/perampok. Nah org2 minnan yg merantau ke asteng itu disebutnya fan khe ·¬¿Í oleh org2 yg berada diwilayah fujian terutama wilayah minnan. Fanzai/huana kata2 ini awalnya digunakan utk org2 Eropa dan Jepang yg menyerbu Tiongkok,tidak khusus ditujukan pada pribumi di Asteng. Uniknya dalam perkembangan di daerah Fujian, kata fanzai /huana jg akhirnya ditempel kepada org2 fujian/minnan yg menjadi pengacau atau perampok yg meresahkan rakyat setempat. Kadang jg utk menyebut barang2 import, misalnya semen disebut fanzaihui ·¬×лÒ, contoh laen itu tomat disebut ·¬ÇÑ fan qie£¬ubi disebut ·¬Êí.
>
> -kalu fan gui/fankui banyak org salah arti krn kesamaan bunyi antara ·¬¹í dengan ·¬²z, gui ¹í ini artinya setan dan ²z gui ini artinya gelap. Kata gui ¹í setan sering dipakai utk mrk yg dianggap barbar, misalnya yanggui Ñó¹í utk org barat, tapi utk fan gui bisa disalah artikan, dari yg berarti gelap menjadi setan. Juga bisa diganti kata gelap jadi kata setan.
>
> -tiko dan tibo Øi¸ç Øiĸ itu artinya bukan babi hutan tapi kakak babi dan babi betina, nah ini jelas2 makian kasar dan menghina.
>
> -kalu cuo kui gak pernah denger dipake buat pribumi, suer , tapi kalu artinya biang rese ya aye pernah denger itu kata cuo kui tapi itu gak ama pribumi aja tapi jg ke sesama tionghoa jg kadang dipake, kata laennya yg aye inget itu tukang tiaocok alias tukang bikin kacau, nah itu jg gak kenal suku, yg rese tukang ngaco ya dipanggilnya getu.
>
> -yg kelima ngkale yg dipake itu kata pu ren ƒWÈË alias pembantu, nah kalu itu kata ya di rrt sono jg artinya sama pembantu, kalu budak ya sebutannya beda Å« nu.
>
> Nah disini kita bisa liat arti kata fan ·¬ tidak selalu negatif, bisa diartikan org asing/lain suku hingga yg negatif seperti barbar dan yang jelas2 ngehina itu adalah tiko dan tibo.
>
> Nah seiring dgn jaman, kata2 itu jg jarang dipake, biasanya dipake itu tu ren ÍÁÈË artinya pribumi, tapi umumnya dipake dikalangan ya kelas pelajar alias yg berpendidikan, terutama di RRT dan Taiwan sono dalam banyak tulisan yg membahas masalah Tionghoa di Asteng dan mrk para pelajar itu gak pernah pake kata2 fanzai ·¬×Ð, fangui ·¬²z utk menyebut pribumi. Tapi gak dipungkirin diantara org Tionghoa banyak yg pake kata2 seperti huana, fan/hoan kui itu buat memandang rendah dan ngehina. Kayaknya doeloe jg pernah dibahas dimilist ini dah dan emang dianjurkan jgn dipake. Salah satunya yg ngebahas dan menganjurkan itu apeq Liang U. Tapi gaung milist ini khan terbatas ya.
>
>
> --- In budaya_...@yahoogroups.com, Aditya Ramadhan <adirama2006@> wrote:
> >
> >
> > Orang Tionghoa ogah disebut Cina. Karena, katanya, Cina itu kata yang menghina, atau setidaknya mengingatkan mereka pada penghinaan yang dilakukan Jepang sebelum dan setelah Sino-Japanese War.
> >
> > Saya tanya kepada rekan-rekan Tionghoa yang saya kenal baik; apa sebutan di kalangang orang Tionghoa untuk pribumi? Dari sekian belas orang, hanya satu yang mau bicara. Itu pun hanya satu kata; yaitu huanna.
> >
> > Belakangan saya ketahui, ada tiga kata lagi; fan kui, cuo kui, dan tiko. Saya cari arti keempat kata itu. Ternyata; huanna (orang tak beradab), fan kui (manusia iblis), cuo kui (manusia jahat), dan tiko (babi hutan/babi hitam).
> >
> > Fan kui, kata wikipedia, digunakan luas oleh orang Tionghoa di Asia Tenggara, tapi tak dimengerti oleh banyak pribumi.
> >
> > Saya coba tanya lagi kepada rekan-rekan saya masih berbahasa Hokkien, Mandarin, Teochiu. Semuanya membantah, lebih tepatnya menyembunyikan kebenaran arti kata-kata itu. Saya katakan kepada yang lain, barangkali jika saya tanya kepada seribu orang, semuanya akan membantah.
> >
> > Adakah diantara kalian yang tidak ingin berusaha jujur? Semua diam saja. Siapakah sebenarnya yang paling rasis. Jika pribumi hanya menggunakan satu kata; cina -- kata itu pun menjadi pejoratif setelah diber muatan politik oleh Orde Baru -- sedangkan orang Tionghoa menggunakan empat.
> >
> > Kawan saya menambahkan, bukan empat tapi lima. Ada satu kata lagi, yang ia lupa, dan artinya budak. Lalu saya bertanya dalam hati; betapa rendahnya Tionghoa memandang pribumi.
> >
> > Saya tidak ingin mengatakan semua ini kepada orang banyak, juga kepada orang-orang dekat saya, karena khawatir menanamkan kebencian. Lalu saya berpikir, bukankah keluarga-keluarga Tionghoa itu mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk memanggil pribumi dengan sebutan fan kui, cuo kui, huanna, dan tiko.
> >
> >
> >
> >
> > --- Pada Sen, 22/8/11, Ardian <ardian_c@> menulis:
> >
> > Dari: Ardian <ardian_c@>
> > Judul: [budaya_tionghua] Re: Istilah "Cina","China" dan "Tionghoa"
> > Kepada: budaya_...@yahoogroups.com
> > Tanggal: Senin, 22 Agustus, 2011, 9:47 AM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Â
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > waduh, seolah2 yg pakar2 barat itu bener ya ? hmm itu yg bilang kata China dari dinasti Qin adalah pastor jesuit Martino Martin di abad ke 17 toh. Sayangnya banyak pakar2 barat maen jeplak anggep itu kata bener.
> >
> >
> >
> > Karena ada org yg hobby maen wikipedia, nah ini jg dari wikipedia
> >
> >
> >
> > ´Ç "´
> >
> >
> >
> > ¡°Ö§ÄÇ¡± '»´Ê '»ËµÀ´× " "¡¶ÈµÄèóÎÄ£¬ "ÚèóÎĵľÂµäÖà ' "chin£¨èóÎÄ£ºचीन£©³ÆºôÖà ¹ú£»à ¨³£Èà ΪÀ´ "´ "Ú¡°ÇØ¡±·¢ 'ôµÄת±ä£¬ '²¿ÉÄÜÀ´× "¡°½ú¡±£¨chin£©[À´ "´ÇëÇó]¡£¡¶´Çº£¡·½â£º¡°èó "ïνÖà ¹úΪ֧ÄÇ£¬ 'à ×÷Ö¬ÄÇ¡¢Õ𵩡¢Õ浤¡¢Õ浩¡¢Õñµ©¡¢Éñµ¤µÈ¡±¡£
Semua bangsa memiliki julukan negatif thd bangsa lain. Tingkat negatifnya bukanlah membandingkan ada berapa banyak variant istilah yg dipakai, tapi seberapa intens pemakaian istilah2 itu.
Saya lihat, pemakaian istilah hinaan thd kaum pribumi cenderung semakin surut, saya percaya banyak anak muda tionghoa yg lahir setelah tahun 80an banyak yg merasa asing dng istilah2 jadul itu, yakinlah, mereka bukan berusaha me nutup2i, wong dng istilah tionghoa tiongkok saja mereka merasa asing kok! Saya pernah dengar mereka pada meringis saat pertama kali disuruh mengucapkan istilah tiongkok.
Sebaliknya, istilah cina yg dizaman orla hanya dipakai utk obrolan non formal di kalangan tertutup, sekarang malah diangkat menjadi ucapan formal! Semua orang bebas men cina2kan orang!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Sayangnya masyarakat Indonesia, bahkan juga para Profesornya, sampai hari ini masih lebih suka mengacu dan percaya pada dongeng dan sumber2 info yang patut diragukan kebenarannya. Makanya sudah umur 60 tahun masih tidak maju2, bahkan bisa dibilang masih belum dewasa. Seperti dulu saya meragukan kemampuan BJ Habibie dan Profesor Slamet Mulyana, saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata.
====================
Yah kumat lagi , si Bernard Souw , makanya dia sampai berpuluh2 tahun juga ndak ada kemajuan ..selain mendiskreditkan Habibie dstnya
Negro memang artinya hitam , contohnya Montenegro , monte = mount , negro = black ,
J.L. Dillard points out, even nigger was not offensive to Blacks until whites used it in a derogatory way (1977, 96)
Phd apa Phd sih ? tau pergeseran makna gak sih ? yankee ajah berubah2 makna seiring sejarahnya .....Jadi maaf ajah kalau saya meragukan kemampuan anda , karena keliatannya kurang literatur sebagai ciri kaum berpendidikan .....
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "Bernard" <bernard.souw@...> wrote:
>
>
>
> Halo rekan2 sekalian,
>
> Pada prinsipnya, istilah Cina tidak berarti penghinaan secara intrinsik, asal tidak sengaja digunakan dengan maksud melecehkan, seperti halnya dengan kata negro untuk orang2 kulit hitam di Amerika. Sebab kata negro itu sendiri artinya yah hitam.
>
> Menurut hemat saya, dan sesuai dengan pakar2 sejarah barat, nama China itu berasal dari Dynasty Qin (Kaisar Qin Shih Huangdi) yang termasur dengan penggalian arkeologi dari tentara terracotta (lihat foto di Situs Private website pribadi <http://www.bernardsouw.com>).
>
> Kaisar Qin Shih Huangdi ini adalah Kaisar yang pertama kali mempersatukan Tiongkok menjadi negara kesatuan yang besarnya kira2 separo dari Kerajaan Han, yang juga kira2 separo dari Tiongkok hari ini:
>
> <http://www.hceis.com/chinabasic/history/Qin%20dynasty%20history.htm>
> The Qin Dynasty(Wade-Giles Ch'in; 221 BC - 207 BC) was preceded by the Zhou Dynasty and followed by the Han Dynasty in China. Qin, which has a pronunciation similar to the English word "chin," is a possible origin of the word "China" (see China in world languages).
> -------------
>
> Sayangnya masyarakat Indonesia, bahkan juga para Profesornya, sampai hari ini masih lebih suka mengacu dan percaya pada dongeng dan sumber2 info yang patut diragukan kebenarannya. Makanya sudah umur 60 tahun masih tidak maju2, bahkan bisa dibilang masih belum dewasa. Seperti dulu saya meragukan kemampuan BJ Habibie dan Profesor Slamet Mulyana, saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata. Baca misalnya, <http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-247-dari-cincai-sampai-siomay.html>
>
> Padahal Mahabharata itu samasekali BUKAN buku ataupun catatan sejarah, melainkan buku DONGENG (epic, epos atau legenda). Tambahan lagi, Mahabharata yang sekarang pun (entah sudah berapa kali dirobah/ditambah) cuma mengetahui bahwa sukubangsa Chinas itu berkulit kuning dan berasal dari utara, serta termasuk dalam tentara Assam (bukan Tiongkok):
>
> <http://en.wikipedia.org/wiki/Chinas>
> In the epic of the Mahabharata, the Chinas appear together with the Kiratas among the armies of king Bhagadatta of Pragjyotisa (Assam). In the Sabhaparvan, the same king is said to be surrounded the Kiratas, and the Cinas. Also in the Bhismaparvan, the army of Bhagadatta is said to consist of the Kirtas and the "yellow-colored" Cinas.
> Bhishamaparva of Mahabharata also lists the Cinas with the Mlechha tribes of the north like the Yavanas, Kambojas, Kuntalas, Hunas, Parasikas, Darunas, Ramanas, Dasamalikas [3]. These verses date to fifth century AD when the Hunas came into contact with Sassanian dynasty of Persia
> --------------
>
> Sepertinya perbedaan yang SEPELE, tetapi dalam perspektif jangka waktu yang lama salah-pengertian ini bisa punya maksud tendensius yang tersembunyi, yaitu meng-SAH-kan dan mengabadikan kata Cina sebagai makian, sama seperti kata "negro" di Amerika yang sebenarnya artinya "hitam". Karena adanya konotasi penghinaan ini, maka kita harus dan wajib menolaknya mentah2, dan hanya mau menerima kata Cina sebagai berasal dari Dinasti Qin dari Kaisar Qin Shih Huangdi, salah satu dari dua kaisar Tiongkok yang terbesar (yang lainnya adalah Kaisar Li Shihmin dari dinasti Tang).
>
> Kita tidak boleh sekali2 mandah saja dengan ajaran yang pseudo ilmiah (pseudo-scientific) tetapi punya maksud tersembunyi yang mau mendiskriminasi kita sebagai warga kelas dua atau bahkan kelas tiga. Sebaliknya kita harus menganggap diri kita sebagai warga dunia kelas wahid, yaitu sebagai keturunan rakyatnya Kaisar Qin Shih Huangdi.
>
>
>
> Salam,
> Bernard Souw
> <http://www.bernardsouw.com>
>
Saya senang sekakli dengan otokritik semodel ini...
kata pepatah orang-orang tua dulu : kalau dicubit sakit, JANGAN menyubit... atau dengan kata lain, kalau dihina orang menyakitkan, JANGAN menghina...
sekedar berbagi,
|
|
Tanggal: Senin, 22 Agustus, 2011, 1:45 AM |
Terima kasih, Anda memperkaya pengetahuan saya. |
--- Pada Sen, 22/8/11, Ardian <ardi...@yahoo.co.id> menulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
------------------------------------
.: Forum Diskusi Budaya dan Sejarah Tionghua :.
.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
budaya_tion...@yahoogroups.com
budaya_tionghu...@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tiongh...@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Hehehehe... kebetulan tee-cu penggemar wayang, terutama wayang orang..
namun sepanjang pengetahuan tee-cu, dalam cerita Mahabharata belum
pernah terbaca atau terdengar kata "Cina", entah apakah kata itu muncul
dalam cerita berbahasa Pali (dengan huruf Palawa) atau apa yang belum
pernah saya baca, namun sementara ini saya rasa alasan ko Dada
menyangsikannya adalah benar...
On 8/22/11 9:03 AM, Dada wrote:
> -cut- saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata.
>
Setuja ,toleransi berlaku 2 arah tanpa hrs mempersoalkan siapa yg harus melakukannya lebih dulu.
Sekedar curhat ,
Xun chen
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Saya senang sekakli dengan otokritik semodel ini...
kata pepatah orang-orang tua dulu : kalau dicubit sakit, JANGAN menyubit... atau dengan kata lain, kalau dihina orang menyakitkan, JANGAN menghina...
sekedar berbagi,
|
bahasa sankrit
--- In budaya_...@yahoogroups.com, Lauw Ong Bun <ayam_obat@...> wrote:
>
> Hehehehe... kebetulan tee-cu penggemar wayang, terutama wayang orang..
> namun sepanjang pengetahuan tee-cu, dalam cerita Mahabharata belum
> pernah terbaca atau terdengar kata "Cina", entah apakah kata itu muncul
> dalam cerita berbahasa Pali (dengan huruf Palawa) atau apa yang belum
> pernah saya baca, namun sementara ini saya rasa alasan ko Dada
> menyangsikannya adalah benar...
>
> On 8/22/11 9:03 AM, Dada wrote:
> > -cut- saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata.
> >
>
bahasa sankrit
--- In budaya_...@yahoogroups.com, Lauw Ong Bun <ayam_obat@...> wrote:
>
> Hehehehe... kebetulan tee-cu penggemar wayang, terutama wayang orang..
> namun sepanjang pengetahuan tee-cu, dalam cerita Mahabharata belum
> pernah terbaca atau terdengar kata "Cina", entah apakah kata itu muncul
> dalam cerita berbahasa Pali (dengan huruf Palawa) atau apa yang belum
> pernah saya baca, namun sementara ini saya rasa alasan ko Dada
> menyangsikannya adalah benar...
>
> On 8/22/11 9:03 AM, Dada wrote:
> > -cut- saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata.
> >
>
Kalo yg begituan jarang yg nyimak, tp klo balada st bernard banyak yg respon. Wekekkeek
bahasa sankrit
--- In budaya_...@yahoogroups.com, Lauw Ong Bun <ayam_obat@...> wrote:
>
> Hehehehe... kebetulan tee-cu penggemar wayang, terutama wayang orang..
> namun sepanjang pengetahuan tee-cu, dalam cerita Mahabharata belum
> pernah terbaca atau terdengar kata "Cina", entah apakah kata itu muncul
> dalam cerita berbahasa Pali (dengan huruf Palawa) atau apa yang belum
> pernah saya baca, namun sementara ini saya rasa alasan ko Dada
> menyangsikannya adalah benar...
>
> On 8/22/11 9:03 AM, Dada wrote:
> > -cut- saya disini meragukan guru besar Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami yang mengatakan bahwa kata Cina berasal dari Mahabharata.
> >
>
Betulllll
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Maaf, ternyata benar.. sudah pernah dibahas dan ada arsipnya..
Saya yang kurang teliti tidak mencari arsipnya dulu, malah langsung
bertanya.. sekali lagi mohon maaf..
Soja,
Ong Bun
On 8/23/11 10:48 AM, agoen...@yahoo.com wrote:
>
>
> Kalo yg begituan jarang yg nyimak, tp klo balada st bernard banyak yg
> respon. Wekekkeek
> ----------------------------------------------------------
> *From: * Nawanug gunawaN <gun...@gmail.com>
> *Sender: * budaya_...@yahoogroups.com
> *Date: *Tue, 23 Aug 2011 10:19:15 +0700
> *To: *<budaya_...@yahoogroups.com>
> *ReplyTo: * budaya_...@yahoogroups.com
> *Subject: *Re: [budaya_tionghua] Mahabharata (was: Re: Istilah
> "Cina","China" dan "Tionghoa")
>
>
>
> sdr. Ardian,
>
> ini pan sudah di bahas panjang lebar, baru beberapa bulan lalu.
> masak dah pada lupa ya :D
>
>
>
> 2011/8/23 Ardian <ardi...@yahoo.co.id <mailto:ardi...@yahoo.co.id>>
>
> __
> �
>
> bahasa sankrit
>