ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?

137 views
Skip to first unread message

BUD'S

unread,
Apr 29, 2005, 2:03:05 AM4/29/05
to budaya_...@yahoogroups.com
TETANGGAKU ENGKONG ACONG

Kalau seseorang melihat garis-garis yang panjang melipat dan dalam yang
menuakan wajah Engkong Acong, rasanya nggak perlu jadi seorang pakar
peramal kalau hanya untuk mengetahui macam mana kehidupan yang pernah
dilalui Engkong, tetanggaku.

Sampai sekarang Engkong masih sehat-sehat, walaupun sudah melalui musin
penghujan dan kemarau sebanyak 76 kali. Badannya memang nggak setegap
dulu lagi, dan juga sudah banyak muncul bintik-bintik hitam yang selalu
menghiasi kulit semua orang yang sudah uzur. Saya tahu begitu, karena
Ia suka membuka bajunya berjemur di depan rumahnya setiap jam 10 pagi.
Ia
suka sekali menceritakan pengalaman kuda gigit besinya, waktu orang
berambut
merah - demikian istilahnya untuk penjajah Belanda dan si Jepang yang
kate
berkuasa di Indonesia. Setiap ada kesempatan, di malam hari ketika kami,
yang waktu itu masih anak-anak bermain dan berkumpul di terasnya, ia pun
mulai mengisahkan kepahitan hidup yang pernah dijalaninya dulu, berharap
kami belajar makna kehidupan dan menghargai setiap butir nasi yang
tersedia
di piring kami, walaupun bagi kami cerita-ceritanya itu sering hanya
numpang lewat di telinga saja.

Engkong Acong memang lahir di Indonesia, dan belum pernah sekalipun
menginjakkan kakinya di Tiongkok, tanah leluhurnya. Waktu itu keadaannya
miskin banget, sama seperti orang-orang lainnya pada jaman tersebut.
Namun sekarang ia sudah hidup lumayan layak, disokong keenam anaknya
yang
sudah bekerja dan menikah semua. Pekerjaan pertama Engkong adalah
penjual
rokok pajangan/stand kecil di tepi jalan samping pelabuhan kota kami.
Bersama
penjual rokok lainnya mereka mengais-ngais rezeki sekedar untuk tetap
dapat
bertahan hidup dari hari ke hari. Perbedaannya - this is the best part,
menurut Engkong sendiri - kalau makan siang, ketika yang lain makan nasi
bungkus Padang pake daging ayam, Acong kecil yang baru 14 tahun, hanya
makan nasi putih yang dibawa dari rumah dengan lauk asinan yang
sangat-sangat murah. Selang lima tahun kemudian, Engkong sudah punya
toko
kelontong kecil di sana, sedangkan penjual rokok sejaman dia pada nggak
tahu sudah kemana.

Ganasnya hidup di jaman penjajahan, bersama-sama penduduk lainnya
keluarga
Engkong sering harus berpindah tempat mengungsi karena ada pengeboman
dan
peperangan di mana-mana. Ketika kembali, adalah pahit sekali saat
seseorang
harus menerima kenyataan kalo rumah dan harta benda sudah ludes dan
betapa
mereka harus memulai dari awal lagi - itu terjadi berulang kali. Banyak
pula keluarga atau saudara Engkong yang dibunuh Jepang, hanya karena
membela rakyat. Namun nggak ada satu pun orang Tionghoa yang tercatat
sebagai pejuang dalam buku sejarah, entahlah, mungkin lembaran tersebut
lepas dari bukunya.

Kemudian datanglah saat-saat paling suram dalam hidup Engkong Acong.
Zaman revolusi telah tiba, ketika di tahun 66, tak ada satu kali pun
Engkong
menyangka jika orang-orang berkulit kuning akan dimusuhi dan dituduh
komunis, walaupun banyak dari mereka yang tidak tahu apa-apa, hanya tahu
bagaimana supaya periuk nasinya di dapur setiap hari ada mendidih saja.
Sejak saat itulah kehidupan nasib Engkong dan semua orang Tionghoa di
Indonesia berubah, bagaikan orang kulit hitam di negeri Barat sana.
Semua
hal-hal yang berbau Tionghoa dicoba dihilangkan baunya, termasuk juga
perayaan Tahun Baru sesuai dengan adat dan kepercayaan yang dianut
seseorang, yang walaupun sudah dijamin UUD 1945 itu. Bukan itu saja,
katanya KTP untuk Engkong Acong juga ada spesifikasi khususnya, lain
dengan
Joko dan Sitorus punya. Anak-anak Engkong sampai cucu-cucunya juga harus
punya SBKRI, untuk dapat sekolah, padahal sudah jelas-jelas lahir di
Indonesia dan punya bukti identitas Kartu Penduduk, sementara Engkong
Acong
sendiri sudah punya. Kalau Engkong adalah sudah orang Indonesia, lalu
mengapa pula dipertanyakan warga negara mana anak dan cucunya. Kalau
memang
bukan warna negara, mengapa ada Kartu Tanda Penduduk pula? Namun Engkong
harus menerima bahwa kadang kala ada hal-hal yang tidak dapat
dipertanyakan.

Waktu cucunya yang kelas V SD menanyakan arti Bhinneka Tunggal Ika untuk
pelajaran sekolahnya, Engkong pun tidak bisa menjelaskan mengapa semua
yang
berbeda-beda harus disatu-satuin dan disama-samain, melenceng jauh dari
arti sebenarnya, biarpun berbeda-beda namun merasa tetap satu, dimana
orang
dapat menghargai perbedaan yang ada dan bukannya mencoba untuk
menghilangkan perbedaan yang diciptakan Tuhan itu. Engkong yang nggak
sekolah tinggi-tinggi banget juga sering heran apa yang dimaksudkan
dengan
pembauran bila pemerintah sukanya membuat perbedaan, misalnya
dimana-mana
ada kolom isian dalam formulir untuk melihat seseorang itu WNI atau WNI
keturunan. Lha katanya pembauran, kok malah sengaja dibeda-bedain
begitu?

Nasib juga makin sering mempermainkan Engkong, ketika ia dipaksa untuk
tidak menjadi dirinya sendiri. Ketika dipandang secara aneh oleh
orang-orang di luar karena mata sipitnya, atau ketika ia dipaksa untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang tidak begitu dikuasainya, demi alasan
persatuan, sementara sekolah-sekolah malah mengajarkan bahasa-bahasa
daerah.

Ia juga sudah kenyang pula diterpa isu-isu biarpun bukan artis ngetop
seperti yang menyebutkan bahwa kalo yang namanya orang Tionghoa pagar
rumahnya tinggi-tinggi karena tidak mau bergaul dengan orang lain,
padahal
rumah Engkong nggak ada pagar sama sekali. Maklum rumahnya sangat
sederhana
dan nggak ada apa-apanya. Kalo ada harta yang banyak, Engkong juga mau
bangun pagar tinggi-tinggi. Masalahnya pagar tinggi itu bukan pada
orangnya
tapi pada kekayaan seseorang, toh banyak juga yang bukan Tionghoa yang
pagarnya jauh lebih tinggi lagi karena mereka takut akan keamanan
rumahnya
yang mewah. Bahkan banyak orang Tionghoa di daerah yang sama seperti
Engkong, hidup hanya selayaknya, banyak orang Tionghoa yang jadi tukang
sayur dan tukang sampah, sampai-sampai Engkong juga heran mengapa
dikatakan
orang Tionghoa ekonominya kuat?

Herannya, ketika ia membaca berita tentang penduduk Suriname Jawa pada
koran harian langganannya, hatinya pun merasa geli. Orang asal Jawa yang
pada jaman londo-londo masih berkuasa, dipindahkan ataupun dikirim paksa
ke
sana untuk membuka perkebunan, setelah melewati berbagai jaman, akhirnya
menetap dan beranak-cucu di sana. Mereka tetap mempertahankan
adat-istiadat
Kejawaan mereka, bahkan ada siaran radio dalam bahasa Jawa di Suriname.
Berita tersebut dengan bangga dimuat dan disebarluaskan oleh media massa
Indonesia. Tapi, haiyaa! Di halaman lainnya, mengapa kok ada berita tak
terkait yang mengisahkan betapa orang Tionghoa Indonesia yang dikutuk
habis-habisan hanya karena persoalan bercakap-cakap sesama kawan dalam
bahasa ibu mereka. Tapi Engkong Acong pun diam tak berkomentar banyak.
Memang, kadang kala ada hal yang tidak perlu dipertanyakan.

Saya tanyakan ke Engkong, bagaimana mereka saat itu, bukankah begitu
susah?
Bagaimana ia bisa tetap hidup. Ia pun mengatakan simpel saja: ilmu
dikejar
anjing! Ia pun menjelaskan, kalau kita lomba lari sama anjing, pasti
anjing
menang karena anjing punya empat kaki, kita cuma punya dua. Tapi kalau
kita
sudah dikejar anjing siapa akan menang? Saya mengerti juga kalau
seseorang
menempatkan diri untuk hidup dalam keadaan terpaksa dikejar-kejar
penderitaan dan hambatan hidup, semua daya upaya pasti dikerahkan supaya
kita bisa tetap hidup. Engkong cuma tersenyum saja, walaupun giginya
sudah
jarang pula sekarang. Saya sering menduga kalo ia berumur panjang pasti
karna ia selalu tersenyum walaupun sedang menderita.

Adalah pada suatu pagi di bulan Februari, ketika Engkong mendengar
suara;
satu suara yang begitu dikenalnya. Suara irama tabuhan yang mantap dan
kuat. Tapi hampir pula ia tidak percaya. Dibukanya jendela lantai dua
rumahnya dan dilongokkan kepalanya ke depan bersama badannya, sampai
hampir-hampir jatuh kalau ia tidak cepat memegang pinggiran jendela.
Tetapi tetap saja ia tidak bisa percaya mata dan telinganya. "Amah!
Amaaah!
Amaaahhh! Ada Barongsai dan Naga!" Ia berteriak-teriak memanggil
istrinya
untuk ikut melihat, tidak sadar kalau Amah sudah meninggalkannya ke
surga
tahun kemarin. Sudah begitu lama, sudah begitu lama. Tiga puluh tahun
lebih! Tenggorakannya terasa serak, ia mau berteriak lagi, namun yang
keluar cuman suara sesegukan. Matanya juga tidak bisa bekerja sama,
bulir-bulir panas mengalir begitu saja melewati pipinya.

"Amaaahhh, ada nagaaaa!" akhirnya keluar juga isi hatinya yang tumpah
ruah.
Jalanan di depan rumahnya sebentar saja penuh dengan penonton berbagai
usia
dan kalangan yang berlarian keluar untuk menonton arak-arakan atraksi
Barongsai dan Naga. Suasana begitu ribut, namun ada atmosfir kegembiraan
yang penuh di udara. Seperti ada sumbat yang terlepas dan keriangan yang
selama ini tertahan menyembur ke mana-mana. Entah apa yang ada di benak
Engkong saat itu, saya tidak pernah tahu. Saya cuman melihat mulutnya
komat-kamit di antara isakannya seperti mengucapkan kata "Kamsia,
kamsia,
kamsia." Memang, kadang kala ada sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan!

Wassalam,

-ARH's



----- Original Message -----
From: nana sutrisna
To: budaya_...@yahoogroups.com
Sent: Friday, April 29, 2005 12:15 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Agama == sarana pembauran?


Dalam ajaran agama islam dengan jelas dituliskan dalam kitab sucinya alqur'an dilarang bagi umat islam untuk memaksa umat lain untuk memeluk agama islam. terserah orang itu mau beriman ataupun tidak.

Bagi yang non muslim apabila ia ingin tinggal dinegara muslim dibolehkan mereka bebas menjalankan aturan agamanya sendiri, merekapun bebas mencari penghidupan dinegeri muslim.

Apakah orang islam pernah menindas non muslim dinegerinya? silahkan buktikan?
  1.. Islam menguasai mesir sudah 15 abad lamanya, kalau orang islam menindas pastilah orang kristen koptik tidak akan berjuta - juta jumlahnya. mereka tetap hidup bebas sampai sekarang tanpa terdengar penindasan disana.
  2.. Islam juga sudah 15 abad menguasai Palestina, Lebanon, Syiria dan Yordania. Kalau orang islam menindas tidak mungkin gereja - gereja masih berdiri disana. dan orang kristen maronitpun begitu melimpah jumlahnya disana.
  3.. Islam juga sudah menguasai Persia sudah berabad - abad lamanya. apakah orang zoroaster dimusnahkan? apakah bangsa Persia hilang dari muka bumi (seperti bangsa Tasmania di Australia)? jawabannya tidak. Sampai hari ini kita masih melihat kuil Zoroaster disana, kita melihat orang Persia begitu berpengaruh kedudukannya di timur tengah.
  4.. Islam menguasai Spanyol 8 abad lamanya. kalau orang islam mau menindas tentu sudah habis itu orang Spanyol. Tapi pada kenyataannya orang Spanyol bebas memeluk agamanya. Yang justru ditindas malah orang islam yang membantu eropa menemukan kembali peradaban Yunani dan Romawi yang telah mereka lupakan.
  5.. di balkan dan di Armenia, islam juga pernah berkuasa berabad - abad lamanya. ternyata orang kristen tetap mayoritas didua daerah itu.
  6.. di India orang islampun pernah mendominasi. tapi boleh ditanya adakah orang Hindu di islamkan secara paksa terus apabila tidak mau masuk islam dipersulit kehidupannya. walaupun anda berusaha mencarinya tidak akan menemukan paksaan atau rayuan dengan  memberi makanan yang dilakukan orang islam. anda lihat kan diIndia sampai hari ini yang mayoritas tetap agama Hindu
Sekarang kalau memang orang islam benar menindas dan menghalang - halangi orang China atau agama lain di Indonesia tentu gereja -gereja, biara -biara dan kuil - kuil di Jakarta tidak akan berdiri megah.

Kalau ada penindasan tidak mungkin orang China bisa menguasai ekonomi Indonesia seperti sekarang ini. taraf ekonomi orang Chinapun diatas rata - rata taraf ekonomi rakyat indonesia dari etnis lain. apakah ini tidak disyukuri oleh orang China bagaimana orang islam sebagai mayoritas memperlakukan orang China yang minoritas. apabila memang orang Islam suka menindas amat mudah sekali untuk melakukannya sejak zaman kerajaan dulu? waktu itu siapa yang akan melindungi orang China? Kalau orang islam yang melindungi tidak ada lagi yang bisa melakukannya?

Sekarang timbul pertanyaan kenapa orang China diusir dari Amerika? kenapa orang China dihalang - halangi berbisnis di Kanada? bahkan dibarat ada stigma negatif tentang orang China yang dianggap bahwa Pecinan sebagai sarang Mafia.

Yang harus introspeksi itu siapa sebenarnya orang islamkah atau memang orang China yang sering menghadapi pengusiran dari bangsa - bangsa lain? apakah perlakuan muslim Indonesia lebih buruk dari yang diperbuat orang Amerika yang mengusir bangsa China disana?

silahkan anda pikirkan kembali secara bijaksana benarkah islam telah berbuat jahat pada orang China di Indonesia?

Siapa sih yang menyebarkan Togel dilingkungan masyarakat kecil? siapa sih yang memulai bisnis cewek - cewek nakal, bahkan kalau kita lihat difilm - film mandarin bisnis seks sudah dianggap legal disana. siapa yang berbisnis hitam di Indonesia? dan korupsi trilyunan rupiah?

siapa saja yang telah melarikan uang haramnya ke luar negeri?

anda boleh menyebutnya ada juga yang pribumi, tapi yang paling rakus siapa?

siapa yang menenggelamkan indonesia kejurang kehancuran seperti itu?

apakah ini tidak cukup adil bagi orang China ataukah memang ingin benar - benar menguasai seluruh Indonesia dan menjadikan etnis lain hanya sekedar kulinya. persis seperti yang telah terjadi terhadap orang melayu di Singapura. negeri melayu yang berubah menjadi negeri China

silahkan jawab


QS : Al Baqarah ayat 256

"Tiada paksaan dalam beragama."

QS : Al Kafirun ayat 6

Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.



Skalaras <skal...@cbn.net.id> wrote:
  Hal ini pernah ditanyakan teman saya yang Islam juga. Jawaban saya adalah:
  Umat Islam di Indonesia sendiri harus introspeksi, mengapa gagal menarik simpati warga Tionghoa???
    ----- Original Message -----
    From: nana sutrisna
    To: budaya_...@yahoogroups.com
    Sent: Friday, April 29, 2005 9:35 AM
    Subject: Re: [budaya_tionghua] Agama == sarana pembauran?


    Menurut pendapat saya apa yang dikatakan oleh Ustadz Jamaluddin Ancok itu hanyalah suatu bentuk ekspresi keheranan umat islam kepada orang China.

    Lihat saja ketika orang China merantau ke negeri kristen seperti Filipina, Australia, Kanada dan Amerika.Secara otomatis mereka cenderung menjadi kristen juga. Ketika merantau ke negeri Buddha seperti Thailand, tiba - tiba merekapun menjadi penganut Buddha yang setia juga. Namun ketika mereka mendatangi negeri muslim seperti Malaysia dan Indonesia justru mereka cenderung anti kepada agama mayoritas dua negara muslim tersebut. hanya sedikit sekali dikalangan mereka yang mau menerima islam itupun dengan resiko diusir dan dikucilkan oleh keluarga dan komunitasnya

    Ketika mendatangi kristen mereka menjadi kristen, ketika mendatangi buddha merekapun jadi penganut buddha namun ketika mendatangi islam mereka enggan menjadi muslim.

    Ini mengherankan sekali. apakah islam begitu asingkah bagi orang China? apakah islam begitu menjijikankah sehingga setiap orang China begitu enggan berdekatan dengannya?
    apa yang salah sebenarnya? ataukah memang islam itu dianggap agama sesat sehingga tidak layak bagi orang China yang berpendidikan tinggi dan sangat berbudaya untuk memeluknya?

    sepertinya ada yang salah antara hubungan China dengan islam.

    Kalau boleh tahu apa sih yang ada dibenak orang - orang China ketika bertemu seorang muslim atau mendengar kata islam disebutkan?



    Skalaras <skal...@cbn.net.id> wrote:
      Wah, ini sih pemikiran kuno ala Orde baru, yang tidak memberi tempat pada
      Perbedaan! semua yang berbeda adalah haram. yang kecil harus dihilangkan,
      dilebur masuk ke dalam yang besar.

      apa bedanya  Pembersihan Etnis lewat kebijakan Kawin campur dengan kebijakan
      asimilasi lewat Agama? kedua2nya sama, bertindak mirip Hitler, yang satu
      mencita2kan pemurnian Ras, yang satu mencanangkan kemolitan Agama dan
      budaya. pokoknya, yang berbeda harus dimusuhi! ini jelas melanggar nilai
      kemanusiaan.


      ----- Original Message -----
      From: "MANG UCUP" <mang...@wanadoo.nl>



      Oleh sebab itulah menurut pendapat dari Djamaludin Ancok, Ph.D., salah satu
      tokoh Islam dan juga Dekan dari Fakultas Psiokologi, jalan yg terbaik dan
      tercepat untuk pembauran ialah membaur melalui agama Islam, sebab agama
      Islam adalah agama mayoritas, disamping itu dgn jelas tercantum dlm Al-Qurán
      bahwa orang2 yg beriman tidak boleh memiliki prasangka maupun men-cari2
      kesalahan orang lain (Al-Hujarat: 12).

      Dgn kesediaannya orang Tionghoa menjadi penganut agama Islam akan mengurangi
      terjadinya perbedaan perkelompokan tsb, sebab kesamaan dlm agama dapat
      menjadi pengikat yg sangat kuat antara orang Tionghoa dan non Tionghoa.

      Sebab melalui agama otomatis akan mempercepat terjadinya kontak antar
      anggota kelompok yg satu dgn yg lain, umpamanya perjumpaan yg sering terjadi
      di masjid, di tempat pengajian, maupun di tempat2 lainnya pada waktu solat.
      Sebagai bukti akan adanya daya ikat yg kuat melalui agama ini dapat dilihat,
      dimana si miskin bisa menjadi berdekatan dgn si kaya.











.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




Yahoo! Groups Links

nana sutrisna

unread,
Apr 29, 2005, 3:41:32 AM4/29/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Penindasan yang dilakukan orla dan orba tidak hanya terhadap orang China. orang yang disebut pribumipun mengalami hal yang sama. misalnya saja orang Aceh, Riau, Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dll.

Juga tidak hanya yang komunis seperti PKI. dialami juga oleh DI TII, Haur Koneng, Tanjung Priuk, Lampung dsb yang notabene beragama islam.

Cap negatif dan jelek tidak hanya yang dituduh PKI yang dituduh DI pun mengalami yang sama cuma tidak disuarakan sekeras kasus PKI ini. masalah keras atau tidak terdengarnya itu bukan berarti penderitaannya lebih ringan tapi karena faktor pemberitaannya yang kurang berimbang.

Yang dicap PKI dan mengalami diskriminasi karena stigma itu tidak hanya orang China bahkan orang Jawa yang merupakan suku mayoritas Indonesia pun mengalami hal yang sama. mereka terhina dan terlunta - lunta.

kalau dulu orang China tidak boleh memunculkan identitas ke Chinaannya tapi sekarang kan bisa. China dengan segala macam atribut kebudayaannya masih ada dan terus berkembang.
tapi suku lain yang disebut pribumi mengalami kehancuran identitas. hilang bahasanya dan budayanya. misalnya penduduk asli lampung dan beberapa suku terasing di nusa tenggara dan Papua. bahasa dan budaya mereka dikabarkan telah mengalami kepunahan. jangankan yang dipedalaman suku sunda yang dekat ibukota saja ramai dibicarakan akan mengalami kepunahan bahasa dan budayanya.

jadi hal - hal semacam itu tidak hanya monopoli orang China di Indonesia, orang yang disebut pribumipun mengalami hal yang sama.

adipranat...@gkgoh.com

unread,
Apr 29, 2005, 3:57:22 AM4/29/05
to budaya_...@yahoogroups.com

Wah, rekan sutrisna tidak bisa begitu saja memukul rata semua penindasan di zaman orba itu.
Penindasan yang terjadi di Aceh, Riau, Papua dll. itu bersifat lokal dan kasus per kasus, sementara penindasan yang menimpa keturunan Chinese di Indonesia itu bersifat sistematis, institutional/melembaga dan seragam di seluruh Indonesia. Sama sekali tidak sama dan tidak bisa disamakan.

Sekarang sih sudah era reformasi, yang dulu biarlah berlalu, ke depanlah yang harus kita lihat, janganlah melihat ke masa lalu, apalagi sampai mengulangi kesalahan di masa lalu, misalnya dengan program pembauran, agama, kawin campur dsb.

Salam,
Suryadi



nana sutrisna <tisna...@yahoo.com>
Sent by: budaya_...@yahoogroups.com

29/04/2005 02:41 PM

Please respond to
budaya_...@yahoogroups.com

To
budaya_...@yahoogroups.com
cc
Subject
Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?





Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
   http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
   budaya_tiongh...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
   http://docs.yahoo.com/info/terms/









Disclaimer:
This email may contain privileged and/or confidential information intended only for the use of the addressee. If you are not the addressee, or the person responsible for delivering it to the addressee, you may not use, copy or deliver this to anyone else. If you receive this email by mistake, please immediately notify us.

Opinions contained herein may be the personal opinion of the sender and do not necessarily represent the views of the G K Goh Group. If you are in any doubt as to whether the opinions are officially endorsed by the G K Goh Group, please contact our Compliance Dept at (+65) 6225 1228 for clarification.

nana sutrisna

unread,
Apr 29, 2005, 5:36:09 AM4/29/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Penindasan yang dialami keturunan China mungkin disebabkan sikap orang China yang tidak berpihak kepada kaum pribumi pada zaman penjajahan (mungkin juga sikap tidak berpihak ini dilembagakan oleh Belanda bukan karena kehendak orang China itu sendiri). sehingga ketika kemerdekaan telah tercapai dan kaum pribumi menjadi penguasa direpublik ini, nasionalisme dan sikap mendukungnya keturunan China terhadap pemerintah Indonesia masih diragukan. apalagi ditambah ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia.
 
Tidak diragukan banyak sekali orang China yang ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia, tidak diragukan juga banyak sekali orang China yang memiliki nasionalisme yang tinggi melebihi orang - orang yang disebut pribumi.
 
Tidak terhitung juga jasa - jasa orang China terhadap negeri ini dari masalah keagamaan, budaya, olah raga bahkan ilmu pengetahuan.
 
Saya percaya manusia Indonesia yang yang plural ini bisa hidup berdampingan dengan baik. tanpa salah satu pihak kehilangan identitasnya. Masing - masing pihak bisa hidup merdeka tanpa sedikitpun rasa takut terhadap pihak yang lain.
 
Tidak ada dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. dominasi mayoritas jelek, tirani minoritaspun buruk. semuanya harus merasakan keadilan. Dan saya kira semua pihak bisa bekerja sama tanpa perlu saling mengambil keuntungan dengan dzolim.
 
penderitaan orang China, juga dirasakan orang Jawa yang leluhurnya PKI, juga dirasakan orang Sunda yang leluhurnya DI TII.
 
Saya kira penindasan di Aceh juga sistematis dan terlembaga. dari sejak sebelum merdeka sampai setelah reformasi Aceh tidak berhenti dari penindasan dan kesengsaraan. Pemerkosaan, pembunuhan dan perampokan terus berlangsung disana walaupun sepi pemberitaan.
 
 
 

Wah, rekan sutrisna tidak bisa begitu saja memukul rata semua penindasan di zaman orba itu.
Penindasan yang terjadi di Aceh, Riau, Papua dll. itu bersifat lokal dan kasus per kasus, sementara penindasan yang menimpa keturunan Chinese di Indonesia itu bersifat sistematis, institutional/melembaga dan seragam di seluruh Indonesia. Sama sekali tidak sama dan tidak bisa disamakan.

Sekarang sih sudah era reformasi, yang dulu biarlah berlalu, ke depanlah yang harus kita lihat, janganlah melihat ke masa lalu, apalagi sampai mengulangi kesalahan di masa lalu, misalnya dengan program pembauran, agama, kawin campur dsb.

Salam,
Suryadi



perfect_harmony2000

unread,
Apr 29, 2005, 2:01:43 PM4/29/05
to budaya_...@yahoogroups.com
sdr.Nana ,


maaf saya mencoba mengutip satu kalimat dari Al Quran. Jika ada
kesalahan pengutipan atau kesalahan pengertian harap dimaklumi
karena saya tidak mendalami agama Islam.
Kawan saya yang beragama Islam pernah mengatakan kepada saya bahwa
dalam Surah Alhujarat ( CMIIW ) 13 menyatakan "Kami menciptakan
berbagai macam bangsa agar saling mengenal".

Tentunya mengenal disini bukan berarti saling berkelahi atau saling
menuding.

Masalah penindasan terhadap segelintir golongan mengingatkan saya
satu anekdot yang berkaitan dengan Perang Dunia ke 2.
Dikisahkan bahwa Hitler menyurati perdana mentri Tojo dan
menganjurkan mencari kambing hitam. Tojo membalas dengan menyatakan
bahwa rakyat Jepang adalah homogen , tidak ada satu etnis seperti
Yahudi yang bisa dijadikan kambing hitam atau sasaran pelampisan
kemarahan rakyat.

Terlepas dari anekdot tersebut , mari kita bersama-sama melihat
kenyataan bahwa memang para penjarah itu ada dimana-mana dan sedang
menjarah Indonesia. Apakah itu etnis tionghoa , batak , jawa atau
etnis lainnya. Apakah itu beragama Kristen , Buddha , Islam ,
Khonghucu , Hindu dan macam ragam kepercayaan.
Adilkah jika saya mengatakan bahwa orang yang beragama Kristen atau
Islam adalah para penjarah ?
Adilkah jika saya mengatakan bahwa orang Cina adalah penjarah ?

Sudut pandang adil dan tidak adil menurut saya relatif tergantung
dari sisi mana memandang.
Teringat ketika Soeharto turun dari kursi presiden dan para koruptor
mulai gelisah melihat perubahan situasi politik kemudian beramai-
ramai mengatakan bahwa korupsi atau tindakan yang mereka lakukan
adalah terpaksa atau atas mandat.
Apakah mereka tidak mengecap kenikmatan dari hasil menjarah ?
Mengapa mereka kemudian melempar kesalahan kepada Soeharto ?
Jika mereka merasa ditekan mengapa tidak bisa bersikap seperti
Jiteng mantan dirut PLN ?

Pada masa penjajahan Belanda sekalipun terlihat banyak yang bersikap
pro kepada VOC dan itu tidak hanya etnis Tionghoa saja.
Siapa yang memerangi Cut Nya Dien ?
Siapa yang memerangi kerajaan Bali yang menolak tunduk kepada
Belanda ?
Siapa yang memerangi pangeran Diponegoro ?

Memang saya tidak memungkiri adanya hak-hak istimewa yang diterima
segelintir masyarakat Tionghoa tapi hak-hak itu pula diterima oleh
segelintir masyarakat pribumi yang kebetulan menjadi adipati atau
pejabat pemerintahan Hindia Belanda.

Menilik tulisan awal anda dengan akhir terlihat adanya suatu
kontradiksi.
Saya mempercayai bahwa manusia diciptakan sederajat sesuai dengan
ujar Confucius bahwa di 4 penjuru lautan semua manusia adalah
bersaudara. Karena itu saya juga terkadang tidak suka terhadap etnis
Tionghoa yang suka berpandangan negatif terhadap etnis lainnya.
Bahkan subetnis ( cat:ini adalah istilah yang membedakan walau tidak
tepat penggunaan istilah ini ) Tionghoa sendiri sering memiliki
pandangan negatif terhadap sub-etnis Tionghoa lainnya. Misalnya sub-
etnis Khe dengan sub-etnis Hokian misalnya.

Budaya Tionghoa Indonesia sekarang ini sadar maupun tidak sadar
telah menyerap budaya lokal setempat.
Misalnya kue keranjang yang tidak dikenal di Tiongkok.

Marilah berjabat tangan erat membangun negri ini tanpa dilandasi
diskriminasi dalam bentuk apapun.



hormat saya ,



Xuan Tong
--- In budaya_...@yahoogroups.com, nana sutrisna
> nana sutrisna <tisna_tisna@y...>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung :
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_tionghua@y... :.
> Yahoo! Groups Links

>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Disclaimer:
> This email may contain privileged and/or confidential information
intended only for the use of the addressee. If you are not the
addressee, or the person responsible for delivering it to the
addressee, you may not use, copy or deliver this to anyone else. If
you receive this email by mistake, please immediately notify us.
>
> Opinions contained herein may be the personal opinion of the
sender and do not necessarily represent the views of the G K Goh
Group. If you are in any doubt as to whether the opinions are
officially endorsed by the G K Goh Group, please contact our
Compliance Dept at (+65) 6225 1228 for clarification.
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung :
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_tionghua@y... :.
>
>
>
> ---------------------------------

> Yahoo! Groups Links
>
>    To visit your group on the web, go to:
> http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
>  
>    To unsubscribe from this group, send an email to:
> budaya_tiongh...@yahoogroups.com
>  
>    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
Service.
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com



BUD'S

unread,
May 1, 2005, 11:49:42 PM5/1/05
to budaya_...@yahoogroups.com
 
sudah umum terjadi di masyarakat, Koruptor itu indentik dengan warga keturunan, tapi Rudy Hartono, Lin Sui King, Tan Ju Hok , dll nya Warga Indonesia.Bagaimana dengan Kasus Yvana Lee ??? waktu dia membela Tanah Air, masih belon WNI dan setelah dia menang baru mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, padahal dia sudah mengurusnya lama.
 
wassalam
 
budiman
----- Original Message -----
Sent: Friday, April 29, 2005 4:36 PM
Subject: Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?

jonathangoeij

unread,
May 2, 2005, 3:06:00 AM5/2/05
to budaya_...@yahoogroups.com
--- In budaya_...@yahoogroups.com, "BUD'S" <bsugih@c...> wrote:
>
> sudah umum terjadi di masyarakat, Koruptor itu indentik dengan
warga keturunan, tapi Rudy Hartono, Lin Sui King, Tan Ju Hok , dll
nya Warga Indonesia.Bagaimana dengan Kasus Yvana Lee ??? waktu dia
membela Tanah Air, masih belon WNI dan setelah dia menang baru
mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, padahal dia sudah mengurusnya
lama.
>
> wassalam
>
> budiman

Hendrawan dan Ivana Lie jelas adalah orang2 terkenal dan berjasa
besar bagi negara dalam bidang bulu tangkis. Itupun mengalami
kesukaran dalam masalah kewarganegaraannya sehingga membutuhkan
intervensi Kepala Negara. Padahal keluarga mereka beberapa keturunan
lahir di Indonesia dan telah ada di negara ini sebelum negara
Indonesia itu sendiri exist. Bila orang2 terkenal yg dianggap
sebagai pahlawan saja mengalami kesukaran dan diskriminasi didalam
masalah citizenship, bagaimana dengan komunitas Tionghoa lainnya?

JG
--
The Jakarta Post May 23, 2002

Editorial

Citizenship and graft

Perhaps the most appalling incident of late, amid the national
crusade for a clean and democratic government, is the story of yet
another victim of the corrupt bureaucracy. This news came in the
wake of the authorities demonstration of a greater tolerance toward
Chinese-Indonesians. The Chinese are now allowed to celebrate their
New Year festival and it has been declared a national holiday.

Since the casualty in this case was a badminton champion, Hendrawan,
a Chinese-Indonesian, the news has stunned people as it emerged just
as the champion was preparing to defend Indonesia in the Thomas Cup
in Guangzhou, China.

Hendrawan was unable to obtain an Indonesian Citizenship Certificate
(SBKRI) after trying unsuccessfully to penetrate the jungle of
illicit business within the bureaucracy. The 30-year-old champion is
not the only Chinese-Indonesian to have faced this problem. One has
to question oneself as to how this could have happened when
Indonesians of Chinese origin have lived in this country for
centuries, long before the Dutch colonial power set foot in this
archipelago in the 17th century. In Jakarta, the Chinese have lived
here since the present day downtown Jakarta was still swamp land.

Hendrawan was only able to obtain the certificate after the personal
intervention of President Megawati Soekarnoputri. It seems that
history has repeated itself without anyone learning the lesson.
Twenty years ago, Ivana Lie, another noted badminton champion, also
faced the same senseless headache. Ivana's problem ended after the
personal intervention of president Soeharto. Ivana and Hendrawan
were able to solve their problem because they are national figures.
But who will help the lesser known Chinese-Indonesians who have been
in the same predicament for decades?

To get a citizenship certificate is not only a very complex problem
but since corruption is also involved it has become a very
complicated question. You have to beg at least 12 bureaucratic
institutions before you can get your certificate. You start with
begging a signature from the head of your neighborhood unit, later
from the subdistrict office, the district office, the municipality
office, the governor's office, the police substation, the police
station, the city police headquarters, the prosecutor's office, the
district court, and finally the Ministry of Justice and Human
Rights. In each of these agencies you have to pay. The certificate
is a must otherwise you cannot process many other documents,
including passports, business licenses, credit applications and even
university enrollment.

Actually the authorities have stepped in to take the burden off the
people's shoulders but the result remains to be seen. For example,
in 1996, president Soeharto issued a decree stating that a
citizenship certificate was no longer necessary. The decree was
further strengthened by president B.J. Habibie's decree in 1998,
which instructs government agencies to provide the same service to
all citizens, without prejudice or discrimination. Even though there
was another instruction, issued in 1999 ordering all government
officials to follow up on his earlier instruction and barring
government agencies and officials from discriminating against
Indonesians based on their ethnic background, the officials always
find a way to defy orders. This time they said the decree lacked the
technical instructions to implement it.

Corrupt officials have emerged as victors because the authorities
have been reluctant to probe further into the case. Lack of
supervision is an ugly disease in our bureaucracy. And, as in other
agencies that provide public services, corrupt officials are free to
blackmail the people. In this case the Chinese-Indonesians have no
recourse other than to do what the corrupt officials say. In most
cases the officials are not acting out of ethnic sentiments, much
less morality. Their victims are people of any group or color.




agung setiawan

unread,
May 2, 2005, 4:02:21 AM5/2/05
to budaya_...@yahoogroups.com
giliran jadi pahlawan gak pernah pake alias yahhhh,
malah disuruh pake peci segala biar dikirain .......
hehhehehehhe
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com



Skalaras

unread,
May 3, 2005, 1:07:17 AM5/3/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Sdr Nana:
 
Berhubung anda telah menyebarkan omongan beracun ke Forum, saya merasa berkewajiban untuk membersihkan:
 
1. Tahukah anda, dalam Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia terdapat beberapa orang Tionghoa? anda memang tidak tahu atau pura2 tidak tahu? kalau tidak tahu, cobalah belajar sejarah dulu dari berbagai sumber yang lebih luas.
 
2. Siapa yang menyebarkan ke anda cerita bohong bahwa "ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia" ??? Apakah Guru sekolah anda atau Guru Agama anda? ini jelas fitnah dan hasutan beracun yang sangat beracun!!!!
 
ZFY
 
 
----- Original Message -----
Sent: Friday, April 29, 2005 4:36 PM
Subject: Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?

Penindasan yang dialami keturunan China mungkin disebabkan sikap orang China yang tidak berpihak kepada kaum pribumi pada zaman penjajahan (mungkin juga sikap tidak berpihak ini dilembagakan oleh Belanda bukan karena kehendak orang China itu sendiri). sehingga ketika kemerdekaan telah tercapai dan kaum pribumi menjadi penguasa direpublik ini, nasionalisme dan sikap mendukungnya keturunan China terhadap pemerintah Indonesia masih diragukan. apalagi ditambah ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia.
 

Edy Wijaya

unread,
May 3, 2005, 1:23:22 AM5/3/05
to budaya_...@yahoogroups.com
hehehe, Bung Karno dan Bung Hatta kalo gak
disembunyiin di rumah seorang Tionghoa di
Rengasdengklok sudah lama di dor belanda dan indonesia
tidak akan merdeka secepat itu.

kata sdr nana:

>Penindasan yang dialami keturunan China mungkin
>disebabkan sikap orang China yang tidak berpihak
>kepada kaum pribumi pada zaman penjajahan (mungkin
>juga sikap tidak berpihak ini dilembagakan oleh
>Belanda bukan karena kehendak orang China itu
>sendiri).

jadi maunya anda itu sudah jelas, bagaimana apapun
tindakannya, yang salah tetap orang Tionghoa kan?

saya rasa sdr nana ini dapat gosip itu dari guru
agamanya, dan sangat tidak cocok kalau sdr. nana tidak
mendaftar menjadi guru agama juga.

ttg posting apa itu, yang sekarang di spanyol ada
muslimnya, saya percaya sekali itu memang ada.
Karena banyak pelarian dari negara afrika utara
(marokko paling banyak) melalui itali dan masuk ke
negara-negara eropa yang notebene sangat amat
demokrasi dan menjunjung tinggi HAM sesuai ajaran
agamanya :-)

kalau tidak ada umat Buddha di afghanistan juga saya
percaya sekali, karena kalau umat Buddha mau kesana
berarti mengantar nyawa, tul gak Sdr. nana? ;-)
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com



Bem

unread,
May 3, 2005, 3:20:53 AM5/3/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Rinto, tolong dihentikan saja topik ini. Soalnya sekarang sudah melebar kemana-mana dan ngga penting banget. Saya muslim, campuran Tionghoa-Jawa,...tapi juga ngga nyaman dengan komentar Pak Nana. Sebaliknya saya juga ngga nyaman pula kalo feedbacknya ternyata juga ngga lebih baik. Masa sampe guru sekolah dan guru agama dibawa-bawa juga? Ini kan namanya sudah muncul dugaan yang tidak baik juga. Udahlah, mari kita saling memahami dan menghormati. Lupakan dan maafkan apabila salah satu temen kita telah berbuat yang tidak berkenan. Kalo terus2an 'berbalas pantun' bakalah ngga selesai-selesai dan artinya kita juga sama saja dengan si sumber masalah. 
 
Dengan saling paham akhirnya kita ngga akan deh membikin sesuatu yang bisa melukai pihak lain. Milis ini tujuannya kan biar kita kaya dengan wawasan, khususnya tentang budaya tionghoa. Sah-sah saja kita discuss topik diluar budaya Tionghoa, tapi yang bermanfaat gitu lhohh....hari gini masih berdebat yang ngga perlu........
 
Bem


From: budaya_...@yahoogroups.com [mailto:budaya_...@yahoogroups.com] On Behalf Of Skalaras
Sent: Tuesday, May 03, 2005 12:07 PM
To: budaya_...@yahoogroups.com

nana sutrisna

unread,
May 3, 2005, 6:08:11 AM5/3/05
to budaya_...@yahoogroups.com


Skalaras <skal...@cbn.net.id> wrote:
Sdr Nana:
 
Berhubung anda telah menyebarkan omongan beracun ke Forum, saya merasa berkewajiban untuk membersihkan:
 
1. Tahukah anda, dalam Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia terdapat beberapa orang Tionghoa? anda memang tidak tahu atau pura2 tidak tahu? kalau tidak tahu, cobalah belajar sejarah dulu dari berbagai sumber yang lebih luas.
 
Sepertinya saya mengatakan bahwa banyak sekali etnis keturunan Tionghoa yang berjasa di negeri ini diberbagai bidang. waktu itu saya hanya mencoba memperkirakan penyebab penindasan itu. saya tidak bermaksud menafikan atau memungkiri kenyataan bahwa etnis China telah berjasa ke negeri ini. maaf bila maksud saya itu tidak anda pahami
 
2. Siapa yang menyebarkan ke anda cerita bohong bahwa "ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia" ??? Apakah Guru sekolah anda atau Guru Agama anda? ini jelas fitnah dan hasutan beracun yang sangat beracun!!!!
 
Guru agama saya semuanya tidak mengerti sejarah, waktu itu saya pernah membacanya tapi itu sudah lama sekali jadi saya lupa darimana sumbernya.
Tapi kenyataan sejarah pernah terjadi kok China menyerang nusantara di Zaman Kertanegara (jangan ditanggapi ini sebagai penyerangan saya hanya menyatakan yang pernah terjadi di sejarah)
 
 
ZFY
 
 
----- Original Message -----
Sent: Friday, April 29, 2005 4:36 PM
Subject: Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?

Penindasan yang dialami keturunan China mungkin disebabkan sikap orang China yang tidak berpihak kepada kaum pribumi pada zaman penjajahan (mungkin juga sikap tidak berpihak ini dilembagakan oleh Belanda bukan karena kehendak orang China itu sendiri). sehingga ketika kemerdekaan telah tercapai dan kaum pribumi menjadi penguasa direpublik ini, nasionalisme dan sikap mendukungnya keturunan China terhadap pemerintah Indonesia masih diragukan. apalagi ditambah ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia.
 


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

King Hian

unread,
May 3, 2005, 9:38:13 AM5/3/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Nana:
Tapi kenyataan sejarah pernah terjadi kok China menyerang nusantara di Zaman Kertanegara (jangan ditanggapi ini sebagai penyerangan saya hanya menyatakan yang pernah terjadi di sejarah)
 
KH:
Memang pernah datangnya bala tentara untuk 'menyerang' Singasari, yang disebabkan Kertanegara telah memotong telinga utusan Kubilai Khan (cucu Jengiz Khan), yang meminta Singasari untuk tunduk kepada kekaisaran dinasti Yuan. Tetapi, 'penyerang'  ini adalah tentara Dinasti Yuan (Mongol). Pada saat itu Tiongkok sedang dalam kekuasaan Mongol, yang disebut dinasti Yuan.
4


nana sutrisna <tisna...@yahoo.com> wrote:


Skalaras <skal...@cbn.net.id> wrote:
Sdr Nana:
 
Berhubung anda telah menyebarkan omongan beracun ke Forum, saya merasa berkewajiban untuk membersihkan:
 
1. Tahukah anda, dalam Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia terdapat beberapa orang Tionghoa? anda memang tidak tahu atau pura2 tidak tahu? kalau tidak tahu, cobalah belajar sejarah dulu dari berbagai sumber yang lebih luas.
 
Sepertinya saya mengatakan bahwa banyak sekali etnis keturunan Tionghoa yang berjasa di negeri ini diberbagai bidang. waktu itu saya hanya mencoba memperkirakan penyebab penindasan itu. saya tidak bermaksud menafikan atau memungkiri kenyataan bahwa etnis China telah berjasa ke negeri ini. maaf bila maksud saya itu tidak anda pahami
 
2. Siapa yang menyebarkan ke anda cerita bohong bahwa "ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia" ??? Apakah Guru sekolah anda atau Guru Agama anda? ini jelas fitnah dan hasutan beracun yang sangat beracun!!!!
 
Guru agama saya semuanya tidak mengerti sejarah, waktu itu saya pernah membacanya tapi itu sudah lama sekali jadi saya lupa darimana sumbernya.
Tapi kenyataan sejarah pernah terjadi kok China menyerang nusantara di Zaman Kertanegara (jangan ditanggapi ini sebagai penyerangan saya hanya menyatakan yang pernah terjadi di sejarah)
 
 
ZFY
 


Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - Helps protect you from nasty viruses.

Skalaras

unread,
May 5, 2005, 8:52:15 AM5/5/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Tiongkok adalah negeri puisi, julukan ini terutama berkat puisi klasiknya, dan yang paling banyak dikenal oleh dunia luar terutama adalah puisi2 alamnya. di sini saya mencoba memaparkan enam sanjak alam pendek yang populer, karya enam penyair Dinasti Tang, semoga ada yang mengapresiasi.
 
PAGI  MUSIM  SEMI
Meng Haoran ( 689-740 ; Tang )
 
Tidur musim semi tak menyadari pagi,
mendengar burung berkicau di sana-sini.
Suara angin hujan bertahan semalaman,
ada berapakah bunga yang berguguran?
 
PONDOK  RUSA
Wang Wei ( 701-761 ; Tang )
 
Gunung kosong tak terlihat manusia,
hanya terdengar cakap insan bergema.
Pantul sinar memasuki kedalaman hutan,
kembali menapak di atas hijau lelumutan.
 
MABOK  DI  TELAGA  DONGTING
Li Bai ( 701-761 ; Tang )

 

Sungguh baik Bukit’Jun dapat dipangkas,

paparlah rata biarkan sungai menerabas.

Tidaklah terbatas arak keluaran Baling,

mabok menebas musim gugur Dongting.

 

MEMANDANG  GUNUNG

Du Fu ( 712-770 ; Tang )

 

Bagaimana sosok Gunung Tai berbicara?

di antara Lu-Qi kehijauan tak terhadang.

Sang pencipta melimpahi pesona dewata,

siang malam memenggal depan belakang.

 

Dada melapang lahirlah mega berimpit,

mata menyibak dimasuki burung pulang.

Memang harus mendatangi puncak bukit,

seluruh gunung mengecil sekali pandang.

 

KANAL   BARAT   DI   CHUZHOU

Wei Yingwu ( 737-792 ; Tang )

Hanya kasihan rumput di tepi kanal tumbuh kesepian,

di atas kedalaman pohon ada kenari kuning berkicauan.

Pasang musim semi deras menghadirkan hujan malam,

bandar liar tiada manusia sampan melintang sendirian.

 

BERJALAN  DI  GUNUNG

Du Mu ( 803-852 ; Tang )

 

Jauh mendaki bukit dingin meniti bebatuan curam,

rumah penduduk di antara awan putih yang dalam.

Di hutan mapel menambat kereta menikmati rona senja,

daun bersalju merahnya melebihi bunga bulan kedua.

 

 

Skalaras

unread,
May 7, 2005, 4:24:13 AM5/7/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Kalau sebelumnya saya paparkan sanjak alam dari dinasti Tang, sekarang giliran sanjak alam yang berasal dari dinasti Song. Sanjak alam Song memiliki ciri yang berbeda dengan Tang. dalam sanjak Tang keterlibatan Subyek penyair sangat terasa, alam adalah media untuk mengungkapkan suka duka penyair, berkesan subyektif. sedangkan dalam sanjak Dinasti song  alam hadir sebagai obyek mandiri. pelukisannya terkesan obyektif. cara pelukisan Tang lebih global, sedangkan Song lebih mendetail.
 
Selamat menikmati
Zhou Fy
 

 

BERMALAM  DI  VIHARA  EMBUN

Ceng Gongliang ( 998-1078 ; Song )

 

Di tengah tilam kabut mega di ratusan bukit mendekat,

di bawah dipan suara pinus di ribuan tebing menyayat.

Ingin menyaksikan ombak langit memukul perak gunung,

bukalah jendela biarkan sungai akbar masuk berkunjung!
 
KWATRIN
Mei Yaochen ( 1002-1060 ; Song )

 

Seekor capung merah melintasi sungai,

terbang di sisi insan mengkapai-kapai.

Tahunya hanya ringan mengikuti perahu,

tanpa menyadari jauhnya perahu melaju.
 
BURUNG   HUAMEI
Ouyang Xiu ( 1007-1072 ; Song )

 

Seratus alunan seribu siulan berganti sesuka hati,

bunga bukit merah ungu pohon rendah meninggi.

Baru tahu mendengar dari sangkar emas terkunci,

tak seperti yang di rimba bebas berkicau sendiri.
 
CATATAN   DI  MENARA   TELAGA
Su Shi ( 1036-1101 ; Song )

 

Awan hitam membalik tinta bukit belum tertutupi,

putih hujan melontar manik kapal kalut dimasuki.

Angin tiba menggulung bumi air menebar di udara,

di bawah menara panorama air telaga bak angkasa.
 
PETANG  DI  JEMBATAN  LIU
Lu You ( 1125-1210 ; Song )
 
Terdengar ikan meloncat di air kolam,
rimbun hutan menunggu bangau pulang.
Awan lengang takkan menjadi hujan,
lalu terbang mengitari hijau pegunungan .
 
KOLAM  KECIL
Yang Wanli ( 1127-1206 ; Song )

 

Mata sumber tak bersuara menjaga halus aliran,

hijau pohon mengaca di air memuja lembut aluran.

Padma kecil baru memunculkan pucuk yang lancip,

telah ada seekor capung berdiri di kepala mengintip.

Skalaras

unread,
May 10, 2005, 9:22:43 AM5/10/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Puisi alam masih terus berkembang sesudah dinasti Tang dan Song. Karena kondisi politik dan sosial, perkembangan dunia sanjak pada dinasti Yuan dan Ming kurang menggembirakan. pada dinasti Yuan kedudukan Sanjak diambil alih oleh puisi Lirik, baik Lirik lepas atau Lirik Opera. sedangkan pada dinasti Ming terpaksa mengalah pada semaraknya dunia novel. Meski demikian,  sanjak2 kedua dinasti ini  tetap berperan sebagai jembatan untuk menuju Sanjak dinasti Qing.
 
Selamat menikmati
Zhou Fy
 
 
SALJU  DI  LANGIT  SUNGAI
Chen Fu ( 1240-1303 ; Yuan )

 

Langit lepas menggulung bunga perak,

padang delta memutih berbinar-binar.

Bayangan belibis sudah tidak tampak,

petang di seribu tebing selaksana fajar.

 

Nelayan tua kedinginan berniat kembali,

tak mengingat jalanan menuju Bukit-Ba.

Duduk tertidur sampan mengalir sendiri,

jubah rami mengecil di kedalaman mega.

 

 
KAPAL  PULANG
Jie Xisi ( 1274-1344 ; Yuan )

 

Rumput musim semi meratai bantaran,

angin berhujan saat pulang sendirian.

Perahu besar menurun di tengah aliran,

gunung hijau bergeser di kedua tepian.

 

Gagak berkauk di kuil Dewa Mulang,

insan bersujud di altar Penguasa Kali.

Riuh tarian digelar ombak gelombang,

sulit perjalanan telah lama dipahami.

 

 

DI  KOTA  ATAS

Sa Duci ( 1272?-1355? ; Yuan )

 

Di bawah surya senja sapi domba bebas bertebaran,

rumput padang mewangi keju susu gurih dirasakan.

Angin utara menggulung bumi pasir bagaikan salju,

semua tirai bulu di rumah rumah kemah diturunkan.

 

 

DI  TENGAH  GUNUNG  TIANPING

Yang Ji ( 1326-1378? ; Ming )

 

Merintik-rintik bunga mindi dibasahi gerimis hujan,

berpohon-pohon buah lokat dimatangkan angin selatan.

Pelan berjalan tak mengingat dangkal dalamnya bukit,

kenari menghantar ke rumah kicauan sepanjang jalan.

 

 

AKHIR  MUSIM  SEMI  DI  KEBUN  BARAT

Gao Qi ( 1336–1374 ; Ming )

 

Di kolam biru rumput ranum memenuhi riak gelombang,

segenap warna musim semi terlewatlah di tengah hujan.

Yakinlah bunga telah habis berguguran di rumah orang,

hari ini di kebun sayuran banyak kupu-kupu berdatangan.

 

 

KISAH  MUSIM  GUGUR

Xu Tong ( ?-1618-? ; Ming )

 

Di malam musim gugur sisa hujan menaiki tirai jendela,

titik kunang-kunang melayang menerangi bunga senja.

menemukan topi kecil menembus setapak rumpun bambu,

telah terbang mengikuti angin melewati rumah tetangga.

 

 

Skalaras

unread,
Jun 7, 2005, 11:29:36 AM6/7/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Setelah mengalami perkembangan yang agak suram pada Dinasti Yuan dan Ming, dunia Sanjak kembali bangkit pada Dinasti Qing, bermunculanlah penyair2 berbakat, dengan ragam warna dan gaya, jumlah penyair maupun jumlah puisi yang dihasilkan malah melebih dinasti Tang, meskipun tidak mencuatkan tokoh2 empu sekelas Li Bai dan Dufu, mutu sanjak Qing tak boleh diabaikan, Dinasti ini banyak melahirkan penyair2 berwatak dengan kemampuan yang hampir setara. Dalam sanjak alam, mereka berhasil mensintesakan kekuatan Sanjak Dinasti Tang dan Song.
 
Selamat menikmati,
Zhou Fy
 
Catatan: Ini adalah bagian ke 5 dari seri puisi alam, saya tidak tahu apakah ada yang menikmati sajian ini. Mengapa tak ada tanggapan?
 
 
DI  TENGAH  JERAM
Qi Dajun ( 1630-1696 ; Qing )
 
Sampan mengikuti air terjun jatuh di tepi angkasa,
ombak putih seperti bukit merobohkan tebing asri.
Batuan raksasa ada-kalanya hanya berdiri terpana,
bangau putih hendak turun kaget terbang kembali.
 
 
DI  PERAHU  MALAM
Cha Shenxing ( 1650-1727 ; Qing )
 
Rembulan legam berkerliplah lentera nelayan,
sinarnya terkucil bagai setitik kunang-kunang.
Sepoi-sepoi angin menghadirkan gelombang,
menebar memenuhi sungai menjadi bintang.
 
 
TERANG  DI  SUNGAI
Zheng Xie ( 1693-1765 ; Qing )
 
Gunung sepertinya hilang ditelan kabut,
guntur gemuruh hujan belumlah selesai.
Mentari senja menguak setengah wujud,
nongol keluar menengok menara sungai.
 
 
MENDORONG  JENDELA
Yuan Mei ( 1716-1798 ; Qing )
 
Semalaman angin hujan begitu kelu,
palang pondok tidak berani kubuka.
Gunung sepertinya lama memendam rindu,
mendorong jendela datang menubruk muka.
 
 
MENYAKSIKAN  PASANG  MALAM
Wu Xilin ( 1746-1818 ; Qing )

 

Di menara tinggi sejauh mata sungai akbar melebar,

menanti pasang naik malam hari bersandar di pagar.

Berapa titik lampu di seberang air seketika tenggelam,

bagai gunung runtuh menjatuhkan salju ribuan talam.

 

Naga menggulung bumi angin musim gugur perkasa,

bintang menggoyang lagit dingin udara laut menerpa.

Suara telah usai rembulan purnama makin merendah,

di antara riak tipis sepotong bayang menara merebah.
 
 
MELINTASI  PASIFIK
Kang Youwei ( 1858-1927 ; Qing )

 

Naga uzur menyembur asap memecah riak gelombang,

ribuan kilo mengarungi pasifik angin terus memanjang.

Ombak menggulung angkasa tak peduli jauhnya jalan,

sempat melihat tengah malam bulan bangkit di lautan!

Skalaras

unread,
Jun 14, 2005, 10:11:45 AM6/14/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Puisi alam tidak hanya digubah dalam bentuk Sanjak, juga dalam bentuk Syair. Bentuk Syair dimulai ada pada dinasti Tang, berkembang pada masa Lima dinasti, dan mencapai puncak perkembangannya pada dinasti Song. Karena mengacu pada melodi nyanyian, struktur syair sangat bervariasi, panjang pendek tak menentu, gayanya pun beraneka ragam. Tidak seperti dalam sanjak, jumlah kata dalam larik sebuah syair, umumnya tidaklah sama. karena umumnya syair memiliki bentuk yang lebih panjang dibanding sanjak, Pola pengungkapannya bertahap, cara bertuturnya lebih intens, sesuai untuk mencurahkan perasaan. Dibandingkan bahasa sanjak yang deskriptif, bahasa syair lebih sugestif.
 
Pada awal perkembangannya, Syair alam umumnya pendek2, demikian juga dengan syair alam dinasti Song, obyek alam  yang digarap juga obyek yang dekat, suasananya terasa intim. kehadiran subyek penyair sangat terasakan.  kita bisa melihat dari beberapa contoh syair dinasti Tang dan Song di bawah ini.
 
Selamat menikmati
ZFy
 
 
 
INGAT  SELATAN  SUNGAI
Bai Juyi ( 772–846 ; Tang )

 

Indahnya Selatan Sungai,

pemandangan yang pernah diakrabi :

Mentari terbit bunga sungai merah melebihi api,

musim semi tiba air sungai hijau laksana seruni.

Mungkinkah melupakan Selatan Sungai?

 

 

INDAHNYA  SELATAN  SUNGAI

Wei Zhuang ( 836–910 ; Tang)

 

Seluruh manusia memuji Selatan Sungai,

pelancong lebih baik menua bersamanya.

Biru air musim semi melampaui angkasa,

tidur di perahu mendengar hujan berderai.

 

Yang di sisi gerabah laksana rembulan,

putih salju berkilau di sepasang lengan.

Sebelum menua janganlah engkau pulang,

bila pulang hati pun bersiaplah meradang.

 

 

TELAGA  BARAT

Ouyang Xiu ( 1007–1072 ; Song )

 

Indahnya Telaga Barat dengan sampan dan dayung,

air biru meliuk-liuk, rumput harum sepanjang tepi,

musik dan nyanyi sayup-sayup senantiasa mengikuti.

 

Angin tak berhembus air pun licin bagaikan cermin,

tak terasa perahu bergerak, pelan menggerakkan riak,

burung-burung terkejut terbang rendah menyisir tepi.

 

 

UNTUK  SHUGU

Su Shi ( 1036-1101 ; Song )

 

Bukit telaga terindah yakinlah di tenggara,

sekali memandang ribuan kilo merambah.

Berapa kalikah anda sanggup datang menyapa?

cawan akan membuat mabok menghentikan langkah.

 

Di Kolam Sungai Pasir lentera baru saja bangkit,

siapakah yang melantunkan nyanyian perahu?

Larut malam angin hening ketika hendak pamit,

hanya ada purnama sesungai mengkilau kaca biru.

 

 

ODE  UNTUK  BUNGA  MEI

Lu You ( 1125-1210 ; Song )

 

Di sisi jembatan patah di luar wisma,

kesepian berbunga tiada yang punya.

Kala petang menjelang muram sendirian,

masih juga dihantam angin dan hujan.

 

Tak mau bersaing berebut musim semi,

biarkanlah aneka bunga saling cemburu.

Telah gugur melumpur lebur menjadi debu,

hanya harum yang bertahan seperti dulu.

 

 

MALAM  DI  JALANAN  PASIR  KUNING

Xin Qiji ( 1140-1207 ; Song )

 

Bulan purnama menghentak jalak di atas dahan,

angin sepoi jangkrik berderik di tengah malam.

Di antara harum bunga padi berbicara panen raya,

mendengarkan suara katak yang luas menggema.

 

Tujuh delapan titik bintang di atas langit,

dua tiga rintikan hujan di seberang bukit.

Kedai bambu di pinggiran hutan vihara yang lama,

seketika muncul selewat tikungan jalan titian kanal.

 

 

 

 

Hendri Irawan

unread,
Jun 14, 2005, 11:43:30 PM6/14/05
to budaya_...@yahoogroups.com
sedikit pertanyaan.

Sungai Selatan itu Jiang Nan ?

Sepengertian saya jiang nan itu daerah di selatan sungai yang-tse,
tapi saya tidak begitu tahu mendetail mengenai istilah jiang nan.
Daerah apa saja yang termasuk jiang-nan ? Guang Dong, Fu Jian, Guang
Xi ?

Dalam puisi Indahnya Sungai Selatan, si penyair sedang berpesiar di
sungai ? ataukah dia me-refer pada keindahan daerah jiang nan secara
keseluruhan ?

Saya belum pernah ke tiongkok, jadi mohon pencerahannya lagi, apakah
kondisi geografis utara tiongkok itu sangat berbeda dengan daerah
selatan ? Karena dalam cerita2 silat, jiang nan selalu disebutkan
sebagai tempat pesiar yang indah.

Danau Barat, Xi Hu

Kenapa dia disebut danau barat ? padahal kalau tidak salah letaknya
tidak barat2 amat kalau dilihat dari peta tiongkok (cmiiw). Ada link
foto2 danau barat gak ? karena kata mama saya yang pernah ke sana,
danau toba lebih indah dari xi hu (maaf, bukannya ultra nasionalis
lho).

salam damai dan cinta kasih,
hy





Skalaras

unread,
Jun 15, 2005, 10:57:03 AM6/15/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Terimaksih atas pertanyaannya, ini menandakan masih ada yang tertarik dengan dunia puisi klasik.
 
Selatan sungai memang Jiang Nan, atau Kanglam istilah Hokiannya yang dipakai dalam cerita silat.
 
Selatan Sungai secara harafiah berarti wilayah di Selatan Sungai Yangzi( Yangtze), namun secara specifik menunjuk dua wilayah utama : profinsi Jiangsu dan Profinsi Zhejiang.
 
perkembangan peradaban bangsa Han di Tiongkok kuno memusat di dua aliran sungai: Sungai Kuning dan Sungai Panjang ( yangzi ). wilayah yang dialiri sungai kuning relatif lebih ganas iklimnya, tanahnya lebih tandus, dengan dataran yang luas, sedangkan di aliran sungai Yangzi iklimnya lebih ramah, tanahnya subur, dengan alam yang penuh warna, berbukit-bukit, dipenuhi sungai dan danau.
 
Khusus wilayah Jiangsu( kota2 utamanya: Nanjing, Suzhou, Yangzhou, Wuzi ) dan Zhejiang ( Kota utamanya: Hangzhou, Ningbo, Jiaxing, Shaoxing, Wenzhou ), selain alamnya, ekonominya juga makmur, semua kebutuhan hidup lengkap di sini, makanannya enak, wanitanya manis2 (dibanding orang utara, orang selatan juga lebih ramah), lantas berkembanglah menjadi pusat pesiar dan hiburan .
 
Selain itu, wilayah ini juga menjadi pusat budaya, banyak sekali seniman dan sastrawan yang berkiprah di sini. Sebenarnya, Shanghai juga termasuk Wilayah ini, hanya saja, usia kota Shanghai relatif muda, belum berkembang saat para penyair berkiprah. di zaman dulu, kota Hangzhou dan Suzhou adalah wakilnya, sampai ada pepatah: Di atas ada Firdaus, di bawah ada Su dan Hang. dan semua orang berangan: Dilahirkan di Suzhou ( agar cantik ), Tinggal di Hangzhou ( nyaman, serba mudah )
 
Jadi, bila orang memuja Selatan Sungai, yang dia puja bukan hanya pemandangan alamnya saja, juga termasuk manusia dan kegemerlapan duniawinya. Telaga Barat/Xihu yang ada di tengah kota Hangzhou dapat menjadi wakil dari semua ini. Bila dibandingkan dengan danau lainnya di tiongkok, Telaga barat bukanlah yang paling indah, banyak yang jauh lebih indah. ketenarannya terutama bukan hanya mengandalkan potensi alamnya.
 
Telaga barat bukan seperti danau lain yang sunyi di tengah pegunungan, dia adalah danau yang mudah dijangkau, danau yang penuh dengan tempat hiburan, danau yang banyak peninggalan sejarah dan budaya ( ada situs dongeng Ular putih, ada kuil Yue Fei dll). danau ini tidak sekedar untuk dilihat dari tepian, tapi lebih menarik untuk dimasuki, dijelajahi dengan perahu, banyak sudut2 unik di tengah danau. bila kita tidak hendak berdayung, bolehlah berjalan kaki melintas di tengah danau, dengan menyusuri dua tanggul terkenal yang melintang di tengah2 danu: tanggul Su ( yang membuat Su Dongbo ) dan tanggul Bai ( yang membuat Bai Juyi ). pendeknya Telaga Barat adalah danau yang sangat manusiawi.
 
salam,
ZFY
 
 
----- Original Message -----

Akhmad Bukhari Saleh

unread,
Jun 15, 2005, 12:23:39 PM6/15/05
to budaya_...@yahoogroups.com
----- Original Message -----
From: Skalaras
Sent: Wednesday, 15 June, 2005 21:57
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5

> Jadi, bila orang memuja Selatan Sungai, yang dia puja
> bukan hanya pemandangan alamnya saja,
> juga termasuk manusia dan kegemerlapan duniawinya.
> Telaga Barat / Xihu yang ada di tengah kota Hangzhou
> dapat menjadi wakil dari semua ini.
 
Tjio-heng, di tahun 1950-an, sangat terkenal lagu "Musim Semi di Telaga Hangtjouw".
Apakah lagu tersebut mendendangkan mengenai See Ouw ini?
 
--------------------------------------------
 
> Telaga barat bukan seperti danau lain
> yang sunyi di tengah pegunungan,
> dia adalah danau yang mudah dijangkau,
> danau yang penuh dengan tempat hiburan,
> danau yang banyak peninggalan sejarah dan budaya
> (ada situs dongeng Ular putih, ada kuil Yue Fei dll).
> danau ini tidak sekedar untuk dilihat dari tepian,
> tapi lebih menarik untuk dimasuki, 
> dijelajahi dengan perahu,
> banyak sudut2 unik di tengah danau.
 
Memang See Ouw ini lebih tepat disebut sebagai pentas budaya daripada pentas keindahan alam. Ketika ibukota kerajaan masih di Lamkhia, yang tidak jauh dari situ, sehingga See Ouw masih ada dalam lingkup pengaruh kehidupan elite, terkenal sekali adegan See Ouw di malam hari, ketika tiap-tiap perahu bersaing keindahan tengloleng-nya, dan dari banyak perahu terdengar nyaringnya khim dan piepee serta merdunya suara si pipi licin tukang nyanyi...
 
 
Wasalam.

Rinto Jiang

unread,
Jun 16, 2005, 2:53:24 AM6/16/05
to budaya_...@yahoogroups.com
ABS menulis :


Tjio-heng, di tahun 1950-an, sangat terkenal lagu "Musim Semi di Telaga Hangtjouw".
Apakah lagu tersebut mendendangkan mengenai See Ouw ini?


Rinto Jiang :

Danau di Hangzhou memang hanya satu, Danau Barat tadi. Jadi memang kemungkinan besar Telaga Hangtjow yang dimaksud ABS-heng adalah merujuk ke Danau Barat (Xi Hu/Se Ou).

Chiang Kai-shek juga asal Zhejiang (Danau Barat berlokasi di Kotamadya Hangzhou, Propinsi Zhejiang), ia yang juga kagum akan keindahan Danau Barat membuat satu danau buatan kecil di Kaohsiung untuk mengobati rindu kampung halamannya. Bila ada waktu, ia akan menyempatkan mengunjungi danau buatan tadi ataupun wisma peristirahatannya di tepi Sun Moon Lake di tengah Taiwan yang lebih besar.


Rinto Jiang

Skalaras

unread,
Jun 17, 2005, 1:46:32 AM6/17/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Wah, pak ABS, 1950 saya belum lahir, tidak tahu judul lagu itu.
Ngomong2 tentang lagu, memang banyak lagu klasik (instumental) yang bertema telaga barat, saya pernah mendownloud si situs musik klasik. saya kutipkan diantaranya:
 
苏堤春晓(民族器乐合奏) Sudi chunxiao
断桥残雪(民族器乐合奏) Duanqiao canxue
三潭印月(民族器乐合奏) Santan yinyue
二泉映月(二胡独奏) Erquan yinyue
 
salam,
ZFy
 
----- Original Message -----
Sent: Wednesday, June 15, 2005 11:23 PM
Subject: See Ouw (Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5)

----- Original Message -----
From: Skalaras
Sent: Wednesday, 15 June, 2005 21:57
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5

> Jadi, bila orang memuja Selatan Sungai, yang dia puja
> bukan hanya pemandangan alamnya saja,
> juga termasuk manusia dan kegemerlapan duniawinya.
> Telaga Barat / Xihu yang ada di tengah kota Hangzhou
> dapat menjadi wakil dari semua ini.
 
Tjio-heng, di tahun 1950-an, sangat terkenal lagu "Musim Semi di Telaga Hangtjouw".
Apakah lagu tersebut mendendangkan mengenai See Ouw ini?
 


Skalaras

unread,
Jun 17, 2005, 8:11:00 AM6/17/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Oh, lupa memberikan terjemahn Indonesianya :
苏堤春晓(民族器乐合奏) Sudi chunxiao = fajar musim semi di atnggul Su ( tanggul Su dibangun saat penyair Su Dongbo/ Su Shi menjadi gubernur di Zhejiang )
断桥残雪(民族器乐合奏) Duanqiao canxue = sisa salju di jembatan patah ( jembatan yang terendam saat air pasang, ada dlm dongeng ular putih)
三潭印月(民族器乐合奏) Santan yinyue = rembulan menapak di tiga telaga (  tiga pagoda kecil berada di tengah telaga barat )
二泉映月(二胡独奏) Erquan yinyue = rembulan memantul di dua air sumber ( ini ragu2, apa memang di telaga barat )
 
salam,
ZFy
----- Original Message -----
From: Skalaras
Sent: Friday, June 17, 2005 12:46 PM
Subject: Re: See Ouw (Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5)

Wah, pak ABS, 1950 saya belum lahir, tidak tahu judul lagu itu.
Ngomong2 tentang lagu, memang banyak lagu klasik (instumental) yang bertema telaga barat, saya pernah mendownloud si situs musik klasik. saya kutipkan diantaranya:
 
苏堤春晓(民族器乐合奏) Sudi chunxiao
断桥残雪(民族器乐合奏) Duanqiao canxue
三潭印月(民族器乐合奏) Santan yinyue
二泉映月(二胡独奏) Erquan yinyue
 
salam,
ZFy
 


Skalaras

unread,
Jun 17, 2005, 1:10:25 PM6/17/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Syair alam justru lebih berkembang saat memasuki dinasti Yuan, obyeknya pun tak terbatas pada obyek kecil dan dekat, tapi juga merambah ke obyek yang besar. Selain syair pendek, banyak yang menggarap syair panjang. Gaya yang muncul umumnya lugas ekpresif, sepintas malah mendekati gaya sanjak bentuk lama karya Li Bai. memesuki dinasti Ming, gayanya kembali ke lembut impresif, dan kembali populer syair pendek.
 
Selamat menikmati
Zhou Fy
 
 
MELINTASI  SUNGAI  KUNING
Xu Youren ( 1287-1354 ; Yuan )

 

Gelora keruh berduyun-duyun hambur ke timur,

dahulu bertolak kini berkunjung tiada berujung!

langit dilintasi bumi dilintangi,

keluar berbondong-bondong mengaliri

sisi timur laut pegunungan Pilar Bumi.

 

Angin badai memicu ombak sakti,

lari meloncat menubruk memecah,

meledakkan guntur mencuci mentari,

memandang lekak-lekuk di Bumi Tengah!

Ribuan tahun aura sang Penguasa,

terus menopang sosok perkasa,

dahulu kini menghadirkan digjaya!

 

Ribuan kilo meremang kayuh mengetuk biduk,

lagu kapal menggema membeku di langit biru.

Perkasa melanglang di hamparan lapang,

sungai dan bukit merambah memanjang,

jejak lantunan pemuja melayang-layang.

 

Kuingin menumpang sepotong rakit,

langsung mengusut ke Bima Sakti,

jauh masuk ke dalam bertanya haluan,

tertawa sejenak bersama sang cendekiawan!

Siapakah yang memuji penjelajah Han,

yang memungut Batu di istana khayangan?

 

 

TELAGA  CERMIN

Xu Wei ( 1521-1593 ; Ming )

 

Ribuan hektar sutera digelar rata di hijau nan samar,

dari Balkon Yue ke selatan jagad air yang memapar,

yang menyepi gemar meniti di bantar burung camar.

 

Puluhan kilo bunga padma mempesona si Cermin air,

iringan gadis pelancong bercermin mematut rona rupa,

lihatlah tusuk konde siapa yang jatuh di ombak berulir!

 

 

REMBULAN  TANGGUL  SU

Fang Yizi ( 1611-1671 ; Ming )

 

Bunga seputih salju,

malam hari angin timur menyapu rembulan tanggul Su.

Rembulan di tanggul Su!

harum sirna di bumi selatan, bulat coak silih bergantian.

 

Suara pasang di atas sungai Qiantang telah berhenti,

dahan yangliu di tepi sungai siapa yang mematahkan?

Siapakah yang mematahkan?

Muara dermaga Bukit Barat, dulu kini saling berpamitan.

Skalaras

unread,
Jun 22, 2005, 10:39:48 AM6/22/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Pada dinasti Yuan dan Ming, prestasi dunia syair juga tidak menggembirakan, seperti di dunia sanjak, terdesak oleh perkembangan seni opera dan novel. Setelah mengalami kelesuan panjang, dunia Syair mengalami kebangkitan kembali pada dinasti Qing, lahirlah banyak penyair dengan aneka gaya, dengan mutu yang tinggi, meskipun tak melahirkan bentuk baru, sanggup menandingi masa keemasan Syair pada dinasti song. di sini saya kutipkan dua syair alam dengan gaya berbeda.
 
Selamat menikmati
Zhou Fy
 
 
BERMALAM  DI  WISMA  LINMING
Chen Weisong ( 1625-1682 ; Qing )

 

Sanggul hijau padat berjajar,

lekuk Gunung Taihang bagai cacing melingkar.

Bunga ilalang memenuhi ladang,

salju tebal satu inci menyelimuti padang.

 

Zhao-Wei-Yan-Han,

ditoleh kembali berklebat-klebat di depan.

Angin pilu menggerang,

di depan wisma Linming

di Bumi Tengah daun kuning berkejaran.

 

 

MALAM  DI  TIMUR  KOTA

Zhu Yizun ( 1629 – 1709 ; Qing )

 

Bayangan cambuk terburu buru,

kembali lagi ke pos timur Kota Perunggu.

Sutera biru di langit bersih sehabis hujan,

baru di bulan delapan,

belibis pertama kali berkumandang.

 

Lonceng vihara mana dalam angin lamat?

hijau puncak berat direndam sinar senja.

Di tempat puluhan kilo Bukit Ikan bersela,

ditinggalkan satu saputan,

merah di hutan bidara cina.

ulysee

unread,
Jun 23, 2005, 5:33:13 AM6/23/05
to budaya_...@yahoogroups.com

Loo-heng, tolong dijelaskan bedanya syair cina sama sanjak cina.

Dari kemarin berusaha menyimak tidak bisa melihat perbedaan syair yang dibikin jaman Tang maupun Song, mohon pencerahan, dua dinasti itu apa ada perbedaan signifikan pada syair alamnya?

 

-----Original Message-----
From: Skalaras [mailto:skal...@cbn.net.id]
Sent:
Wednesday, June 22, 2005 9:40 PM
To: budaya_...@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Puisi alam 7

 

Pada dinasti Yuan dan Ming, prestasi dunia syair juga tidak menggembirakan, seperti di dunia sanjak, terdesak oleh perkembangan seni opera dan novel. Setelah mengalami kelesuan panjang, dunia Syair mengalami kebangkitan kembali pada dinasti Qing, lahirlah banyak penyair dengan aneka gaya, dengan mutu yang tinggi, meskipun tak melahirkan bentuk baru, sanggup menandingi masa keemasan Syair pada dinasti song. di sini saya kutipkan dua syair alam dengan gaya berbeda.

 

Selamat menikmati

Zhou Fy

 

 

Skalaras

unread,
Jun 23, 2005, 3:01:38 PM6/23/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Ada beberapa perbedaan antara Sanjak / Shi dengan Syair/ Ci, diantaranya:
 
1, Struktur :
 
Sanjak umumnya strukturnya sangat teratur, dalam satu larik memiliki jumlah kata yang sama ( misalnya lima atau tujuh kata ), dalam bentuk lama boleh sedikit menyisipkan larik panjang pendek ;
Syair strukturnya bervariasi, lariknya panjang pendek, sesuai dengan langgam lagu yang menjadi acuan.
 
2. Cara pengucapannya:
 
Sanjak umumnya sangat ringkas, sering memaparkan sebuah situasi hanya dalam dalam satu larik , lengkap dengan keterangan waktu, tempat dan aksi dan perasaan . contohnya: senja hari murung berjalan dibawah benteng kota.
Syair cara bertuturnya lebih bertahap, satu situasi dijabarkan dalam banyak larik, contohnya: surya senja turun ke barat, sang kelana murung bermondar mandir, dibawah benteng kota yang usang dan melapuk.
 
3. Ekpresinya:
 
Karena bahasanya yang ringkas, Sanjak lebih unggul dalam mengungkap suasana. sedangkan Syair dengan bahasa yang panjang, lebih luwes dalam mengungkap perasaan. ada yang menyimpulkan: Sanjak anggun Syair cantik, Sanjak melapang Syair mendalam.
 
 
 
Syair dinasti Tang masih dalam tahap perkembangan awal, umumnya hanya berupa syair pendek, gayanya  cenderung lembut impresif. sedangkan syair dinasti Song sangat bervariasi, ada panjang dan pendek,  gayanya sangat beragam. dan untuk syair alam yang kami postingkan kemarin, kebetulan memang bergaya sama.
 
Salam,
Zhou Fy
 
 
----- Original Message -----
From: ulysee
Sent: Thursday, June 23, 2005 4:33 PM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Puisi alam 7

Loo-heng, tolong dijelaskan bedanya syair cina sama sanjak cina.

Dari kemarin berusaha menyimak tidak bisa melihat perbedaan syair yang dibikin jaman Tang maupun Song, mohon pencerahan, dua dinasti itu apa ada perbedaan signifikan pada syair alamnya?

 



Skalaras

unread,
Jun 28, 2005, 7:42:49 AM6/28/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Apabila Sanjak mewakili Dinasti Tang, Syair mewakili Dinasti Song, Dinasti Yuan juga memiliki wakil di dunia puisi, yakni Puisi Lirik atau Qu. Puisi Lirik ini mencakup Lirik Opera dan Lirik Lepas. Pada dasarnya, Lirik sangat mirip dengan syair, juga berhubungan erat dengan lagu populer. Hanya karena corak lagu yang menjadi acuan berbeda wataknya, Lirik dan Syair menjadi beda warna dan gaya.
 
Lirik umumnya lebih lincah, lebih spontan, banyak memakai bahasa se-hari2 kesannya lebih pop, strukturnya lebih bebas, boleh menambah atau mengurangi kata. Syair sugestif sedang Lirik komunikatif, syair menukik Lirik melapang. Hanya saja, untuk Lirik yang bergaya lembut, perbedaan warnanya menjadi sedikit kabuir.
 
selamat menikmati
Zhou Fy
 
 
LAYAR  PULANG
Ma Zhiyuan ( ?–1321? ;Yuan)

 

Surya senja tenggelam,

kedai arak melengang,

dua tiga yang berlayar belum menjamah tepian.

Bunga gugur air harum gubuk menjelang petang,

di ujung titian patah penjual ikan buyar berpulang.
 
 
TIUPAN
Bai Pu ( 1226–1291 ; Yuan )

 

Menerobos batu menembus awan,

pipa pualam begitu melintang jernih semakin bening.

Langit gurun bersalju dingin,

burung tekukur nampak terhuyung di pusaran angin.

 

Di Balkon Burung Hong awan senja menghadang,

bunga Mei sungguh terkejut diguyur salju petang.

Suara manusia usai,

satu hembusan meniup jatuh rembulan menara sungai.

 

 

HILANG  JUDUL

Zhang Yanghao ( 1269–1329 ;Yuan)

 

Bangau hutan baru selesai berkaok,

lutung gunung bergantian melolong.

pucuk pinus ditindih piring rembulan hampir doyong.

Di langit gua lonceng emas berdentang insan terjaga,

tak dapat menepis kabut awan yang memenuhi busana.

 

 


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.




YAHOO! GROUPS LINKS

Skalaras

unread,
Jul 1, 2005, 11:47:13 AM7/1/05
to budaya_...@yahoogroups.com
Sebuah bentuk sastra yang sempat begitu populer di suatu masa, pasti akan meninggalkan gaungnya di kemudian hari, demikian pula dengan Puisi Lirik. Puisi lirik juga masih berkembang pada dinasti sesudah Yuan, bahkan dengan gaya yang semakin bervariasi, Puisi Lirik lebih merasuk pada kehidupan sehari2 masyarakat dinasti Ming dan Qing. sering dilantunkan di berbagai perjamuan. Di bawah ini adalah dua Lirik alam dari dinasti Ming dan dinasti Qing, sekaligus sebagai penutup dari Serial Puisi Alam.
 
Selamat menikmati,
Zhou Fy
 
 
MALAM  BERSAMPAN  DI  TELAGA
Wang Pan ( 1470?-1530 ; Ming )

 

Perahu berwarna penuh mengangkut penyair,

kemanakah tuan hendak meluncurkan sampan?

Mendengar seruling di tengah istana kristal,

membalik kayuh di ujung Istana Rembulan.

 

Suruhlah ikan naga tenang bertiduran,

meski senggang ombak jangan dilepaskan.

Malam ini Pak Tua akan mengolak angin resah,

menguras bahan sajak,

sarang mega di air habis dikoyak.

 

Gugus bintang di satu angkasa tumpah berserak.

di dasar telaga katak perak berkilau bergolak.

Di tempat ini kujaring dengan tangan,

tak sadar terbalik menjatuhkan badan.

Raga dan sukmaku semuanya begitu menakjubkan,

terbang menaiki kura raksasa yang ungu keemasan.

 

 

LAGU  TURUN  JERAM  ( petikan )

Chen Chongxiang ( ?-1831-? ; Qing )

 

Di sungai embun putih sedang melintang,

satu sampan mengarung menuruni Yuan’Xiang,

mengapit musim gugur di jauh suara jeram melantang.

 

Bukit musim gugur setengah usang,

hutan musim gugur separo kerontang,

kabut musim gugur menyeka sepasang dayung digoyang.

Putih meremang remang,

salju bergulung bunga beterbangan,

menikung melaju di arus yang kencang.

 

Di tengah lamunan barisan kuda menghembusi tiang,

bukit liar menyambut menghantar bak skesel penghalang.

Di jeram dangkal batu mengertap guruh menghentak,

di jeram dalam tebing berebut menyentakkan ombak.

 

Berangin-angin berhujan-hujan semakinlah bimbang,

kabut ombak meningkat semakin merintang pandang.

Ringan mengetuk sampan,

degup semangat layang renungan,

semua diserahkan pada gelombang yang usang.

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages