nana sutrisna <tisna...@yahoo.com>
Sent by: budaya_...@yahoogroups.com 29/04/2005 02:41 PM
|
|
Wah, rekan sutrisna tidak bisa begitu saja memukul rata semua penindasan di zaman orba itu.
Penindasan yang terjadi di Aceh, Riau, Papua dll. itu bersifat lokal dan kasus per kasus, sementara penindasan yang menimpa keturunan Chinese di Indonesia itu bersifat sistematis, institutional/melembaga dan seragam di seluruh Indonesia. Sama sekali tidak sama dan tidak bisa disamakan.
Sekarang sih sudah era reformasi, yang dulu biarlah berlalu, ke depanlah yang harus kita lihat, janganlah melihat ke masa lalu, apalagi sampai mengulangi kesalahan di masa lalu, misalnya dengan program pembauran, agama, kawin campur dsb.
Salam,
Suryadi
----- Original Message -----From: nana sutrisna
Sent: Friday, April 29, 2005 4:36 PMSubject: Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?
From: nana sutrisnaSent: Friday, April 29, 2005 4:36 PMSubject: Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?
Penindasan yang dialami keturunan China mungkin disebabkan sikap orang China yang tidak berpihak kepada kaum pribumi pada zaman penjajahan (mungkin juga sikap tidak berpihak ini dilembagakan oleh Belanda bukan karena kehendak orang China itu sendiri). sehingga ketika kemerdekaan telah tercapai dan kaum pribumi menjadi penguasa direpublik ini, nasionalisme dan sikap mendukungnya keturunan China terhadap pemerintah Indonesia masih diragukan. apalagi ditambah ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia.
Sdr Nana:Berhubung anda telah menyebarkan omongan beracun ke Forum, saya merasa berkewajiban untuk membersihkan:1. Tahukah anda, dalam Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia terdapat beberapa orang Tionghoa? anda memang tidak tahu atau pura2 tidak tahu? kalau tidak tahu, cobalah belajar sejarah dulu dari berbagai sumber yang lebih luas.
Sepertinya saya mengatakan bahwa banyak sekali etnis keturunan Tionghoa yang berjasa di negeri ini diberbagai bidang. waktu itu saya hanya mencoba memperkirakan penyebab penindasan itu. saya tidak bermaksud menafikan atau memungkiri kenyataan bahwa etnis China telah berjasa ke negeri ini. maaf bila maksud saya itu tidak anda pahami
2. Siapa yang menyebarkan ke anda cerita bohong bahwa "ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia" ??? Apakah Guru sekolah anda atau Guru Agama anda? ini jelas fitnah dan hasutan beracun yang sangat beracun!!!!
Guru agama saya semuanya tidak mengerti sejarah, waktu itu saya pernah membacanya tapi itu sudah lama sekali jadi saya lupa darimana sumbernya.Tapi kenyataan sejarah pernah terjadi kok China menyerang nusantara di Zaman Kertanegara (jangan ditanggapi ini sebagai penyerangan saya hanya menyatakan yang pernah terjadi di sejarah)
ZFY----- Original Message -----From: nana sutrisnaSent: Friday, April 29, 2005 4:36 PMSubject: Re: ENGKONG ACONG Fw: [budaya_tionghua] Agama = sarana pembauran?Penindasan yang dialami keturunan China mungkin disebabkan sikap orang China yang tidak berpihak kepada kaum pribumi pada zaman penjajahan (mungkin juga sikap tidak berpihak ini dilembagakan oleh Belanda bukan karena kehendak orang China itu sendiri). sehingga ketika kemerdekaan telah tercapai dan kaum pribumi menjadi penguasa direpublik ini, nasionalisme dan sikap mendukungnya keturunan China terhadap pemerintah Indonesia masih diragukan. apalagi ditambah ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia.
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Jaringan pertemanan Friendster : budaya_...@yahoo.com :.
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com
Skalaras <skal...@cbn.net.id> wrote:Sdr Nana:Berhubung anda telah menyebarkan omongan beracun ke Forum, saya merasa berkewajiban untuk membersihkan:1. Tahukah anda, dalam Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia terdapat beberapa orang Tionghoa? anda memang tidak tahu atau pura2 tidak tahu? kalau tidak tahu, cobalah belajar sejarah dulu dari berbagai sumber yang lebih luas.Sepertinya saya mengatakan bahwa banyak sekali etnis keturunan Tionghoa yang berjasa di negeri ini diberbagai bidang. waktu itu saya hanya mencoba memperkirakan penyebab penindasan itu. saya tidak bermaksud menafikan atau memungkiri kenyataan bahwa etnis China telah berjasa ke negeri ini. maaf bila maksud saya itu tidak anda pahami2. Siapa yang menyebarkan ke anda cerita bohong bahwa "ada semacam kepercayaan yang menyebar dilingkungan masyarakat China di Indonesia bahwa pada suatu hari negeri Tiongkok akan menguasai negeri - negeri diselatannya termasuk Indonesia" ??? Apakah Guru sekolah anda atau Guru Agama anda? ini jelas fitnah dan hasutan beracun yang sangat beracun!!!!Guru agama saya semuanya tidak mengerti sejarah, waktu itu saya pernah membacanya tapi itu sudah lama sekali jadi saya lupa darimana sumbernya.Tapi kenyataan sejarah pernah terjadi kok China menyerang nusantara di Zaman Kertanegara (jangan ditanggapi ini sebagai penyerangan saya hanya menyatakan yang pernah terjadi di sejarah)ZFY
Sungguh baik Bukit’Jun dapat dipangkas,
paparlah rata biarkan sungai menerabas.
Tidaklah terbatas arak keluaran Baling,
mabok menebas musim gugur Dongting.
MEMANDANG GUNUNG
Du Fu ( 712-770 ; Tang )
Bagaimana sosok Gunung Tai berbicara?
di antara Lu-Qi kehijauan tak terhadang.
Sang pencipta melimpahi pesona dewata,
siang malam memenggal depan belakang.
Dada melapang lahirlah mega berimpit,
mata menyibak dimasuki burung pulang.
Memang harus mendatangi puncak bukit,
seluruh gunung mengecil sekali pandang.
KANAL BARAT DI CHUZHOU
Wei Yingwu ( 737-792 ; Tang )
Hanya kasihan rumput di tepi kanal tumbuh kesepian,
di atas kedalaman pohon ada kenari kuning berkicauan.
Pasang musim semi deras menghadirkan hujan malam,
bandar liar tiada manusia sampan melintang sendirian.
BERJALAN DI GUNUNG
Du Mu ( 803-852 ; Tang )
Jauh mendaki bukit dingin meniti bebatuan curam,
rumah penduduk di antara awan putih yang dalam.
Di hutan mapel menambat kereta menikmati rona senja,
daun bersalju merahnya melebihi bunga bulan kedua.
Di tengah tilam kabut mega di ratusan bukit mendekat,
di bawah dipan suara pinus di ribuan tebing menyayat.
Ingin menyaksikan ombak langit memukul perak gunung,
Seekor capung merah melintasi sungai,
terbang di sisi insan mengkapai-kapai.
Tahunya hanya ringan mengikuti perahu,
Seratus alunan seribu siulan berganti sesuka hati,
bunga bukit merah ungu pohon rendah meninggi.
Baru tahu mendengar dari sangkar emas terkunci,
Awan hitam membalik tinta bukit belum tertutupi,
putih hujan melontar manik kapal kalut dimasuki.
Angin tiba menggulung bumi air menebar di udara,
Mata sumber tak bersuara menjaga halus aliran,
hijau pohon mengaca di air memuja lembut aluran.
Padma kecil baru memunculkan pucuk yang lancip,
Langit lepas menggulung bunga perak,
padang delta memutih berbinar-binar.
Bayangan belibis sudah tidak tampak,
petang di seribu tebing selaksana fajar.
Nelayan tua kedinginan berniat kembali,
tak mengingat jalanan menuju Bukit-Ba.
Duduk tertidur sampan mengalir sendiri,
jubah rami mengecil di kedalaman mega.
Rumput musim semi meratai bantaran,
angin berhujan saat pulang sendirian.
Perahu besar menurun di tengah aliran,
gunung hijau bergeser di kedua tepian.
Gagak berkauk di kuil Dewa Mulang,
insan bersujud di altar Penguasa Kali.
Riuh tarian digelar ombak gelombang,
sulit perjalanan telah lama dipahami.
Sa Duci ( 1272?-1355? ; Yuan )
Di bawah surya senja sapi domba bebas bertebaran,
rumput padang mewangi keju susu gurih dirasakan.
Angin utara menggulung bumi pasir bagaikan salju,
semua tirai bulu di rumah rumah kemah diturunkan.
DI TENGAH GUNUNG TIANPING
Yang Ji ( 1326-1378? ; Ming )
Merintik-rintik bunga mindi dibasahi gerimis hujan,
berpohon-pohon buah lokat dimatangkan angin selatan.
Pelan berjalan tak mengingat dangkal dalamnya bukit,
kenari menghantar ke rumah kicauan sepanjang jalan.
AKHIR MUSIM SEMI DI KEBUN BARAT
Gao Qi ( 1336–1374 ; Ming )
Di kolam biru rumput ranum memenuhi riak gelombang,
segenap warna musim semi terlewatlah di tengah hujan.
Yakinlah bunga telah habis berguguran di rumah orang,
hari ini di kebun sayuran banyak kupu-kupu berdatangan.
KISAH MUSIM GUGUR
Xu Tong ( ?-1618-? ; Ming )
Di malam musim gugur sisa hujan menaiki tirai jendela,
titik kunang-kunang melayang menerangi bunga senja.
menemukan topi kecil menembus setapak rumpun bambu,
telah terbang mengikuti angin melewati rumah tetangga.
Di menara tinggi sejauh mata sungai akbar melebar,
menanti pasang naik malam hari bersandar di pagar.
Berapa titik lampu di seberang air seketika tenggelam,
bagai gunung runtuh menjatuhkan salju ribuan talam.
Naga menggulung bumi angin musim gugur perkasa,
bintang menggoyang lagit dingin udara laut menerpa.
Suara telah usai rembulan purnama makin merendah,
di antara riak tipis sepotong bayang menara merebah.
Naga uzur menyembur asap memecah riak gelombang,
ribuan kilo mengarungi pasifik angin terus memanjang.
Ombak menggulung angkasa tak peduli jauhnya jalan,
Indahnya Selatan Sungai,
pemandangan yang pernah diakrabi :
Mentari terbit bunga sungai merah melebihi api,
musim semi tiba air sungai hijau laksana seruni.
Mungkinkah melupakan Selatan Sungai?
INDAHNYA SELATAN SUNGAI
Wei Zhuang ( 836–910 ; Tang)
Seluruh manusia memuji Selatan Sungai,
pelancong lebih baik menua bersamanya.
Biru air musim semi melampaui angkasa,
tidur di perahu mendengar hujan berderai.
Yang di sisi gerabah laksana rembulan,
putih salju berkilau di sepasang lengan.
Sebelum menua janganlah engkau pulang,
bila pulang hati pun bersiaplah meradang.
TELAGA BARAT
Ouyang Xiu ( 1007–1072 ; Song )
Indahnya Telaga Barat dengan sampan dan dayung,
air biru meliuk-liuk, rumput harum sepanjang tepi,
musik dan nyanyi sayup-sayup senantiasa mengikuti.
Angin tak berhembus air pun licin bagaikan cermin,
tak terasa perahu bergerak, pelan menggerakkan riak,
burung-burung terkejut terbang rendah menyisir tepi.
UNTUK SHUGU
Su Shi ( 1036-1101 ; Song )
Bukit telaga terindah yakinlah di tenggara,
sekali memandang ribuan kilo merambah.
Berapa kalikah anda sanggup datang menyapa?
cawan akan membuat mabok menghentikan langkah.
Di Kolam Sungai Pasir lentera baru saja bangkit,
siapakah yang melantunkan nyanyian perahu?
Larut malam angin hening ketika hendak pamit,
hanya ada purnama sesungai mengkilau kaca biru.
ODE UNTUK BUNGA MEI
Lu You ( 1125-1210 ; Song )
Di sisi jembatan patah di luar wisma,
kesepian berbunga tiada yang punya.
Kala petang menjelang muram sendirian,
masih juga dihantam angin dan hujan.
Tak mau bersaing berebut musim semi,
biarkanlah aneka bunga saling cemburu.
Telah gugur melumpur lebur menjadi debu,
hanya harum yang bertahan seperti dulu.
MALAM DI JALANAN PASIR KUNING
Xin Qiji ( 1140-1207 ; Song )
Bulan purnama menghentak jalak di atas dahan,
angin sepoi jangkrik berderik di tengah malam.
Di antara harum bunga padi berbicara panen raya,
mendengarkan suara katak yang luas menggema.
Tujuh delapan titik bintang di atas langit,
dua tiga rintikan hujan di seberang bukit.
Kedai bambu di pinggiran hutan vihara yang lama,
seketika muncul selewat tikungan jalan titian kanal.
----- Original Message -----From: SkalarasSent: Wednesday, 15 June, 2005 21:57Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5> Jadi, bila orang memuja Selatan Sungai, yang dia puja> bukan hanya pemandangan alamnya saja,> juga termasuk manusia dan kegemerlapan duniawinya.
> Telaga Barat / Xihu yang ada di tengah kota Hangzhou
> dapat menjadi wakil dari semua ini.
> Telaga barat bukan seperti danau lain> yang sunyi di tengah pegunungan,> dia adalah danau yang mudah dijangkau,> danau yang penuh dengan tempat hiburan,> danau yang banyak peninggalan sejarah dan budaya
> (ada situs dongeng Ular putih, ada kuil Yue Fei dll).
> danau ini tidak sekedar untuk dilihat dari tepian,> tapi lebih menarik untuk dimasuki,> dijelajahi dengan perahu,> banyak sudut2 unik di tengah danau.
----- Original Message -----From: Akhmad Bukhari Saleh
Sent: Wednesday, June 15, 2005 11:23 PMSubject: See Ouw (Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5)----- Original Message -----From: SkalarasSent: Wednesday, 15 June, 2005 21:57Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5> Jadi, bila orang memuja Selatan Sungai, yang dia puja> bukan hanya pemandangan alamnya saja,> juga termasuk manusia dan kegemerlapan duniawinya.> Telaga Barat / Xihu yang ada di tengah kota Hangzhou> dapat menjadi wakil dari semua ini.
----- Original Message -----From: SkalarasSent: Friday, June 17, 2005 12:46 PMSubject: Re: See Ouw (Re: [budaya_tionghua] Re: Puisi alam5)Wah, pak ABS, 1950 saya belum lahir, tidak tahu judul lagu itu.Ngomong2 tentang lagu, memang banyak lagu klasik (instumental) yang bertema telaga barat, saya pernah mendownloud si situs musik klasik. saya kutipkan diantaranya:苏堤春晓(民族器乐合奏) Sudi chunxiao断桥残雪(民族器乐合奏) Duanqiao canxue三潭印月(民族器乐合奏) Santan yinyue二泉映月(二胡独奏) Erquan yinyuesalam,ZFy
Gelora keruh berduyun-duyun hambur ke timur,
dahulu bertolak kini berkunjung tiada berujung!
langit dilintasi bumi dilintangi,
keluar berbondong-bondong mengaliri
sisi timur laut pegunungan Pilar Bumi.
Angin badai memicu ombak sakti,
lari meloncat menubruk memecah,
meledakkan guntur mencuci mentari,
memandang lekak-lekuk di Bumi Tengah!
Ribuan tahun aura sang Penguasa,
terus menopang sosok perkasa,
dahulu kini menghadirkan digjaya!
Ribuan kilo meremang kayuh mengetuk biduk,
lagu kapal menggema membeku di langit biru.
Perkasa melanglang di hamparan lapang,
sungai dan bukit merambah memanjang,
jejak lantunan pemuja melayang-layang.
Kuingin menumpang sepotong rakit,
langsung mengusut ke Bima Sakti,
jauh masuk ke dalam bertanya haluan,
tertawa sejenak bersama sang cendekiawan!
Siapakah yang memuji penjelajah Han,
yang memungut Batu di istana khayangan?
TELAGA CERMIN
Xu Wei ( 1521-1593 ; Ming )
Ribuan hektar sutera digelar rata di hijau nan samar,
dari Balkon Yue ke selatan jagad air yang memapar,
yang menyepi gemar meniti di bantar burung camar.
Puluhan kilo bunga padma mempesona si Cermin air,
iringan gadis pelancong bercermin mematut rona rupa,
lihatlah tusuk konde siapa yang jatuh di ombak berulir!
REMBULAN TANGGUL SU
Fang Yizi ( 1611-1671 ; Ming )
Bunga seputih salju,
malam hari angin timur menyapu rembulan tanggul Su.
Rembulan di tanggul Su!
harum sirna di bumi selatan, bulat coak silih bergantian.
Suara pasang di atas sungai Qiantang telah berhenti,
dahan yangliu di tepi sungai siapa yang mematahkan?
Siapakah yang mematahkan?
Muara dermaga Bukit Barat, dulu kini saling berpamitan.
Sanggul hijau padat berjajar,
lekuk Gunung Taihang bagai cacing melingkar.
Bunga ilalang memenuhi ladang,
salju tebal satu inci menyelimuti padang.
Zhao-Wei-Yan-Han,
ditoleh kembali berklebat-klebat di depan.
Angin pilu menggerang,
di depan wisma Linming
di Bumi Tengah daun kuning berkejaran.
MALAM DI TIMUR KOTA
Zhu Yizun ( 1629 – 1709 ; Qing )
Bayangan cambuk terburu buru,
kembali lagi ke pos timur Kota Perunggu.
Sutera biru di langit bersih sehabis hujan,
baru di bulan delapan,
belibis pertama kali berkumandang.
Lonceng vihara mana dalam angin lamat?
hijau puncak berat direndam sinar senja.
Di tempat puluhan kilo Bukit Ikan bersela,
ditinggalkan satu saputan,
merah di hutan bidara cina.
Loo-heng, tolong dijelaskan bedanya syair cina sama sanjak cina.
Dari kemarin berusaha menyimak tidak bisa melihat perbedaan syair yang dibikin jaman Tang maupun Song, mohon pencerahan, dua dinasti itu apa ada perbedaan signifikan pada syair alamnya?
-----Original Message-----
From: Skalaras
[mailto:skal...@cbn.net.id]
Sent: Wednesday, June 22, 2005 9:40 PM
To:
budaya_...@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Puisi
alam 7
Pada dinasti Yuan dan Ming, prestasi dunia syair juga tidak menggembirakan, seperti di dunia sanjak, terdesak oleh perkembangan seni opera dan novel. Setelah mengalami kelesuan panjang, dunia Syair mengalami kebangkitan kembali pada dinasti Qing, lahirlah banyak penyair dengan aneka gaya, dengan mutu yang tinggi, meskipun tak melahirkan bentuk baru, sanggup menandingi masa keemasan Syair pada dinasti song. di sini saya kutipkan dua syair alam dengan gaya berbeda.
Selamat menikmati
Zhou Fy
From: ulyseeSent: Thursday, June 23, 2005 4:33 PMSubject: RE: [budaya_tionghua] Puisi alam 7Loo-heng, tolong dijelaskan bedanya syair cina sama sanjak cina.
Dari kemarin berusaha menyimak tidak bisa melihat perbedaan syair yang dibikin jaman Tang maupun Song, mohon pencerahan, dua dinasti itu apa ada perbedaan signifikan pada syair alamnya?
Surya senja tenggelam,
kedai arak melengang,
dua tiga yang berlayar belum menjamah tepian.
Bunga gugur air harum gubuk menjelang petang,
Menerobos batu menembus awan,
pipa pualam begitu melintang jernih semakin bening.
Langit gurun bersalju dingin,
burung tekukur nampak terhuyung di pusaran angin.
Di Balkon Burung Hong awan senja menghadang,
bunga Mei sungguh terkejut diguyur salju petang.
Suara manusia usai,
satu hembusan meniup jatuh rembulan menara sungai.
Bangau hutan baru selesai berkaok,
lutung gunung bergantian melolong.
pucuk pinus ditindih piring rembulan hampir doyong.
Di langit gua lonceng emas berdentang insan terjaga,
tak dapat menepis kabut awan yang memenuhi busana.
Perahu berwarna penuh mengangkut penyair,
kemanakah tuan hendak meluncurkan sampan?
Mendengar seruling di tengah istana kristal,
membalik kayuh di ujung Istana Rembulan.
Suruhlah ikan naga tenang bertiduran,
meski senggang ombak jangan dilepaskan.
Malam ini Pak Tua akan mengolak angin resah,
menguras bahan sajak,
sarang mega di air habis dikoyak.
Gugus bintang di satu angkasa tumpah berserak.
di dasar telaga katak perak berkilau bergolak.
Di tempat ini kujaring dengan tangan,
tak sadar terbalik menjatuhkan badan.
Raga dan sukmaku semuanya begitu menakjubkan,
terbang menaiki kura raksasa yang ungu keemasan.
LAGU TURUN JERAM ( petikan )
Chen Chongxiang ( ?-1831-? ; Qing )
Di sungai embun putih sedang melintang,
satu sampan mengarung menuruni Yuan’Xiang,
mengapit musim gugur di jauh suara jeram melantang.
Bukit musim gugur setengah usang,
hutan musim gugur separo kerontang,
kabut musim gugur menyeka sepasang dayung digoyang.
Putih meremang remang,
salju bergulung bunga beterbangan,
menikung melaju di arus yang kencang.
Di tengah lamunan barisan kuda menghembusi tiang,
bukit liar menyambut menghantar bak skesel penghalang.
Di jeram dangkal batu mengertap guruh menghentak,
di jeram dalam tebing berebut menyentakkan ombak.
Berangin-angin berhujan-hujan semakinlah bimbang,
kabut ombak meningkat semakin merintang pandang.
Ringan mengetuk sampan,
degup semangat layang renungan,
semua diserahkan pada gelombang yang usang.