Dear All,
Dari sekian banyak keinginan kalian dalam email harapan untuk mengetahui tentang sel, maka jawaban yang paling ringkas adalah memulainya dengan menerangkan siklus Sel. Dalam rangkaian topik mk BSM ini, topik siklus sel kami lompati karena dalam pembahasan mk sebelumnya (Biologi PPKU) sudah kami anggap memadai. Kemudian, beberapa karakteristik dan fungsi gen (rekombinasi, teknik, dll) akan disampaikan dalam mk lain di semester berikutnya.
Siklus artinya berputar. Untuk memudahkan menerangkan, titik awalnya akan saya mulai dari
- Sel yang sedang beraktifitas yang dikenal dengan fase G.
- Lanjut ke fase S, yaitu sintesis DNA atau replikasi DNA. Ada bagian DNA yang belum direplikasi yang disebut dengan sentromer.
- Kemudian masuk ke fase M, yaitu tahap-tahapan mitosis mulai dari profase sampai anafase.
- Setelah mitosis dilanjutkan ke sitokinesis atau pembelahan sel
- sel masuk ke tahap aktifitas kembali (fase G), dst ke siklus seperti di atas.
Pada beberapa jenis sel (antara lain sel darah merah, sel otot, sel syaraf dan sel kulit), setelah pembelahan akan masuk ke fase Go, yaitu sel tersebut tidak melanjutkan siklus selnya. Setelah beraktiftas mereka akan mati.
Jenis sel sangat beragam, baik antar organisme atau yang menjadi penyusun satu organisme. Salah satu ragamnya adalah lama setiap fase berbeda-beda dan lama satu siklusnya pun juga berbeda-beda.
Siklus sel diatas bisa ditemukan pada sel eukariota, yaitu sel yang material intinya dibungkus dengan membran sel. Dengan kata lain, ukuran material intinya (genom, atau kumpulan gen) sangat panjang yang bisa mencapai 3x10^9 pasangan basa. Sedangkan pada sel prokariota yang material intinya telanjang atau tidak dibungkus membran dan juga ukurannya kecil (kurang 1x10^6 pasangan basa) maka siklus selnya relatif sederhana. Fase sintesis bisa dilakukan dengan cepat dan tidak ada tahapan reorganisasi material inti melalui fase mitosis/meiosis. Siklus sel prokariota kita sebut dengan pembelahan biner.
Baik pada eukariota maupun prokariota ada fase sintesis DNA atau replikasi DNA. Salah satu konsekuensi replikasi ini adalah adanya mutasi. Sebelum membahas konsekuensi mutasi, saya harus sampaikan terlebih dahulu tentang organisasi gen dalam genom (kumpulan gen). Dalam suatu genom, tidak semua rangkaian DNA berfungsi sebagai gen. Dengan kata lain, ada bagian yang menyandikan RNA atau berfungsi sebagai gen (=coding region) dan ada juga yang tidak menyandikan RNA atau ruas DNA yang tidak fungsional (=non-coding region). Setelah memahami hal itu baru lanjut ke konsekuensi mutasi.
Setiap bagian genom mempunyai laju mutasi yang berbeda-beda. Jika mutasi terjadi di bagian non-coding maka peluangnya sangat kecil untuk mengubah sifat sel/organisme. Malah bisa dibilang daerah non-coding ini mempunyai laju mutasi yang sangat cepat. Hal ini karena setiap mutasi yang terjadi tidak berdampaknya ke kematian sel. Sebaliknya, jika mutasi terjadi di ruas gen fungsional maka peluangnya ada 2:
1. sel akan mati. Kalau sel mutan mati maka kejadian mutasinya tidak bisa kita pelajari. Bagaimana caranya mempelajaris el yang sudah tidak ada?
2. sel tetap hidup, tetapi sifat yang disandikan oleh gen tersebut berubah.
Hampir semua cerita science fiction mengangkat cerita bahwa mutan adalah berbahaya, menakutkan dan bersifat monster, benarkah? Jawabannya tidak. Sebagian besar mutasi yang bisa hidup akan menyebabkan sel/organisme mutan menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan. Melalui mekanisme seleksi alam, yang tidak adaptif akan terseleksi dan kemudian mati.
Apakah sifat lebih adaptif itu unggul atau tidak?
Jawaban untuk hal ini sangat subjektif karena tergantung ke si pengamat. Sekelompok orang akan bilang bahwa ayam mutan yang dagingnya lebih banyak adalah unggul; tetapi sekelompok yang lain bilang sebaliknya karena ayam mutan untuk tumbuh besar menghabiskan banyak pakan.
Melalui mekanisme seleksi alam, gen-gen mutan yang tidak adaptif akan tersisih sedangkan yang adaptif akan terus ada dan diwariskan ke generasi berikutnya.
Salam,
AFM