Yth, Bapak/Ibu sdr sekalian,
Sangat cukup lama saya berpikir2 dan merenung2kan jika setiap tiba tanggal kelahiran saya dan bertanya2, apakah diperlukan perayaan Ulang Tahun seperti yang sering dilakukan orang lain.
Ada sahabat saya yang sudah berpendidikan S3, beberapa hari yang lalu dia berulang tahun, lalu saya menelpon mengucapkan selamat ulang tahun dan bagaimana acara perayaannya. Dia menjawab sama seperti yang saya lakukan selama ini, tidak tertarik dengan acara perayaan setiap tiba ULTAH nya. Saya mencoba mencari di Alkitab untuk menemukan apakah YESUS sewaktu hidup didunia ini selama +- 30 Tahun merayakan hari lahirnya, namun saya tidak menemukannya di alinea nas buku manapun.
Namun pada umur saya tiba di 50 tahun, perayaan sederhana dengan keluarga dekatpun dilakukan meski merasa agak canggung dan sedikit malu2 saat meniup Lilin dan mendegarkan lagu selamat Ulang Tahun.
Dibawah ini saya copas dari search di google, bagimana uraian dan pendapat tentang hari ULTAH dan perayaannya, bagimana tanggapan bapak2 ibu sekalian.
Definisi:
Hari
kelahiran seseorang atau peringatan hari itu. Di beberapa tempat,
peringatan hari lahir seseorang, terutama seorang anak, dirayakan dengan
suatu pesta dan pemberian hadiah.
Bukan kebiasaan berdasarkan Alkitab.
Apakah perayaan-perayaan hari
ulang tahun yang disebut dalam Alkitab menunjukkan bahwa hal itu
diperkenan? Alkitab hanya menyebutkan dua perayaan demikian:
Kej. 40:20-22:
”Ternyata hari yang ketiga adalah hari lahir Firaun, ia mengadakan
pesta . . . Maka dikembalikannya pengawas juru minuman pada kedudukannya
sebagai juru minuman . . . Tetapi pengawas juru roti digantungnya.”
Mat. 14:6-10:
”Sewaktu hari lahir Herodes sedang dirayakan, anak perempuan Herodias
menari pada kesempatan itu dan begitu menyenangkan hati Herodes sehingga
ia berjanji dengan sumpah akan memberikan kepada dia apa pun yang
dimintanya. Lalu dia, atas petunjuk ibunya, mengatakan, ’Berikan
kepadaku di sini di atas sebuah pinggan, kepala Yohanes Pembaptis.’
. . . Ia mengutus orang dan menyuruh memancung kepala Yohanes di
penjara.”
Segala sesuatu yang terdapat dalam Alkitab ditulis dengan alasan tertentu. (
2 Tim. 3:16, 17)
Saksi-Saksi Yehuwa memperhatikan bahwa Firman Allah memberikan laporan
yang tidak menyenangkan tentang perayaan-perayaan hari ulang tahun,
karena itu mereka tidak merayakannya.
Bagaimana umat Kristen masa awal dan orang-orang Yahudi pada zaman Alkitab memandang perayaan hari ulang tahun?
”Gagasan mengenai pesta hari ulang tahun sama sekali tidak ada dalam pikiran umat Kristen masa ini pada umumnya.”—The History of the Christian Religion and Church, During the Three First Centuries (New York, 1848), Augustus Neander (diterjemahkan oleh Henry John Rose), hlm. 190.
”Orang-orang Ibrani yang belakangan
memandang perayaan hari ulang tahun sebagai bagian dari ibadat yang
bersifat berhala, suatu pandangan yang sangat ditegaskan oleh pandangan
mereka terhadap perayaan-perayaan umum yang berkaitan dengan hari itu.”—The Imperial Bible-Dictionary (London, 1874), diedit oleh Patrick Fairbairn, Jil. I, hlm. 225.
Apa asal usul kebiasaan-kebiasaan populer yang berkaitan dengan perayaan hari ulang tahun?
”Berbagai kebiasaan yang dilakukan
orang-orang dewasa ini dalam merayakan hari ulang tahun mereka,
mempunyai sejarah yang panjang. Asal usulnya ialah dari alam gaib dan
agama. Kebiasaan memberikan ucapan selamat, memberikan hadiah dan
merayakannya—lengkap dengan lilin-lilin yang dinyalakan—pada zaman
dahulu dimaksudkan untuk melindungi orang yang berulang tahun dari
hantu-hantu dan menjamin keselamatannya untuk tahun yang mendatang.
. . . Sampai abad keempat kekristenan menolak perayaan hari ulang tahun,
menganggapnya sebagai kebiasaan kafir.”—Schwäbische Zeitung (majalah tambahan untuk Zeit und Welt), 3/4 April 1981, hlm. 4.
”Orang-orang Yunani percaya bahwa setiap orang mempunyai roh pelindung atau daemon yang
hadir pada saat kelahirannya dan menjaga dia selama hidupnya. Roh ini
mempunyai hubungan mistik dengan ilah yang hari kelahirannya sama dengan
orang yang merayakan hari ulang tahun itu. Orang-orang Romawi juga
menganut gagasan ini. . . . Gagasan ini dibawa serta dalam kepercayaan
dan tercermin dalam malaikat pelindung, peri yang menjadi ibu wali (godmother)
dan santo pelindung. . . . Kebiasaan menyalakan lilin pada kue dimulai
oleh orang-orang Yunani. . . . Kue-kue madu yang bulat seperti bulan dan
diterangi dengan lilin-lilin kecil ditaruh di altar kuil [Artemis].
. . . Lilin ulang tahun, dalam kepercayaan rakyat, mengandung kegaiban
istimewa yang dapat mengabulkan permohonan. . . . Lilin-lilin kecil yang
dinyalakan dan api persembahan mempunyai makna mistik yang istimewa
sejak manusia pertama kali mendirikan altar-altar untuk ilahnya. Jadi,
lilin ulang tahun merupakan suatu penghormatan kepada anak yang berulang
tahun dan mendatangkan keberuntungan. . . . Ucapan selamat ulang tahun
dan harapan semoga bahagia tidak terpisahkan dari hari perayaan ini.
. . . Mula-mula gagasan ini berasal dari ilmu gaib. . . . Ucapan selamat
ulang tahun mempunyai kuasa untuk kebaikan atau malapetaka karena
seseorang lebih dekat kepada dunia roh pada hari ini.”—The Lore of Birthdays (New York, 1952), Ralph dan Adelin Linton, hlm. 8, 18-20.
Tidak ada larangan untuk
mengadakan pertemuan yang menyegarkan dengan keluarga dan teman-teman
untuk makan, minum, dan bersuka ria
Pkh. 3:12, 13:
”Tidak ada yang lebih baik bagi mereka daripada bersukacita dan berbuat
baik selama hidupnya; dan juga bahwa setiap orang hendaknya makan dan
tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja
kerasnya. Itu pun pemberian Allah.”
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Kesimpulan nya silahkan diambil sendiri masing-masing insan bapa/ibu yang membacanya.
Salam
Karis Malau