AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi rasional emotif tingkah laku (REBT) untuk mengurangi acrophobia pada dewasa awal. Su bjek pada penelitian ini adalah dua orang laki-laki, individu dewasa awal yang sed ang mengalami acrophobia. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, Acrophobia Questionnaire (AQ), skala kecemasan, self monitoring, tes psikologi yaitu tes grafis dan 16PF serta angket terbuka. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperi men dengan one group pretest posttest design. Intervensi yang digunakan pada penelitian ini ad alah terapi rasional emotif tingkah laku (REBT) yang menggabungkan tiga teknik yaitu kognitif, emotif, dan tingkah laku, sehingga pemikiran-pemikiran irasional subjek diubah menjadi pemikiran yang rasional dan juga mengubah emosi negatif subjek menjadi emosi yang positif dan keduanya akan terlihat dari perilaku yang ditunjukkan subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi ra sional emotif tingkah laku (REBT) dapat mengurangi acrophobia pada individu dewasa awal . Hal ter sebut dapat dilihat dari pengukuran tingkat acrophobia dari hasil Acrophobia Questionnaire (AQ) dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Wilcoxon Signed-Rank Test yang menunjukkan penurunan yang signifikan pada subjek 1 dengan ni lai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0. 027 lebih kecil dari α=0,05 untuk skala kecemasan dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.034 lebih kecil dari α=0,05 untuk skala penghindaran. Pada subjek 2 dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.007 lebih kecil dari α=0,05 untuk skala kecemasan dan juga untuk skala penghindaran.
Rational Emotive Behavior Therapy adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. REBT bisa digunalakan untuk membangun perilaku etis. REBT untuk membantu mengubah cara berpikir seseorang irasional agar menjadi rasional dan mengubah perilakunya dari yang negatif menjadi positif. salah satu cabang dari Rational Emotive Behavior Therapy adalah Rational Emotive Behavior Therapy Islam. Rational Emotive Behavior Therapy Islam bertujuan membantu memberdayakan kembali potensi yang ada di dalam diri individu yaitu manusia fitrah berupa aql, qolbu, nafs, ruh serta kembali mengaktifkan keimanan dan ketakwaan hingga kembali berkembang dan berfungsi sebagaimana mestinya.[1]
Terapi rasional emotif tingkah laku adalah terapi yang berusaha menghilangkan cara berfikir klien yang tidak logis dan irasional, dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara menyerang, menentang, mempertanyakan dan membahas keyakinan-keyakinan irasional klien. Corey (2003)
Menurut Ellis (1997) terapi rasional emotif tingkah laku adalah terapi yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Oleh karena itu Ellis menjelaskan lebih lanjut unsur pokok dari terapi rasional emotif tingkah laku adalah asumsi bahwa berpikir, emosi dan tingkah laku bukan tiga proses yang terpisah. Pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Baik emosi dan pikiran tersebut ditunjukkan dengan tingkah laku. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.
Menurut Thomson dan Rudolf, tujuan utama dari terapi rasional emotif tingkah laku adalah membantu klien memahami kepercayaan irrasionalnya, dengan mendebatkannya dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional. Membantu anak menjadi evaluator atas dirinya sendiri, sehingga dapat belajar untuk hidup sehat, mengontrol diri, dan bertanggung jawab atas kehidupannya.
Menurut Edelstein (2010) terapi rasional emotif tingkah laku membantu seseorang untuk dapat lebih percaya diri dan mengeliminasi atau menghilangkan masalah pemikiran yang mengganggu (irasional). Sedangkan menurut Burks dan
Dalam menelusuri masalah klien yang dibantu, konselor berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi, artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.
Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidaklogisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang dihadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.
A(Activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu): seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
C(Consequence): yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan yang keliru.
Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irrasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan- keyakinan yang rasional.
Pada langkah ini terapis dan subjek bersama-sama mengevaluasi sesi-sesi sebelumnya, apakah sudah berhasil mengubah keyakinan yang irasional menjadi rasional. Jika sudah berhasil terapis harus mempersiapkan subjek agar tidak tergantung pada proses terapi sehingga dapat mempertahankan hasil terapi dikehidupannya sehari-hari.
Terapi rasional emotif tingkah laku menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif dan behavioristik yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setiap terapis dapat mempergunakan gabungan-gabungan teknik sejauh penggabungan itu memungkinkan (dalam Ellis, 1997).
Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sacks (2004) bahwa terapi rasional emotif tingkah laku dapat mengintegrasikan bermacam-macam teknik kognitif, emotif dan tingkah laku. Teknik-teknik tersebut diantaranya, yaitu :
Teknik Pengajaran - Dalam terapi rasional emotif tingkah laku, terapis mengambil peranan lebih aktif dari klien. Teknik ini memberikan keleluasan kepada terapis untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Terapis langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
Teknik Pemberian Tugas - Terapis memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
Teknik Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
Teknik Social Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.
Menurut Gerald Corey mengasumsikan bahwa Terapi rasional emotif behavior itu adalah terapi yang menitikberatkan untuk berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis dan bertindak. Dia juga menegaskan bahwa manusia itu memiliki sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi dirinya dan bias mengubah ketentuan-ketentuan pribadi yang dihadapi dalam tatanan masyarakat.
Sedangkan menurut Ws. Winkel berpendapat bahwa terapi rasional emotif behavior adalah corak klien yang menekankan pada kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal yang sehat (Rational Thinking), berperasaan (Emoting), dan berperilaku (Acting), sekaligus juga menekankan bahwa perubahan yang mendalam dalam cara berfikir dan berperasaan manusia dapat mengakibatkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku, menggantinya kepada sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan seseorang klien atas keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan dan membahas keyakinan yang irasional sehingga seseorang klien akan menjadi bahagia, produktif dan berkualitas.
Secara umum prinsip yang mendominasi manusia ada dua, yaitu pikiran dan perasaan. Pada hakikatnya bahwa setiap manusia yang normal memiliki pikiran, perasaan, dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. Dalam memandang hakikat manusia tersebut, terapi rasional emotif behavior memiliki sejumlah asumsi tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan.
3a8082e126