Fwd: Re: Untuk Direnungkan: Montir yang menjadi Filsuf

12 views
Skip to first unread message

Vincent Liong

unread,
Sep 9, 2008, 3:03:00 PM9/9/08
to vincen...@yahoogroups.com, r-m...@yahoogroups.com, komunika...@yahoogroups.com, komunika...@googlegroups.com, kompat...@yahoogroups.com, x69x...@yahoo.com, isti...@yahoo.com, ferret...@yahoo.com, ant...@hotmail.com
--- On Tue, 9/9/08, Ratih Andjayani Ibrahim <ibur...@gmail.com> wrote:

From: Ratih Andjayani Ibrahim <ibur...@gmail.com>
Subject: Re: Untuk Direnungkan: Montir yang menjadi Filsuf
To: vincen...@yahoo.co.nz
Cc: himps...@himpsijaya.org, psip...@himpsijaya.org, ber...@himpsijaya.org, buki...@yahoo.com, her...@yahoo.com, nug...@centrin.net.id, kristipo...@hotmail.com, hpra...@centrin.net.id, hasb...@ui.edu, wi...@cbn.net.id, trif...@yahoo.com, psk...@pacific.net.id, luk...@centrin.net.id, dya...@dnet.net.id, ari...@hexindo-tbk.co.id, but...@yahoo.com, durac...@yahoo.com, akas...@dnet.net.id, irma...@yahoo.com, cameo...@yahoo.com, psap...@gmail.com, hsus...@yahoo.com, msth...@cbn.net.id, akbar...@yahoo.com, je...@ygy.centrin.net.id, widi...@link.net.id, dr...@plasa.com, tamanbi...@yahoo.com, hrdcon...@yahoo.com, piety...@yahoo.com, fid...@tarumanagara.ac.id, ch...@cheerful.com, ketty...@plasa.com, ama...@psy.uq.edu.au, pri...@cbn.net.id, kie...@yahoo.com, ades...@yahoo.com, ant...@cbn.net.id, erlin_...@yahoo.com, astrid....@tns-global.com, he...@ui.edu, mayk...@yahoo.com, gu...@makara.cso.ui.ac.id,
lieke_...@yahoo.com, al...@rpe-engineering.com, koen_s...@yahoo.com.au, rah...@ismail.com, rah...@ismail.cc, sina...@yahoo.com, crela...@kasandra-associates.com, sah...@indosat.net.id, rita_h...@yahoo.com, fnd...@yahoo.com, cok...@titissampurna.com, melani...@yahoo.com, guey...@yahoo.com, indrawati...@db.com, agus.ha...@gmail.com, irwa...@yahoo.com, Alberth...@fmi.com, jak...@bpkpenabur.or.id, pro...@usindo.org, sing...@indo.net.id, esth...@yahoo.com, ani...@hotmail.com, tyas...@yahoo.com, arlen...@yahoo.com, ilham...@yahoo.co.id, medh...@yahoo.com, sukm...@yahoo.com, hay...@hotmail.com, miran...@yahoo.com, hmik...@yahoo.com, iwanj...@gmail.com, wi...@pakarya.com, rizka...@yahoo.com, sar...@ui.edu, ri...@bpkpenabur.or.id, meat...@yahoo.co.id, t_agu...@yahoo.com, rinny...@yahoo.com, supr...@indo.net.id, rima...@yahoo.com, didi_e...@yahoo.com, rahmit...@yahoo.com,
neld...@yahoo.com, alberth...@yahoo.co.id, richard.n...@gmail.com, ges...@yahoo.com, melli...@yahoo.com, widy...@cbn.net.id
Received: Tuesday, 9 September, 2008, 4:26 PM


-----Inline Attachment Follows-----

Ajaib,
Pada hari yang sama, ketika membuka email, saya juga menemukan email serupa dengan milik anda di inbox saya.
Saya forwdkan saja ya?
Barangkali bisa saling melengkapi, dan mencerahkan.....
Salam...
RAtih IBrahim

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Direnungkan: Monyet yang ingin menjadi Manusia


Ada seekor monyet yang suatu hari melihat kemiripan dirinya dengan manusia, lalu dan memutuskan untuk mencoba-coba menjadi manusia. Dari hari ke hari ia mencoba berperilaku layaknya manusia meski sebenarnya takdirnya adalah kera. Suatu hari ia melihat banyak manusia berbondong-bondong pergi ke suatu tempat untuk belajar. Monyet ini akhirnya tahu, bahwa manusia yang sedang berbondong-bondong untuk belajar itu namanya sekolah.

Tentu saja sebagai monyet, hati kecilnya sadar bahwa sebenarnya ia tak punya cukup otak untuk sekolah. Tapi si monyet punya keinginan besar untuk mengingkari takdirnya, maka ia mengemis sana-sini agar diperbolehkan sekolah. Ternyata, banyak orang kasihan dan bersedekah padanya sehingga ia terbantu untuk bisa sekolah.

Lalu, di sekolah ia melihat foto-foto ilmuwan dalam buku. Si monyet kemudian tahu, bahwa foto-foto itu adalah para penemu. Kembali si monyet merasa iri dan ingin menjadi penemu. Maka, makin jauhlah ia dari takdirnya dan mulai mencoba-coba menjadi penemu.

Karena monyet suka makan pisang, maka ia mengklaim diri telah menemukan semacam juice pisang segala rasa. Padahal, yang dilakukan cuma mencampur antara pisang raja dengan pisang ambon dengan pisang susu dan kadang ditambah pisang-pisang lainnya. Pisang-pisang itu dijuice dan dibagi-bagikan ke manusia yang lewat. Sambil berkata dalam bahasa monyet "huuk...huuk..huuk". Maksud si monyet adalah ngomong "Ini temuanku...ini temuanku". Tapi karena bahasanya bahasa monyet, manusia tidak mengerti.

Orang-orang melihat monyet ini sebagai monyet lucu. Kok ada monyet berlagak penemu. Ini lebih lucu dari monyet-monyet di pertunjukan Topeng Monyet (Tandak Bedes) yang biasanya cuma bisa membawa payung, naik sepeda, perang-perangan atau pura-pura mati. Orang-orang ada yang memuji ini monyet pintar, ini monyet lucu, ini monyet sok tahu, ini monyet blo'on, ini monyet cacat, ini monyet gila, ini monyet penipu dan banyak lagi.

Tapi si monyet tidak merasa. Malah dikiranya orang-orang ini sedang mengaguminya. Wah, aku sudah berhasil menjadi manusia pikirnya. Bukan itu saja, aku sudah menjadi manusia yang pinter, yang dalam bangsa manusia disebut penemu. Tentu saja karena dalam pikirannya si monyet menganggap demikian, maka ia senang tak alang-kepalang.

Sayang, tiba masanya, pertunjukan usai. Bahkan pertunjukan topeng moneyt pun ada masanya. Tidak bisa berlangsung terus-menerus. Pada waktunya, manusia akan tetap kembali pada fitrahnya sebagai manusia dan monyet juga mesti kembali ke fitrahnya sebagai monyet.

Tapi, si monyet tidak menyadari ini karena pikirannya telah tercemar oleh ide bahwa dirinya manusia. Ketika melihat manusia-manusia telah bosen dengan kelucuannya. Bosen mempermainkan si monyet yang sebenarnya cuma lebih canggih sedikit dari topeng monyet. Si Monyet tetap saja bertingkah seperti manusia, padahal tak ada manusia yang benar-benar menganggapnya manusia.

Sayangnya, bapak ibunya si monyet, yang juga sama-sama monyet, tidak bisa menyadarkan bahwa fitrah mereka sebenarnya adalah monyet. Akibatnya, keluarga monyet ini bahkan kemudian disingkirkan oleh monyet-monyet lainnya. Ada beberapa monyet yang memberanikan diri mengajak monyet takabur ini untuk berhenti mengira dirinya manusia, tapi sayang, justru si monyet ini marah-marah lalu menuduh teman-teman monyetnya ini tidak mendukungnya.

Sampai suatu ketika, karena si monyet ini tetap merasa dirinya manusia dan bukan fitrahnya sebagai monyet. Maka ia pun berjalan dengan percaya diri di hutan luas yang banyak pemburu monyetnya. Seperti Tandak Bedes, monyet ini mengira dengan memakai topi koboi maka ia sama derajatnya dengan para pemburu yang notabene manusia. Sayang, monyet tetep saja monyet. Para pemburu ini, begitu melihat ada monyet langsung menembaki si monyet. Kedua orang tua si monyet, lari tunggang-langgang masuk hutan. Sementara si monyet akhirnya tewas dirajam peluru para pemburu.

-------------------------------------------------------------------------------------------------


2008/9/8 Vincent Liong <vincen...@yahoo.co.nz>

Untuk Direnungkan: Montir yang menjadi Filsuf


Ada seorang montir yang suatu hari merasa dirinya lebih cocok jadi seorang filsuf, dia belajar filosofi sambil sementara itu rajin bekerja. Lalu lambat laun karena banyak membaca karya-karya para filsuf, maka dia merasa bahwa dirinya juga ditakdirkan sebagai seorang filsuf.

Akibatnya dia makin kurang menggunakan keterampilannya sebagai montir, malah dia lebih banyak berceloteh filosofi daripada bekerja. Akibatnya, yang tadinya dia montir terkenal yang banyak pelanggannya, lambat laun para pelanggan meninggalkan dia.

Sayangnya montir tersebut tidak merasa ada yang salah dengan dirinya, malahan dia pikir bengkelnya menjadi sepi karena bengkelnya kurang kreatif. Maka dia mulai menciptakan suatu kreasi-kreasi baru untuk bengkelnya. Dia mulai menciptakan alat-alat ukur/test untuk mobil-mobil pelanggannya di masa yang akan datang.

Tanpa disadarinya otaknya telah tercemar oleh karya-karya para filsuf. Maka dia mulai membuat alat-alat test untuk mobil-mobil tersebut dengan konsep-konsep filosofi. Dan dia berhasil membuat alat tersebut yang secara tekhnis otomotif adalah inovasi. Karena sebelumnya, belum pernah ada montir yang membuat alat test seperti itu.

Beberapa kawan montir dia ada yang memuji, mencela, mempertanyakan, meledek inovasi tersebut. Karena si montir sangat yakin dengan hasil karyanya dan juga semenjak dia mempelajari filosofi maka dia memiliki watak baru yang senang marah-marah, maka semua tanggapan teman-teman montirnya cuma dijawab dengan amarah.

Ada beberapa pelanggan yang memberanikan diri untuk mencoba di test menggunakan alat ukur/test kreasi baru dari si montir tersebut. Ternyata dengan alat barunya menghasilkan hasil pengukuran yang mengejutkan, lain dari yang lain. Terutama karena hasil pengetestan tersebut menyatakan bahwa; mobil tersebut tidak mempunyai nilai filosofi. Maka para pelanggan tersebut cuma bisa terbengong-bengong.

Sebelum sempat bengongnya hilang, si montir tersebut meminta bantuan kepada teman-teman montirnya yang masih setia untuk segera mereparasi mobil tersebut, agar mempunyai nilai filosofi dengan arahan dari si montir.

Hasil daripada reparasinya mobil tersebut menjadi sangat filosofis. Si pemilik mobil dengan heran dan berat hati terpaksa menerima mobilnya dalam keadaan begitu. Tetapi apa daya karena dia sudah membayar harga yang mahal dan dia merasa ini memang kebodohan dirinya kenapa dia merelakan mobilnya untuk di test dengan alat baru tersebut.

Sewaktu dia mengendarai mobil itu pulang ke rumah, memang benar mobilnya sudah menjadi seorang filsuf lebih banyak berpikir daripada berjalan, alias mogok-mogok melulu.

--
Carpediem!

Ratih Andjayani Ibrahim
PERSONAL GROWTH
Mobile : 0816 182 0750
Email : iburatih.pe...@gmail.com/ ibur...@gmail.com


Catch-up on the latest NZ celebrity and entertainment news here - http://nz.lifestyle.yahoo.com/new-idea/

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages