gambling. where are those architects go? (hal: Montir yang menjadi Filsuf)

8 views
Skip to first unread message

Vincent Liong

unread,
Sep 12, 2008, 6:40:57 AM9/12/08
to vincen...@yahoogroups.com, r-m...@yahoogroups.com, komunika...@yahoogroups.com, komunika...@googlegroups.com, kompat...@yahoogroups.com, x69x...@yahoo.com, isti...@yahoo.com, ferret...@yahoo.com, ant...@hotmail.com
Note from Vincent Liong: Rupanya penyebarluasan tulisan "Untuk Direnungkan: Montir yang menjadi Filsuf" telah berkembang pesat jauh dari perkiraan saya... Padahal penyebarluasannya sangat terbatas tidak saya bomb-mail seperti tulisan saya yang lain. Mari kita baca tulisan di bawah ini; salahsatu pengintepretasian tulisan "Untuk Direnungkan: Montir yang menjadi Filsuf" yang dibahas dalam konteks latarbelakang pembahasan arsitektur.

=====

Subject: gambling. where are those architects go?
e-link: http://gacantiswastika.net/?p=183

Saya menemukan arsitek sekarang duduk di kantor sambil mainan facebook. Indeed, jaringan sosial ini jadi komunitas di dalam komunitas. Tambahan ilmu siapa sih yang tidak segera tanggap? Dulu, beribu-ribu tahun yang lalu… Imhotep si cendekiawan ahli segala bidang ilmu yang selevel dengan galileo galilei atau leonardo davinci mungkin bermain dengan kucing persia berkelamin ganda sambil mencari ide membangun tempat istirahat terakhir bagi raja-raja Mesir… hingga bertemulah kita dengan Pyramid.

---

awalnya Pyramid tidak senista sekarang. pyramid dibentuk sangat licin selicin pualam. bingkai waktu sudah membuatnya keropos hingga kulitnya mengelupas. di ujung bertemunya empat titik pyramid terpatri emas besar yang berkilau-kilauan. kemana emasnya?

Apa bedanya arsitek dulu dan sekarang? apa beda gunadarma dan koolhaas? gunadarma, arsitek candi borobudur jaman dinasti syailendra. saya bilang kita musti bangga padanya. setiap pembangunan mahakarya arsitektur nusantara, di dalamnya terpatri filosofi dan identitas budaya timur –budaya yang setelah berapa lama akan menjadi hak milik negara tetangga. gunadarma menorehkan alat bagi kita, kekuatan serta landmark yang luar biasa. dikenang lebih dari ribuan tahun. gunadarma mungkin cuma ditemukan di cerita. alkisah beberapa kaum brahmana meletakkan dasar sebagai tempat persembahyangan mereka. hingga akhirnya dimulailah pembentukkan ‘kulit’ yang dieksekusi oleh gundarama. dibentuk pula drainase. dengan bahan-bahan dasar seperti batu yang dipahat, dibuat kubus, diambil dari sungai dibentuk dengan sistem coakan dan sengkedan. (baca Jay adalah Yulian)

ada identitas yang terukir disana… walaupun catatan bersejarah tentang borobudur raib entah kemana… borobudur atau bumisambhara atau apapun nama yang tersemat pada susunan relief itu… berada di wilayah yang pas dan tepat. jawa sebagai ranah Buminya. masyarakat mataram kuno yang tinggal di sekelilingnya. adalah samarathungga nenek moyang mereka. dan ajaran buddha menjadi dasar filosofisnya. entah mengapa saya tak lagi menemukannya (atau jarang) di dalam produk jaman sekarang. apalagi koolhaas. ah! perbandingan yang tidak pernah fair alias tidak bisa dibandingkan bukan! siapa pula yang bisa sehebat dia!

Sebelum menulis posting ini… senior saya mengirimkan sebuah esai sederhana. silakan terjemahkan sebentar maksudnya…

---

Untuk Direnungkan: Montir yang menjadi Filsuf

Ada seorang montir yang suatu hari merasa dirinya lebih cocok jadi seorang filsuf, dia belajar filosofi sambil sementara itu rajin bekerja. Lalu lambat laun karena banyak membaca karya-karya para filsuf, maka dia merasa bahwa dirinya juga ditakdirkan sebagai seorang filsuf.

Akibatnya dia makin kurang menggunakan keterampilannya sebagai montir, malah dia lebih banyak berceloteh filosofi daripada bekerja. Akibatnya, yang tadinya dia montir terkenal yang banyak pelanggannya, lambat laun para pelanggan meninggalkan dia. Sayangnya montir tersebut tidak merasa ada yang salah dengan dirinya, malahan dia pikir bengkelnya menjadi sepi karena bengkelnya kurang kreatif.

Maka dia mulai menciptakan suatu kreasi-kreasi baru untuk bengkelnya. Dia mulai menciptakan alat-alat ukur/test untuk mobil-mobil pelanggannya di masa yang akan datang. Tanpa disadarinya otaknya telah tercemar oleh karya-karya para filsuf. Maka dia mulai membuat alat-alat test untuk mobil-mobil tersebut dengan konsep-konsep filosofi. Dan dia berhasil membuat alat tersebut yang secara tekhnis otomotif adalah inovasi. Karena sebelumnya, belum pernah ada montir yang membuat alat test seperti itu. Beberapa kawan montir dia ada yang memuji, mencela, mempertanyakan, meledek inovasi tersebut. Karena si montir sangat yakin dengan hasil karyanya dan juga semenjak dia mempelajari filosofi maka dia memiliki watak baru yang senang marah-marah, maka semua tanggapan teman-teman montirnya cuma dijawab dengan amarah.

Ada beberapa pelanggan yang memberanikan diri untuk mencoba di test menggunakan alat ukur/test kreasi baru dari si montir tersebut. Ternyata dengan alat barunya menghasilkan hasil pengukuran yang mengejutkan, lain dari yang lain. Terutama karena hasil pengetestan tersebut menyatakan bahwa; mobil tersebut tidak mempunyai nilai filosofi. Maka para pelanggan tersebut cuma bisa terbengong-bengong. Sebelum sempat bengongnya hilang, si montir tersebut meminta bantuan kepada teman-teman montirnya yang masih setia untuk segera mereparasi mobil tersebut, agar mempunyai nilai filosofi dengan arahan dari si montir. Hasil daripada reparasinya mobil tersebut menjadi sangat filosofis.

Si pemilik mobil dengan heran dan berat hati terpaksa menerima mobilnya dalam keadaan begitu. Tetapi apa daya karena dia sudah membayar harga yang mahal dan dia merasa ini memang kebodohan dirinya kenapa dia merelakan mobilnya untuk di test dengan alat baru tersebut. Sewaktu dia mengendarai mobil itu pulang ke rumah, memang benar mobilnya sudah menjadi seorang filsuf lebih banyak berpikir daripada berjalan, alias mogok-mogok melulu.

(dikirim oleh Amarullahakhmat melalui e-mail)

---

Benarkah kita telah lalai menjalankan tugas selama kita hidup hanya karena mencintai hal lain di luar pekerjaan kita? saya senang bercerita bahkan sejak mama mengandung orok saya. lucu rasanya. aneh? mungkin. apa hubungannya kemudian? belakangan saya sadar bahwa apapun profesi yang kita jalankan, perhatian dan fokus itu perlu walaupun seolah-olah mata kita tersadarkan oleh bentuk dan kegiatan yang lain. sekarang tidak ada ilmuwan yang duduk di kursi sambil keriting berpikir menciptakan teori. ilmuwan sekarang duduk di starbucks, ngerokok dan poker di facebook. kini kita bisa temukan situs ilmuwan ketika googling. berapa banyak?

Mengapa manusia jadi mengkambinghitamkan filsafat? indonesia, yang ribuan tahun lalu menjadi tolok ukur keberhasilan dan kegemah ripahan belantara daerahnya oleh dunia… kini berubah menjadi wadah mereka yang senang menguji apakah orang yang mempelajari nilai esensial dari sebuah benda mati adalah orang gila? apakah descrates orang gila? setelah descartes menelurkan cogito ergo sum segala cara pandang berubah. descartes, matematikawan sekaligus seorang filsuf. ia justru memulai sebuah eksperimen gila : menyangsikan segala sesuatu secara radikal untuk dapat mengidentifikasi sebuah pengertian. memisah-misahnya. hingga pengertian (tentang norma atau apa) menjadi utuh dan matang. saya terus memperhatikan bagaimana orang-orang yang memiliki ilmu lebih tinggi memaknai hidup dan berbagi untuk juniornya… berbagi ibarat menyampaikan pesan seperti pelari estafet. di ujung sana menanti ketidaktahuan… pelari estafet lain harus segera menyampaian apa yang
diketahuinya! dan saya, merasa sebagai salah satu pelari itu, dengan cara inilah saya menyampaikan pesan dan pemikiran.

Haruskah setiap manusia kehilangan jati diri? ayolah. manusia tidak sebodoh itu bukan! arsitek yang saya kagumi dari belantara dunia.. hingga kekaguman saya terhadap arsitek-arsitek indonesia tidak pernah surut, atau jangan surut. masih ingat kita untuk bersenang-senang? memiliki dasar pemikiran untuk membangun sesuatu itu sangat bagus. descartes masih eksis sebagai matematikawan walaupun ia berpikir keras untuk mencari makna terpisah dari peristiwa hidup yang ia lalui. and hey… walaupun dimensi waktu telah menggeserkan banyak pemikiran kita, hingga nilai filosofis yang kita temui pada mahakarya arsitek lampau akan semakin jarang kita pelajari di bagian terpisah silabus kita… menjadi diri sendiri adalah jawabnya. saya tidak akan mungkin mampu selevel dengan gunadarma, tidak mungkin selevel imhotep, bahkan menjadi seorang gustav eiffel. pada masanya kita hanya mampu berpikir untuk memenuhi kebutuhan tinggal manusia, tidak untuk membentuk ruang fana
mereka.

Papa saya arsitek, kakaknya papa saya arsitek, adiknya papa juga arsitek. ada gurat sedih di wajah papa ketika buku-buku arsitektur itu saya bawa pulang ke rumah dan dia iseng melihat… “kamu, mau jadi arsitek yang gimana?”

Terpenting adalah… ingat bahwa kita punya tugas dan beban yang sama di pundak masing-masing. Saya punya tanggungjawab untuk mendesain, berpikir, dan belajar. Berfacebook ria dan yaaaaah mainan dong ah! Saya masih 19 tahun! Saya makanin anjing. saya juga nonton konser. Tidak terus-terusan berceloteh di blog ini, kan? So. Let me outta here!


We have the leading experts share advice, tips, and personal experiences here - http://nz.lifestyle.yahoo.com/health/

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages