WASPADALAH,MONOSODIUM GLUTAMATE/VETSIN FAKTOR POTENSIAL PENCETUS HIPERTENSI DAN KANKER
Dr. Iwan T. Budiarso , DVM, MSc, Phd, APU
Sehubungan dengan heboh tercemarnya zat penyedap masakan Ajinomoto oleh
enzim asal babi, maka Departemen Kesdehatan c.q Dirjen POM telah
memerintahkan perusahaan tersebut untuk menarik semua produk dari
peredaran (KOMPAS , 19 Desember 2000). Pelarangan tadi an sich
berhubungan dengan persoalan hukum agama saja. Alangkah baiknya kalau
sekarang Departemen Kesehatan juga mau meninjau kembali apakah
Monosodium Glutamat (MSG) /Vetsin yang kadarnya 100% yang dijual secara
bebas itu betul betul aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan
terhadap kesehatan. Karena MSG/Vetsin itu mengandung natrium/sodium,
jika terlalu banyak termakan bisa menyebabkan hipertensi dan sebaliknya
jika MSG dipanaskan akan pecah menjadi 2 zat baru yakni Glutamic
Pyrolised -1 (Glu-P-1) dan Glu-P-2. Kedua zat ini bersifat mutagenik
dan karsinogenik.(lihat bawah) (Matsumoto Dkk 1977, Sugimura dan Sato,
1983,Takayama DKK, 1984).
Seperti diketahui, secara epidemiologis 30 % penduduk dunia itu peka
terhadap keracunan garam dapur (baca natrium/sodium) dan menyebabkan
tekanan darah tinggi (hipertensi). Dan golongan penduduk dengan
kelebihan berat badan (kekegemukan atau obes) maka risikonya naik
menjadi 50%. Hipertensi memang bukan penyakit pembunuh sejati, tetapi
ia digolongkan sebagai The Silent Killer (pembunuh diam diam). Penyakit
ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu
diobati sedini mungkin. Karena hipertensi yang kronis dan
diabaikan dapat secara tiba tiba membawa malapetaka seperti
serangan jantung atau stroke. Hal lain juga bisa menyebabkan
lemah jantung, penyakit jantung koroner dan gangguan ginjal. Di
Amerika Serikat, setiap tahunnya hampir setengah jumlah kematian
disebabkan oleh faktor kelebihan makan garam (baca natrium /sodium).
Dan 1 dari 4 orang Amerika secara tidak sadar ternyata mengidap
penyakit hipertensi.
Sumber utama natrium atau sodium dinegara negara Barat adalah garam
dapur. Akan tetapi di Indonesia, disamping garam dapur dan ikan asin,
sumber lain yang lebih potensial adalah monosodium glutamate
(MSG/Vetcin). Karena kadar Natrium/sodium dalam 1 gram garam
dapur setara dengan kadar natrium/sodium yang terkandung dalam 3 gram
(1 sendok teh) MSG/Vetcin. Satu gram garam dapur membuat 1
mangkok sop atau mie menjadi asin, Sebaliknya 3 gram MSG/Vetcin tidak
terasa asin, malah terasa lezat dan gurih. Sehingga secara tidak sadar,
bisa keracunan natrium atau sodium karena keblabasan menambahakan
MSG/Vetcin.
Di Amerika Serikat makanan siap saji untuk bayi dilarang dibubuhi
MSG/Vetsin dan pada label harus dicantumkan 3 kata yang besar dan tebal
yakni":NO MSG ADDED". (Tidak dibubuhi MSG). Apa artinya ini?
Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa makin muda umur hewan yang
dipakai untuk percobaan MSG makin peka terjadi kerusakan di bagian
jaringan otaknya. Jadi sifat keracunan MSG adalah Age Dependent
(tergantung umur); makin muda umurnya makin sensitif.
Pemerintah sedang mencanangkan program supaya para ibu menyusui bayinya
dengan air susu ibu (ASI) sendiri selama 4 bulan penuh. Cara ini
terbukti bahwa si bayi menjadi lebih sehat dan jarang sakitan. Makanan
tambahan baru dianjurkan setelah si bayi umur 4 bulan. Bagi para ibu di
kota kota besar dan berpendidikan serta tahu tentang pengetahuan
gizi, tidak ada masalahnya. Karena mereka tahu bagaimana menyediakan
makanan tambahan yang bermutu "Empat Sehat, Lima Sempurna". Sebaliknya
bagi para ibu yang tinggal di pedesaan, pegunungan, ekonominya lemah,
kurang pendidikan dan tidak tahu tentang ilmu gizi. Maka sering kali
mereka membuat makanan tambahan yang sederhana dan disukai, tetapi
tidak ada mutunya.. Seringkali mereka hanya memberikan mie instan
atau bubur yang hanya ditaburi bubuk MSG/Vetsin dan kecap atau garam.
Karena rasa sudah lezat, dan si bayi bisa makan dengan lahap dan
"kenyang". Padahal menu makanan demikian adalah tidak sehat karena
tidak mengandung cukup protein, vitamin, mineral dsb. Jadi anak itu
sebetulnya sedang mengalami yang disebut "Starvation in
disguise but malnutrition in reality" (Kelaparan yang semu,
tetapi mengalami mal nutrisi sejati). Protein adalah sangat diperlukan
untuk pembentukan jaringan otak. Kalau nanti sudah besar, bisa
dibayangkan bagaimana kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang demikian
itu? (Ingat di Amerika makanan bayi dilarang dibubuhi MSG).!
Kalau di atas tadi dibahas dari sisi mengenai efek mal nutrusi,
bagaimana sekarang dari sisi konsumsi natrium/sodiumnya? Seperti
sudah berulang kali diatas dijelaskan 1 gram garam dapur adalah setara
dengan 1 sendok teh MSG/ Vetsin. Kalau dari sejak bayi saja sudah mulai
dijejel dengan MSG dan terus sampai dewasa, Biasanya orang yang sudah
biasa mengkonsumsi MSG menjadi toleran dan ingin makan lebih banyak
lagi karena sudah kecanduan. Kalau dari bayi terus menerus makan
MSG ngetrend (cenderung) seperti sekarang ini dosisnya, tidak mustahil
20 tahun kemudian nanti sebagian besar bayi bayi sudah mulai mengidap
hipertensi.
Sekarang orang tidak bisa lagi menyebutkan 10 macam makanan yang tidak
pakai MSG. Jadi makanan kita sudah dijajah dan dicemari berat oleh MSG.
Makanan tradisionel dan lokal yang dulunya lezat oleh ramuan rempah
atau bumbu rempah. Sekarang boleh dikatakan tidak ada lagi makanan
tradisionel dan lokal asli yang tidak dicemari MSG. Bahkan sayur asem,
sayur bening, sayur lodeh , sambel, santen cendol, adonan tepung pisang
goreng, pun sudah dicemari MSG. Sudah begitu orang tidak tahu berapa
kandungan MSG tadi dalam setiap masakan, sehingga jumlah total MSG dari
berbagai macam masakan dan makanan yang sudah dilahap apa sudah
melampaui batas ambang keamanan atau belum, tidak seorang pun yang
tahu!
Kriteria Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi jika tekanan darah sistoliknya
lebih besar daripada 140 mm Hg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mm
Hg. Tekanan darah yang ideal adalah jika tekanan sistoliknya 120
mm Hg dan diastoliknya 80 mm Hg. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak
di mana jantung berkontraksi dan memompa darah keluar melalui pembuluh
darah arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah di mana jantung sedang
mengalami relaksasi dan menerima curahan darah dari pembuluh daran
periferi. Prevalensi hipertensi pada penduduk umumnya berkisar
anatara 10-20%, dimana 2/3 tergolong hipertensi ringan (diastolik
90-104 mm Hg).
Bagaimana Bisa Terjadi Hipertensi?
Ada
2 bentuk hipertensi, yakni 1. Bentuk essensial. Bentuk ini
penyebabnya belum diketahui, ada kemungkinan karena faktor keturunan
atau genetik dan 2. Faktor lingkungan. Faktor yang akhir ini biasanya
erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik.
Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol.
Salah satu sistem yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah
sisitem Renin-Angiotensin- Aldosterone. Renin dihasilkan ginjal yang
akan mengubah angiotensin hati menjadi angiotensin I. Zat ini dengan
bantuan Angiotensin Converting Enzyme (ACE), akan diubah menjadi
Angiotensin II dan zat yang akhir ini akan mengertak otak untuk
merangsang sistem saraf simpatikus. Angiotensin II juga menyebabkan
retensi natrium (sodium) dan merangsang sekresi aldosterone, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.
Contoh otentik tentang keracunan monosodiu atau natrium adalah sebagai
berikut: Ada beberapa penderita hipertensi mengeluh kepada saya
bahwa mereka sudah mengurangi makan garam (baca monosodium/natrium)
sesuai dengan nasihat dokter dan juga sudah tekun dan rutin makan obat
hipertensi, tetapi ternyata tetap saja tekanan darahnya tinggi
dan tidak mau turun seperti yang diinginkan. Mereka jadi
gelisa dan bingun dan bertanya tanya apakah obatnya sudah
tidak mempang atau tidak cocok. Lalu saya balik bertanya, apakah
disamping sudah mengurangi makan garam dan tetap makan obat dokter,
kalau makan nasi, masakan lauk pauknya dibubuhi MSG/Vetsin atau
tidak ? Jawaban mereka spontan, Ya ! Dan tambahnya, katanya; la
wong , sudah tidak asin, kenapa masakannya tidak boleh ditambah
MSG/Vetsin supaya gurih ! Emangnya salah?
Saya
jelaskan bahwa garam dapur itu nama kimianya adalah Monosodium Chlorida
atau Natrium Chlorida. Dan yang menyebakan Hipertensi itu adalah
akibat makan Monosodium atau Natrium ion-nya. Sekali pun tidak makan
garam, tetapi masakannya tadi dibubuhi MSG, maka berarti masakan tadi
memperoleh Monosodium atau Natrium Ion yang berasal dari MSG
(Monosodium glutamate). Jadi sekali pun tidak makan garam (baca
monosodium atau natriun), maka mereka keracunan monosodium/natrium yang
berasal dari MSG/Vetsin. Jadi agar supaya obat dokternya mempan
dan tekanan darahnya pulih normal, maka sebaiknya bukan saja mengurangi
makan garam, tetapi juga harus tidak makan MSG/vetsin. Pada
pertemuan bulan berikutnya, mereka mengatakan bahwa setelah tidak makan
masakan yang dibubuhi MSG/Vetsin, hipertensi langsung pulih normal !
Kronologis Jumlah Penggunaan MSG/Vetsin
Sebelum tahun 60-an MSG/Vetsin biasanya digunakan oleh golongan
masyarakat tertentu saja seperti di Cina, Jepang, Korea, Thailand,
Vietnam dan Myanmar., baik oleh para ibu rumah tangga maupun di rumah
makan. Takarannya pun sangat kecil sekali, yakni 1-2 korek kuping
(setara dengan 30-60 Mg) untuk setiap porsi masakan ala Cina, mie
atau bakso. pangsit. Makanan tradisionel dan lokal asli tidak
menggunakan sama sekali, karena sudah terasa lezat dan gurih oleh
ramuan bumbu rempah.
Namun pada pertengahan tahun 60-an, produk MSG/Vetsin diimport dari
Jepang dan Korea, serta secara gencar diiklankan baik melalui media
cetak, radio dan televisi, serta dengan papan reklame yang besar besar
dan dipampang di tempat tempat dan jalan jalan yang strategis baik di
kota maupun di desa. Disamping harganya murah, juga terbukti bahwa ia
dapat meningkatkan rasa cita makanan yang kualitasnya rendah menjadi
sajian yang lezat dan enak disantap. Sekarang disamping golongan Cina,
hampir semua golongan penduduk diseluruh Indonesia bukan saja
yang di kota, tetapi juga yang di desa sudah mengenalnya dan cara
memakainya pun sangat berlebihan dan tidak wajar.. Karena pada kemasan
produk itu tidak disertai alat takar dan juga pedoman takaran
cara pakainya tidak ada, maka bubuk ini dipakai secara amburadul dan
melampaui batas kewajaran.
Contoh, kalau sebelum tahun 60-an dipakai takaran korek kuping, maka
setelah diimport dari Jepang dan Korea, karena harganya murah, maka
untuk setiap mangkok mie atau sop naik menjadi 100-300 Mg (jadi 3-5
kali korek kuping). Takaran ini tidak tahan lama dan terus meningkat
menjadi 500-1200 Mg (jadi sekitar 15-20 kali korek kuping). Pada tahun
70-an karena harga MSG relatif murah, maka tiba tiba para pedagang
tidak lagi segan segan menggunakan sendok teh (setara 3000 Mg, kira
kira 100 kali korek kuping), bahkan ada yang menuangkan
langsung dari ujung kantong yang sudah digunting. Cara yang akhir ini
sering kali menjadi keblablasan ,sehingga jumlahnya bisa lebih dari 1
sendok teh ( ingat sebelum tahun 60-an hanya pakai 2 korek kuping)!
Dari
hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada
tahun 1980 menemukan bahwa para pedagang mie bakso, mie pangsit dan mie
rebus di Jakarta adalah sebagai berikut:
Mie
bakso
1.840-1.900 Mg/mangkok (+ 31-61 X KK)
Mie
rebus
2,250-2,780 Mg/mangkok (+ 46-75 X KK)
Mie
goreng/pangsit
2,900-3,400 Mg/mangkok (+ 56-96 X KK)
(Warta Konsumen
No.74.Th VII, Mei 1980) (KK= Korek kuping)
Saya merasa sangat concern dan sangat prihatin sekali, karena jajanan
jajanan tersebut di atas (mie bakso) serta ditambah lagi seperti Pempek
"palsu" (karena adonan ikan-tepungnya relatif lebih banyak kandungan
MSG daripada daging ikannya), adonan tepung untuk pisang, tahu
dan tempe goreng berisi MSG, Nyamik nyamik (Ekstruder makanan ringan
anak anak) berisi MSG dll dijajakan kepada anak anak di sekitar sekolah
sekolah TK dan SD yang memang .cukup rentan terhadap keracunan MSG
dibandingan orang dewasa.
Sekarang penggunaan MSG/Vetsin bukan main "ganasnya", karena
bukan lagi menggunakan sendok teh, tetapi pakai sendok makan. Hal ini
sering dijumpai di restoran besar dan sea foods. Satu sendok makan
setara dengan 15 gram MSG/Vetsin ( + 250 kali korek kuping !) dan
kadar natrium /sodium 15 gram MSG setara dengan 5 gram garam dapur!
Penggunaan yang berlebihan MSG/Vetsin oleh para pedagang atau
juru masak karena secara psikologis tidak percaya diri kalau masakan
yang disajikan itu lezat dan enak. Padahal penambahan 60 Mg per mangkok
(2 X korek kuping ) gurihnya dan lezatnya sama dengan yang diberi
1 sendok teh atau makan.
Pengalaman Menghadapi Pakar International MSG
Selama
bertahun tahun, saya (padahal saya adalah satu satu ahli patologi di
Indonesia yang melakukan penelitian sendiri mengenai dampak negatif MSG
terhadap kesehatan sejak 1972) belum pernah menghadiri atau diundang
untuk menghadiri pertemuan atau seminar mengenai pemanfaat dan
khasiat fortifikasi MSG dengan vitamin A untuk memberantas kebutaan di
Indonesia. Proyek besar dan mulia ini dibiayai jutaan dollar oleh Helen
Keller Foundation.
Saya merasa heran sekali, karena saya sudah dikenal di kalangan para
peneliti bahwa saya adalah satu satunya orang Indonesia yang pernah
merintis melakukan penelitian dan melaporakn hasilnya tentang keracunan
MSG dengan hewan percobaan di pertemuan ilmiah di Jakarta 1974. Dan
sudah bertahun tahun pula belum pernah diundang ke pertemuan ilmiah
untuk mendiskusikan tentang Keamanan MSG. Tiba tiba saya mendapat
undangan dari Direktur Akdemi Gizi, Departemen .Kesehatan .R.I. untuk
menghadiri seminar sehari di Jakarta pada tanggal 7 Nopember 1988
dengan tema "Presentation Regarding The safety of Monosodium Glutamate"
dengan pembicara tunggal Prof.Dr.dr. Micheal J Rand yang ahli
Farmakologi, University of Melbourne, Australia, dan juga menjabat
sebagai Chairman of the 31st Meeting of FAO/WHO Joint Expert
Committee on Food Additives yang khusus didatangkan ke Jakarta. Padahal
sehari atau dua hari sebelumnya (saya sudah lupa tanggalnya), sudah ada
Seminar International tentang the safety of the fortification of MSG
with vitamin A (kira kira begitu nama temanya, saya sudah lupa), yang
diselengarakan di salah satu hotel berbintang (entah oleh Dep.Kes
atau Helen Keller ayau joint, saya sudah lupa) di Jakarta, namun saya
tidak diundang. Jadi saya merasa heran sekali dan bertanya tanya kenapa
saya tiba tiba mendapat undangan, baik dengan surat undangan resmi dan
juga ditambah dengan telpon dari Direktur Akademi Gizi, Departemen
Kesehatan. Padahal baru beberapa hari yang Prof. Rand memberikan naskah
yang sama. Jadi beliau ini betul betul seorang Pakar Sejati yang ahli
dalam bidang keamanan MSG. Saya mempunyai firasat bahwa secara
sengaja panitia mengundang khusus saya untuk datang dengan maksud agar
saya bisa "dibungkem" dan "dibantai" oleh Prof. Rand, karena selama
bertahun tahun, bahkan sampai sekarang 2001, saya tetap adalah orang
satu satunya peneliti di Indonesia yang secara tegas tidak setuju
(ingat saya bukan anti MSG) dan berani secara terang terangan menentang
Pemerintah s.q. Departemen Kesehatan, tentang penggunaan MSG/Vetsin
yang 100% untuk umum, dan dalam program pemakaian MSG sebagai "kuda
tunggang" untuk wahana fortifikasi vitamin A dalam proyek pemberantasan
kebutaan yang dibiayai oleh Helen Keller Foundation.
Tentu saja, bukan saja tidak gentar , malah sebaliknya saya merasa
sangat bahagia karena diberi kehormatan dan kesempatan untuk dapat
berhadapan dengan lawan ilmuwan yang seorang pakar Saintis Sejati yang
berkualitas International untuk diajak diskusi secara ilmiah
mengenai keamanan MSG.. Karena di Indonesia sejak 1974 sampai
2001, saya belum pernah ketemu lawan ilmuwan yang sepadan.
Jadi pertemuan tahun 1988 dengan Prof. Rand akan membuktikan mana
yang benar; apakah hasil pendapat penemuan ilmiah Prof. Rand yang
menyatakan 100% aman atau hasil penelitian saya yang membuktikan
sebaliknya..
Bagaimana Hasil Seminar MSG Itu ?
Masih dalam forum, pada waktu saya diberikan kesempatan untuk bertanya.
saya langsung menayangkan kembali tranperans yang berisi data dan tabel
yang sama yang dipakai Prof. Rand. Data dan tabel tersebut adalah dari
hasil penelitian Kenney dan Tidball (1972) yang dianggap paling ilmiah,
sempurna dan sahid oleh yang pro penggunaan MSG. Lalu saya
tenjukkan kepada Prof. Rand dan para peserta (+ 60 orang
dalam dan luar negeri) bahwa data dalam tabel tadi cacat ilmiah. Untuk
menjelaskannya, saya akan kutip data tersebut sebagai berikut:
Laporan hasil penelitian Kenney dan Tidball berjudul: Human
Susceptibility to Oral Monosodium Glutamate, (Am.J.Cln. Nutr., 1972).
terdiri dari 2 tahap. Pada Fase I adalah tahap skreening, dimana
digunakan 77 orang sukarelawan dan diberi MSG dalam beberapa macam
dosis. Hasilnya 25 orang (32 %) yang diberi MSG dosis 5 gram (Mega
Dose) sekali makan yang dmasukkan dalam hidangan mengalami reaksi
Chinese Restaurant Syndrome (CRS).
Pada Fase II, 22 orang dari 25 orang sukarelawan yang mengalami
CRS pada Fase I diuji ulang, ternyata ditemukan 2 orang (9%) mengalami
reaksi CRS yang lebih parah dan berkepanjangan (lihat Tabel 13, Kenney
dan Tidball, 1972). Tetapi di dalam tabel hanya berisikan 20 orang
saja, dan 2 orang yang mengalami reaksi keracunan tidak dicantumkan,
melainkan dikeluarkan dan dicatat pada foot note. Jadi kalau orang
lalai dan tidak hati hati ,maka keterangan dalam foot note itu akan
terlewatkan begitu saja. Padahal inti kunci hasil penelitian itu
terletak pada Foot Note!
Kenney dan Tidball juga telah menemukan bahwa
Thresholh Dose (takaran ambang kepekaan) untuk bisa
menggertak gejala CRS adalah antara 2-3 gram (kira kira setara
dengan 1/2 sampai 1 sendok teh).
Dimana letak "KESALAHAN" atau " CACAT ILMIAH" data karya Kenney
dan Tidball adalah pada Fase II, dimana 2 (9%) orang yang
mengalami reaksi CRS yang parah dan kepanjangan tidak dicantumkan
dalam tabel, melainkan dikeluarkan dan hanya dicatat sebagai Foot
Note dan tanpa diberi penjelasan. Dengan demikian hampir semua
peneliti yang membaca Tabel 13, dan tidak melihat dan
membaca Foot Note-nya (huruf di foot note rupanya sengaja diberi huruf
kecil sekali, sehingga membuat orang malas membaca.), maka mereka, tak
terkecuali termasuk Prof. Rand dan Prof Winarno (lihat bawah),
terjebak oleh sajian data dan tabel dari Kenney dan Tidball
sehingga melakukan kesalahan yang fatal dan memalukan!. Saya menilai
hasil karya Kenney dan Tidball sungguh sangat licik dan tidak etik,
sehingga banyak peneliti yang menyitir hasil karya mereka, tanpa
melihat foot notenya, sudah pasti terkecok semua. Saya kira Kenney dan
Tidball memang mempunyai unsur kesengajaan karena mungkin ada
sponsornya.
Setelah melihat data, tabel dan foot note tersebut, Prof. Rand seperti
terkena samberan petir dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun dan
beliau menerima kenyataan tersebut dengan wajah merah malu dan ketawa
kecut!
Pertanyaan kedua kemudian saya lanjutkan, dan bertanya apakah beliau
pernah membaca laporan hasil penelitian bahwa kalau MSG dipanaskan
(digoreng dengan minyak atau deep fried dengan alat pressure cooker)
akan pecah menjadi 2 macam zat baru yakni Glutamic Pyrolised-1
(Glu-P-1) dan Glu-P-2 yang keduanya bersifat mutagenik (menyebabkan
kelainan genetik) dan karsinogeink (menyebabkan kanker), dengan kesipu
sipu dan malu serta garuk garuk kepalanya, beliau menjawab bahwa beliau
tidak tahu kalau sudah ada laporan hasil penelitian yang demikian itu..
Sayang sekali, waktu saya mau bertanya lagi, oleh sang Moderator
tiba tiba diskusi itu diberhentikan dan dinyatakan waktunya sudah
habis!. Sungguh beruntung karena sang Moderator telah menyelamatkan
Prof. Rand kemalangan itu!
Kesimpulan dari
seminar sehari mengenai Keamanan MSG, membuktikan bahwa MSG tidak 100%
aman dan bisa sebagai faktor potensial pencetus Hipertensi dan Kaker!
Demikian pula pengalaman buruk menimpa kepada Prof. DR. F.G. Winarno
yang Ahli Teknologi Pangan, IPB dan juga menjabat sebagai President
Codex Alimentarium Commission, Joint Expert Committee on Food Additive,
FAO/WHO yang membawahi tentang peraturan keamanan penggunaan MSG, telah
secara tidak sadar dan tidak hati hati pula telah menyajikan data
laporan yang sama seperti yang dipakai Prof. Rand, (Kenney dan Tidball,
1972) di harian KOMPAS (1992) sehingga beliau dengan penuh kepercayaan
bahwa hasil penelitian Kenney dan Tidball membuktikan secara ilmiah,
sempurna dan sahid bahwa MSG adalah aman 100% bagi kesehatan manusia.
Padahal hasil penelitian Kenney dan Tidball malah membuktikan
sebaliknya.
Saya akhirnya berkesimpulan, bagaimana mungkin ada 2 pakar Saintis
Sejati yang berkualitas International ; Prof. Rand yang ahli
Farmakologi dan Prof. Winarno yang ahli Teknologi Pangan, dan kedua
duanya menduduki jabatan penting yang paling tinggi dan strategis di
Joint Committee Expert on Food Additives , FAO/WHO; yang membawahi
tentang pengaturan keamanan pemakaian MSG dapat membuat blunder
dan kesalahan yang fatal dan memalukan!. Sungguh tidak masuk akal dan
pasti ada maksud sesuatu !
Menurut saya data yang diperoleh dari penelitian Kenney dan
Tidball justru merupakan data yang sempurna yang telah membuktikan
secara ilmiah dan sahid bahw 2-3 gram MSG (setara 1/2-1 sendok teh),
sudah dapat mengertak gejala Sindroma Restoran Cina. Dan jika dosisnya
ditingkat menjadi 5 gram (kira kira 2 sendok teh), maka akan terjadi
gejala reaksi CRS yang lebih parah dan berkepanjangan. Bila kita
menggunakan istilah Prof. Winarno untuk dosis 5 gram adalah Mega Dose,
maka sudah banyak orang orang kita setiap hari yang mengkonsumsi MSG
bukan saja dengan jumlah Mega dose akan tetapi malah melahap
sampai Super Mega Dose (5 -15 gram MSG)! Ini artinya bahwa setiap hari
banyak orang Indonesia yang mengkosumsi natriun /sodium ion asal MSG
sekitar 1-5 gram sekali makan.. Pada hal menurut ahli gizi orang dewasa
yang ideal sebaiknya makan garam 6 gram sehari dan. anak anak hanya
dianjurkan untuk mengkonsumsi 3 gram garam per hari. Jadi bisa
dibayangkan apabila setelah 10-20 tahun terus menrus keracunan
natrium/sodium yang berasal dari MSG Mega Dose saja (belum termasuk
yang berasal dari garam dapur) maka tidak mustahil sebagian besar
penduduk Indonesia sekarang ini secara tidak sadar telah
mengalami penyakit hipertensi terselubung (ingat The Silent
Killer !), bahkan kalau apes, karena tidak menyadarinya dan tidak
berobat, tahu tahu mendapat serangan jantung atau stroke atau
gagal ginjal.
Contoh di Jepang Utara, penduduknya keranjingan makan makanan yang asin
dan diperkirakan setiap hari mereka makan garam antara 15-27 gram,
sehingga prevalensi penyakit hipertensi dan stroke sangat tinggi jika
dibandingkan dengan daerah lain yang mengkonsumsinya dibawah 10
gram.(Joossens DKK, 1987).
Demikian pula kalau di Indonesia cara mengkonsumsi MSG/Vetsin terus
ngetrend seperti sekarang ini, dan Departemen Kesehatan c.q. Dirjen
POM, tidak mau melakukan pencegahan dengan cara melarang menjual bebas
MSG yang 100% dan menggantikan dengan model Aji-Shio (10% MSG-garam),
maka tidak mustahil dalam jangka waktu tidak lama lagi banyak penduduk
Indonesia, (terutama yang tinggal di pedesaan dan pegunungan, yang
ekonominya lemah dan kurang pendidikan serta kurang pengetahuan tentang
gizi,) akan menjadi korban sebagai penderita hipertensi kronis dengan
konsekuensi sebagian dari mereka akan mengalami serangan jantung atau
stroke, penyakit jantung koroner, lemah jantung, bahkan akhirnya juga
kena gangguan dan gagal ginjal.
MSG/Vetsin Berpotensi Sebagai Pencetus Kanker
Lain halnya kalau MSG/Vetsin itu dipanaskan ,seperti digoreng dengan
minyak, apa lagi kalau dengan cara deep fried dan alat pressure
cooker maka ia akan pecah menjadi 2 zat yang berbeda dengan induknya;
yakni Glutamic pyrlosied 1 (Glu-P-1, Amino-methyl dipyrido imidazole)
dan Glu-P-2 (amino dipyrido imidazole). Kedua zat bersifat mutagenik
(menyebabkan kelainan genetik) dan karsinogenik (menyebabkan kanker).
Dengan Uji Ame's, kedua zat ini secara konsisten mengakibatkan
mutagenik pada kuman Salmonella typhimurium dan pada tikus dan mencit
menyebabkan kanker kerongkongan, lambung, usus, hati, otak, mammae dll
(Matsumoto Dkk, 1977,Takayama DKK, 1984,,Sugimura dan Sato,1983). Kedua
zat tadi jauh lebih poten dibandingkan dengan Aflatoksin yang hanya
menyebabkan kanker hati saja.
Bagaimana Menggunakan MSG/Vetsin Yang Aman
Sekarang MSG/Vetsin ; apapun mereknya Ajinomoto, Sasa atau Miwon, atau
merek dagang lainnya yang semuanya mengandung 100% murni MSG. harus
dilarang dijual untuk umum dan secara bebas. Seperti telah diuraikan
diatas bahwa MSG/Vetsin yang murni mempunyai efek samping yang
cenderung menyebabkan penyakit hipertensi dan kanker. Oleh karena itu
untuk amannya, maka sebaiknya menggunakan MSG/Vetsin yang 10% saja
dengan dicampur garam dapur. Di Jepang, pabrik Ajinomoto sendiri untuk
mensuplei bangsanya sendiri membuat campuran MSG-Garam 10% dan diberi
nama Aji-Shio. Dan Aji-Shio inilah yang dijual secara bebas di Jepang.
Menurut Dr. Waluyo, Bagian Gizi, FK,UI., di Jepang MSG 100% tidak
dijual bebas untuk umum, melainkan untuk pabrik makanan.
Bagaimana cara membuat MSG 10% adalah sangat mudah sekali. Ambil 100
gram MSG/Vetsin 100% ditambahkan pada 900 gram bubuk garam dapur yang
halus. Sebelum dicampurkan, sebaiknya garam halus tadi disangrai
(digoreng tanpa minyak) dulu agar betul betul kering. Setelah kering,
dibiarkan sebentar agar sedikit dingin, nah campurkan sekarang 100 gram
MSG yang 100% tadi dan diaduk aduk sampai merata. Masukan dalam pot
atau toples yang bersih dan kering. Nah, sekarang kita sudah membuat
Aji-Shio sendiri. Jadi nanti kalau masak, tidak perlu pakai garam dan
MSG lagi cukup menggunakan Aji Shio. Nanti kalau rasa asinnya sudah pas
maka dengan sendirinya rasa gurihnya pun sudah pasti pas juga (Data ini
diperoleh dari Pabrik Ajinomoto sendiri). Dengan demikian Aji-Shio ini
bukan saja aman tetapi juga hemat, karena harganya menjadi sangat murah
sekali !.
Mengapa Aji Shio ini lebih aman? Karena sekarang kita tidak bisa
memakai MSG/Vetsin berlebihan atau sesuka hati. Sebab garam yang
dicampurkan menjadi alat pengerem (Built in break) yang jitu. Karena
kalau sudah asin kita tidak bisa menambahkan lagi, jadi kita tidak bisa
keracunan MSG/Vetsin !.
Nah, sekarang mari kita menghitung berapa gram natrium /sodium kita
makan sehari. Yang ideal untuk orang dewasa mengkonsumsi garam adalah 6
gram dan 3 gram untuk anak anak. Kalau sekarang orang mengkonsumsi 6
gram Aji-Shio, maka kita hanya makan MSG 100% murni 1/10 dari 6 gram
atau sama dengan 0,60 gram atau 600 Mg (setara dengan 10 kali korek
kuping) sehari. Dengan demikian sekalipun kita umpamanya rakus makan
Aji -Shio (baca garam dapur) sampai 10 gram, makan MSG 100% murni yang
sebetulnya dikonsumsi tidak lebih dari 1 gram atau 1000 Mg per hari.
dan ini kira kira setara dengan 1/3 sendok teh. Dengan demikian kita
bisa bebas makan enak tanpa akan menanggung risiko keracunan natrium
yang menjadi faktor potensial penyabab hipertensi dan penyakit jantung
lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dengan uraian diatas, berdasarkan hasil penelitian penelusuran
kepustakaan yang intensif sejak 1972 dan dengan data hasil percobaan
sendiri sejak 1974 dengan berbagai hewan percobaan serta dari hasil
pengamatan dilapangan selama hampir 25 tahun, cara penggunaan
MSG/Vetsin yang 100% murni dan bebas tanpa ada pedoman dan peraturan
cara pakainya yang benar dari perusahaan MSG, menunjukkan lebih banyak
menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia daripada
keuntungannya hanya menikmati rasa enak makanan yang sesaat. Saya sudah
berkali kali menghimbau kepada Departemen Kesehatan c.q Dirjen POM
untuk MELARANG penjualan MSG 100% murni secara bebas untuk
masyarakat umum dan diganti dengan bentuk Aji-Shio (10% MSG Murni dalam
90% garam dapur) yang lebih aman dan lebih kecil dampak negatif
terhadap kesehatan! Hal ini bisa untuk mencegah keracunan kronis
natrium/sodium ion yang menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit
Hipertensi.
Kalau sudah dalam bentuk Aji-Shio, maka kemasan tidak perlu lagi diberi
pedoman cara pakai dan takaran, karena garam yang terkandung sudah
otomatis menjadi alat pengerem (built in break) yang jitu,. Jadi orang
yang BUTA HURUF dan bahkan yang BUTA MATA sekali pun tidak bisa
memakai MSG berlebihan sehingga tidak mungkin bisa keracunan, kecuali
yang bagi orang yang sangat hipersensitif ( Medika No.6, Juni 1982)!
Sebagai akhir kata saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Alm.dr.
Aidyatma, Mantan Menteri Kesehatam, yang begitu bijaksana dan mau
mendengarkan suara nurani rakyatnya yang tidak menyetujui Projek
Fortifikasi Ajinomoto dengan Vitamin A untuk memberantas kebutaan di
Indonesiia. dan kepada Tuhan yang Maha Esa, bahwa Projek Fortifikasi
Ajinomoto dengan Vitamin A dibatalkan oleh Biliau. Kalau tidak
Projek yang besar dan mulia dari Helen Keller Foundation yang memakan
jutaan dollar banyaknya yang semula tujuannya untuk memberantas
kebutaan dan mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, malah
sebaliknya akan membawah malapetaka. Untung sekali proyek itu tidak
jadi dilaksanakan kalau tidak maka nama harum Helen Keller Foundation
yang tujuannya mulia itu akan berubah menjadi proyek Helen Killer
di Indonesia!
Jakarta, 12 Januari 2001
DR.Iwan T.Budiarso, DVM,.M.Sc. APU.
Ahli Patologi dan Terapi Auto Urin
Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara, Jakarta
Alamat Rumah:Tm.Wijayakusuma D/10
Cilandak, Jakarta Selatan 12430
Telp: 769-1822, Fax.: 751-5568
--