Kasen Mujiang Heilili adalah seorang pendiri sebuah perusahaan teknologi komputasi di daerah Hotan, Xinjiang. Karena tersesat ajaran radikal, untuk sementara waktu silam dia pernah bertindak ekstrem dan berlawanan.
Dia berangsur-angsur menyadari apa yang sudah terjadi pada dirinya setelah berkali-kali ditegur oleh anggota familinya dan ditinggalkan oleh temannya. Di Pusat Pendidikan dan Pelatihan, dia diajari pengetahuan hukum sehingga menyadari perbuatannya yang salah pada masa lalu.
Mengenang masa lalu, Kasen Mujiang Heilili menyadari bahwa pikiran dan perbuatan ekstremnya pada masa lalu sangat tidak masuk akal dan berbahaya. Dikatakannya, melalui pengalaman di pusat pendidikan, dia berangsur-angsur menyadari bahwa kehidupan sepanjang umur adalah perjalanan satu arah yang panjang, kalau menempuh jalan yang salah, haruslah mengoreksinya diri sendiri. Sekarang, dengan memanfaatkan keterampilan pengelolaan perusahaan yang dia belajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan serta teknologi komputasi yang sudah dikuasainya, Kasen Mujiang Heilili membuka sebuah perusahaan teknologi komputasi untuk memberikan jasa teknologi komputasi kepada masyarakat, sementara menjual masakan khas Etnis Uighur secara Online.
Tusongnisha Aili, seorang gadis dari Hotan, Xinjiang selalu menyimpan kesan yang baik terhadap Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Justru di pusat itu dia belajar ilmu hukum, bahasa umum serta keterampilan menenun, mencelup dan merancang busana.
Sekarang Tusongnisha sudah diangkat menjadi tamping di sebuah bengkel di Hotan. Pekerja yang di bawah asuhannya sebanyak 180 orang. Tusongnisha Aili merasa sangat bangga dan bahagia melihat busana hasil kerja jerih payahnya dapat mendandani pemuda pemudi. Pada akhir pekan Aili dan rekan-rekan sepabriknya sering mondar-mandir dan shopping di jalan-jalan. Rasanya sangat nikmat bagi dia. Di hadapan lensa kamera, Aili mengatakan, nama saya Tusongnisha Aili, seorang gadis etnis Uighur yang bahagia.
Nuerman Guli adalah kepala kelurahan sebuah desa di Xinjiang. Baru-baru ini, di waktu luang setelah panen, dia sibuk memandu para gadis di desanya belajar modeling melalui berjalan di atas catwalk.
Setelah tamat dari Pusat Pendidikan dan Penataran, Nuerman Guli berubah pikirannya tentang wanita. Menurut dia, wanita pada zaman modern seharusnya berani mempertunjukkan kemolekan tubuh perempuan dan pesonanya. Berbekal pikiran yang progresif, Nuerman Guli yang murah hati mulai membuka sekolah rumahan, bersilaturahmi dengan setiap wanita di desa dan berbagi ilmu pengetahuan hingga keterampilan bekerja serta ide-ide modern, sama derajat dan terbuka. Jadwalnya mulai semakin padat karena tiap hari bertukar pengalaman kehidupan dan keterampilan kerja dengan sesama wanita di desa.
Nuerman Guli berujar, pengetahuan adalah hiasan di atas rambut wanita. Ia berharap segenap wanita di desanya gemar membaca buku, dan selalu peduli kecantikan lahir dan batin. Ia bilang, senyum di bibir wanita adalah hal yang paling cantik di desanya.