> Tetapi itukan diatas kertas, setelah dilempar ke pasar, dengan segala
> parameter indonesia yang nda karuan, itung2an jauh dari kata
> implementable.
>
> Pantes ajah kalo beberapa ISP yang bisa survive adalah isp yang sudah
> cukup banyak makan asam-garam dilapangan.
>
> Hal yang beginian ini nda bisa diterangkan seperti 1+1=2 karena gimana
> juga segmentasi pasar tiap ISP juga beda.
>
> Karena infrastructure tiap ISP beda, marketing strategy-nya juga beda,
> plus kondisi lapangan juga beda, makanya untuk bisa _memahami_ survey
> diatas, meskipun survey mudah dilakukan, adalah sulit karena persamaan
> yang bisa digunakan di tiap ISP itu kurang feasible dan nda mudah dipahami
> bagi tiap ISP yang lain.
>
> Ah, feasibility study memang sucks. Bukannya ngasi jalan terang malah
> nakut2in dengan apa yang kita tidak bisa lakukan.
Saya setuju 120 persen dengan pendapat ini,jadi memang feasibility
study untuk isp sangat sulit untuk dilakukan khususnya di
Indonesia,yang namanya market juga sudah peak sementara cost meningkat
karena infrastruktur tidak berkembang.
Kalau dulu jaman 1996-7an...kalu ada yg masih ingat,keluhanya adalah
isp yang ngasi harga dialup semurah2nya,walhasil isp dialup mahal pada
protes,dan dari sini muncul embrionya apjii,dst..Setahun
berikutnya,tahun 1998an pas masa2 baru mulai krismon,banyak isp yang
pindah ke satelindo karena secara finansial cuman itu yang
memungkinkan(pada saat itu)...Habis itu berkembang terus,ada yang
bangkrut,menutup diri,tapi ada yang jalan terus,ada yang "smart",yang
ambil bw dari wholesaler,ada yang hanya buka datacenter,etc.
By the way saya juga ada pertanyaan,untuk ISP2 non-ILEC yang masih
mengandalkan dialup di luar negeri (AS,spore,etc),apa mereka masih
bisa survive ya ? soalnya harga broadband vs narrowband hampir
sama.Contohnya untuk dial up unlimited AOL=9.99 USD,sedangkan SBC
Yahoo DSL=14.99 USD.
Ada yang bisa memberi pencerahan ?
Carlos