Emang dari Tokyo ada yang nggak kencang diaksesnya? :-)
Denger2 broadband di Jepang & Korea itu sangat cepat & murah pula.
Ada: detik.com =)) dan banyak situs lainnya di indonesia :P
> Denger2 broadband di Jepang & Korea itu sangat cepat & murah pula.
Paling murah sedunia (katanya).
Harga = berbanding terbalik dengan kapasitas submarine cables? :-)
http://telegeography.com/products/map_cable/images/TGI-Cable-Map-2004_big.gif
<!-- Mirrored from localhost/ by HTTrack Website Copier/3.x [XR&CO'2004], Tue, 14 Feb 2006 14:11:42 GMT -->
<!-- Added by HTTrack --><meta http-equiv="content-type" content="text/html;charset=UTF-8"><!-- /Added by HTTrack -->
>
>
> On 2/14/06, *baskara* <bas...@gmail.com <mailto:bas...@gmail.com>>
> wrote:
>
>
> Komandan website ini http://www.presidensby.info/ = pak Made ya? :-)
> Bagus pak. Dari Tokyo lancar dan kencang diakses.
> Versi internasional-nya kapan rencana dibuat pak?
>
>
>
> website-nya bagus, rapi..
> coding-nya juga rapih
>
> tapi koq ada ini yaa ?
>
><!-- Mirrored from localhost/ by HTTrack Website Copier/3.x [XR&CO'2004], Tue, 14 Feb 2006 14:11:42 GMT -->
>
><!-- Added by HTTrack --><meta http-equiv="content-type"
>content="text/html;charset=UTF-8"><!-- /Added by HTTrack -->
>
>
> apakah di www.presidensby.info <http://www.presidensby.info> itu
> merupakan webstatic hasil generate dari dynamicwebsite di localhost
> dengan menggunakan software freelincense HTTrack..?
>
>
Website pribadi, tapi tidak ada "colophon" atau "about", itu yang
pertama kali saya baca kalau buka personal website.
Dan detik terlihat "mempromosikan" site ini.
"Operasional per bulan masih ditambah biaya untuk teknisi sebanyak 3
orang dengan biaya Rp 4 juta per bulan. "
untuk 1 website butuh teknisi 3 orang?
"Sedangkan untuk menyewa server di Telkom per bulannya dibutuhkan dana
Rp 28 juta lebih. "
28 jt perbulan, servernya pasti banyak/clustering sehingga sedemikian mahal.
Tinggal nunggu ada yang bikin presidensby-watch.com
--
Aris
Haruskah semuanya pake alasan? Ada teknologi, apa salahnya
menggunakannya? SBY bikin website/blog, apakah sedemikian merugikah
negara ini hanya karena sebuah website?
> klo yg ini usulan:
> menurut saya sby ngga harus buat website pribadi kalo seandainya dia
> pengen muncul di cyber world cukup ikutan aja blogger atawa milis atau
> friendster itu lebih bermanfaat ngga perlu keluar duit berjuta-juta
> apalagi pake uang negara.
"Kembalikan internet seperti sedia kala." :p
Friendster lebih banyak digunakan untuk melacak kembali teman-teman
lama. Masih perlukah teman-teman lama SBY melacak beliau? Kalo Pak SBY
ikutan milis apalagi milis sebelah, pasti urusan negara terbengkalai. ;)
presidensby.info ini bukan blog yah?
> ini cuma kripik dan saran buat para tchnologia, kritik dan celaan
> silakan kirim ke milis ini saya terima dengan berlapang dada ....hehehehe
--
Ronsen
<!-- Mirrored from localhost/ by HTTrack Website Copier/3.x [XR&CO'2004], Tue, 14 Feb 2006 14:11:42 GMT -->
<!-- Added by HTTrack --><meta http-equiv="content-type"
content="text/html;charset=UTF-8"><!-- /Added by HTTrack -->
apakah di www.presidensby.info itu merupakan webstatic hasil generate dari dynamicwebsite di localhost dengan menggunakan software freelincense HTTrack..?
"Sedangkan untuk menyewa server di Telkom per bulannya dibutuhkan dana
Rp 28 juta lebih. "
28 jt perbulan, servernya pasti banyak/clustering sehingga sedemikian mahal.
Kok nggak pake presidensby.go.id atau presidensby.or.id aja pak? kan kelihatan lebih mengIndonesia?
kenapa kok server tagnya tidak digitukan juga? :-))
Salam,
P.Y. Adi Prasaja
Benar-benar terbalik dengan patokan saya.
Kalau bisa pakai yang dinamik kenapa pakai yang statik. :-)
Beda sudut pandang aja, satu sebagai admin server, satu sebagai
programmer/developer.
Dinamis Statik
Flexible ---------------- Tidak Flexible
Lambat/Berat Cepat/Ringan
Kalo saya mungkin cenderung pake cluster utk caching di depannya, di
belakangnya tetep dinamis. Best of both worlds, mungkin.
Kalo alasannya selalu lebih memilih static dibanding dinamis adalah
utk performance doang mah menurut saya short-sighted.
Ronny
Boleh agak dirinci nggak?
Sebab gatal juga banyak yang berkomentar dengan paradigma "bikin web
hanya sebatas beli domain dan biaya hosting"
Jadi nilai Rp84 juta lebih mudah dimengerti jika meliputi misalnya:
1. Pembelian server
2. Instalasi link internet dari Istana Negara ke ISP
3. Komputer Redaktur
4. Jasa konsultasi/instalasi software web/db/media dll.
Asumsi saya (karena ini situs Kepresidenan, bukan situs pribadi):
1. Istana Negara sudah punya link internet
2. Staf sekretariat/admnistrasi SekNeg/Istana yang sudah ada adalah
redaktur, tak perlu mengangkat SDM baru
3. Komputer sudah ada
4. Webserver co-locate di ISP untuk kemudahan diakses publik
Kalau bisa dirinci, bisa menjadi paradigma dan contoh yang baik bagi
situs2 pemda bahwa membuat situs itu tidak memakan biaya bermilyar2.
:-)
Tapi tentu saja biaya bandwidth di daerah bisa jauh lebih mahal
daripada di jakarta, istana pula.
> Kalau bisa dirinci, bisa menjadi paradigma dan contoh yang baik bagi
> situs2 pemda bahwa membuat situs itu tidak memakan biaya bermilyar2.
> :-)
> Tapi tentu saja biaya bandwidth di daerah bisa jauh lebih mahal
> daripada di jakarta, istana pula.
Jaringan Pemda justru harus lebih besar, sebab umumnya bukan hanya
pengadaan server untuk situs tapi termasuk instalasi jaringan komputer
dan komputernya yang memang belum ada. Hanya saja orang sering melihat
hanya situsnya saja, atau pihak Pemda sendiri yang membangga-banggakan
ke publik hanya sebatas situsnya saja, padahal yang lebih penting dan
relatif lebih mahal adalah jaringannya.
Dinamis Statik
Flexible ---------------- Tidak Flexible
Lambat/Berat Cepat/Ringan
Kalo saya mungkin cenderung pake cluster utk caching di depannya, di
belakangnya tetep dinamis. Best of both worlds, mungkin.
Kalo alasannya selalu lebih memilih static dibanding dinamis adalah
utk performance doang mah menurut saya short-sighted.
Jadi nilai Rp84 juta lebih mudah dimengerti jika meliputi misalnya:
1. Pembelian server
2. Instalasi link internet dari Istana Negara ke ISP
3. Komputer Redaktur
4. Jasa konsultasi/instalasi software web/db/media dll.
Asumsi saya (karena ini situs Kepresidenan, bukan situs pribadi):
1. Istana Negara sudah punya link internet
2. Staf sekretariat/admnistrasi SekNeg/Istana yang sudah ada adalah
redaktur, tak perlu mengangkat SDM baru
3. Komputer sudah ada
4. Webserver co-locate di ISP untuk kemudahan diakses publik
> situs2 pemda bahwa membuat situs itu tidak memakan biaya bermilyar2.
> :-)
> Tapi tentu saja biaya bandwidth di daerah bisa jauh lebih mahal
> daripada di jakarta, istana pula.
Jaringan Pemda justru harus lebih besar, sebab umumnya bukan hanya
pengadaan server untuk situs tapi termasuk instalasi jaringan komputer
dan komputernya yang memang belum ada. Hanya saja orang sering melihat
hanya situsnya saja, atau pihak Pemda sendiri yang membangga-banggakan
ke publik hanya sebatas situsnya saja, padahal yang lebih penting dan
relatif lebih mahal adalah jaringannya.
-Rully
Salah satu alasan yang cukup signifikan adalah security - jauh lebih sulit mengamankan situs dinamis daripada situs statis.
Salam,
Harry
> semoga bermanfaat untuk memperjelas tanda-tanya rekan2 telematika
>
> -hn-
>
Ooooh Mas Heru yang bikin :-)
pantes masih satu partai dengan SBY sich.
-mcp
> On 2/15/06, *Harry Sufehmi* <mi...@sufehmi.com
kalau statik mah nggak usah ada yang ngurusin security-nya.
meski dinamis, kalau adminnya ati-ati, rada paranoid, dan selalu
memantau bugtraq, kemungkinan kebobolan kecil.
KECUALI kalau yang mbobol kerjasama dengan orang dalam.
--
Aris
>
> Ya sering orang melihat "kulitnya" yg keliatan, back-end dsb nya
> jarang yg diperhitungkan. Memang kasihan itu orang yg ngurusin
> belakang, yg ndak keliatan, dan terasanya pas lagi problem.
> Dikenalnya pas kena complain.
>
Ya kalau begitu, perlihatkan saja back-end nya.
--
Aris
>
> Salah satu alasan yang cukup signifikan adalah security - jauh
> lebih sulit mengamankan situs dinamis daripada situs statis.
>
>
> Situs dinamis memudahkan web developer, memusingkan yg ngurus security
> he he he he.
>
kalau statik mah nggak usah ada yang ngurusin security-nya.
meski dinamis, kalau adminnya ati-ati, rada paranoid, dan selalu
memantau bugtraq, kemungkinan kebobolan kecil.
KECUALI kalau yang mbobol kerjasama dengan orang dalam.
Made Wiryana wrote:
> belakang, yg ndak keliatan, dan terasanya pas lagi problem.
> Dikenalnya pas kena complain.
>
Ya kalau begitu, perlihatkan saja back-end nya.
[Mohon tidak top-posting. Ini sudah aturan milis ini.]
Kalo misalnya saya ngeributin, itu bukan soal sirik sama yg dapet,
tapi duit yg dipake itu duit rakyat (APBN) katanya. Tapi saya gak
pengen ngeributin, at least gak ngeributin di tempat yg gak sesuai.
Ronny
> On 2/16/06, *risiyanto budi* <risi...@budi.or.id
> <mailto:risi...@budi.or.id>> wrote:
>
>
> Made Wiryana wrote:
>
> > belakang, yg ndak keliatan, dan terasanya pas lagi problem.
> > Dikenalnya pas kena complain.
> >
> Ya kalau begitu, perlihatkan saja back-end nya.
>
>
> Ris,.. nggak ono sing takon (alias ndak ada yg tertarik) ramenya di
> 84 juta nya
>
Lha iyo pak, kan tak takokno iki mau :-D.
(lha saya kan yang nanya/tertarik)
halah.
jadi milis suroboyo.
--
aris
Hahaha, tul tul tul! Ini situs ada tendernya ga sih? Kok bisa AirPutih
yang dapet (ato jangan - jangan gara - gara hubungan 'dekat' si 'Om
yang satu itu' dengan organisasi ini -- kebetulan satu partai pula
dengan Pak SBY)?
Hanya sebuah wacana :-)
Bravo untuk Pak SBY yang berusaha lebih dekat lagi dengan rakyatnya.
Sayang, kok commenting systemnya belom jalan ya? Trus kok Pak SBYnya
juga tidak secara pribadi menulis. Kalau begitu kan lebih seru :-).
---
Oskar Syahbana
http://www.permagnus.com/
http://www.pojokbisnis.com/
pak made,
Kalau saya masih penasaran, apa pak SBY juga tidak kepingin situsnya
ada komentarnya? Sehingga memaksa developer menyediakan dokumen
dinamisnya. Ya, kalau bukan komentar, misalnya buku tamu, biar pun
dimoderasi seketat ikat pinggang rantai, kalau ada fasilitas gini
tentu akan menyenangkan. Hehehehe....
Salam,
Arif Widianto
Komandan website ini http://www.presidensby.info/ = pak Made ya? :-)
Bagus pak. Dari Tokyo lancar dan kencang diakses.
Versi internasional-nya kapan rencana dibuat pak?
Hmm, kalo rapat gitu bukannya malah membuat orang jadi ogah pake IPv6? :-)
Ronny
Bagi saya, yang kurang dari website itu = Google AdSense. =))
Kan lagi trend setiap website pribadi dipasangi iklan google. :P
pak made,
Kalau saya masih penasaran, apa pak SBY juga tidak kepingin situsnya
ada komentarnya? Sehingga memaksa developer menyediakan dokumen
dinamisnya. Ya, kalau bukan komentar, misalnya buku tamu, biar pun
dimoderasi seketat ikat pinggang rantai, kalau ada fasilitas gini
tentu akan menyenangkan. Hehehehe....
Salam,
Arif Widianto
>
> Ris,.. nggak ono sing takon (alias ndak ada yg tertarik) ramenya di
> 84 juta nya
>
Lha iyo pak, kan tak takokno iki mau :-D.
(lha saya kan yang nanya/tertarik)
halah.
jadi milis suroboyo.
Hahaha, tul tul tul! Ini situs ada tendernya ga sih? Kok bisa AirPutih
yang dapet (ato jangan - jangan gara - gara hubungan 'dekat' si 'Om
yang satu itu' dengan organisasi ini -- kebetulan satu partai pula
dengan Pak SBY)?
Bravo untuk Pak SBY yang berusaha lebih dekat lagi dengan rakyatnya.
Sayang, kok commenting systemnya belom jalan ya? Trus kok Pak SBYnya
juga tidak secara pribadi menulis. Kalau begitu kan lebih seru :-).
pak made,
Kalau saya masih penasaran, apa pak SBY juga tidak kepingin situsnya
ada komentarnya? Sehingga memaksa developer menyediakan dokumen
dinamisnya. Ya, kalau bukan komentar, misalnya buku tamu, biar pun
dimoderasi seketat ikat pinggang rantai, kalau ada fasilitas gini
tentu akan menyenangkan. Hehehehe....
ehmmmm sepertinya ada yng kurang nih.
mestinya IPv6 enable jadi content nya beda yng akses lewat IPv4 dng yng lewat IPv6
yng akses pake IPv6 misalnya bisa nonton rekaman video pak SBY memimpin rapat
kabinet :-)
>
> Saya ingat salah satu hal meresahkan kantor Jubir selama ini adalah, media
> sering salah kutip karena ketiadaan transkrip ketika Presiden diwawancara
> atau pidato.
Padahal transkrip dari Presiden bisa salah ketik/dengar juga.
Contohnya: http://www.presidensby.info/index.php/wawancara/2005/12/15/35.html
Lihat yang ada kata "Hendra Nasution". =))
Padahal transkrip dari Presiden bisa salah ketik/dengar juga.
Contohnya: http://www.presidensby.info/index.php/wawancara/2005/12/15/35.html
Lihat yang ada kata "Hendra Nasution". =))
Soal EYD juga sepertinya perlu diperhatikan dalam situs tersebut.
Misalnya, http://search.presidensby.info:8000/cgi-bin/namazu.cgi?query=merubah dan http://search.presidensby.info:8000/cgi-bin/namazu.cgi?query=dirubah
Begitu juga penulisan kata "Anda" tanpa didahului huruf kapital.
Ups, nampaknya Polisi EYD yang seharusnya lbh berkompeten menjelaskan soal EYD. Maaf :)
----- Original Message -----From: Made WiryanaSent: Friday, February 17, 2006 12:41 AMSubject: [teknologia] Re: SBY
Terus terang untuk ke arah itu sistem sudah siap (Walau dinamis tapi tidak perlu dinamis semuanya, kalau lihat ebay, katalog pun itu dinamis-dinamisan)
Sedangkan kapan suatu fitur diluncurkan itu kebijakan Kantor Jubir Presiden.
<cut> berdasarkan pertimbangan konsultan teknis-nya..bukan begitu pak made...heheheh</cut>
Karena fokus sekarang adalah memberikan berita ke publik secepat mungkin dan bisa menjangkau media sebanyak mungkin.
Saya ingat salah satu hal meresahkan kantor Jubir selama ini adalah, media sering salah kutip karena ketiadaan transkrip ketika Presiden diwawancara atau pidato. Wah saya koq jadi kayak pegawai Kantor Jubir he he h
<cut> dah bukan kayak lagi kok pak...hehehehe</cut>
Presiden SBY tampaknya terkesan ketika berkunjung ke Korea ketika pidato pagi, transcript dengan cepat bisa diakses media. Dan di Indonesia sering terjadi salah kutip pidato atau wawancara.
IMW
rgds,wongcilik
Saya periksa di KBBI, memang ada bagian
rubah (2) -> ubah
tapi menurut saya, tolong deh, sebaiknya ikuti aturan bahwa kata dasar
untuk "mengubah", "perubahan", dst. adalah "ubah". Kesalahan yang
terjadi selama ini dengan "merubah" terlalu fatal untuk ditolerir dan
biasanya hanya permakluman untuk kemalasan kembali ke aturan yang
benar.
*) saya ikut Bahtera namun diskusi "ubah" dan "rubah" tidak tersimpan
di arsip Mutt saya dan pencarian untuk arsip Yahoogroups susah.
> > Begitu juga penulisan kata "Anda" tanpa didahului huruf kapital.
>
> Saya kurang ingat pada kasus mana kesalahan di atas muncul. Tetapi
> penulisan Anda bisa menggunakan huruf besar, dan bisa menggunakan huruf
> kecil. Tergantung pada posisi apa (sebagai panggilan atau tidak). Di buku
> kesalahan EYD ada bab tentang ini.
Betul, tapi kelihatannya susah mencari penggunaan "anda" yang tidak
dipakai untuk "memanggil".
Menurut Pedoman Umum EYD, bagian "Pemakaian Huruf Kapital" (item no. 15):
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti "Anda".
(tidak ada penjelasan tambahan)
Menurut KBBI Edisi Ketiga:
Anda (pron) sapaan untuk orang yang diajak berbicara...
item "Anda" ditulis menggunakan huruf besar, sedangkan yang ditulis
dengan huruf kecil dalam "bentuk terikat" seperti "ayahanda",
"ibunda".
--
amal
rubah (2) -> ubah
tapi menurut saya, tolong deh, sebaiknya ikuti aturan bahwa kata dasar
untuk "mengubah", "perubahan", dst. adalah "ubah". Kesalahan yang
terjadi selama ini dengan "merubah" terlalu fatal untuk ditolerir dan
biasanya hanya permakluman untuk kemalasan kembali ke aturan yang
benar.
*) saya ikut Bahtera namun diskusi "ubah" dan "rubah" tidak tersimpan
di arsip Mutt saya dan pencarian untuk arsip Yahoogroups susah.
Betul, tapi kelihatannya susah mencari penggunaan "anda" yang tidak
dipakai untuk "memanggil".
Menurut KBBI Edisi Ketiga:
Anda (pron) sapaan untuk orang yang diajak berbicara...
item "Anda" ditulis menggunakan huruf besar, sedangkan yang ditulis
dengan huruf kecil dalam "bentuk terikat" seperti "ayahanda",
"ibunda".
On 2/18/06, Made Wiryana < mwir...@gmail.com> wrote:
On 2/17/06, Ikhlasul Amal < ikhlas...@gmail.com> wrote:
rubah (2) -> ubahMemang yang benar adalah ubah, tetapi seperti saya sebut, banyak yang masih menggunakan rubah karena pengaruh bahasa lokal.Betul, tapi kelihatannya susah mencari penggunaan "anda" yang tidak
dipakai untuk "memanggil".
Anda (pron) sapaan untuk orang yang diajak berbicara...
item "Anda" ditulis menggunakan huruf besar, sedangkan yang ditulis
dengan huruf kecil dalam "bentuk terikat" seperti "ayahanda",
"ibunda".
berbahasa masih manjadi kendala untuk alih teknologi. Saya berharap sby dalam situs jejaringnya menyediakan peluang itu, atau mempersiapkan bahasa lainnya yang lebih konsisten. Alamat http://www.presidensby.info/ ini sudah sepatutnya digantikan http://jjj.presidensby.co.id , hal nama kecil yang berarti ini dan sangat mudah dilakukan untuk jangka waktu dekat. Secara isi situs, saya sangat menghargai hasil karya ini.
[dst. dihapus]
<di luar topik>
Gatal juga saya ingin merespon, karena beberapa hal yang dipertanyakan
itu sebenarnya sudah berulang-ulang muncul dalam persoalan seperti
ini.
Namun nanti malah dianggap terlalu jauh melenceng dari tema Teknologia lagi.
Sampai jumpa di "mailing list" EYD... (dan sampai hari ini saya belum
ketemu dengan "mailing list" tentang bahasa Indonesia yang sekaligus
menerapkan aturan itu dalam email sehari-hari.
</di luar topik>
--
amal