Google Grup tidak lagi mendukung postingan atau langganan Usenet baru. Konten lama masih dapat dilihat.

Bebas Dari Metode

2 kali dilihat
Langsung ke pesan pertama yang belum dibaca

Fit Aidil

belum dibaca,
11 Apr 2007, 10.45.3011/04/07
kepada
Sebagai seorang pemain piano Jazz, saya ingin main sebebas-bebasnya
tidak terikat "metode" tertentu. Kalau teman saya bertanya: "Kamu kok
bisa main seperti itu?", saya jawab: "Ya, main saja secara bebas, ikuti
dorongan hati ..".

Tapi kalau teman saya yang seumur hidupnya belum pernah belajar piano
tadi disuruh duduk di depam piano, dan main bebas "mengikuti dorongan
hati", apa yang terjadi? Terdengar bunyi-bunyian musik "kontemporer"
yang sulit dinikmati. Hampir-hampir mendekati anarki.

Ada sekelompok seniman yang merekam permainan musik yang dilakukan oleh
sekelompok gajah di Thailand. Permainan para "seniman" gajah itu jelas
berbeda dengan bunyi-bunyian yang dibuat oleh teman saya tadi. Permainan
teman saya tetap dikenali sebagai permainan seorang manusia, meskipun
kacau-balau, ndak karu-karuan.

Di lain pihak, permainan saya sebagai pianis jazz juga jelas berbeda
dibanding permainan teman saya itu.

dg

qw

belum dibaca,
11 Apr 2007, 11.17.2411/04/07
kepada
sebentar.. sebentar.. bung tjip..

saya melihat dan membaca serta mengambil kesimpulan dari pendapat bung
tjip, bang doel dan saya sendiri..
masing2 pendapatnya menyimpulkan memang "manusia bebas memilih
metode"...
berarti sudah ada kesamaan, lalu kenapa jadi panjang yg kelihatannya
saling tidak mengerti pendapat masing2?
ataukah sayanyah yg salah baca/menyimpulkan ? terutama dari
didiskusikan antara bang doel dan bung tjip..

kesimpulan yg saya ambil dibawah ini dari diskusi bung tjip dan bang
doel yg kayaknya sudah sama tapi kok masih diperbedakan ?? coba,
sayanyah baca ulang dari awal lagi deh.. mungkin sayanyah yg bacanya
salah..

berikut kopipis yg saya ambil kesimpulan kalo bung tjip dan bang doel
sudah berpendapat sama...

-----
doel wrote :
Yang cenderung tidak menerima justru adalah anggapan untuk membaca
kitab
suci harus mengikuti metode metode tertentu. Seyogyanya juga terbuka
bahwasanya kitab suci itu adalah buku yang bisa dibaca bebas oleh
siapa
saja. Bahwa agama itu tidak perlu selalu berada dalam komunitas.
Terbuka
kemungkinan orang ber'agama' sesuai apa yang dia putuskan.

**kesimpulan :
membaca kitab tidak harus mengikuti metode tertentu...

tjip answered :

Kalau seorang ahli tafsir kitab suci (misalnya Romo Groenen) menulis
buku tentang tafsir, apakah artinya dia mengatakan bahwa semua orang
"harus" taat mengikuti metode yang dia pakai? Kalau seorang ahli
fisika mempublikasikan teorinya, apakah artinya dia mengatakan bahwa
semua orang "harus" menerima teorinya?


** kesimpulan :
membaca kitab tidak harus mengikuti metode tertentu...
-------

sudah cuocok pan.. ???? :-)

Fit Aidil

belum dibaca,
11 Apr 2007, 11.32.2611/04/07
kepada
qw wrote:

> sudah cuocok pan.. ???? :-)
>

Hampir cocok. Saya dan bang Doel sama-sama menjunjung tinggi kebebasan
orang untuk memilih.

Perbedaannya: saya percaya bahwa menggunakan metode tertentu banyak
manfaatnya, tapi pada saat yang sama saya mempersilahkan orang untuk
bebas membaca dengan caranya sendiri, dan saya juga percaya bahwa
mungkin akan ada gunanya juga.

Bang Doel sama sekali tidak percaya bahwa orang perlu menggunakan metode
tertentu. Dan HANYA percaya bahwa orang bebas menggunakan caranya sendiri.

qw

belum dibaca,
11 Apr 2007, 12.03.5911/04/07
kepada
Fit Aidil menuliskan:

oo.. kalo gitu pendapat sayanyah kendiri lebih dekat dgn pendapatnya
bung tjip..

sebab
orang yg bebas menggunakan caranya sendiri itu pun kan juga disebut
metode.. metode pribadi..
kumpulan dari metode2 pribadi itu yg biasanya didiskusikan
ketepatannya..

metode pribadi bisa saja kan keliru ?.. hal ini bukan berarti metode
umum dijamin tidak keliru..
bisa dikatakan keliru apabila, penafsirannya malah jadi tidak sama
antara satu dgn penafsiran yg lain dalam kasus orang yg sama (tidak
konsisten)..

memang pada awalnya masing mempunyai metode caranya kendiri(pribadi)
selanjutnya biasanya para ahli tafsir, megemukakan caranya/metodenya
tsb utk didikusikan secara kelompok dengan penafsir2 lain.. dari hasil
ini, maka dapat disimpulkan metode penafsiran mana yg mendekati
kebenaran dari isi kitab tsb dan metode ini diambil sebagai metode
umum/kelompok..

sekali lagi metode kelompok bukan berarti kebenaran, metode pribadi
bisa saja menjadi kebenaran, pembuktian kebenaran tsb adalah dgn
konsistensinya dan tidak adanya/minimalisir kerancuan dalam seluruh
isi suatu buku/kitab suci.

demikian tanggapan sayanyah..

wasalam
qw

Fit Aidil

belum dibaca,
11 Apr 2007, 12.17.5411/04/07
kepada
qw wrote:
> Fit Aidil menuliskan:
>>> sudah cuocok pan.. ???? :-)
>>> Hampir cocok. Saya dan bang Doel sama-sama menjunjung tinggi kebebasan
>>> orang untuk memilih.
>>> Perbedaannya: saya percaya bahwa menggunakan metode tertentu banyak
>>> manfaatnya, tapi pada saat yang sama saya mempersilahkan orang untuk
>>> bebas membaca dengan caranya sendiri, dan saya juga percaya bahwa
>>> mungkin akan ada gunanya juga.
>>> Bang Doel sama sekali tidak percaya bahwa orang perlu menggunakan metode
>>> tertentu. Dan HANYA percaya bahwa orang bebas menggunakan caranya sendiri.
>
> oo.. kalo gitu pendapat sayanyah kendiri lebih dekat dgn pendapatnya
> bung tjip..
>
> sebab
> orang yg bebas menggunakan caranya sendiri itu pun kan juga disebut
> metode.. metode pribadi..
> kumpulan dari metode2 pribadi itu yg biasanya didiskusikan
> ketepatannya..

Setuju. Orang membaca kitab suci sendirian di dalam kamar tertutup, ya
siapa yang tahu, bagaimana caranya membaca? Apa sambil telentang atau
sambil jongkok ... ya nggak ada yang tahu.

Tapi kalau "para pembaca kitab suci" lantas bertemu dan saling
berdiskusi, maka apa yang akan terjadi? Mungkin orang akan melihat
perbedaan dan persamaan. Kalau ada yang sama, belum tentu sama-sama
betul. Kalau ada perbedaan, belum tentu juga yang satu betul yang lain
salah. Lha, siapa tahu dua-duanya kliru? Kalok sudah begitu, pigimana
jalan kluarnya, hayooo ... :)

> metode pribadi bisa saja kan keliru ?.. hal ini bukan berarti metode
> umum dijamin tidak keliru..
> bisa dikatakan keliru apabila, penafsirannya malah jadi tidak sama
> antara satu dgn penafsiran yg lain dalam kasus orang yg sama (tidak
> konsisten)..

Betul

> memang pada awalnya masing mempunyai metode caranya kendiri(pribadi)
> selanjutnya biasanya para ahli tafsir, megemukakan caranya/metodenya
> tsb utk didikusikan secara kelompok dengan penafsir2 lain.. dari hasil
> ini, maka dapat disimpulkan metode penafsiran mana yg mendekati
> kebenaran dari isi kitab tsb dan metode ini diambil sebagai metode
> umum/kelompok..

Setuju

> sekali lagi metode kelompok bukan berarti kebenaran, metode pribadi
> bisa saja menjadi kebenaran, pembuktian kebenaran tsb adalah dgn
> konsistensinya dan tidak adanya/minimalisir kerancuan dalam seluruh
> isi suatu buku/kitab suci.

Betul.

darion

belum dibaca,
11 Apr 2007, 14.57.5911/04/07
kepada
On 11 apr, 16:45, Fit Aidil <davi...@dvdg.juwono.net> wrote:
> Sebagai seorang pemain piano Jazz, saya ingin main sebebas-bebasnya
> tidak terikat "metode" tertentu. Kalau teman saya bertanya: "Kamu kok
> bisa main seperti itu?", saya jawab: "Ya, main saja secara bebas, ikuti
> dorongan hati ..".

Tapi kalu sistim main piano kayak gini dipaké jugah dalem menghayati
igama, jadi kacao dong.
Pemain piano jazz molain dari Jelly Roll Morton, Art Tatum, Duke
Ellington, Count Basie, Oscara Peterson, Villegas, Dave Brubeck,
Thelonious Monk, Erroll Garner, Nina Simone, sampai Ahmad Jamal,
Herbie Hancock, Michael Pertucciani,
Chick Corea, Keith Jarrett dll. nyang kuliwat banyak buwat disebutken,
nggak adah nyang maèn sebèbas-bèbasnyah. Mrèka samowa ngikut kaidah-
kaidah dasar musik nyang berdasarken hukum-hukum harmoni dan estetika
musik. Errol Garner nyang tadinyah nggak bisa baca not balok dan
harmoni musik, akhirnyah blajar jugah. Jugah Ray Charles nggak bisah
baca not balok (lamtaran buta) tapi tetep mengiket diri dèngen hukum-
hukum harmoni dan estetika musik. Kalu maèn nggak ikut metode tertemtu
bisa kacao nggak karuwan swarané (hasil maèn tanpa metode!). Jadi
bokan musik lagih, tapi ... noise ajah. Dorongan ati diikutin dèngen
bebas, swara nyang kluwar jadi nggak keruwan. Pasti nggak sedep. Pesti
banget. Banget-banget.

>
> Tapi kalau teman saya yang seumur hidupnya belum pernah belajar piano
> tadi disuruh duduk di depam piano, dan main bebas "mengikuti dorongan
> hati", apa yang terjadi? Terdengar bunyi-bunyian musik "kontemporer"
> yang sulit dinikmati.

Kalu miturut sayanyah, iku bokan musik. Baèk "kontemporer" maupun
"konserpatip".

> Hampir-hampir mendekati anarki.

Laaah kalu saumur idup blon pernah blajar piano tamtu ajah cuman bisa
baèn bebas ajah, nggak ngikutin hukum-hukum musik. Dan pesti asil-é
jadi cacophony ajah, nggak karu-karuwan. Tapi mekesud-é bèbas iku apah
sik ? Hal nyang bèbas nggak adah gunah, lamtaran kluwar dari sistim.
Kalu kluwar dari sistim, juntrungan-é jadi sradag-srudug. Sradag-
srudug iku nggak prenah sedep. Suara nggak sedep (miturut estetika)
nggak bisah disebut musik. Nggak bisah loh !

>
> Ada sekelompok seniman yang merekam permainan musik yang dilakukan oleh
> sekelompok gajah di Thailand.

Iku pesti seniman korang kerja-an kalu nggak sinting. Tapi misik
sokooor iku kelompok seniman nggak nyoba merekam permainan musik piano
nyang dilakuken oleh sekelompok nyamuk atawa cacing !

> Permainan para "seniman" gajah itu jelas
> berbeda dengan bunyi-bunyian yang dibuat oleh teman saya tadi.

laaah .... pranyata-an apa inih ? Ya tamtu ajah dong. Pigimanah sik
nih ? Suwara piano jadi bisa kecampur suara kayu pecah dan patah dong.
Kalu chimpanzee atawa singa ditongkrongin di depan piano, maka bunyi-
bunyian nyang diasilken tamtu ajah berbeda banget sama bunyi-bunyian
nyang dibikin temen situnyah. Su'alé, singa dan chimpanzee nggak make
kasadaran kutika maèn piano (ènget: binantang nggak punyah kasadaran
loh).

> Permainan
> teman saya tetap dikenali sebagai permainan seorang manusia, meskipun
> kacau-balau, ndak karu-karuan.

laaah ... tamtu ajah. Menungsah iku punyah kasadaran. Kalu punyah
kasadaran, dianyah aken jugah sadar aken apa nyang indah, apa nyang
nggak indah. Jadi biarpun nggak prenah blajar piano, kutika dianyah
meneken keys atawa tuts piano iku, dianyah nggak asal hantem kromo baè
kayak binantang, tapi brusaha ngluarken asil permainan nyang menggugah
rasa (biarpun mula-mula sanget bertarap subyektip lamtaran nggak
ngowasa-in hukum-hukum musik). Upaya menggugah rasa iku bisah lamtaran
menungsah punyah ... kasadaran. Binantang nggak loh !

>
> Di lain pihak, permainan saya sebagai pianis jazz juga jelas berbeda
> dibanding permainan teman saya itu.
>

Laaah ... inih jugah pranyataan apa inih ? Nggak adah pianist nyang
permaènan-é sama percis dibandingken permaènan sesama pianist.
Sepinter-pinter Liberace maèn piano, atawa Arthur Rubinstein, pesti
nggak bisah sama sama pramaènan Chopin atawa Mozart. Begitu jugah
Chick Corea nggak akan bisah maèn percis sama sama permaènan-é Nick
Mamahit. Pesti bèda. Pesti banget. Banget-banget. Nggak bisah
ditawar. Harga mati loh.

> dg


darion

belum dibaca,
11 Apr 2007, 15.05.1011/04/07
kepada
On 11 apr, 17:32, Fit Aidil <davi...@dvdg.juwono.net> wrote:
> qw wrote:
> > sudah cuocok pan.. ???? :-)
>
> Hampir cocok. Saya dan bang Doel sama-sama menjunjung tinggi kebebasan
> orang untuk memilih.
>
> Perbedaannya: saya percaya bahwa menggunakan metode tertentu banyak
> manfaatnya, tapi pada saat yang sama saya mempersilahkan orang untuk
> bebas membaca dengan caranya sendiri, dan saya juga percaya bahwa
> mungkin akan ada gunanya juga.

laaah ... itu pan jugah bermetode. Apa nggak ?
nggak ada satupun bisa dilakuken tanpa metode.
menungsah nggak bèbas. nggak prenah bèbas. samowa berinteraksi.
tergantung satu sama laèn.
kabèbasan adalah ilusi.

>
> Bang Doel sama sekali tidak percaya bahwa orang perlu menggunakan metode
> tertentu.

Bang Doel kudu mikir skali lagih.

> Dan HANYA percaya bahwa orang bebas menggunakan caranya sendiri.

Lalu, menggunaken cara kendiri itu apa bukannyah menggunaken metode
tertentu ?
Gimana sik nih ? Emangnyah menggunaken cara orang laèn nggak bèbas?
Oh lupa ... kalu cara-é orang laèn iku di copyright-in tamtunyah jadi
nggak bebas ya ?!

darion

belum dibaca,
11 Apr 2007, 15.27.4111/04/07
kepada
On 11 apr, 18:03, "qw" <qwis...@yahoo.com.sg> wrote:
> Fit Aidil menuliskan:
>
> >> sudah cuocok pan.. ???? :-)
> >> Hampir cocok. Saya dan bang Doel sama-sama menjunjung tinggi kebebasan
> >> orang untuk memilih.
> >> Perbedaannya: saya percaya bahwa menggunakan metode tertentu banyak
> >> manfaatnya, tapi pada saat yang sama saya mempersilahkan orang untuk
> >> bebas membaca dengan caranya sendiri, dan saya juga percaya bahwa
> >> mungkin akan ada gunanya juga.
> >> Bang Doel sama sekali tidak percaya bahwa orang perlu menggunakan metode
> >> tertentu. Dan HANYA percaya bahwa orang bebas menggunakan caranya sendiri.
>
> oo.. kalo gitu pendapat sayanyah kendiri lebih dekat dgn pendapatnya
> bung tjip..
>
> sebab
> orang yg bebas menggunakan caranya sendiri itu pun kan juga disebut
> metode.. metode pribadi..
> kumpulan dari metode2 pribadi itu yg biasanya didiskusikan
> ketepatannya..

laaah ... ini mah dah meningkat dari pambicaraan mangenai panggunaan
metode, ke pambicaraan mutu panggunaan: tepat atawa nggak tepat. Ya
kan ?

>
> metode pribadi bisa saja kan keliru ?.. hal ini bukan berarti metode
> umum dijamin tidak keliru..
> bisa dikatakan keliru apabila, penafsirannya malah jadi tidak sama
> antara satu dgn penafsiran yg lain dalam kasus orang yg sama (tidak
> konsisten)..
>
> memang pada awalnya masing mempunyai metode caranya kendiri(pribadi)
> selanjutnya biasanya para ahli tafsir, megemukakan caranya/metodenya
> tsb utk didikusikan secara kelompok dengan penafsir2 lain.. dari hasil
> ini, maka dapat disimpulkan metode penafsiran mana yg mendekati
> kebenaran dari isi kitab tsb dan metode ini diambil sebagai metode
> umum/kelompok..

itu cuman bisah dinilai liwat akal lempeng. Metode gajah dalem
memainken "Lullaby of Birdland" karya piano dari George Shearing atawa
"Undecided" dari JJ Johnson pesti menghasilken panapsiran musik George
Shearing dan JJ Johnson jadi klèru. Klèru dalem arti menyimpang dari
tujuan dampak emosional nyang ingin dicapèi kaduwa pianists componists
iku.
Hasil diskusi jugah nggak bisah menjamin panapsiran nyang betul.
Tergantung kamampuwan peserta diskusi loh. Kalu kamampuan nggunaken
akal lempeng terbates, maka panapsiran cenderung jadi nggak bener.
Lamtaran iku kitab soci kudu dibaca dalem boso esli kutika kitab soci
iku dikamukaken.

>
> sekali lagi metode kelompok bukan berarti kebenaran,

bisa, tapi nggak ada jaminan.

> metode pribadi
> bisa saja menjadi kebenaran,

buwat si pengguna metode iku, trutama.

> pembuktian kebenaran tsb adalah dgn
> konsistensinya dan tidak adanya/minimalisir kerancuan dalam seluruh
> isi suatu buku/kitab suci.

Miturut sayanyah pambuktian kudu paké akal lempeng nyang didasari 3
hal: kainginan buwat bener-bener mangerti, kabersihan ati nyang murni
dan ... rasa cinta pada kabenaran. Dalem cinta kabenaran iku termasuk
ngilangken sikap prejudice, prasangka dan tujuan negatip dalam upaya
menapsirken kitab soci iku.
Tapi ada satu métode nyang perlok dipaké dalem upaya menapsirken buku
soci. Mètode nyang satu iku nggak bolé ditinggalken: bermeditasi.
Dalem menapsirken karya Shakespeare atawa Goethe ataw Leo Tolstoy
nggak perlok bermeditasi. Tapi dalem menapsirken karya Tuhan, sanget
perlok atawa kudu bermeditasi. Kalu nggak, asilé jadiné kayak asil
panapsiran kang Donie ajah. Iku nggak banyak gunané kacuwali buwat
kang Donie kendiri ajah.

>
> demikian tanggapan sayanyah..

trima kasi. sayanyah jugah dah nylonong ikut-ikutan ngasi tanggepan.
bolé ya ?

>
> wasalam
> qw

Fit Aidil

belum dibaca,
11 Apr 2007, 15.29.0311/04/07
kepada
On Apr 11, 2:57 pm, "darion" <hyda...@hotmail.com> wrote:
> On 11 apr, 16:45, Fit Aidil <davi...@dvdg.juwono.net> wrote:
>
> > Sebagai seorang pemain piano Jazz, saya ingin main sebebas-bebasnya
> > tidak terikat "metode" tertentu. Kalau teman saya bertanya: "Kamu kok
> > bisa main seperti itu?", saya jawab: "Ya, main saja secara bebas, ikuti
> > dorongan hati ..".
>
> Tapi kalu sistim main piano kayak gini dipaké jugah dalem menghayati
> igama, jadi kacao dong.
> Pemain piano jazz molain dari Jelly Roll Morton, Art Tatum, Duke
> Ellington, Count Basie, Oscara Peterson, Villegas, Dave Brubeck,
> Thelonious Monk, Erroll Garner, Nina Simone, sampai Ahmad Jamal,
> Herbie Hancock, Michael Pertucciani,
> Chick Corea, Keith Jarrett dll. nyang kuliwat banyak buwat disebutken,
> nggak adah nyang maèn sebèbas-bèbasnyah. Mrèka samowa ngikut kaidah-
> kaidah dasar musik nyang berdasarken hukum-hukum harmoni dan estetika
> musik. Errol Garner nyang tadinyah nggak bisa baca not balok dan
> harmoni musik, akhirnyah blajar jugah. Jugah Ray Charles nggak bisah
> baca not balok (lamtaran buta) tapi tetep mengiket diri dèngen hukum-
> hukum harmoni dan estetika musik. Kalu maèn nggak ikut metode tertemtu
> bisa kacao nggak karuwan swarané (hasil maèn tanpa metode!). Jadi
> bokan musik lagih, tapi ... noise ajah. Dorongan ati diikutin dèngen
> bebas, swara nyang kluwar jadi nggak keruwan. Pasti nggak sedep. Pesti
> banget. Banget-banget.
>

Lha disitulah point-nya.
Saya ini memang betul-betul pianist jazz (bukan cuma omong doang).
Kebanyakan saya maen gaya mainstream Oscar Peterson. Kadang-kadang
maen satu-dua lagu Chick Corea (a.l. "Spain"). Jazz adalah "dialog"
antara aturan/rythm/harmony dengan kebebasan improvisasi.

dg

dös-Q

belum dibaca,
11 Apr 2007, 20.29.0511/04/07
kepada

inilah bédanya pianis nyang juga berigama dan igamis nyang maén piano.
sang pianis meskipon ada metode tetapi berhak untuk improvisasi ,
sedengken sang igamis meskipon punya metode (tetapi metode iku cumiQ
untuk dirinya) merasa halal untuk berimprovisasi.
sang pianis , sering iseng tutsnya sampé diinjek-injek , kluar swara
anéh , malah jadi lagu baru , hla kalo sang
igamis ............................dozaaa................dosa.

qw

belum dibaca,
12 Apr 2007, 01.24.5812/04/07
kepada
darion wrote :

>>Miturut sayanyah pambuktian kudu paké akal lempeng nyang didasari 3
>>hal: kainginan buwat bener-bener mangerti, kabersihan ati nyang murni
>>dan ... rasa cinta pada kabenaran. Dalem cinta kabenaran iku termasuk
>>ngilangken sikap prejudice, prasangka dan tujuan negatip dalam upaya
>>menapsirken kitab soci iku.

nah.. ini masukan buat sayanyah.. saya akan coba membuktikan kebenaran
perkataan ini seiring waktu.. sementraa dijadikan masupan saja..

sebab selama ini menurut sayanyah akal lempeng iku relatip, yg merasa
tidak lempeng bisa saja merasa lempeng.. oleh sebab itu minimal perlu
barometer yg menunjukkan akal iku lempeng atawa tidak lempeng..


>>Tapi ada satu métode nyang perlok dipaké dalem upaya menapsirken buku
>>soci. Mètode nyang satu iku nggak bolé ditinggalken: bermeditasi.
>>Dalem menapsirken karya Shakespeare atawa Goethe ataw Leo Tolstoy
>>nggak perlok bermeditasi. Tapi dalem menapsirken karya Tuhan, sanget
>>perlok atawa kudu bermeditasi. Kalu nggak, asilé jadiné kayak asil
>>panapsiran kang Donie ajah. Iku nggak banyak gunané kacuwali buwat
>>kang Donie kendiri ajah.

meditasi dalam islam mungkin lebih mendekati arti dzikir dan renungan
diri..
biasanya keheningan akan membuat mata hati kita lebih terbuka
disamping hirukpikuknya urusan duniawi ketika disiang hari. oleh sebab
itu kenapa dalam islam dianjurkan shalat malam dalam hal ini sholat
tahajud..
saya tidak akan banyak berkomentar ttg tahajud, tetapi barangsiapa yg
pernah melakukan, maka akan merasakan bedanya kualitas yg dirasa pada
sholat malam ini.

wasalam
qw

darion

belum dibaca,
12 Apr 2007, 11.31.4212/04/07
kepada

apa dah ada nyang nyangkal ?

> Kebanyakan saya maen gaya mainstream Oscar Peterson. Kadang-kadang
> maen satu-dua lagu Chick Corea (a.l. "Spain"). Jazz adalah "dialog"
> antara aturan/rythm/harmony dengan kebebasan improvisasi.

laaah ... itu mah cuman salah satu pangertian ajah.
mekesud-é kabebasan improvisasi iku apah ?
samowa permaènan musik (solists trutama) bebas mbentuk "dialog" amtara
aturan/rythm/harmony dèngen kabèbasan improvisasi.

Wibi Suryadi (salah saorang 10 virtuoso piano classical terbaèk di
Ngèropah inih. dianyah bapak ibu-é orang Ngèndonesah) kalu kasi
concert recital slalu mambangun "dialog" begituan dalem parmaènan-é.
Jazz banyak loh nyang strict kudu dimaènin miturut partitur. Ènget
nggak karya-karya George dan Ira Gershwin ? Misal-é Rhapsody in Blue ?
Atawa bebrapa karya Leonard Bernstein ? Misal-é "America" nyang dipaké
dalem "West Side Stor'" ? Iku masup jazz loh. Tapi kudu dimaènken
strict miturut partitur-é.
Tadiné André Kostelanetz, Billy May, André Previn dan banyak lagih
conductors jugah mengetengahken musik jazz nyang strict dèngen okrès
nyang dianyah pada pimpin.

darion

belum dibaca,
12 Apr 2007, 11.38.0012/04/07
kepada

kalu ngomong mbok ya dipikir dikit dulu tho.
samowa impropisasi bolé baèk dalem musik maupun dalem igama, slama
ngikut metode-é.
contoh impropisasi dalem igama: sembahyang taraweh: bole 11 raka'at,
bolé 22 raka'at, bolé jugah 28 raka'at kalu mau.
Dalem sembayang, mbaca surat bolé nyang poaaanjang bolé nyang pèndèk
slama isiné nggak diubah.
Dalem jazz jugah gitu, mau maèn gimanah jugah bolé slama chords nyang
dipaké nggak nyimpang dari nuansa melody-é.
Jadi biarpun bolé improvisasi, tetep kudu ikut aturan. Kalo bèbas sak
bèbas-bèbas-é aken kluwar swara nyang lebi jelèk daripadah suara musik
tanjidor. Saya dah bilang, swara nyang nggak sedep nggak bisa disebut
musik.
Iku nggak bisah ditawar-tawar lagih. Harga matèk.

darion

belum dibaca,
12 Apr 2007, 11.45.2012/04/07
kepada
On Apr 12, 7:24 am, "qw" <qwi...@yahoo.com.sg> wrote:
> darion wrote :
>
> >>Miturut sayanyah pambuktian kudu paké akal lempeng nyang didasari 3
> >>hal: kainginan buwat bener-bener mangerti, kabersihan ati nyang murni
> >>dan ... rasa cinta pada kabenaran. Dalem cinta kabenaran iku termasuk
> >>ngilangken sikap prejudice, prasangka dan tujuan negatip dalam upaya
> >>menapsirken kitab soci iku.
>
> nah.. ini masukan buat sayanyah.. saya akan coba membuktikan kebenaran
> perkataan ini seiring waktu.. sementraa dijadikan masupan saja..
>
> sebab selama ini menurut sayanyah akal lempeng iku relatip, yg merasa
> tidak lempeng bisa saja merasa lempeng.. oleh sebab itu minimal perlu
> barometer yg menunjukkan akal iku lempeng atawa tidak lempeng..

laaah ... mulakno kuwi. akal lempeng kudu miturut panilaèan obyektip.
kalu ada nyang mrasa nggak lempeng lantas mrasa lempeng. yah ... nama-
é mrasa.
samowa prasa-an iku subyektip. jadi nggak bisa dipaké loh.
akal lempeng miturut nilaè objektip adalah akal nyang jalan-é sasuéi
realita.
Realita iku obyektip loh. Kalu mao paké barometer, misal-é bisa
dipriksa paké aturan logika.
Logika idup (logika organik) bisa nunjukken mana pikiran lempeng, mana
pikiran nggak lempeng.


>
> >>Tapi ada satu métode nyang perlok dipaké dalem upaya menapsirken buku
> >>soci. Mètode nyang satu iku nggak bolé ditinggalken: bermeditasi.
> >>Dalem menapsirken karya Shakespeare atawa Goethe ataw Leo Tolstoy
> >>nggak perlok bermeditasi. Tapi dalem menapsirken karya Tuhan, sanget
> >>perlok atawa kudu bermeditasi. Kalu nggak, asilé jadiné kayak asil
> >>panapsiran kang Donie ajah. Iku nggak banyak gunané kacuwali buwat
> >>kang Donie kendiri ajah.
>
> meditasi dalam islam mungkin lebih mendekati arti dzikir dan renungan
> diri..

Laaah ... solat iku jugah meditasi. Kalu nggak bermeditasi, nilaè
sembayang-é jadi sanget kurang loh.
Dzikir jugah.

> biasanya keheningan akan membuat mata hati kita lebih terbuka
> disamping hirukpikuknya urusan duniawi ketika disiang hari. oleh sebab
> itu kenapa dalam islam dianjurkan shalat malam dalam hal ini sholat
> tahajud..

iku aken nambah kamudahan buwat meditasi.

> saya tidak akan banyak berkomentar ttg tahajud, tetapi barangsiapa yg
> pernah melakukan, maka akan merasakan bedanya kualitas yg dirasa pada
> sholat malam ini.

tahajut nggak èppèktip loh kalu dilaksanaken tanpa bermeditasi.

>
> wasalam
> qw

wa 'alaikumussalaam.

qw

belum dibaca,
13 Apr 2007, 11.36.2013/04/07
kepada
darion menuliskan:

>> laaah ... mulakno kuwi. akal lempeng kudu miturut panilaèan obyektip.
>> kalu ada nyang mrasa nggak lempeng lantas mrasa lempeng. yah ... nama-
>> é mrasa.samowa prasa-an iku subyektip. jadi nggak bisa dipaké loh.

>> akal lempeng miturut nilaè objektip adalah akal nyang jalan-é sasuéi
>> realita.
>> Realita iku obyektip loh. Kalu mao paké barometer, misal-é bisa
>> dipriksa paké aturan logika.
>> Logika idup (logika organik) bisa nunjukken mana pikiran lempeng, mana
>> pikiran nggak lempeng.

masupan situnya sudah saya renungi..
sebagian besar sayanyah setuju.. sebab keimanan kitanya tidak banyak
berbeda..
tetapi sayanyah akan gunakan metode ini dengan cara berpikir uwong
lain yg berbeda iman..
disininya saya akan kaji dan buktikan lebih lanjut..
btw, terimakasih atas masukannya...


>> Laaah ... solat iku jugah meditasi. Kalu nggak bermeditasi, nilaè
>> sembayang-é jadi sanget kurang loh.
>> Dzikir jugah.

nah.. ini menarik mas darion..
coba.. sayanyah pengen tau menurut mas darion pengertian meditasi iku
apah ?
apakah ke-kusyuan ?? atawa yg lainnya ?

terimakasih sebelonnya...

wasalam
qw

darion

belum dibaca,
13 Apr 2007, 15.23.1213/04/07
kepada
On 13 apr, 17:36, "qw" <qwis...@yahoo.com.sg> wrote:

tambahan:
mbaca qur'an iku jugah kudu bermeditasi: bersihken jiwa dan pikiran
dan nginget Tuhan.
Kalu ku nggak dilaksanaken aken rada sussa bisa mangerti Qur'an. Jadi
kayak baca buku komik ajah. Hal nyang kliatan-é slalu dilakuken kang
Donie kalu ngintip-ngintip Qur'an atawa buah pikiran kang Roro
Jongrang nyang soka ngutip-ngutip dari www.answering-islam.com.

>
> terimakasih sebelonnya...
>
> wasalam
> qw


darion

belum dibaca,
13 Apr 2007, 15.26.4813/04/07
kepada
On 13 apr, 17:36, "qw" <qwis...@yahoo.com.sg> wrote:

>
> nah.. ini menarik mas darion..
> coba.. sayanyah pengen tau menurut mas darion pengertian meditasi iku
> apah ?
> apakah ke-kusyuan ?? atawa yg lainnya ?

tambahan: mbaca qur'an iku jugah kudu bermeditasi: bersihken jiwa dan

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 04.49.0314/04/07
kepada
darion menuliskan:

>> tambahan: mbaca qur'an iku jugah kudu bermeditasi: bersihken jiwa dan
>> pikiran dan nginget Tuhan.

wah.. sayanyah mengerti sekarang maksud meditasi-nya mas darion..
dan sayanyah sangat setuju dengan deskripsi tersebut..

terimakasih
qw

dös-Q

belum dibaca,
14 Apr 2007, 05.07.3914/04/07
kepada

halah , énté cumiQ mao mbillang , orang nyang bermeditasi iku boóng
sakmowa , koQ ndadak ter-muter.

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 05.19.4014/04/07
kepada
dös-Q menuliskan:

>> halah , énté cumiQ mao mbillang , orang nyang bermeditasi iku boóng
>> sakmowa , koQ ndadak ter-muter.

berhubung ada selametan, dadinya hansip tetangga mblokir jalan,
disuruh muter...

jawaban mlintir juga apdol kalo di puter2 yah boss?? ... :-)

donie

belum dibaca,
14 Apr 2007, 05.24.2114/04/07
kepada

Iya, semua juga tergantng ama "tujuan." Wong tujuan saya, khusus
mbaca quran, ga sama dengan tujuan dimas Darion. Wong memang asal
muasal kenapa saya 'mempelajari' islam itu karena melihat yang rada
aneh2 yang dilakukan pengikut e atas nama islam. Wuong, NG ini adalah
forum bebas mo nanya lebih lanjut kenape sampe begitu...... iya
terserah.. karena saya ga meditasi, mbersihkan jiwa dan pikiran, ga mo
nanggepin iya itu kebebasan dimas dekaka juga....
>
>
>
> > terimakasih sebelonnya...
>
> > wasalam
> > qw- Hide quoted text -
>
> - Show quoted text -


qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 06.11.2414/04/07
kepada
donie menuliskan:

>> Wuong, NG ini adalah forum bebas mo nanya lebih lanjut kenape sampe begitu......

lha.. kapan ente bertanya ??

pada awalnya kita2 pada pikir ente bertanya, tetapi nyatanya cumak
meng-gonggong doank kayak mbill iku..
yah dadi wajar aja yg ente gonggong iku sambit ente pake batu...
ha..a..ha..

yg dadi masalah ente bukan bertanya.. melainkan... (silahkan lihat di
kumpulan memorable ente.. that's statement of the fact)... he.he..he..

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 06.52.0314/04/07
kepada

Sepertinya bang David salah mengerti dari apa yang ingin si Doel angkat
sebelumnya. Soal anda menganut metode itu adalah sah sah saja, dan bukan
masalah sama sekali.

Yang ingin diangkat adalah banyak orang biasa biasa saja yang tentunya
tidak punya waktu banyak bila harus mengikuti metoda tertentu dalam
membaca kitab suci.

Metoda yang anda katakan mirip juga dengan tanggapan orang islam bila
melihat orang lain menafsirkan kitab sesuai versinya. Bahwa membaca
tidak boleh sepotong sepotong serta harus mengerti bahasa arab dsb.nya.
Tidak ada masalah juga dengan tanggapan seperti ini.

Tetapi ini juga membuat orang lain yang tidak punya waktu banyak dalam
segala metoda itu merasa begitu sukarnya untuk membaca kitab suci. Jadi
yang ingin diangkat disini, apakah memang begitu membaca kitab suci itu
sedemikian susahnya? Bukankah itu hanya buku yang berisikan bacaan
seperti buku pada umumnya?

Karena tanggapan tanggapan yang seperti itu membuat banyak orang takut
untuk menafsirkan apa yang dia baca, karena secara umum telah
dipengaruhi dalam membaca haruslah mengikuti kaidah kaidah tertentu.

Kalau mau diambil contoh pemaknaan bahwa adam dan hawa adalah dua orang
asal muasal turunan manusia diciptakan. Secara dogma dan arti literal
harafiah pada umumnya diajarkan seperti itu.

Si Doel memiliki pemaknaan yang tidak sama dengan itu. Disini bukan
masalah apakah yang si Doel maknakan itu salah atawa benar. Melainkan
bolehkah seseorang menterjemahkan nya menurut apa yang ia fikirkan, atau
setiap pemaknaan harus tunduk dan patuh kepada metoda dan ajaran tertentu?

Kalau tidak boleh, pertanyaannya siapa yang berhak mengatur itu?
Pendeta, kiai, guru agama atau siapa?

nuwun,
si Doel

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 06.59.4614/04/07
kepada

Sjahrazad Alamsjah menuliskan:

>> Karena tanggapan tanggapan yang seperti itu membuat banyak orang takut
>> untuk menafsirkan apa yang dia baca, karena secara umum telah
>> dipengaruhi dalam membaca haruslah mengikuti kaidah kaidah tertentu.

>> Kalau tidak boleh, pertanyaannya siapa yang berhak mengatur itu?


>> Pendeta, kiai, guru agama atau siapa?

numpang nyalib..bang doel..

menurut sayanyah pribadi..
memang harus kita bedakan yg namanya "doktrin" dan "metode"..

yg diantipatikan oleh orang2 adalah doktrin alias pemaksaan iman..
sedangkan metode itu sakjane berdasarkan kebebasan pribadi...

moggoo...silahkan dilanjutt...

permios.. mau meditasi dulu.. he..he..he..

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 07.02.0514/04/07
kepada

qw menuliskan:

>> yg diantipatikan oleh orang2 adalah doktrin alias pemaksaan iman..

ralat..

maksud'e doktrin thd metode....

permios.. udah dipanggil masjid dunia ni.. mau meditasi dulu..
he..he..he..

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 07.42.0814/04/07
kepada

Maksudnya begini bang qw, kalau dalam sains memang perlu metoda yang
dibakukan dan dijadikan standard yang disetujui bersama. Contoh 2+2=4,
maka semua orang harus menerima dan mengakui hal itu. Kalau ada yang
menganut berbeda bisa saja, semisal 2+2=5, tapi dapat dipastikan orang
itu tidak mungkin diterima bekerja dimanapun :)

Nah sekarang kalau kita berbicara dalam membaca kitab suci. Semisal
mayoritas memaknakan suatu ayat sebagai "blakatat", karena mengikuti
metode tertentu. Kemudian ada orang yang memaknakan itu sebagai
"blukutut", karena dia memiliki penafsiran sendiri. Nah pertanyaannya
apakah hal itu bisa diterima atau tidak?

Kalau tidak bisa, apa dasarnya? Siapa yang mempunyai hak untuk
mengatakan tidak bisa?

nuwun,
si Doel

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 07.54.3414/04/07
kepada
Sjahrazad Alamsjah menuliskan:

>> Maksudnya begini bang qw, kalau dalam sains memang perlu metoda yang
>> dibakukan dan dijadikan standard yang disetujui bersama. Contoh 2+2=4,
>> maka semua orang harus menerima dan mengakui hal itu. Kalau ada yang
>> menganut berbeda bisa saja, semisal 2+2=5, tapi dapat dipastikan orang
>> itu tidak mungkin diterima bekerja dimanapun :)

ya..


>> Nah sekarang kalau kita berbicara dalam membaca kitab suci. Semisal
>> mayoritas memaknakan suatu ayat sebagai "blakatat", karena mengikuti
>> metode tertentu. Kemudian ada orang yang memaknakan itu sebagai
>> "blukutut", karena dia memiliki penafsiran sendiri. Nah pertanyaannya
>> apakah hal itu bisa diterima atau tidak?

blakatat dan blakutut bisa saja masing2 benar.. minimal ada yg
mendekati kebenaran..
dan yg mendekati kebenaran, si blakatat atau blakutut itu, kan bisa
didiskusikan...
dan hasil dari rembukan itu dapat dilihat, adakah opini blakatat itu
tidak saling tabrakan antara konteks yg satu dengan yg lainnya, begitu
juga si blakutut..

sebagai contoh :

pasal 1
budi pergi kepasar..

pasal 2
budi orang sumatera berpropesi sebagai supir bajaj

pasal 3
di pasar budi membeli minyak

pasal 4
budi kembali narik bajaj setelah membeli minyak

nah.. dari membaca kalimat ini ada 2 orang yg mempunyai 2 metode..

jika yg dipertanyakan yg dimaksud minyak ini paah ??
minyak sayur/minyak tanah utk memasak atau bensin/bahan bakar ??

si metode 1 mengatakan bahan utk memasaka sebab belinya dipasar..

si metode 2 mengatakan minyak ini adalah bahan bakar..
dengan asumsi, budi orang sumatera, orang sumatera kerapkali
mengatakan bahan bakar seperti bensin dgn perkataan minyak, dan bisa
saja di pasar itu ada kios bensin.. maka yg dibelinya adalah bensin..

nah ada kemungkinan si metode ke2 ini yg benar.. karena asumsinya
lebih mendekati.. dibanding metode 1 yg cumak menafsirkan berdasarkan
pasar saja...

demikian contohnya.. mungkin dapat menedekati..

maksud saya dari penjelasan diatas adalah, setiap metode dapat dicari
siapa yg lebih dekat penafsirannya dengan argumen masing2..

>> Kalau tidak bisa, apa dasarnya? Siapa yang mempunyai hak untuk
>> mengatakan tidak bisa?

kembali ke laptop...
setiap metode boleh digunakan, selama metode tsb bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya..

misalnya ada seorang penafsir ... silahkan saja belio mengemukakan
tafsirannya.. tapinya tafsiran tsb harus dipertanggungjawabkan kalo
mau dijadikan opini publik atau umat, kalo sebagai individu saja yah
monggo... itu hak belio..

tapi kalo sudah diajarkan ke orang lain, ini harus di-uji
kebenarannya... paling tidak perkataan dari tafsirnya tidak kacau
balau atau bertabrakan atau kontradiksi dari satu kalimat dengan
kalimat yg lain..

mudah2an penjelasan saya tidak muter2 ya bang..
silahkan menanggapi..

demikian
wasalam
qw

Qijan ™

belum dibaca,
14 Apr 2007, 07.57.5314/04/07
kepada
On Apr 14, 5:52 pm, Sjahrazad Alamsjah <sjahra...@bataviamall.com>
wrote:

> Tetapi ini juga membuat orang lain yang tidak punya waktu banyak dalam
> segala metoda itu merasa begitu sukarnya untuk membaca kitab suci. Jadi
> yang ingin diangkat disini, apakah memang begitu membaca kitab suci itu
> sedemikian susahnya? Bukankah itu hanya buku yang berisikan bacaan
> seperti buku pada umumnya?
>

ikilah kesalahan penapsiran-é si doel , meskipoen iku boekoe dicetak
oléh percétakan kanisius , tetapi nggak tahu kenapa , malah lebih suci
dari orang nyang sedang sujud pada tuhannya.
di masjid al haram , orang nyang sedang sujud sama tuhannya , tidak
ada mazalah dilangkahin sama orang laèn , tetapi jangan harap untuk
melangkahi iku boekoe.

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.03.0514/04/07
kepada
Qijan ™ menuliskan:

>>tetapi jangan harap untuk melangkahi iku boekoe.

ini inpormasi dari tukang jamu sebelah yah boss ??

ente dah nyoba belon.. lankahin orang yg lagi sujud sakperti ente lagi
maen lompat tali atau kuda2an ??
kalo perlu iku kepala orang nyang lagi solat di langkahin.. :-)

Qijan ™

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.08.0414/04/07
kepada

coba pikiran beningnya dipaké , inza ilah akan melihat nyang
sebenarnya.
dalam kurung , tentu dèngen ban-nyonya khadamnya.

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.09.0014/04/07
kepada
qw wrote:
>
> kembali ke laptop...
> setiap metode boleh digunakan, selama metode tsb bisa
> dipertanggungjawabkan kebenarannya..
>
> misalnya ada seorang penafsir ... silahkan saja belio mengemukakan
> tafsirannya.. tapinya tafsiran tsb harus dipertanggungjawabkan kalo
> mau dijadikan opini publik atau umat, kalo sebagai individu saja yah
> monggo... itu hak belio..
>

Ini menarik :) Pertanggungan jawab kebenaran ini kepada siapa, kemana?

Semisal si Doel membaca salah satu ayat AL Quran atau Bible dan si Doel
punya penafsiran sendiri tentang ayat ayat itu. Pertanyaannya kepada
siapa si Doel harus mempertanggung jawabkan penafsiran ini?

> tapi kalo sudah diajarkan ke orang lain, ini harus di-uji
> kebenarannya... paling tidak perkataan dari tafsirnya tidak kacau
> balau atau bertabrakan atau kontradiksi dari satu kalimat dengan
> kalimat yg lain..
>

Yang berhak menguji kebenaran suatu tafsiran itu siapa?

> mudah2an penjelasan saya tidak muter2 ya bang..
> silahkan menanggapi..
>

ndak bang, ndak muter muter :)

nuwun,
si Doel

Qijan ™

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.13.0314/04/07
kepada
On Apr 14, 7:03 pm, "qw" <qwis...@yahoo.com.sg> wrote:

éh jadi inget dagelan-é gus dur , jangan coba2 getok iku bokong bakul
jamoe , tetapi kalo énté getok palénya , ketiwi iku bakoel jamoe.

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.13.5814/04/07
kepada

bang qw, waktu si Doel dulu naik haji, kepalanya si Doel memang hampir
diinjak oleh orang orang yang desak desakan. Disana memang dorong
dorongan, banyak orang yang keinjak injak.

nuwun,
si Doel

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.20.3714/04/07
kepada
Sjahrazad Alamsjah menuliskan:

> Ini menarik :) Pertanggungan jawab kebenaran ini kepada siapa, kemana?

kepada publik...
pertanggungjawaban ini bukan seperti sidang, melainkan argumen dari
hasil tafsiran tsb juga harus disampaikan kebenarannya..
misalnya kalo bang doel mengatakan yesus tidak mati disalib, bah
silahkan gunakan argumen dari hasil penfsiran tsb.. jika tidak kacau,
maka dapat diterima, kalo tidak itu namanya tidak dapat
dipertanggungjawabkan


>> Semisal si Doel membaca salah satu ayat AL Quran atau Bible dan si Doel
>> punya penafsiran sendiri tentang ayat ayat itu. Pertanyaannya kepada
>> siapa si Doel harus mempertanggung jawabkan penafsiran ini?

balik lagi..
utk pribadi atau utk iajarkan ke orang lain ??
kalo pribadi.. yah mongoo..
kalo utk diajarkan ke orang lain, yah kudud dipertanggungjawabkan/
ditunjukkan kebenaran penafsiran tsb kepada orang yg diajarkan..


>> Yang berhak menguji kebenaran suatu tafsiran itu siapa?

setiap orang termasuk publik...

>> bang qw, waktu si Doel dulu naik haji, kepalanya si Doel memang hampir
>> diinjak oleh orang orang yang desak desakan. Disana memang dorong
>> dorongan, banyak orang yang keinjak injak.

sengaja ndak ??
kao gak sengaja karena keramai-an yah bagi saya ndak apa2..
itu yg mau saya jelasin thd (melangkahi) AlQuran ??
kalo disengaja apalagi, bermaksud menghina.. yah wajar donk yg di-
injak kepala'e marah ??

wasalam
qw

Qijan ™

belum dibaca,
14 Apr 2007, 08.24.0814/04/07
kepada

si doel harap ngalah terhadap nyang baroe bisa baca kitab.

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 09.36.2414/04/07
kepada
qw wrote:
> Sjahrazad Alamsjah menuliskan:
>> Ini menarik :) Pertanggungan jawab kebenaran ini kepada siapa, kemana?
>
> kepada publik...

Waduh, publik? Publik yang mana? Bukankah isi kepala publik itu ada
seribu satu macam pandangan?

> pertanggungjawaban ini bukan seperti sidang, melainkan argumen dari
> hasil tafsiran tsb juga harus disampaikan kebenarannya..
> misalnya kalo bang doel mengatakan yesus tidak mati disalib, bah
> silahkan gunakan argumen dari hasil penfsiran tsb.. jika tidak kacau,
> maka dapat diterima, kalo tidak itu namanya tidak dapat
> dipertanggungjawabkan
>

Semisal kalau mau diambil contoh. Si Doel menafsirkan adam dan hawa itu
tidak seperti penafsiran yang dilakukan mayoritas penganut agama agama
Ibrahim.

Penafsiran si Doel, penciptaan pertama itu bukanlah dua orang manusia,
laki dan perempuan yang dijadikan pertama kali terus beranak pinak dalam
populasi manusia.

Dalam renungan si Doel hakikat dari ajaran itu adalah menjelaskan yang
diciptakan pertama kali adalah dua sifat yang berpasangan. Dua sifat
berpasangan ini, yang menjadikan energi kehidupan beserta wadagnya.

Jadi si Doel tidak membaca itu dalam pengertian ada surga, kemudian
tuhan bikin adam terus bikin hawa, karena makan apel terus dimarahin
dicemplungin kebumi.

Nah kalau si Doel memiliki penafsiran berbeda dengan mayoritas
penafsiran, pertanyaannya disini pertama, apakah si Doel harus
mempertanggungjawabkannya? Kedua, kepada siapa? Publik yang mana?

>
>>> Semisal si Doel membaca salah satu ayat AL Quran atau Bible dan si Doel
>>> punya penafsiran sendiri tentang ayat ayat itu. Pertanyaannya kepada
>>> siapa si Doel harus mempertanggung jawabkan penafsiran ini?
>
> balik lagi..
> utk pribadi atau utk iajarkan ke orang lain ??
> kalo pribadi.. yah mongoo..
> kalo utk diajarkan ke orang lain, yah kudud dipertanggungjawabkan/
> ditunjukkan kebenaran penafsiran tsb kepada orang yg diajarkan..
>

Kalau si Doel mengeluarkan pendapat, tidak pernah bertujuan untuk
mengajarkan kepada orang lain, tidak. Semua yang dilontarkan hanya
sekedar sharing pandangan.

>
>>> Yang berhak menguji kebenaran suatu tafsiran itu siapa?
>
> setiap orang termasuk publik...
>

Si Doel termasuk orang dan termasuk dalam publik ndak?

>>> bang qw, waktu si Doel dulu naik haji, kepalanya si Doel memang hampir
>>> diinjak oleh orang orang yang desak desakan. Disana memang dorong
>>> dorongan, banyak orang yang keinjak injak.
>
> sengaja ndak ??
> kao gak sengaja karena keramai-an yah bagi saya ndak apa2..
> itu yg mau saya jelasin thd (melangkahi) AlQuran ??
> kalo disengaja apalagi, bermaksud menghina.. yah wajar donk yg di-
> injak kepala'e marah ??
>

bang qw sudah pernah naik haji belum? Itu kalau orang orang afrika,
mereka segerombolan bergandengan tangan nabrak nabrak orang untuk
mendapatkan tempat dan memang banyak orang orang tua yang jatuh keinjak
injak. Apakah ini sengaja atau tidak sengaja? Padahal semuanya tujuannya
katanya naik haji.

nuwun,
si Doel

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 09.53.2814/04/07
kepada
Sjahrazad Alamsjah menuliskan:

>> Waduh, publik? Publik yang mana? Bukankah isi kepala publik itu ada
>> seribu satu macam pandangan?

publik yang ente jelaskan donk bang..
justru karena ada seribu macam pandangan, maka itu harus dibuktikan..


>> Semisal kalau mau diambil contoh. Si Doel menafsirkan adam dan hawa itu
>> tidak seperti penafsiran yang dilakukan mayoritas penganut agama agama
>> Ibrahim.
>> Penafsiran si Doel, penciptaan pertama itu bukanlah dua orang manusia,
>> laki dan perempuan yang dijadikan pertama kali terus beranak pinak dalam
>> populasi manusia.

lalu bagaimana awal adanya manusia ??


>> Dalam renungan si Doel hakikat dari ajaran itu adalah menjelaskan yang
>> diciptakan pertama kali adalah dua sifat yang berpasangan. Dua sifat
>> berpasangan ini, yang menjadikan energi kehidupan beserta wadagnya.
>> Jadi si Doel tidak membaca itu dalam pengertian ada surga, kemudian
>> tuhan bikin adam terus bikin hawa, karena makan apel terus dimarahin
>> dicemplungin kebumi.
>> Nah kalau si Doel memiliki penafsiran berbeda dengan mayoritas
>> penafsiran, pertanyaannya disini pertama, apakah si Doel harus
>> mempertanggungjawabkannya? Kedua, kepada siapa? Publik yang mana?

boleh2 saja..
lalu bagaiman asala muasal manusia ??

dan apakah bang doel membahasa manusia ini dalam konteks kitab suci ??
kalo dalam konteks kitab suci, boleh dikatakan tidak kuat, karena
disana dijelaskan secara gamblang bahkan dituliskan keturunana2nya
(bahwa adam dan hawa iku eksis)..

kalo konteks yg bang doel bicarakan di luar tafsir kitab suci..
silahkan saja..
dan bang doel bicara tsb bukan berdasarkan kitab suci..

>> Kalau si Doel mengeluarkan pendapat, tidak pernah bertujuan untuk
>> mengajarkan kepada orang lain, tidak. Semua yang dilontarkan hanya
>> sekedar sharing pandangan.

kao dipendem/untuk pribadi silahkan...

kalo dibicarakan kepublik, termasuk diskusi, yah sharing tsb harus
mempunyai landasan yg kuat.. ini menurut saya..
sebab aneh juga, kalo saya mengatakan (ini yg mudah) 1+1 =3.. tapi
tanpa mengeluarkan argumen yg melatarbelakangi kenapa 1+1=3

>> Si Doel termasuk orang dan termasuk dalam publik ndak?

ya.. termasuk orang dan bagian dari publik..

>> bang qw sudah pernah naik haji belum? Itu kalau orang orang afrika,
>> mereka segerombolan bergandengan tangan nabrak nabrak orang untuk
>> mendapatkan tempat dan memang banyak orang orang tua yang jatuh keinjak
>> injak. Apakah ini sengaja atau tidak sengaja? Padahal semuanya tujuannya
>> katanya naik haji.

belum.. baru umroh.. do'a kan.. saya juga kangen sama tanah haram...
karena banyak muzizat yg saya lihat disana..

cerita yg bang doel katakan itu, setau saya memang terjadi waktu
peristiwa tertentu..
tetapi waktu saya tanya, belum lama ini kepada kawan2 saya yg baru
berangkat, tahun ini mereka tidak melihat kejadian sakperti itu tuh
bang..

saya tidak tau persis, yg melatarbelakangi peristiwa injak2an itu
apah.. ataukah ada seseorang yg memang membuat suasana menjadi
berantakan.. walahualam...

demikian
wasalam
qw

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 10.55.4314/04/07
kepada
qw wrote:
> Sjahrazad Alamsjah menuliskan:
>>> Waduh, publik? Publik yang mana? Bukankah isi kepala publik itu ada
>>> seribu satu macam pandangan?
>
> publik yang ente jelaskan donk bang..
> justru karena ada seribu macam pandangan, maka itu harus dibuktikan..
>

Gimana caranya? Kan kalau kita berbicara ini bicara antara si Doel dan
bang qw bukankah begitu? Jadi kalau kita berbeda pandangan apakah si
Doel harus bertanggung jawab kepublik?

>
>
>>> Dalam renungan si Doel hakikat dari ajaran itu adalah menjelaskan yang
>>> diciptakan pertama kali adalah dua sifat yang berpasangan. Dua sifat
>>> berpasangan ini, yang menjadikan energi kehidupan beserta wadagnya.
>>> Jadi si Doel tidak membaca itu dalam pengertian ada surga, kemudian
>>> tuhan bikin adam terus bikin hawa, karena makan apel terus dimarahin
>>> dicemplungin kebumi.
>>> Nah kalau si Doel memiliki penafsiran berbeda dengan mayoritas
>>> penafsiran, pertanyaannya disini pertama, apakah si Doel harus
>>> mempertanggungjawabkannya? Kedua, kepada siapa? Publik yang mana?
>
> boleh2 saja..
> lalu bagaiman asala muasal manusia ??
>

Mungkin kita jangan melebar membicarakan ini dulu. Fokus kita adalah
kalau ada perbedaan pandangan dalam penafsiran suatu kitab suci, apakah
itu harus dipertanggung jawabkan? Kemana? dan Kenapa?

> dan apakah bang doel membahasa manusia ini dalam konteks kitab suci ??
> kalo dalam konteks kitab suci, boleh dikatakan tidak kuat, karena
> disana dijelaskan secara gamblang bahkan dituliskan keturunana2nya
> (bahwa adam dan hawa iku eksis)..
>
> kalo konteks yg bang doel bicarakan di luar tafsir kitab suci..
> silahkan saja..
> dan bang doel bicara tsb bukan berdasarkan kitab suci..
>

Yang kita bicarakan adalah cara menafsirkan kitab suci yang bisa berbeda
beda. Pertanyaannya disini bolehkan adanya suatu perbedaan dalam
menafsirkan?

Kenapa bang qw menyatakan bahwa apa yang si Doel katakan bukan
berdasarkan kitab suci? Si Doel berbicara ini atas dasar penafsiran si
Doel terhadap kitab suci yang si Doel baca.

>>> Kalau si Doel mengeluarkan pendapat, tidak pernah bertujuan untuk
>>> mengajarkan kepada orang lain, tidak. Semua yang dilontarkan hanya
>>> sekedar sharing pandangan.
>
> kao dipendem/untuk pribadi silahkan...
>
> kalo dibicarakan kepublik, termasuk diskusi, yah sharing tsb harus
> mempunyai landasan yg kuat.. ini menurut saya..
> sebab aneh juga, kalo saya mengatakan (ini yg mudah) 1+1 =3.. tapi
> tanpa mengeluarkan argumen yg melatarbelakangi kenapa 1+1=3
>

Landasan yang kuat? Siapa yang memutuskan suatu landasan itu kuat atau
lemah?

nuwun,
si Doel

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 11.08.4614/04/07
kepada
Sjahrazad Alamsjah menuliskan:

>> Gimana caranya? Kan kalau kita berbicara ini bicara antara si Doel dan
>> bang qw bukankah begitu? Jadi kalau kita berbeda pandangan apakah si
>> Doel harus bertanggung jawab kepublik?

saya ini termasuk bagian dari publik... begichu bang...

>> Mungkin kita jangan melebar membicarakan ini dulu. Fokus kita adalah
>> kalau ada perbedaan pandangan dalam penafsiran suatu kitab suci, apakah
>> itu harus dipertanggung jawabkan? Kemana? dan Kenapa?

iya.. kepada orang yg kita bicarakan...
jika bicaranya menyangkut masal, yah dijelaskan ke publik..
(ibaratnya kalo bang doel menyebarkan suatu keyakinan kepada orang
lain secara plural/jamak)


>> Yang kita bicarakan adalah cara menafsirkan kitab suci yang bisa berbeda
>> beda. Pertanyaannya disini bolehkan adanya suatu perbedaan dalam
>> menafsirkan?

beloh.. dan sah2 saja..


>> Kenapa bang qw menyatakan bahwa apa yang si Doel katakan bukan
>> berdasarkan kitab suci? Si Doel berbicara ini atas dasar penafsiran si
>> Doel terhadap kitab suci yang si Doel baca.

ayat mana ? dan kitab suci mana ?
Alkitab ??
Alkitab jelas2 mengatakan secara eksplisit adam dan hawa itu eksis dan
punya keturunan yg namanya habil dan qabil.. dst..


>> Landasan yang kuat? Siapa yang memutuskan suatu landasan itu kuat atau
>> lemah?

jika argumenya tidak beralasan..
misalnya 1+1=3..
bagimana menjelaskan ??
kalo sudah tidak jelas.. maka dikatakan landasannya tidak kuat..

demikian..
silahkan dilanjut..
qw

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
14 Apr 2007, 11.27.2714/04/07
kepada
qw wrote:
> Sjahrazad Alamsjah menuliskan:
>>> Gimana caranya? Kan kalau kita berbicara ini bicara antara si Doel dan
>>> bang qw bukankah begitu? Jadi kalau kita berbeda pandangan apakah si
>>> Doel harus bertanggung jawab kepublik?
>
> saya ini termasuk bagian dari publik... begichu bang...
>

Akhirnya terjawab juga :) Jadi kalau si Doel berbeda penafsiran dengan
bang qw maka si Doel harus mempertanggung jawabkan perbedaan ini ke bang qw?

>>> Mungkin kita jangan melebar membicarakan ini dulu. Fokus kita adalah
>>> kalau ada perbedaan pandangan dalam penafsiran suatu kitab suci, apakah
>>> itu harus dipertanggung jawabkan? Kemana? dan Kenapa?
>
> iya.. kepada orang yg kita bicarakan...

Kita sangat berbeda disini bang. Menurut si Doel setiap orang dalam hal
ajaran agama, menafsirkan kitab suci, orang itu bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, bukan kepada orang lain.

Ajaran agama, kitab suci hanya rujukan bagi individu. Bukan kelompok!
Individu bertanggung jawab atas keyakinannya sendiri. Tidak ada rumusan,
hukum, yang mengharuskan suatu pandangan agama harus bertanggung jawab
kepada orang lain.

> jika bicaranya menyangkut masal, yah dijelaskan ke publik..
> (ibaratnya kalo bang doel menyebarkan suatu keyakinan kepada orang
> lain secara plural/jamak)
>

Saat ini kita membicarakan perbedaan pandangan diantara kita berdua.
Tidak ada kaitan dengan publik.

>
>>> Kenapa bang qw menyatakan bahwa apa yang si Doel katakan bukan
>>> berdasarkan kitab suci? Si Doel berbicara ini atas dasar penafsiran si
>>> Doel terhadap kitab suci yang si Doel baca.
>
> ayat mana ? dan kitab suci mana ?
> Alkitab ??
> Alkitab jelas2 mengatakan secara eksplisit adam dan hawa itu eksis dan
> punya keturunan yg namanya habil dan qabil.. dst..
>

Tidak ada gunanya mendiskusikan perbedaan penafsiran dari cara membaca
suatu kitab suci. Seharusnya setiap individu bisa menerima setiap
perbedaan dengan tulus.

>
>>> Landasan yang kuat? Siapa yang memutuskan suatu landasan itu kuat atau
>>> lemah?
>
> jika argumenya tidak beralasan..
> misalnya 1+1=3..
> bagimana menjelaskan ??
> kalo sudah tidak jelas.. maka dikatakan landasannya tidak kuat..
>

Pertanyaannya tetap. Siapa yang memiliki hak untuk memutuskan suatu
landasan penafsiran itu kuat atau lemah? Siapa yang mempunyai hak untuk
memutuskan suatu penafsiran kitab suci itu salah atau benar?

nuwun,
si Doel

qw

belum dibaca,
14 Apr 2007, 11.42.0014/04/07
kepada
Sjahrazad Alamsjah menuliskan:

>> Akhirnya terjawab juga :) Jadi kalau si Doel berbeda penafsiran dengan
>> bang qw maka si Doel harus mempertanggung jawabkan perbedaan ini ke bang qw?

ya..
begitupula dengan saya..
jika saya punya tafsir ajaran islam, maka ketika sayanyah diskusi dgn
bang doel, saya harus mempertanggungjawabkan argumen sayanyah..


>> Kita sangat berbeda disini bang. Menurut si Doel setiap orang dalam hal
>> ajaran agama, menafsirkan kitab suci, orang itu bertanggung jawab
>> terhadap dirinya sendiri, bukan kepada orang lain.

selama tidak bicara dgn orang lain, yah tdk perlu tanggung jawab
kepada orang lain..
simpel kan ??


>> Ajaran agama, kitab suci hanya rujukan bagi individu. Bukan kelompok!
>> Individu bertanggung jawab atas keyakinannya sendiri. Tidak ada rumusan,
> >hukum, yang mengharuskan suatu pandangan agama harus bertanggung jawab
> >kepada orang lain.

kembali ke jawaban saya diatas...


>> Saat ini kita membicarakan perbedaan pandangan diantara kita berdua.
>> Tidak ada kaitan dengan publik.

saya termasuk bagian dari publik..
begipula bang doel, bagian dari publik..
jika saya menjelaskan pandangan saya, saya harus
mempertanggungjawabkan apa2 yg saya jelaskan atau ajarkan..


>> Tidak ada gunanya mendiskusikan perbedaan penafsiran dari cara membaca
>> suatu kitab suci. Seharusnya setiap individu bisa menerima setiap
>> perbedaan dengan tulus.

oke.. kita skip yg ini (mengenai adam dan hawa)...

>> Pertanyaannya tetap. Siapa yang memiliki hak untuk memutuskan suatu
>> landasan penafsiran itu kuat atau lemah? Siapa yang mempunyai hak untuk
>> memutuskan suatu penafsiran kitab suci itu salah atau benar?

pembuktian dari kata2 atau argumennya..
apakah pembuktian itu ?
yaitu tidak adanya kekacauan atau ketidak konsistenannya thd tafsir
ayat yg satu ke ayat yg lain (ini salah satu contohnya)..

wasalam
qw

Qijan ™

belum dibaca,
14 Apr 2007, 21.33.3614/04/07
kepada

wajah Muhammad sangat berwibawa, layaknya seorang pemimpin bangsa Arab
dan sangat kharismatik.. tetapi dari matanya penuh kedamaian..

pigimana énté bisa menapsirkan suwatu ayat nyang tidak bolé memberikan
gambaran mengenai blionya dèngen sedemikian loeasnya ?

qw

belum dibaca,
15 Apr 2007, 01.34.4015/04/07
kepada
Qijan ™ menuliskan:

>> pigimana énté bisa menapsirkan suwatu ayat nyang tidak bolé memberikan
>> gambaran mengenai blionya dèngen sedemikian loeasnya ?

berhubung di ng ini banyak yg ndak rela lagi ane meninpormasikan dari
kalangan si n'jin.. maka kasus ditutup..
anggap saja tidak ada..
lagipula dari awal memang ane sudah katakan inpo dari si n'jin ini pun
hanya sebagai inpormasi pribadi ane saja dulu.. dari kalangan keluarga
dan rekan2 terdekat saja banyak yg tidak tau.. apalagi di ng ini yg
belon apa2 sudah di prejudice.. yah tanya saja samak yg prejudice,
siapa tau belio lebih tau..
atau si boss silahkan bertanya kepada si mbill melalui bibble
codenya... :-).. he..he..he..

lagipula kalo dipikir2 emang ndak ada untungnya bagi sayanyah utk
memberikan inpormasi.. khususnya inpo ini (walopun belum 100% benar
kalo sekedar inpo saja)... apalagi sampe bersusah payah utk men-scan
atau menjelaskan.. lahhh apa untungnya boss ???
sebab banyak loh boss orang yg tidak bisa berterima kasih.. kalo
dikasih inpo ajah malah dianyah yg protes.. kalo dianyah lebih tau mah
gak apa2, tapi kalo cuma berdasarkan iri saja yah susah...
he..he..he..

loh kok dadi nngalor-ngidul.. :-)
demikianlah lah bos.. kasusnya ditutup saja yah... biar gak matek
penasaran..anggap saja saya tidak pernah menginpormasikannya... toh
kalo rezeki dan jodoh, situnya bisa mengerti/tau juga.. apalagi kalo
sampe ketinggalan celana di dalem kabah.. tentunya si boss punyak
keamampuan utk hal ini..he..he..he.

dös-Q

belum dibaca,
15 Apr 2007, 01.40.2615/04/07
kepada

yooo wesssssssssssss , qiwé mlintir.
dalam kurung , ané sudah pernah tanya pak katua , disini kasus tidak
bisa ditutup jéé.

darion

belum dibaca,
16 Apr 2007, 12.25.2616/04/07
kepada
On 14 apr, 11:24, "donie" <donien...@yahoo.com> wrote:


> > Hal nyang kliatan-é slalu dilakuken kang
> > Donie kalu ngintip-ngintip Qur'an atawa buah pikiran kang Roro
> > Jongrang nyang soka ngutip-ngutip dariwww.answering-islam.com.
>
> Iya, semua juga tergantng ama "tujuan."

Stujuuuuuu........
Orang Muslim mbaca Qiur'an dèngen tujuan buwat mangerti dan ngambil
manpa'at dari ajaran Qur'an iku. Orang nggak soka Islam mbaca Qur'an
buwat nyari-nyari kasala-an dan hal-hal nyang bisah disalah gunaken
buwat membenarken pikiran-é nyagn klèru.

> Wong tujuan saya, khusus
> mbaca quran, ga sama dengan tujuan dimas Darion.

baca kombali jawaban sayanyah.

> Wong memang asal
> muasal kenapa saya 'mempelajari' islam itu karena melihat yang rada
> aneh2 yang dilakukan pengikut e atas nama islam.

Orang nggak ngarti banyak ngliat hal nyang dianyah anggep aneh2.
Iku kitanyah samowa dah tau loh.

> Wuong, NG ini adalah
> forum bebas mo nanya lebih lanjut kenape sampe begitu...... iya
> terserah.. karena saya ga meditasi, mbersihkan jiwa dan pikiran, ga mo
> nanggepin iya itu kebebasan dimas dekaka juga....

mbaca buku soci tanpo membersihken jiwa dan pikiran, memang nggak
bakalan ngarti lamtaran pikiran-é tetep kotor, nggak dibersi-in.
Iku kitanyah samowa dah tau.

> > > terimakasih sebelonnya...
>
> > > wasalam
> > > qw

David G.

belum dibaca,
17 Apr 2007, 20.49.2817/04/07
kepada
Sjahrazad Alamsjah wrote:

> Si Doel memiliki pemaknaan yang tidak sama dengan itu. Disini bukan
> masalah apakah yang si Doel maknakan itu salah atawa benar. Melainkan
> bolehkah seseorang menterjemahkan nya menurut apa yang ia fikirkan, atau
> setiap pemaknaan harus tunduk dan patuh kepada metoda dan ajaran tertentu?
>
> Kalau tidak boleh, pertanyaannya siapa yang berhak mengatur itu?
> Pendeta, kiai, guru agama atau siapa?
>
> nuwun,
> si Doel

Banyak orang percaya bahwa seseorang harus diberi kebebasan sepenuhnya
untuk membaca kitab suci secara pribadi dengan caranya sendiri. Tentu
saja orang bebas membaca apa saja, kapan saja, dengan cara apa saja.
Tidak ada hukum yang melarang.

Kemudian orang juga percaya, bahwa setiap penafsiran secara pribadi
harus dihormati. Sekali lagi: tentu saja orang bebas menafsirkan apa
saja, kapan saja, dengan cara apa saja.

Selanjutnya orang percaya bahwa orang bebas meyakini penafsirannya
secara pribadi itu sebagai benar. Tentu saja orang bebas mempercayai apa
saja sebagai kebenaran. Jika anda membaca kitab suci dan percaya pada
Sang Dewa yang berwujud Gajah Terbang, maka itu adalah hak azazi anda!

Tetapi apakah apa yang anda percayai sebagai kebenaran itu memang
sungguh-sungguh kebenaran? Apakah penafsiran anda terhadap suatu ayat
memang sesuai dengan apa yang dimaksud ayat itu ketika pertama kali
ditulis (atau diturunkan)? Apakah penafsiran anda itu sesuai dengan
pesan Tuhan? Bagaimana anda membedakan antara maksud sesungguhnya dari
suatu bacaan dengan pendapat anda sendiri?

Contoh: Nelson H. Barbour meramalkan (berdasarkan tafsirannya terhadap
kitab suci) bahwa Yesus akan datang ke dunia pada tahun 1873. Ketika
tidak terjadi apa-apa pada tahun itu, Barbour merevisi tafsirannya, dan
mengatakan bahwa Yesus akan datang ke dunia pada tahun 1874. Tentu saja
ramalannya tidak terjadi. Beliau kemudian mengubah tafsirannya, dan
mengatakan bahwa Yesus telah datang secara diam-diam pada tahun 1874.
Selanjutnya, beliau meramalkan bahwa akhir jaman akan terjadi pada tahun
1914 (sekali lagi, berdasarkan tafsiran beliau atas kitab suci).

Contoh lain: Charles Taze Russell pada tahun 1882 menafsirkan kitab suci
dan sampai pada kesimpulan bahwa Trinitas adalah kekeliruan. Beliau
lantas mendirikan aliran kristen tersendiri, yang dikenal sebagai
"Jehovah Witness".

Banyak sekali sekte-sekte dan sempalan yang tercipta akibat penfasiran
individual terhadap kitab suci. Tentu saja ini semua adalah hak azazi
manusia, tidak ada yang bisa melarang.

Namun segala sesuatu ada batasnya. Apa jadinya ketika sekte-sekte itu
mulai melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya: brainwashing, teror,
tindak kekerasan, bahkan bunuh diri massal? Apakah kita masih ngotot
mengatakan bahwa itu semua adalah hak azazi manusia? Bagaimana pula
tindak penyerangan dan kekerasan terhadap aliran agama lain, dengan
alasan bahwa itu adalah perintah yang tertulis di kitab suci? Siapa yang
bertanggung jawab atas penafsiran kitab suci yang diterjemahkan menjadi
tindakan-tindakan berbahaya?


salam
dg

Sjahrazad Alamsjah

belum dibaca,
17 Apr 2007, 06.15.5617/04/07
kepada
David G. wrote:
>
> Banyak orang percaya bahwa seseorang harus diberi kebebasan sepenuhnya
> untuk membaca kitab suci secara pribadi dengan caranya sendiri. Tentu
> saja orang bebas membaca apa saja, kapan saja, dengan cara apa saja.
> Tidak ada hukum yang melarang.
>

Ini bukan masalah percaya atau tidak. Pertanyaannya disini apakah
kebebasan ini daapt diterima sebagai hak azasi manusia atau tidak?

Bagi si Doel ini masuk sebagai hak azasi manusia.

> Kemudian orang juga percaya, bahwa setiap penafsiran secara pribadi
> harus dihormati. Sekali lagi: tentu saja orang bebas menafsirkan apa
> saja, kapan saja, dengan cara apa saja.
>
> Selanjutnya orang percaya bahwa orang bebas meyakini penafsirannya
> secara pribadi itu sebagai benar. Tentu saja orang bebas mempercayai apa
> saja sebagai kebenaran. Jika anda membaca kitab suci dan percaya pada
> Sang Dewa yang berwujud Gajah Terbang, maka itu adalah hak azazi anda!
>
> Tetapi apakah apa yang anda percayai sebagai kebenaran itu memang
> sungguh-sungguh kebenaran? Apakah penafsiran anda terhadap suatu ayat
> memang sesuai dengan apa yang dimaksud ayat itu ketika pertama kali
> ditulis (atau diturunkan)? Apakah penafsiran anda itu sesuai dengan
> pesan Tuhan? Bagaimana anda membedakan antara maksud sesungguhnya dari
> suatu bacaan dengan pendapat anda sendiri?
>

Pertanyaan ini yang menarik :) Karena begitu masuk kedalam hal hal yang
berkait dengan ajaran kitab suci, spiritual adakah definisi Kebenaran
yang Absolut disini? Bukankah setiap manusia itu berjalan dalam
pemahaman Kebenaran Relatif didalam dirinya?

> Contoh: Nelson H. Barbour meramalkan (berdasarkan tafsirannya terhadap
> kitab suci) bahwa Yesus akan datang ke dunia pada tahun 1873. Ketika
> tidak terjadi apa-apa pada tahun itu, Barbour merevisi tafsirannya, dan
> mengatakan bahwa Yesus akan datang ke dunia pada tahun 1874. Tentu saja
> ramalannya tidak terjadi. Beliau kemudian mengubah tafsirannya, dan
> mengatakan bahwa Yesus telah datang secara diam-diam pada tahun 1874.
> Selanjutnya, beliau meramalkan bahwa akhir jaman akan terjadi pada tahun
> 1914 (sekali lagi, berdasarkan tafsiran beliau atas kitab suci).
>

Tidak ada masalah dengan Nelson yang meramal. Tergantung kepada orang
lain bebas memilih, mau percaya dengan ramalannya atau tidak.

> Contoh lain: Charles Taze Russell pada tahun 1882 menafsirkan kitab suci
> dan sampai pada kesimpulan bahwa Trinitas adalah kekeliruan. Beliau
> lantas mendirikan aliran kristen tersendiri, yang dikenal sebagai
> "Jehovah Witness".
>

Adakah yang salah dengan penafsiran ini?

> Banyak sekali sekte-sekte dan sempalan yang tercipta akibat penfasiran
> individual terhadap kitab suci. Tentu saja ini semua adalah hak azazi
> manusia, tidak ada yang bisa melarang.
>

Bukan saja tidak ada yang bisa melarang, juga tidak ada yang perlu untuk
menyalahkan suatu penafsiran yang berbeda dengan penafsiran lain.

> Namun segala sesuatu ada batasnya. Apa jadinya ketika sekte-sekte itu
> mulai melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya: brainwashing, teror,
> tindak kekerasan, bahkan bunuh diri massal? Apakah kita masih ngotot
> mengatakan bahwa itu semua adalah hak azazi manusia? Bagaimana pula
> tindak penyerangan dan kekerasan terhadap aliran agama lain, dengan
> alasan bahwa itu adalah perintah yang tertulis di kitab suci? Siapa yang
> bertanggung jawab atas penafsiran kitab suci yang diterjemahkan menjadi
> tindakan-tindakan berbahaya?
>

Apakah dengan ada batasnya itu, tindakan tindakan berbahaya dapat
dihindarkan? Menurut si Doel timbulnya tindakan berbahaya tidaklah
diakibatkan oleh kebebasan menafsirkan kitab suci oleh individu.
Melainkan justru pemanfaatan dari individu yang mampu mempengaruhi
kelompok yang mengkultus individukan tokoh atau memberhalakan kitab
suci, dan memberhalakan agama. Dimana agama dijadikan dogma atau doktrin
kelompok, maka disanalah peluang untuk menyalahgunakan penafsiran
menjadi penafsiran tertentu.

nuwun,
si Doel


darion

belum dibaca,
13 Apr 2007, 15.18.1713/04/07
kepada
On 13 apr, 17:36, "qw" <qwis...@yahoo.com.sg> wrote:
> darion menuliskan:
>
> >> laaah ... mulakno kuwi. akal lempeng kudu miturut panilaèan obyektip.
> >> kalu ada nyang mrasa nggak lempeng lantas mrasa lempeng. yah ... nama-
> >> é mrasa.samowa prasa-an iku subyektip. jadi nggak bisa dipaké loh.
> >> akal lempeng miturut nilaè objektip adalah akal nyang jalan-é sasuéi
> >> realita.
> >> Realita iku obyektip loh. Kalu mao paké barometer, misal-é bisa
> >> dipriksa paké aturan logika.
> >> Logika idup (logika organik) bisa nunjukken mana pikiran lempeng, mana
> >> pikiran nggak lempeng.
>
> masupan situnya sudah saya renungi..
> sebagian besar sayanyah setuju.. sebab keimanan kitanya tidak banyak
> berbeda..
> tetapi sayanyah akan gunakan metode ini dengan cara berpikir uwong
> lain yg berbeda iman..
> disininya saya akan kaji dan buktikan lebih lanjut..
> btw, terimakasih atas masukannya...
>
> >> Laaah ... solat iku jugah meditasi. Kalu nggak bermeditasi, nilaè
> >> sembayang-é jadi sanget kurang loh.
> >> Dzikir jugah.
>
> nah.. ini menarik mas darion..
> coba.. sayanyah pengen tau menurut mas darion pengertian meditasi iku
> apah ?
> apakah ke-kusyuan ?? atawa yg lainnya ?

bener. khusyuk. konsentrasi sakowat-é, pusatken pikiran pada upaya
untuk bener-bener berkomunikasi dèngen Tuhan, bersiken jiwa dan raga
scara total, usahaken ilangken sgala ègo, bayang-bayang dan rencana-
rencana dalem ka-idupan inih. iku nama-é meditasi. Solat adalah cara
meditasi terbaèk miturut pendapet sayanyah. Tapi meditasi nggak slalu
kudu berbentuk solat. Nginget-nginget Tuhan ajah iku miturut sayanyah
dah bermeditasi.

>
> terimakasih sebelonnya...

sami-sami.

>
> wasalam
> qw


0 pesan baru