Vitamin B12, dari Dr Gina Shaw, bagian 1

40 views
Skip to first unread message

light 99

unread,
Feb 23, 2012, 9:06:22 PM2/23/12
to segarbugars...@googlegroups.com

Vitamin B12, 3a0)

(dalam serial “Bagaimana Cara Terbaik Mengatasi Kebutuhan Nutrisi”)

 

disadur dariThe Vitamin B12 Issue” oleh Dr Gina Shaw, D.Sc, M.A., Dip NH, AIYS (Dip. Irid.).

Dr. Gina adalah konsultan Kesehatan dan Nutrisi serta seorang Doktor dalam Complementary Medicine, ahli indiologi dan penasihat perencanaan puasa dan detoks. Ia banyak membantu orang sembuh dari penyakit plethora yang akut dan berbagai penyakit kronis serta muncul pada majalah The Times atas keberhasilannya menyembuhkan seorang penderita Ulcerative Colitis. Gina juga sering memberikan ceramah dan kuliah di negaranya. Dia juga pengarang beberapa buku kesehatan  dan menawarkan jasa pengarahan serta retreat puasa dan detoksifikasi di UK dan di Eropa.

http://www.living-foods.com/articles/b12issue.html


Vitamin B12 selalu menjadi kasus yang menarik untuk menyerang mereka yang melakukan pola makan vegan (tanpa produk hewani sama sekali) dan pola makan segar. Perusahan-perusahan suplemen membuat banyak orang lari menuju ke toko-toko obat sebagai langkah agar terbebas dari defisiensi. Sejumlah kasus yang muncul pada tulisan ini akan digabung dengan sejumlah informasi dari berbagai macam sumber yang dapat dipercaya yang dibuat tidak berdasarkan kepentingan bisnis.


Defisiensi vitamin B12 merupakan kelainan yang serius dan ketika mereka muncul di permukaan dan terlihat,  indikasi sering sudah menjadi begitu parah. Lemah, pucat, anoreksia, bingung, delusi, paranoia, penurunan berat badan, masalah pernafasan dst hanyalah merupakan beberapa indikasi yang menunjukkan seseorang mungkin menderita defisiensi B12. Menurut Gina, penyakit ME (catatan : sindrom kelelahan kronis1)) sering sekali merupakan defisiensi B12. Jika ingin tahu apakah mungkin kita menderita defisiensi B12, alangkah baiknya jika  kita mencari nasihat dari praktisi kesehatan (seperti Gina) yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang defisiensi B12. Gina sangat menyarankan agar kita segera bertindak untuk mengatasi masalah tersebut karena defisiensi B12 dapat menyebabkan kematian jika tidak diperhatikan.


Tahun-tahun terakhir ini, pemerintah United Kingdom berkurang perhatiannya, mereka lebih memperhatikan kebutuhan tubuh dan cenderung justru berlebihan. Sesungguhnya, Departemen Kesehatan setempat sudah mencatat bahwa sejumlah orang memiliki kadar B12 yang lebih rendah dari standar kebutuhan rata-ratanya. Dalam keseluruhan hidup seseorang diperlukan tambahan B12 sekitar 40 mg kristal merah, sekitar sepertujuh ukuran tablet aspirin!


B12 diekskresikan di dalam empedu dan secara efektif diserap kembali. Hal ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Jumlah B12 yang diekskresikan dalam empedu dapat bervariasi dari 1 hingga 10 µg sehari. Mereka yang melalukan pola makan rendah B12, termasuk para vegan dan pelaku makanan segar, mendapatkannya lebih banyak dari reabsorpsi ketimbang dari sumber makanan. Terkadang setelah lebih dari 20 tahun, masalah reabsorpsi ini baru menunjukkan indikasi terjadinya defisiensi. Sebagai perbandingan, jika defisiensi B12 itu adalah akibat kegagalan dalam penyerapan maka hanya diperlukan tiga tahun agar defisiensi itu terjadi. Karena vitamin B12 didaur ulang dalam tubuh yang sehat, pada dasarnya, internal sintesis B12 bisa memenuhi kebutuhan tubuh walaupun tanpa B12 dari makanan. Tetapi ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan kestabilan tingkat vitamin B12 dan keadaan usus kita, seperti kecukupan cobalt, kalsium dan protein dalam makanan yang kita konsumsi.


Di antara banyak kontroversi seputar vitamin B12, ada sebuah argumen yang mengatakan bahwa sekalipun Intrinsic Factor (IF) diproduksi oleh perut kita dan bahwa usus kita diketahui juga menghasilkan vitamin B12, terkadang bakteri itu baru diproduksi pada bagian usus yang terlalu bawah sehingga tubuh tak dapat menyerapnya. Argumen ini ini masih simpang siur dan pendapat tersebut dibantah oleh Dr. Vetrano2). Dr Ventrano mengatakan bahwa pendapat itu sudah dibantah dengan penelitian yang baik sejak 20 tahun yang lain dan sekarang sudah menjadi sebuah teori ilmiah yang usang. Dalam “Human Anatomy and Physiologi” oleh Marieb edisi 1999, disebutkan dengan jelas bahwa tubuh menyerap vitamin B12 melalui usus.


Banyak orang mengatakan bahwa hanya makanan yang mengandung produk hewani sajalah yang mungkin mengandung vitamin B12. Pernyataan ini tidak benar. Sesungguhnya, tak ada makanan apapun yang secara alami mengandung vitamin B12, apakah itu makanan yang berasal dari hewan ataupun yang nabati. Vitamin B12 merupakan satu-satunya vitamin yang mengandung cobalt (sehingga memiliki nama kimia cobalamin, yang berada di pusat struktur molekul). Manusia dan vertebrata memelrukan cobalt, meskipun hanya berasimilasi dalam bentuk vitamin B12.


Sintesa B12 tejadi secara alami dalam usus kecil manusia (dalam ileum), yang merupakan bagian utama penyerapan B12. Selama usus mendapatkan cobalt dan beberapa nutrisi tertentu lain, mereka akan memproduksi B12. Dr. Michael Klaper berpendapat bahwa vitamin B12 juga ada di mulut dan juga ada di usus. Lebih lanjut, Dr. Virginia Vetrano menyatakan bahwa koenzim (coensyme) vitamin B12 aktif ditemukan di mulut, sekitar gigi, dalam nasopharyns, di sekitar amandel dan tonsilar crypts, pada lipatan dasar lidah, dan di atas bronchial tree. Penyerapan koenzim B12 dapat secara alami terjadi di mulut, tenggorokan, saluran bronchial dan bahkan juga bagian atas dari usus halus, serta sepanjang semua bagian usus. Proses ini tidak melibatkan mekanisme penyerapan enzim kompleks (Intrinsic Factor) pada usus halus seperti yang diperlukan oleh cyanocobalamin. Koenzim-koenzim itu terserap secara difusi melalui membran-membran mukosa.


B12 eksternal yang masuk ke dalam tubuh harus dikombinasikan dengan enzim mucoprotein yang disebut dengan Intrinsic Factor (IF), yang biasanya dihasilkan oleh sekresi lambung. Gabungan ini harus benar-benar terasimilasi. Jika Intrinsic Factor itu mengalami gangguan atau tidak ada maka sintesa B12 tidak akan terjadi, tidak peduli berapa banyak yang sudah dimasukkan melalui makanan. Defisiensi B12 dapat disebabkan oleh antibiotika (yang berasal dari obat secara langsung maupun yang terdapat pada susu dan daging hewan), alkohol (alkohol menghancurkan hati, sehingga para peminum alkohol lebih membutuhkan B12), rokok, semua makanan yang dimasak pada temperatur tinggi atau diasapi,  dan stres.


Banyak analisa gizi pada berbagai bahan makanan yang dipahami orang sebenarnya dilakukan pada jaman dahulu dan sudah usang. Sesuai pendapat Dr. Vetrano, walaupun sebelumnya mereka tidak mampu mengukur jumlahnya, tetapi sekarang buku-buku tentang nutrisi di Ameerika Serikat menyatakan bahwa B12 terdapat pada semua makanan yang mengandung sejumlah vitamin B kompleks. Pada saat ini, teknologi modern telah mampu mengukurnya dan mendapatkan bawa terdapat B12 pada makanan yang kaya dengan B kompleks.


Dr. Vetrano tidak percaya bahwa defisiensi B12 cenderung lebih terdapat pada mereka yang tidak mengkonsumsi produk hewani, “ ini hanya penipuan bisnis belaka..” Pada dasarnya, banyak penelitian ‘yang menunjukkan terjadinya defisiensi pada para vegan’ haruslah dicermati lebih lanjut karena banyak di antara itu yang sama sekali tidak bisa membuktikan bahwa para vegan mengalami defisiensi. Kenyataannya, berlawanan dengan propaganda industri daging dan susu, para pemakan daging justru cenderung mengalami defisiensi B12 (sudah diketahui sejak tahun 1959).

 

(bersambung)

 

0) bagian 1 terdapat di:http://groups.google.com/group/segarbugarsepanjangmasa/browse_frm/thread/81f6adb42b5db02a#                                         

   bagian 2 terdapat di : http://groups.google.com/group/segarbugarsepanjangmasa/browse_frm/thread/88e26d712d05b0bb#

  bagian 3 terdapat di: http://groups.google.com/group/segarbugarsepanjangmasa/browse_thread/thread/299c6a675d72f2d9#

1) Sindrom kelelahan kronis atauchronic fatigue syndrome (CFS) atau myalgic encephalomyelitis (ME) menyerang jutaan penduduk dunia. Penyakit ini membuat seseorang mengalami kelelahan fisik yang teramat sangat. Walaupun di Indonesia penyakit ini belum banyak ditemui tetapi di Amerika Serikat terdapat sekitar 1 hingga 4 juta penderita penyakit tersebut dan di Inggris diperkirakan terdapat sekitar 250 ribu. Menurut Kamus Perawatan, edisi ke 17 halaman 289, terjemahan dari Churchill Libingstone’s Dictionary of Nursing, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997: “penyakit myalgic encephalomyelitis (ME) membuat keadaan umum penderita jelek dan sulit didiagnosis serta dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Gejalanya sangat banyak dan mencakup keluhan tidak enak bdan serta mudah lelah, ketidakmampuan berkonsentrasi, problem digestif, gangguan daya ingat serta depresi”.

2) Dr. Virginia Vetrano, D.Sc. , mendapatkan Doctor of Science degree di Natural Hygiene from the City University of L.A, merupakan konsultan Natural Hygiene sejak tahun 1964. http://www.roylretreat.com/vetrano.html

Reply all
Reply to author
Forward
Message has been deleted
0 new messages