Meraih Kebijaksanaan dan Pesan Moral dari Tumbuhan

162 views
Skip to first unread message

light 99

unread,
May 8, 2012, 11:58:47 PM5/8/12
to segarbugars...@googlegroups.com

Meraih Kebijaksanaan dan Pesan Moral  dari Tumbuhan

Terinspirasi dari buku tulisan Victoria Boutenko, MA,

seorang pelaku dan penceramah pola makan segar internasional           yang paling terkenal di dunia saat ini karena begitu banyak membuat orang sadar dan akhirnya sembuh dari berbagai penyakit kronis seperti kanker, diabetes dan rematik tanpa bergantung pada obat dan suplemen,    

                              “Green for Life,                                                                                     The Updated Classic on Green Smoothies Nutrition”,                                                                                         Penerbit North Athlantic Books Berkeley, California,  2010.

Selama ratusan juta tahun, tumbuhan telah hidup di atas planet Bumi ini. Mereka secara mengagumkan bisa tumbuh dan mencukupi diri sendiri. Dengan bantuan matahari, tumbuhan telah tumbuh di atas tanah yang dibuatnya sendiri. Ketika mereka mati, bagian-bagiannya jatuh ke tanah dan membusuk, lalu dimakan oleh berbagai serangga, ulat, kutu, bakteri dan mikorganisme yang lain. Hebatnya dan yang membuat para peneliti terpesona, tumbuhan yang mati itu hanya dikonsumsi oleh bakteri dan jamur tertentu saja, yang hanya dapat membantunya menjadi tanah yang mengandung mineral yang berguna bagi penerusnya. Tumbuhan itu “tahu” bagaimana membangkitkan selera mikroorganisme dan cacing tanah yang diperlukannya.

Salah satu cara menarik para mikroogranisme yang dibutuhkannya itu, tanaman menambahkan gula ke dalam akarnya. Misalnya, akar wortel dan akar kentang, mereka merupakan bagian yang lebih manis daripada bagian yang lain dari tanaman tersebut.

Tumbuhan dan mikroorganisme mengembangkan suatu hubungan simbiotik yang saling menguntungkan. Mereka mengembangkan mikroorganisme dan jamur tertentu untuk menghasilkan humus (suatu unsur organik tanah) yang kaya akan mineral-mineral utama yang diperlukan olehnya. Kualitas tanah menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai sumber air dan mineral bagi tanaman, tetapi juga sangat mendasar untuk mempertahankan hidup mereka. Itulah mengapa, tanaman tak pernah ditemukan terpisah dari tanah tempat mereka tumbuh.

Kualitas tanah tempat tumbuhan itu berkembang sangat berpengaruh terhadap kesehatan orang-orang dan hewan. Dan inilah mengapa tanaman organik dan yang tidak organik sangat berbeda dari nutrisi dan manfaatnya bagi kesehatan mereka yang mengkonsumsinya. Pada pertanian non-organik mereka berusaha memberi makan kepada tanaman dengan nutrisi terbatas seperti potasium, nitrogen dan phospor (NPK) semata agar tanaman cepat kelihatan besar dan tumbuh. Pada pertanian organik, mereka berusaha agar mikroorganisme di tanah berkembang dengan baik sehingga terjadi keseimbangan nutrisi di tanah dan bagi tanaman itu.

Manusia tidak bisa hidup hanya dengan beberapa unsur saja, demikian pula mikroorganisme tanah juga tak dapat dari pupuk buatan. Makin hari makin banyak mikroorganisme yang mati sehingga makin banyak pupuk buatan yang harus diberikan agar tanaman bisa tumbuh dan makin banyak pula mikroorganisme yang mati, dst dst. Ketika semua sudah mati, tanah menjadi tinggal seperti debu saja. Tak ada tanaman yang bisa tumbuh di atas debu, berapapun banyak pupuk yang diberikan kepadanya. Apakah manusia juga bisa menarik manfaat kesehatan dari tanaman yang tumbuh di tanah debu seperti itu? Tidak bukan?

Begitu harmonis, begitu kompleks dan begitu mempesona hubungan saling terkait antara tumbuhan dengan tanah dan matahari. Selama jutaan tahun, pada planet yang sama, kerja sama itu menghasilkan tumbuhan, orang dan hewan dengan hubungan simbiotik yang sangat kuat. Tumbuhan tentu tidak keberatan jika manusia dan hewan makan buahnya karena dengan demikian juga membantu mereka menyebarkan bijinya demi perkembangan generasi berikutnya.

Demi perkembangan generasi berikutnya pula, tumbuhan menciptakan situasi atau keadaan yang mendukungnya. Karena itu pulalah, hampir semua buah selalu berbentuk bulat, yaitu agar bisa menyebar dengan menggelinding jauh untuk memulai kehidupan baru. Dengan alasan yang sama pula, tumbuhan telah belajar bagaimana membuat buahnya penuh warna, bernutrisi dan membangkitkan selera bagi mereka (yang diperlukan tumbuhan) sehingga yang mengkonsumsinya juga mendapatkan manfaat dan akan kembali melakukannya lagi. Semua buah akan habis termakan, bijinya akan menyebar ke mana-mana. Strategi mereka berhasil dan berjalan dengan baik. Hebat ya?

Kita mengetahui tentang kopi luwak bukan? Hanya buah yang sudah matang yang bijinya siap untuk tumbuh dengan baik. Hanya buah kopi yang benar-benar matang saja pulalah yang dagingnya manis dan membangkitkan selera ‘musang luwak’ (luwak). Strategi ini berhasil, luwak hanya memilih buah kopi yang benar-benar sudah masak. Luwak mencerna buah kopi dan membuang kotorannya jauh dari tanaman induknya sehingga biji kopi itu tersebar ke mana-mana dengan dilumuri oleh “pupuk organik” yang bagus yang berasal dari kotoran luwak. Biji kopi memulai pertumbuhannya dengan sempurna. Strategi mereka berhasil.

Tapi, sayang sekali manusia justru merusak keseimbangan dan ekosistem ini, mereka membiakkan luwak, membiarkan luwak kelaparan, memaksa luwak makan buah kopi saja tanpa peduli yang sudah matang atau belum, mengambil kotoran luwak dan memisahkan kotoran dan kopi itu lalu menjual biji kopi yang berasal dari kotoran itu dengan harga sangat mahal. Menjijikkan! Manusia juga akan mengkonsumsi daging luwak yang sudah sekarat dan hampir mati itu. Mengerikan!

Jika saja buah tidak membangkitkan selera, tidak memiliki warna menarik dan tidak merebakkan kesegaran maka tidak akan ada manusia dan hewan yang menyentuhnya dan biji itu tidak menyebar dan hanya akan terjatuh di sekitarnya saja.

Sejumlah ahli biologi dari Rusia menemukan bahwa jika sebuah pohon akan mati, ia akan berjuang sepenuhnya menggunakan sisa-sisa kekuatannya untuk menghasilkan biji pada saat-saat terakhir kehidupannya, yaitu sebagai perayaan pesta perpisahan terakhir pada akhir hayatnya. Manusia sering memanfaatkan fenomena ini untuk mendapatkan dengan cepat buah atau biji yang mereka inginkan dari tanaman yang mereka budidayakan. Mereka menyiksa tanaman yang tumbuh rindang demi kepentingan mereka. Benarkah manusia merupakan makhluk yang bermoral?

Berbeda dengan contoh-contoh di atas, jika perkembangan generasi berikutnya tidak diperhatikan, tumbuhan tidak akan termotivasi untuk menghasilkan buah yang baik. Biji yang dihasilkannya akan menjadi mandul dan tidak dapat ditanam lagi atau hanya menghasilkan generasi atau tumbuhan berikutnya yang buruk dan tidak sehat. Semangka dan tomat tak berbiji tak akan memiliki nutrisi yang baik karena mereka didapatkan dari tumbuhan yang putus asa dan tidak punya motivasi apa-apa untuk membuat buah. Jadi, pilihlah yang organik dan yang berbiji. Setuju?

Bagaimana dengan batang dan akarnya? Apakah tumbuhan ingin manusia dan hewan mengkonsumsinya? Tidak. Itulah mengapa akar tersembunyi di dalam tanah. Akar adalah untuk mikroorganisme di dalam tanah. Batang selalu keras dan pahit.

Bagaimana dengan dedaunan hijau? Tumbuhan ‘membolehkan’ manusia dan hewan makan semua buah matangnya, dan sebagian daunnya, jangan semua, yaitu karena tumbuhan juga memerlukan daun untuk kehidupannya, yang berguna untuk memproduksi klorofil.

Inline image 1Kehidupan tumbuhan sangat tergantung pada makhluk hidup yang bergerak dengan berbagai alasan, untuk penyerbukan, pemupukan tanah, tempat bergantung dan menolong mereka menyebarkan biji dari buah yang sudah matang. Untuk keperluan ini, tumbuhan mengakumulasikan begitu banyak unsur nutrisi pada daun tetapi mereka juga membuat sedikit rasa pahit, rasa kurang sedap (langu) dan alkaloid yang beracun. Keadaan ini memaksa manusia dan hewan untuk tidak menghabiskan semua daunnya, mereka lalu juga terpaksa mengkonsumsinya secara bervariasi. Hewan liar akan makan sebagian kecil dari suatu tumbuhan lalu pindah ke tumbuhan lain pada hari yang sama. Tubuhnya akan dapat mengeliminasi sedikit racun pada dedaunan dan bisa mendapatkan semua kebaikannya.

Dan itulah mengapa juga, pelaku diet pada tahapan yang lebih maju, setelah melakukan pola makan segar dalam waktu yang memadai, setelah tubuh mencapai keadaan prima, mereka hanya makan buah segar matang saja dan mereka dikenal dengan nama fruitarian*. Mereka tidak akan memetik buah sebelum matang lalu mendiamkannya biar menjadi matang dengan sendirinya. Mereka hanya mengambil buah yang jatuh atau yang benar-benar matang. Mereka tidak mau menyakiti tumbuhan tersebut.

Ternyata, begitu banyak cara yang dilakukan tumbuhan untuk bisa bertahan hidup. Pesan moral demi kesehatan dan keharmonisan alam semesta juga terus disampaikan oleh tumbuhan. Walaupun simbiose manusia, hewan dan tumbuhan telah berkembang sejak jutaan tahun yang lalu dan manusia juga telah menghancurkannya dalam beberapa dekade saja, kita masih dapat memperbaiki hubungan baik dengan alam itu lagi. Marilah  kita kembali ke alam dengan mulai mengatur pola hidup dan pola makan kita untuk mencapai keharmonisan itu. Mau kan?

Semoga makin bahagia!

 

* tidak dianjurkan langsung melakukan pola makan fruitarian sebelum melewati tahap-tahapan yang lain, yang perlu dilakukan agar tubuh dapat bersiap menempuh kehidupan yang lebih baik.

image.png
Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages