kelebihan protein (1)

96 views
Skip to first unread message

light 99

unread,
Jul 23, 2011, 3:32:08 AM7/23/11
to segarbugars...@googlegroups.com, lovingvega...@yahoogroups.com, Vegan Loverz, vegansocietyindonesia

Kelebihan Protein


Belum lama ini sebuah artikel  di Kompas.Com menyatakan  bahwa daging ayam memicu pubertas dini. Di Amerika Serikat,  lebih dari 10% gadis di negeri itu sudah mengalami pertumbuhan dada pada usia 7 tahun. Wanita di Indonesia berhak mendapatkan KTP setelah usia 17 tahun. Usia ini dianggap menunjukkan kedewasaan atau mulai pubertas atau mulai mengalami haid pertama (menarche). Tetapi, sekarang, sangat sedikit wanita yang mengalami haid pertama di atas 17 tahun.

 

Daging, susu dan telur hewani sangat berperan dalam mempercepat pertumbuhan dan pubertas serta, sudah barang tentu, juga memicu berbagai penyakit degenarasi. Padahal pernah disebutkan bahwa daging ayam merupakan daging putih yang konon lebih baik daripada daging merah. Apakah para remaja di Amerika lebih banyak makan daging ayam ketimbang makan daging merah serta minum susu?

 

Daging ayam memang hampir menjadi makanan utama bagi anak-anak di AS dan negara modern yang lain. Begitu pula telur, susu hingga keju, itu merupakan sebuah makanan pokok melebihi hal-hal yang lain. Hampir ibu-ibu yang sedang menyusui, para lanjut usia dan mereka yang sedang tumbuh dewasa selalu risau dengan kebutuhan protein dan kalsium melebihi segalanya termasuk kesehatan mereka sendiri.

 

Padahal  hormon pertumbuhan IGF-1 yang diberikan kepada semua hewan ternak tentu juga sangat berpengaruh pada pubertas dan tingkat percepatan pertumbuhan anak. Tapi industri peternakan hanya memikirkan efisien penjualan, bagaimana bisa menjual dengan baik serta mereka mempropagandakan bahwa anak yang cepat tumbuh besar adalah anak yang sehat. Mereka tidak peduli bahwa percepatan pertumbuhan yang sedemikian hebat itu juga memicu segala pertumbuhan sel tidak normal sehingga akhirnya memicu peningkatan resiko kanker, penyakit degenerasi dan seterusnya.

 

Karena mereka mengendalikan perekonomian mulai dari sektor industri nyata dan industi maya seperti iklan dst, pengaruh mereka merambah hampir pada seluruh sektor bahkan juga ke badan keamanan pangan. Badan Kesehatan Pangan di seluruh dunia memberikan batas kemanan pangan atas sesuatu zat berdasarkan negosiasi politis antara pemerintah dan pebisnis. Dan itulah yang terjadi ...

 

Bahkan pengaruh itu juga terus menembus ke dalam ilmu kedokteran anak. Para medis lebih cenderung memperhatikan “berat badan” pada usia tertentu sebagai ukuran kesehatan anak ketimbang “ukuran kecerdasan”, “ukuran motorik” dan ukuran-ukuran yang lain Pertanyaan pertama atau pengukuran utama yang pertama kali dilakukan adalah mengukur berat badan. Apalagi sejak dipopulerkannya lagu anak yang begitu merakyat dan enak didengar ,“berat badanku kutimbang selalu ...”, semua orang tua akan menjadi jauh lebih senang merisaukan berat anaknya yang “sedikit kurang’ ketimbang harus melarang anak-anak mereka makan makanan sampah yang merusak kesehatan yang membuat gemuk dan yang tetap mendapatkan ijin oleh badan keamanan pangan untuk beredar.   Snack-snak dan berbagai makanan tetap saji yang begitu sarat dengan berbagai hal yang merusak tubuh terus beredar dengan leluasa tanpa pernah mendapat perhatian badan keamanan pangan.

 

Perkembangan berlanjut...., kepentingan industri juga mengubah paradigma orang tentang makanan. Banyak orang lalu sangat ketakutan kekurangan protein.. Mereka berpikir bahwa protein adalah sumber energi utama bagi kenikmatan seks, kebugaran tubuh, kekuatan tubuh bahkan  juga kecerdasan.

 

Selama beberapa generasi, anak sekolah dan pendidikan kesehatan diajarkan bahwa manusia memerlukan daging, susu, telur dan ikan untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh. Industi peternakan, perikanan membiayai ‘pendidikan nutrisi’ agar “daging, susu, telur dan ikan” dan “kebutuhan protein yang begitu tinggi” menjadi sebuah kebijakan gizi di mana-mana.

 

Sehingga ..., lagi-lagi, rata-rata orang AS dan masyarakat modern mengkonsumsi 100 gram protein tiap hari dan ini angka ini sudah 3 hingga 5 kali lebih besar dari kebutuhan tubuh yang sesungguhnya1,2). Walaupun protein merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tidak banyak yang tahu atau diberitahu bahwa kelebihan protein justru lebih berbahaya bagi kesehatan. Bahaya kebiasaan mengkonsumsi protein dalam jumlah yang berlebihan tidak ketahui oleh masyarakat luas karena mereka diberikan pengetahuan yang menyesatkan tentang protein demi kepentingan berbagai industri dan bisnis tersebut.

 

Mereka yang bergerak di bidang kesehatan dan gizi masih terlihat begitu lambat dan ‘tidak percaya diri’ menerima kenyataan bahwa “pendidikan nutrisi” terutama digerakkan atas pengaruh industri daging dan susu. Tetapi, berbagai fakta yang didapatkan membuat mereka terhenyak sehingga sekarang beberapa dari mereka mulai mengarahkan masyarakat untuk mengurangi produk hewani (atas alasan kolesterol, minyak jenuh, timbulnya lendir, kelebihan protein, tidak adanya serat dst) dan menyarakan masyarakat agar lebih banyak makan buah dan sayur segar.

 

Sebenarnya pengetahuan ini sudah diketahui banyak ahli kesehatan lebih dari 80 tahun yang lalu. Tetapi pengetahuan ini sangat-sangat lambat mencapai masyarakat luas. Mereka yang sudah dewasa akan selalu teringat apa yang mereka pelajari berulang-ulang (dan salah) ketika mereka sekolah tentang betapa pentingnya mendapatkan banyak protein. Di mana-mana mereka akan selalu bertanya, “dari mana saya mendapatkan protein?”.

 

Padahal berbagai penelitian tingkat dunia, baik secara teoritis maupun eksperimen, menunjukkan angka yang makin meyakinkan bahwa pemikiran tentang kebutuhan protein yang demikian tinggi adalah ketinggalan jaman dan tidak benar, dan ternyata kebutuhan tubuh atas protein adalah jauh di bawah apa yang ditanamkan di sekolah-sekolah. Para peneliti di berbagai belahan dunia secara terpisah mencapai sebuah keputusan bahwa protein yang kita perlukan adalah hanya berkisar 25 hingga 35 gram per hari2) (protein yang terdapat pada makanan mentah dapat dimanfaatkan dua kali lipat dibandingkan dengan yang matang).

 

Metabolisma kelebihan protein yang dikonsumsi di atas kebutuhan tubuh yang sesungguhnya akan menyisakan residu racun di dalam jaringan sehingga menyebabkan autotoksemia (keracunan di dalam tubuh akibat perubahan patologis jaringan tubuh itu sendiri), peningkatan keasaman tubuh dan kekurangan nutrisi, akumulasi asam urat dan purin di dalam jaringan tubuh, pembusukan di dalam usus, dan membuat berkembangnya berbagai penyakit serius seperti artritis, kerusakan ginjal, pyorrhea, schizophrenia, osteoporosis, asterioklerosis, penyakit jantung dan kanker. Pola makan dengan tinggi protein juga menyebabkan penuaan dini dan menurunkan tingkat harapan hidup2).

 

Protein yang tidak tercerna akan dieliminasi oleh ginjal dan membuat ginjal terpaksa melakukan begitu banyak pekerjaan yang sebenarnya tidak diperlukan sehingga secara berangsur akan  menimbulkan luka dan pengerasan jaringan. Di dalam kolon, sisa kelebihan protein akan membusuk menjadi zat yang beracun dan sejumlah zat beracun yang terjadi itu juga terserap ke dalam aliran darah3).

 

Diet dengan protein tinggi juga merusak ginjal dan menurunkan ketahanan tubuh terhadap pertumbuhan sel kanker dan juga meningkat perkembangan penyakit diabetes4).

 

Dalam Journal of Clinical Nutrition, Maret 1983, disebutkan bahwa  dari pengukuran pada sejumlah orang yang berusia menjelang 65 tahun terlihat bahwa jumlah para pemakan daging dan/atau susu yang menderita keropos tulang adalah 6 kali lipat dibandingkan dengan jumlah mereka yang tidak mengkonsumsi daging dan/atau susu. Pada tahun 1984, di Majalah Tribune disebutkan bahwa mereka yang tidak mengkonsumi produk hewani memiliki tulang yang jauh lebih kuat.

 

Hal itu terjadi karena para pemakan hewan menyisakan residu yang bersifat asam sehingga tubuh perlu menetralisasinya dengan mengambil kalsium dari tulang dan gigi. Sekalipun kita mengkonsumi kalsium dan protein dalam jumlah tinggi, pola makan produk hewani akan tetap membuat tulang menjadi keropos.

 

Oleh karena itu, alangkah lebih bijak menghindari kehilangan kalsium dengan mengurangi asupan protein ketimbang meningkatkan konsumsi kalsium. Seharusnya kita lebih memperhatikan kecenderungan mengkonsumsi terlalu banyak protein ketimbang tidak mendapatkan kecukupan protein. Protein merupakan nutrisi yang sangat penting tetapi begitu terlalu banyak protein, atau jika protein itu tidak bisa kita cerna, maka akan justru menciptakan berbagai masalah.

 

Dr. Ted Morter3) mengingatkan:

 

“Di dalam masyarakat kita, salah satu sumber racun utama di dalam ilmu fungsi sistem kehidupan (physiology) adalah terlalu banyak protein”. Protein memang merupakan sesuatu yang vital untuk mempertahankan tubuh dalam keadaan sehat walafiat tetapi jika terus menerus mengkonsumi protein dalam jumlah yang banyak maka protein itu akan tertimbun di dalam sel-sel tubuh dan membuat keasaman (pH) cairan tubuh kita menurun mencapai tingkat yang membuat sel-sel menjadi stres dan justru memproduksi penyakit. Sel-sel yang mendapat tekanan berat karena protein akan berubah menjadi racun.

 

Sebagian besar jurnal medis dan sains menunjukkan bahwa kelebihan protein akan merangsang pertumbuhan sel kanker, dapat menyebabkan kerusakan pada liver dan ginjal, membuat masalah pencernaan, gout, artritis, kekurangan kalsium (termasuk osteoporosis) dan membuat ketidakseimbangan mineral di dalam tubuh. “Terdapat hubungan yang kuat antara jumlah protein yang masuk ke dalam tubuh dengan terjadinya kanker payudara, prostat, pankreas dan kolon”, kata Dr. T. Colin Campbell, Guru Besar Ilmu Nutrisi pada Universitas Cornel dan penasihat sains senior pada American Institute for Cancer Research.


1.       http://www.fda.gov/food/labelingnutrition/consumerinformation/ucm078889.htm , http://www.fda.gov/ , US Food and Drug Admininstration.

Pada tahun 1914, dua orang peneliti menemukan bahwa tikus (bukan manusia) tumbuh lebih cepat dengan mengkonsumsi protein hewani ketimbang protein nabati sehingga mereka menyimpulkan bahwa manusia membutuhkan banyak protein hewani.

Pada tahun 1945, sejumlah peneliti menemukan 10 asam amino esensial yang diperlukan oleh tikus (bukan manusia).  Tikus tumbuh jauh lebih cepat dengan mengkonsumi daging dan susu (catatan : beberapa tahun kemudian ditemukan bahwa tikus-tikus yang mengkonsumsi daging dan produk susu tersebut itu meninggal lebih awal karena kanker atau penyakit degenerasi yang lain)

Pada tahun 1952, para peneliti mengatakan bahwa manusia hanya memerlukan 8 asam amino esensial dan bukan 10. Serta juga mengatakan bahwa buah, bijian, polong dan sayuran adalah sumber  yang paling tepat.

Pada sekitar tahun 1950 an itu juga , para peneliti merekomendasikan 118 gram protein tiap hari bagi rata-rata orang Amerika.

Pada tahun 1980, badan keamanan pangan di Amerika merekomendasikan 46 hingga 56 gram protein per hari untuk rata-rata orang Amerika.

Pada tahun 2008, badan keamanan pangan di Amerika merekomendasikan 25 hingga 35 gram protein tiap hari untuk rata-rata orang Amerika.

Belum lama ini, para peneliti nutrisi mengatakan bahwa 15 hingga 25 gram per hari sudah lebih dari cukup.

2.       Dr. Paavo Airola, Ph.D., N.D., “How to Get Well”, Health Plus Publishers, Arizona, 1976.

3.       Dr. Barry Branner and Timothy Meyer, “Protein! Awesome Protein, A Simple Explanation”, New England Journal of Medicine, Nature’s Garden Health Center, Allenton, 1982.

4.       Dr. Wilard Visek, Professor of Clinical Sciences at the University of Illinois Medical School.

5.       Leena Isac, “The Truth about Protein and Calcium”, School of Medicine and Biomedical Science, Buggalo University, New York.

https://www.msu.edu/~corcora5/food/vegan/calcium+protein.html,

6.       http://en.wikipedia.org/wiki/Protein_(nutrient)

 

.

1. 



1, 

Reply all
Reply to author
Forward
0 new messages