Menanam kepala Sapi Mencari Keselamatan

9 kali dilihat
Langsung ke pesan pertama yang belum dibaca

jamaludin mohyiddin

belum dibaca,
14 Jun 2008, 01.55.2914/06/08
kepadarant...@googlegroups.com
Assalammu Alaikum warahmatulLahhi wabarokatuh,
Dunsanak yang saya muliakan

Iseng iseng saya menjengoh ke internet. Singgah sabentar di website eramuslim. Terbaca lampiran di bawah. Saya mengerti ini isu lama. Sudah di bahaskan panjang lebar dan akan terus di bahaskan selagi ada isu tradisional dan moden. Terutama, apabila saya teringat peristiwa memanam kepala kerbau semasa menegakkan istana pagar ruyung yang terbakar tempuh hari. Ustaz berpendapat ini semua berdasarkan tahayyul semata. 

Cerita dibawah mengambarkan tahayyul purba/tradisional. Bagaimana dengan tahayyul baru/moden? Bisa ada tahayyul kontemporar? di zaman serba serbi yang kononnya serba baru. Tahayyul menyentuh aspek fikrah. Dari mana istilah tahayyul ini datang? Saya  menduga dari bahasa Arab.  Mungkin ada yang dapat membantu berbicara tentang asal usul kata tahayyul ini.

Terima kasih daun keladi.Kalau boleh di tambah lagi

Menanam kepala Sapi Mencari Keselamatan

Kamis, 12 Jun 08 07:12 WIB

Assallamualaikum Wr Wb.


Dengan ini kami ingin bertanya apakah jika kita menguburkan kepala sapi yang telah di sembelih dengan niat untuk mencari keselamatan atas tempat yang kita tinggalkan ada unsur syiriknya atau tidak?


Atas jawaban dari Ustadz saya ucapkan terima kasih.

Wassallam,

Deny M

Hamba Allah

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Menguburkan kepala sapi dengan niat agar mendapatkan keselamatan adalah salah satu praktek kepercayaan yang didasarkan atas tahayyul.


Kenapa dikatakan tahayyul?


Karena orang yang menanamkan percaya kepada hal-hal yang tidak ada dasarnya. Mereka percaya pada kekuatan ghaib tertentu, dan juga percaya pada tata laksana untuk meminta keselamatan itu yang juga tidak jelas asal usulnya.


Dalam kepercayaan mereka, kalau tidak ditanam kepala sapi, nanti akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Inilah letak tahayulnya.


Mungkin orang-orang yang masih saja mempraktekkan hal itu berargumen, bahwa kita kan hanya menjalankan apa yang dipercaya orang. Mau percaya mau tidak percaya, silahkan saja. Yang penting, ritualnya sudah dijalankan.


Koreksi Secara Islam


Bagaimana kita mengoreksi cara berpikir seperti ini?


Pertama, tidak salah kalau kita harus meminta keselamatan agar gedung atau bangunan yang sedang dibangun itu mendapatkan perlindungan. Sebagai makhluk yang lemah, dalam pandangan kita memang banyak hal-hal yang tidak masuk logika akal manusia biasa yang bisa terjadi.


Maka tidak salah kalau kita berdoa dan meminta keselamatan atas kerja dan proyek yang kita lakukan. Karena pasti ada faktor x yang penting dan luput dari urusan perhitungan manusiawi.


Kedua, rasanya kita sepakat bahwa yang namanya minta keselamatan itu bukan kepada jin Tomang atau setan gundul atau genderuwo, atau apalah yang sejenisnya.


Sebagai muslim, kita hanya boleh meminta keselamatan dari Allah SWT, sebagai Tuhan yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara.


Dan bila kita sepakat bahwa meminta keselamatan hanya boleh kepada Allah WT, maka haram hukumnya kalau kita minta keselamata kepada makhluknya, baik makhluk halus atau pun makhluk kasar.


Sayangnya, justru pada poin kedua inilah kita sebagai umat Islam sering diuji. Betapa banyak orang yang mengaku Islam, tapi sistem logika tauhidnya agak melenceng dari garis utama. Sebab masih saja ada orang yang mengaku sebagai muslim, namun dia malah menyembah makhluk-makhluk-Nya.


Masih banyak kalangan yang mengaku bertuhan kepada Allah, tetapi pada saat yang sama, dia juga menyembah tuhan-tuhan yang lain. Sementara dia shalat 5 waktu mengerjakan perintah Allah, di saat yang sama dia juga melakukan ritual yang diajarkan oleh tuhan lainnya.


Dan sikap ini adalah ambigu serta membuat Allah SWT marah besar. Sikap inilah yang kemudian dikatakan sebagai mempersekutukan Allah. Atau dalam kata lain disebut dengan menduakan Allah. Dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah: Syirik.

Sebagai muslim, kita diharamkan menduakan Allah dalam segala ajaran-Nya.


Ritual Meminta Kepada Allah


Nah, kalau dua hal ini sudah kita sepakati, tinggal masalah yang nomor tiga, yaitu bagaimana cara ritual kita meminta keselamatan dari Allah SWT?


Allah SWT telah menurunkan Al-Quran dan Sunnah kepada kita sejak 14 abad lampau. Di dalamnya telah dirinci teknik bagaimana kita meminta perlindungan dan berdoa serta bagaimana cara meminta.


Dan setelah kita telurusi ayat demi ayat, hadits demi hadits, nyatalah bahwa perbuatan menanam kepala sapi atau kerbau tidak termasuk cara yang dibenarkan untuk meminta keselamatan.


Jadi kalau penanaman kepala kerbau ini dipaksa-paksa mau dilakukan dan dianggap bagian dari agama Islam, pada hakikatnya hal ini adalah sebuah pelecehan dan penodaan terhadap Islam.


Islam tidak mengajarkan hal-hal yang seperti ini.Bahkan Islam telah mengharamkan praktek ibadah ritaul yang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW.


Hukum Menyembelih Untuk Selain Allah


Islam telah mengharamkan kita menyembelih hewan yang niatnya bukan karena Allah perintahkan. Kalau sekedar untuk dimakan tanpa niat apa-apa, hukum penyebelihan hewan itu pasti halal.


Kalau penyembelihan itu diniatkan sebagai ritual kelahiran bayi, maka itu bukan hanya halal tetapi malah disunnahkan. Kita menyebutkan aqiqah.


Kalau penyembelihan itu diniatkan sebagai ritual i bulan haji, juga halal dan mendapat pahala. Istilah yang bakunya adalah penyembelihan udhiyah. Tetapi bangsa kita terlanjur menyebutnya sebagai hewan korban.


Tetapi kalau menyembelih hewan yang tujuannya minta keselamatan, lalu ada ritual menanamkan kepada hewan itu di dalam tanah, jelasnya hal ini tidak dibenarkan. Dan bahkan daging hewan itu pun menjadi haram untuk dimakan. Karena hewan itu disembelih bukan karena Allah, tidak seusai dengan peraturan Allah dan melanggar ketentuan Allah.

Dalam hukum Islam, daging hewan itu termasuk bangkai yang haram dimakan oleh seorang muslim, sebagaimana firman Allah SWT:


Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah (QS. An-Nahl: 115)

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc


Masoed Abidin

belum dibaca,
14 Jun 2008, 04.14.0114/06/08
kepadaRant...@googlegroups.com
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
 
Hakikat dari Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah adalah
bahwa syarak mangato adaik akan memakaikan.
 
Artinya, jika adat adalah perilaku kebiasaan dalam hubungan bermasyarakat dari satu masyarakat adat, dalam hal ini mungkin Minangkabau,
maka semua yang di adatkan itu tidak boleh menyimpang dari ketentuan agama (syarak).
 
Agama (syarak) diturunkan untuk manusia, maksudnya antara lain ;
1. membersihkan akal fikiran manusia dari sikap syirik,
2. menyucikan hati manusia dengan tauhid dan cinta melaksanakan ibadah,
3. membersihkan harta manusia dari yang syubhat dan haram,
4. membersihkan agama itu sendiri agar tidak tercampur dengan yang dilarang atau bid'ah,
5. menyucikan nasab manusia agar tidak terjamah oleh zina.
 
Maka di dalam upacara-upacara yang ada hubungannya dengan  manusia,
masyarakat atau yang disebut ada kaitan dengan adat, 
semestinya tidak boleh sama sekali tercemar oleh 
yang bertentangan dengan agama (syarak=syariat) itu.
 
Bagi masyarakat Adat Minangkabau,
sudah dipateri dengan kesepakatan kesekian kalinya
antara pemangku adat dan penjaga syarak yang disebut ulama suluah bendang di nagari, bahwa antara adat dan syarak tidak boleh ada pertentangan.
Perjanjian yang terbesar disebut dengan Sumpah Satie Bukik Marapalam.
 
Sekarang ini, di zaman modern,
ingatlah kembali kepada sumpah satie itu.
Bahwa kepala kerbau bukan untuk dibenam, tapi untuk dimakan.
Dalam kalimat petatah adat disebutkan,
dagiang di lapah, utak (benak) dikacau, tulang dikubur.
 
Kalau akan ada yang di kubur,
maka yang dikubur itu adalah tulang belulang,
agar tidak mencelakakan bagi orang banyak,
juga tidak membawa anyir di nagari.
 
Bahkan menyembelih pun di tunjukkan
agar lebih dahulu galilah lobang agar darah tidak terserak.
 
Belum cukup dimengertikan aturaan adat itu?
Adakah cara ini bertentangan dengan syarak?
 
Bila masih ada peranagan menanam kepala kerbau,
atau kepala sapi agar musibah terjauh,
seperti yang dilakukan oleh sebagian orang bodoh
dengan mencampakkan sapi atau ternak kambing ke lobang lumpur di Porong atau membenamkan kepada sapi di kaki jembatan
agar jembatannya kuat,
nyatanya itu pekerjaan yang mubazir.
Mubazir membuang otak sapi yang halal untuk di makan,
dan mubazir pula dari segi ilmu pengetahuan modern
bahwa kuatnya jembatan tidak terletak pada kepala kerbau/sapi,
tapi terletak kepada benar atau tidaknya konstruksi yang dibuat.
 
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak perlu di tanyakan lagi.
Bagi orang Islam pekerjaan itu adalah syirik,
di samping mubazir dalam materi.
 
Bagaimana selanjutnya ???
Tinggalkan dan tinggalkan,
dan jauhi perbuatan itu.
 
Sekian saja,
Wassalam
BuyaHMA
 
[ia 

jamaludin mohyiddin <jmohy...@yahoo.com> wrote:
Balas ke semua
Balas ke penulis
Teruskan
0 pesan baru